Text
Dari kilometer 96 sampai 2022 tetap kulanjutkan perjalananku.
Diam membisu menatap langit-langit kamar jaga yang bercahaya redup.
Memandang sang malaikat mengulurkan tangan sucinya.
Seakan menggenggam jiwaku untuk ikut bersamanya.
Tuhan kekasihku, aku sudah teramat rindu dan ingin memandang wajah indah-Mu.
Dekap dan peluk aku serta ajari untuk tetap merindu-Mu.
Dan aku memohon hati sejuk yang tak pernah berakhir.
Tuhan kekasihku, hidupkanlah aku selama Engkau tahu kehidupan itu lebih baik bagiku dan matikanlah aku jika Engkau tahu kematian itu lebih baik bagiku.
28 Rajab 1443.
4 notes
·
View notes
Text
Kita boleh Kecewa,
tapi Jangan Mengeluh.
Kita boleh Jatuh,
tapi jangan berhenti.
Kita boleh Sesak,
tapi jangan Menyerah.
Kita boleh Marah,
tapi jangan membenci.
Kita boleh sakit,
tapi jangan Membalas.
Kita boleh Sedih,
tapi jangan berlarut.
Kita boleh kehilangan,
tapi jangan putus asa.
Karena perjalanan menuju sukses
itu penuh ujian,
kendala dan keterbatasan.
Tapi orang Sukses
selalu kuat bangun lagi
setelah jatuh oleh ujian kehidupan.
Sumber: Grup WA Bapack-Bapack
1 note
·
View note
Text
Bargaining Position
"Kisah Pertama"
Sore ini teringatkan kembali tentang salah satu RS di Jogja.
Masya Allah kalo flashback ke belakang, ngga nyangka banget, baru aja lulus iship Allah paring ke Jogja ketemu Direktur RS di rumah beliau, nego sekolah, dan beliau setuju.
Ketua Yayasan RS tersebut gelarnya doktor + dokter + spesialis + konsultan dan S2, staff pengajar univ ternama, pokoknya kuat banget lah nama beliau di provinsi ini, dan ternyata beliau om dari Direktur RS yg aku temui tadi.
Setelah ngobrol-ngobrol, sebenernya tawarannya menarik, magang 3 bulan, dapet rekomendasi dari omnya tadi + RS tempat kembali, tp ngga harus kembali.
Karena satu dan lain hal, aku akhirnya memutuskan ngga jadi kesana. Hampir aja jadi spesialis bedah wkwk
"Kisah Kedua"
Ceritanya apply lah aku ke salah satu RS disini buat jadi dokter part timer, dan dipanggillah wawancara, ada direktur sama ketua HRDnya.
Anehnya, ini pertama kali ngelamar kerja di RS dan aku berani tawar menawar gaji wkwk dan dapetlah 2x lipat dari kesepakatan awal, dengan beban kerja yg beda dari pendahulunya.
Jadi pengalaman pertama bargaining gaji di proses penerimaan pegawai.
Coba aja gada yg iri dengki protes ke direktur, pasti gajiku sampe skrg masih segitu wkwk
Sayangnya ada senior yang protes, "itu baru masuk kok gajinya beda", akhirnya gajiku diturunin, disamain, padahal beban kerja beda, dia jaga IGD suantuy, aku home visite keliling.
"Kisah Ketiga"
Di Ponorogo ini,
Jujur kota ini gada di pikiranku sama sekali wkwk, ya aku taunya dulu pas SD, tentang reognya.
Suatu waktu disambungkanlah aku sm temen ke Kabag Penunjang Medik salah satu RS di kota ini, aku chat klo ada rencana sekolah dan butuh RS tempat berangkat dan kembali, janjianlah ketemu di RS tanggal sekian bulan sekian.
Tiba waktunya berangkat, pas malam hari habis jaga di Malang, besok paginya ketemu, awalnya sama Kabag Penunjang Medik tadi, lha kok ternyata langsung ditawari ke ruang Direktur wakakakak
Di Ruang Direktur ada 5 orang, satu direktur, satu wadir, satu kabag yanmed, satu kabag penunjang medik, satunya aku. Deg-deg an banget nget nget, secara aku ga kenal beliau-beliau ini.
Dikasihlah aku kesempatan ngomong,
"Selamat siang dok, saya asal dari Lamongan, saya datang kesini sebagai salah satu bentuk ikhtiar, yang pertama untuk silaturahim, yang kedua saya ada rencana ambil sekolah spesialis, di prodi..., univ...., ....."
Akhirnya nego pembiayaan, kontrak sebelum dan sesudah pendidikan nanti, termasuk menjawab keraguan beliau tntg kenapa di Ponorogo, kok ga di Malang atau Lamongan aja, kan yg tau etos kerjaku org Malang & Lamongan, keraguan tntg bakal beneran kembali atau ngga, dll.
Alhamdulillah Allah paring, beliau mensupport, setuju dgn tawaranku kembali 2 tahun ke sana setelah masa pendidikan, yeiyyy.
Jujur aku sedih banget hrs ninggalin Malang walau sementara, resign di 2 tempat kerjaku saat ini, padahal nyaman bangeettt nget nget.
Tapi masih belum tau nanti rejekiku dimana, seenggaknya klo resign gini, pilihanku lebih mengerucut, jadi antara CPNS atau langsung lanjut sekolah. Daripada empat mending dua wkwk
Dari ketiga kisah di atas, akhirnya aku sadar, Allah paring kemampuan ber-"bargaining" dan punya prinsip "Kalo kita udah tau kapasitas diri, ikut pelatihan ini itu, kenapa harus takut dan ragu? Seumpama ga cocok sama dirimu ya tolak aja wkwk"
Oiya, Alhamdulillah aku lolos tahap selanjutnya CPNS di RS Kota Batu, tinggal satu tahap lagi, semoga Allah paring yang terbaik. Aamiin
1 note
·
View note
Text
Generalis x Spesialis
Melengkapi perseteruan duniawi tentang hal di atas, ada beberapa sudut pandang menarik yang saya ambil dari diskusi dengan rekan sejawat.
Semua ini berawal dari pertanyaan:
"Sebenernya kamu ingin sekolah spesialis tujuannya apa? Ingin lebih bermanfaat? Gengsi? atau merasa lebih Prestige daripada 'sekedar' dokter umum?"
Pertanyaan tsb seraya menghujam jantung, berputar-putar di pikiranku, pagi siang malam, bangun, tidur, bangun lagi.
Sementara itu, saat preklinik dan klinik, pikiran kita hampir semua terfokus pada satu tujuan, hidup mati harus spesialis, harus, dan seakan lingkungan sangat mendukung untuk terwujudnya mimpi tersebut.
Semasa internsip mulailah muncul jalan-jalan lain pengabdian diri, disini pikiranku 'dipaksa' untuk terbuka lebar-lebar.
Ada yang tetap idealis memilih jalan spesialis, ada yang memilih jalan lain. Beberapa teman melanjutkan S2 hukum kesehatan, manajemen rumah sakit, dan masih banyak lagi.
Ada juga yang memilih jenjang dokter polisi dan militer, yang sebelumnya bahkan tak pernah sekalipun ada opsi tersebut di pikiran mereka sebelumnya.
Ada yang memilih menjadi dokter klinik, RS, CPNS, Nusantara Sehat, rumah khitan pribadi, bahkan ada rekan sejawat yang dengan gagah membuka praktek pribadi di atas kakinya sendiri.
Mengutip pendapat sahabatku:
"Dari awal lulus, sudah aku putuskan jadi dokter umum selamanya. Aku buka praktek pribadi, melayani pasien di pelosok-pelosok desa yang terbatas fasilitas kesehatannya. Yang penting tujuan kita membantu, uang akan mengikuti"
"Yaaa planning jangka panjang mau diperluas jadi klinik, membuka lapangan pekerjaan untuk orang, sekaligus memperluas kebermanfaatan dalam bidang-bidang lain."
"Sampai kapan tubuh kita mampu bekerja sebagai pekerja? Kalau kamu punya klinik, kamu bisa menebar kebermanfaatan lebih dengan adanya poli multiprofesi daripada spesialis yang hanya ada di bidangnya. Ada keluarga karyawan yang terbantu secara finansial untuk tetap bisa menyambung hidup."
Usaha yang dirintisnya 2 tahun sudah menjangkau 100 pasien/hari, dengan salary hampir 10x lipat dokter jaga IGD RS di kota ini.
Namun bukan hanya tentang sebuah salary, tapi juga kebermanfaatan yang lebih luas, dan waktu bersama keluarga yang lebih leluasa.
-Sebuah Sudut Pandang
4 notes
·
View notes
Text
Aku datang (dengan dosa) sekali lagi duhai Penciptaku, sebagaimana yang Engkau inginkan duhai Sesembahanku.
Aku berharap Engkau mau menerima (permintaan maaf)ku, balasan surga yang kekal dan tambahan nikmat dari-Mu
Aku telah bermaksiat kepada-Mu wahai Robb ku namun Engkau berlaku lembut kepadaku, dan Engkau tutup aibku padahal aku hamba-Mu yang durhaka
Sungguh Engkau Maha pengampun lagi Maha mencintai duhai Robb ku, Maha penyanyang kepada seluruh makhluk dan hamba-Nya
Aku datang menemui-Mu wahai Robb ku dengan air mata ini, dan air mata penyesalan ini setiap saat senantiasa bertambah
Sungguh Engkau berfirman seraya menyeru: (Janganlah kalian berputus asa), jika Engkau memaafkan diriku maka itulah hari kemenangan bagiku
0 notes
Text
Ibnu Rajab Al Hambali berkata,
لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ، إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ،
لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ تَجَمَّلَ بِاللِبَاسِ وَالرُكُوْبِ، إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُنُوْبُ،
"Bukanlah hari raya itu milik orang yang berpakaian baru, Akan tetapi hari raya itu, milik orang yang ketaatannya bertambah."
"Dan bukanlah hari raya itu milik orang yang berhias dengan pakaian yang indah dan kendaraannya mewah, tetapi hari raya itu adalah milik orang yang telah diampunkan baginya dosa-dosanya."
[Lathaaiful Ma’arif hal.277]
10 notes
·
View notes
Text
"Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku." ( Umar bin Khattab )
Ini adalah ungkapan kepasrahan dari seorang hamba. Bahwa bagaimana pun kerasnya sebuah usaha, jika memang apa yang diharapkan itu tidak ditakdirkan, maka tidak akan terjadi. Marilah belajar tentang sebuah proses yang tidak mudah, yang disebut penerimaan. Mari belajar untuk ikhlas menerima semua ketetapan Allah, sepahit apa pun itu mari belajar untuk tidak berandai-andai.
Karena semua sudah Allah gariskan, Aku percaya. Apa yang terbaik menurutku belum tentu terbaik menurut Allah dan apa yang buruk menurutku belum tentu buruk menurut Allah. Percayalah.
6 notes
·
View notes
Text
Berharap
Kita pasti pernah berharap kepada sesama manusia. Misalnya berharap kenaikan gaji, promosi jabatan, berharap kebaikan kita dibalas kebaikan pula, dan masih banyak lagi.
Namun, apa yang kita rasakan ketika keinginan tersebut tidak terwujud? Pastinya kecewa, sedih dan marah kan?
Yaaa, mempunyai harapan dan cita-cita itu hal yang wajar. Namun bila terlalu berharap kepada orang lain, maka kita akan selalu memikirkan itu bahkan sampai terobsesi dan lupa pada kenyataan. Padahal kenyataan tidak selalu indah. Bisa saja harapan tersebut sirna dan membuat stress dan kecewa.
Rasa kecewa muncul apabila menggantungkan harapan yang terlalu tinggi pada orang lain. Padahal orang tersebut adalah manusia biasa yang juga memiliki kekurangan, sama kayak kita ya?
Makhluk tak berdaya tak berkekuatan kecuali atas izin Allah 'Azza wa Jalla.
Simak nasihat-nasihat bijak ini :
“Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” (Ali bin Abi Thalib)
“Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya harapan-harapan kosong. Allah tak suka bila ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya supaya ia kembali berharap hanya kepada Allah SWT.”
Sebaik-baiknya berharap hanyalah kepada Allah
Allah berfirman dalam surat Al insyirah ayat 8:
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ
“dan hanya kepada Rabb-mu hendaknya kamu berharap”
Pernahkah kita berdo'a meminta pada Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Allah SWT adalah Rabb sang Pencipta ummat manusia dan seluruh makhluk di dunia ini. Dia Maha Mendengar Doa para hamba-Nya. Dialah Sang Khalik di alam semesta ini.
Apabila seseorang hanya berharap kepada Allah, maka In sya Allah apapun hasilnya, kita akan pasrah dan tenang, karena itu sudah kehendak-Nya.
Seseorang akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah. Sekalipun yang diterima adalah berlawanan dengan apa yang diinginkannya.
"Kita hanya berusaha dan Allah yang menentukan. Kewajiban hamba adalah ridha dengan takdir-Nya." (Ust. Abu Yahya Badrusalam, Lc.)
19 notes
·
View notes
Text
AKU TAK INGIN MENJADI AYAH
﷽
Yang sangat pintar masalah dunia, namun kurang dalam perkara agama.
Aku tak ingin menjadi ayah,
Yang rela mati-matian mencari dunia, namun sangat santai bahkan malas dalam mengejar akhirat.
Bagaimana mungkin anakku bisa menjadi sholeh dan cinta akhirat sementara dalam memberikan teladan yang baik ke mereka pun aku tak pernah?
Aku tak ingin menjadi ayah,
Yang bekerja keras bagai kuda, mengutamakan pekerjaan namun tak pernah ada waktu untuk keluarga.
Aku tak ingin menjadi ayah,
Yang terus bekerja sampai suntuk, hasilnya pun kuhabiskan demi menghilangkan rasa suntuk tersebut.
Berkumpul dengan keluarga, pergi ke kajian, bekerja, berkebun, memasak, belajar skill-skill baru, menikmati semua rutinitas itu, mungkin kesannya tidak jelas arahnya, tapi aku punya tujuan.
Aku juga tak ingin menjadi ayah,
Yang piawai dalam menasehati dan memperbaiki orang lain, namun sering lalai dalam membimbing keluargaku sendiri.
Aku tak ingin menjadi ayah,
Yang terlihat sopan dan baik di hadapan orang lain, namun kasar nan garang terhadap keluarga sendiri.
Duhai, betapa beratnya menjadi ayah, menjadi ayah yang mampu membimbing keluarganya masuk bersama-sama ke dalam Surga.
-Ustadz Boris Tanesia, dengan sedikit improvisasi
7 notes
·
View notes
Text
Hebat dari Sudut Pandang (si)apa?
Hanya karena kamu tidak mempostingnya di media sosial, bukan berarti kamu tidak sedang mengerjakan hal besar.
Hanya karena orang-orang tidak mengenalmu, bukan berarti kamu tidak hebat sama sekali.
Banyak orang hebat yang terkenal, banyak juga orang hebat yang tidak terkenal. Banyak orang yang tidak hebat terkenal, banyak juga orang yang tidak hebat tidak terkenal.
Terkenal dan hebat adalah dua bab yang berbeda.
Jika kamu mau, kamu bisa menggabungkannya, jika mau, kamu juga tidak harus menggabungkannya.
Apa yang kamu usahakan sekarang, akan tetap menjadi pekerjaan hebat dengan atau tanpa dikenal oleh banyak manusia.
-FebriawanJauhari
Teringat dengan guru ngaji dulu di kampung, padahal masih muda tapi banyak hal besar yang ia rintis; memakmurkan masjid, mendirikan sekolah al-qur'an, mengarahkan para remaja, meski begitu ia tidak pernah masuk koran, tidak diundang ke televisi, akun sosmednya biasa-biasa saja, apakah dia hebat? Tentu saja sangat hebat! Ia menjadi hebat karena ia melakukan pekerjaan hebat, bukan karena kata-kata orang bahwa dia hebat.
Mungkin karena kita generasi yang terlahir dan tumbuh bersama gadget, ada pergeseran pemahaman tentang hebat.
Bahwa hebat adalah yang follower/subscribernya banyak, terserah apakah yang dikerjakannya bermanfaat atau hanya membuang-buang umur. Yang penting terkenal.
Kita hebat karena kita melakukan hal hebat, bukan karena kata orang-orang bahwa kita hebat.
393 notes
·
View notes
Text
Allah, I ask You of Your Mercy by which You give guidance to my heart, by which You make my work easy, and removed my distressed condition by it, and manage my issues in my absence by it. And give exaltation and honor by Your Mercy; and clean my actions (from hypocrisy) by Your Mercy; and put that thing in my heart, which is correct and suitable for me; and whatever I like, grant me by Your Mercy; and protect me by Your Mercy.
Allah, Put Nūr (light) in my heart, and make my grave illuminated; and grant me Nūr in front of me, Nūr at my back, Nūr on my right, Nūr on my left, Nūr above me, Nūr below me, (Your Nūr be around me), and Nūr in my ears, Nūr in my eyes, Nūr in every hair of mine, Nūr in my skin, Nūr in my flesh, Nūr in my blood, and Nūr in every bone of mine. O Allāh, grant me Nūr.
6 notes
·
View notes
Text
"Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya)." (QS. Al-Muzzammil: 1 -2)
“Dan pada sebagian malam hari shalat Tahajjud-lah kamu….” (QS. Al-Israa’: 79)
“Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (QS. Al-Furqaan: 64)
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzaariyaat: 17-18)
"Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (HR. Bukhari-Muslim).
2 notes
·
View notes
Text
"Mari saling jujur, apa yang paling kamu takutkan dari aku tuan?" tanya Chika.
"Aku takut kamu menjadikanku alasan untuk melupakan Allah. Mengkhawatirkanku secara berlebihan saat shalat sehingga kamu tak khusyuk. Juga kamu lebih takut kehilanganku daripada kehilangan Allah 'Azza wa Jalla." jawaban Chiko 🐈
12 notes
·
View notes
Text
"Hari raya bukanlah hari milik orang yang berhias dengan pakaian indah serta kendaraan yang mewah tetapi hari raya itu milik orang yang telah diampuni dosa-dosanya."
(Imam Ibn Rajab Al-Hambali)
2 notes
·
View notes
Text
Ceritanya Lagi Kangen Mbah Jogja

Biasanya momen-momen Idul Fitri kyk gini mudik ke Jogja. Main ke kandang kambing, ke belakang rumah liat bambu-bambu, liat sungai, sepeda onthelan (re: sepeda onto yg antik) muter-muter Bantul, ngobrol di teras sambil minum teh gula batu. Ah enaknya. Terus mbah bakal ngomongin nasehat-nasehatnya.
"Le, kene le"
"Nggih mbah, pripun"
"Ono sing arep tak omongke, tentang sifat-sifat satrio tanah jawi, dadi ngene le
Sifat-Sifat Satrio Tanah Jawi
Dadi satrio tanah jawi kuwi kudu wani tanggung jawab. Kudu wani tetulung, mbelo kebeneran lan wicaksono. Wani adu dodo, adu arep. Wani ngedekake kebeneran. Wani ngakoni salah yen salah. Ora pareng umuk utawi sombong, amergo sombong lan pamer iku le, iso mudunno kadigdayanmu. Lan yen awakmu tarung, musuhmu kalah, ojo pisan-pisan kowe sikso tegese.
Kudu seneng tetulung marang sak podho-podho. Menehono obor kanggo sedulur kang kapetengan. Menehono teken le, marang sing angel mlakune, ben ora tibo.
Apusing kadigdayan durung ono, umuk utowo pamer mulane. Makane le, yen perang ora pareng umuk."
3 notes
·
View notes
Text
In sya Allah, kalo aku, ku usahakan nggak akan tanya tentang masa lalu calon pasangan seperti pernah having sex atau nggak, udah pacaran berapa kali, pernah ciuman apa nggak, udah ngapain aja dll.
Karena masa lalu adalah milik kamu, dan masa depan adalah milik kita.
Seandainya Umar bin Khattab ditanya, apakah kamu dulu pemabuk? Pasti Umar akan menjawab "Tentu saya pemabuk keras di zaman Jahiliyyah" .
Tapi islam nggak melihat masa lalu Umar.
Prinsipnya adalah ini sekarang dia di depan saya, saya tau dia baik, selesai. Titik. Sekarang kedepannya.
Karena nggak boleh seorang muslim bertanya tentang aib, sedangkan Allah tutupi aib kita, dan nggak boleh yang ditanya menjawab pertanyaan aib tersebut. - Ust. Khalid Basalamah
Tidak ada yang sepenuhnya sempurna, penerimaanmu yang membuatnya cukup.
Sebelum Genap.
“Ujung dari langkah yang kita buat untuk mencari adalah penerimaan.” - Iidmhd
… karena akan selalu ada yang lebih baik tetapi yang menerima apa adanya kamu; tidak selalu ada.
Menilik postingan instastory Masgun kemarin seputar “Apa sih yang kamu ingin tanyakan kepada calon pada saat proses pranikah yang mungkin sungkan ditanyakan tetapi penting?“ dan seperti biasa respon dari ask me tersebut memberikan banyak sekali pencerahan.
Berikut beberapa hal-hal yang perlu ditanyakan menurut followers Masgun beserta tanggapannya:
Visi hidup dan rencana setelah menikah? (Make sure. Jangan sampai tidak ditanyakan)
Apa yang dilakukan jikalau marah? Pernah sampai mengekspresikan dengan kekerasan fisik? (Sifat temperamental, mudah marah, dsb perlu divalidasi di lingkungan dan pertemanan dia selama ini. Bagaimana dia jika ada masalah, dsb. Teman-teman terdekat di lingkarannya yang paling melihatnya. Potensi KDRT-nya besar jika kamu tidak bisa mengenali dan mencari data valid soal ini)
Bersediakah setelah menikah tinggal dekat dan atau bersama orang tua saya? (Ini cukup sensitif, tidak mudah bagi seorang menantu untuk beradaptasi tinggal serumah dengan mertua. Jika calonmu mengatakan bersedia, menjadi wajib bagimu untuk membantu dan membuatnya nyaman di rumah orang tuamu. Jika tidak bersedia, tidak perlu memaksa. Cari yang lain)
Orang tua berbeda ormas, bagaimana? (Termasuk berbeda soal lainnya, contoh: beda organisasi keislaman, beda budaya, beda cara pandang soal sesuatu. Ada keluarga-keluarga yang menganggap hal-hal seperti itu sebagai syarat mutlak. Ada juga keluarga yang terbuka terhadap perbedaan seperti itu. Jika tidak bisa diterima oleh keluargamu. Tidak perlu memaksakan. Menikah urusannya panjang, kalian tidak hanya hidup berdua)
Sex life. Banyak sekali kasus tiba-tiba suami didiagnosis HIV positif kemudian yang terkena imbas adalah keluarga. (Ini bisa jadi pertanyaan tabu tetapi penting. Ada yang menjadikannya hal penting, contoh: keperawanan atau keperjakaan, ada juga yang tidak. Jadi, jika sex life ini penting bagimu. Tanyakan. Lebih berat menanggung risikonya daripada beratnya bertanya)
Saya ingin bekerja walaupun sudah menikah. Bagaimana? Boleh? (Ini menjadi case di kalangan perempuan, ingin bekerja setelah menikah. Jika itu penting bagimu, tanyakan. Tidak sevisi. Cukup sampai di sini. Cari yang lain. Karena itu juga akan melihat soal mindset. Perkara nanti kamu ketika menikah akhirnya memilih menjadi ibu rumah tangga, itu juga keputusan sadarmu. Bukan karena disuruh dan terpaksa)
Uang yang kamu dapatkan dari mana saja? Uangnya mengalir ke mana saja? (Ini penting sekali, serupiah pun jangan sampai lolos. Karena ini untuk menjaga harta yang ada dalam keluarga itu benar-benar halal dan berkah. Sekaligus untuk menghitung zakatnya. Jika sudah sampai haul/nisabnya)
Jika saya ternyata tidak kunjung memberikan keturunan, apakah akan menikah lagi atau akan bersabar? (Ini juga pertanyaan sejenis, contoh: laki-laki atau perempuan tidak subur karena kondisi atau sakit tertentu sehingga tidak memungkinkan memiliki anak dalam pernikahan. Hal seperti ini, harusnya tidak hanya ditanyakan kepada pasangan tetapi bagaimana pendapat kedua orang tuanya. Karena bisa jadi ybs tidak mempermasalahkan tetapi tidak dengan orang tuanya)
Pernah HS (having sex) atau tidak? (Hal-hal seperti ini, mungkin ada yang terbuka dan ada yang tidak. Karena bisa jadi jika batal proses pra pernikahannya, kamu jadi tahu rahasianya. Jadi, sepakati sejak awal bahwa di proses pranikah akan terbuka. Karena bagimu ini penting, jika dia tidak bersedia. Ya sudah lebih baik berhenti sebelum lebih jauh sampai kamu mengetahui rahasianya, kecuali dia memang bersedia secara pribadi ingin mengatakannya di awal bahkan sebelum proses lebih dalam. Karena dia memiliki pandangan bahwa itu adalah pintu masuknya. Kita belajar bahwa aib yang Allah tutupi jangan sampai dibuka kembali jika ybs sudah bertobat. Jika kamu merasa perkara HS ini penting, make sure bahwa dia memiliki pandangan yang sama bahwa hal tersebut penting untuk diketahui sebelum menikah. Nanti berlanjut ke persoalan kesehatan reproduksi)
Gaji Pasangan. Ingin sekali menanyakan tetapi bingung memulainya. (Tinggal tanya, gajimu berapa dan bagaimana mengalokasikannya selama ini? Lalu rencana ke depan dengan pendapatan tersebut setelah berumah tangga. Jangan pertaruhkan hal-hal yang besar untuk perkara-perkara ketakutan-ketakutan yang kecil. Pernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri)
Apakah keluargamu memiliki utang? Apa saja janji-janjimu terhadap orang tuamu? (Insightfull, apa saja janji-janjimu kepada orang tua? Jawabannya akan sangat penting buat jadi pertanyaan ke diri sendiri, apakah saya bersedia membantu mewujudkan janji-janji tersebut atau tidak?)
Jika saya memiliki prinsip menghindari utang riba tetapi kamu justru kerja di bagian pencari nasabah, lalu bagaimana? (Ini prinsip-prinsip bermuamalah. Ini juga bisa direfleksikan ke hal-hal serupa yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dalam menjalankan agama. Jika bagimu penting dan tidak ada toleransi. Seharusnya tidak ada ruang untuknya. Jika masih ada ruang, berarti itu dorongan hawa nafsu)
Kesehatan. Minta tes kesehatan sebelum nikah terutama tes HIV. (Medcheck. Jika kamu meminta dia medcheck, kamu juga harus. Jika ini penting bagimu, lakukanlah. Hal ini lebih banyak manfaatnya untuk kehidupan pernikahan ke depan. Jika kemudian hasilnya diketahui ada penyakit bawaan di diri calon. Kamu harus siap untuk mengambil keputusan. Jangan menikah karena kasihan, sungkan dan takut omongan orang)
Utang atau tanggungan keluarga saya masih ada. Kamu siap menerima atau tidak? (Saya menekankan kepada teman-teman jika tahu kondisi keluarga soal utang, dsb lebih baik dikomunikasikan. Sebab, utang itu diwariskan. Ekstremnya, jika orang tua tiba-tiba meninggal dan masih ada utang maka anak-anaknya lah yang harus melunasi utangnya. Apalagi jika kondisimu saat ini masih bekerja dan berjuang melunasi utang orang tua)
Pola asuh anak. Apakah nanti akan terlibat dalam pengasuhan atau fokus bekerja? Seperti apa pola asuhnya? (Pandangan soal pola pengasuhan ini juga penting. Jangan sampai ‘kecele’. Cek tidak hanya ke dia tetapi juga keluarganya. Jangan sampai kamu pro-vaks dan baru tahu setelah menikah jika pasanganmu itu anti-vaks. Bisa perang dingin di dalam keluarga. Dan pola-pola pengasuhan lainnya)
Nanti kerjanya bagaimana? Apa masih berbeda kota juga? Karena saya juga berat melepas karir saya sekarang. (Jika pada masa perkenalan sudah tahu career path-nya berbeda dan teguh terhadap keinginan masing-masing. Memang lebih baik tidak usah dilanjutkan. Karena itu adalah misi, caramu menjalankan visi besar yang mungkin kamu sendiri tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Apalagi jika pekerjaan tersebut memiliki urgensi besar untuk tetap kamu miliki seperti karena kamu harus membantu keluarga, dsb)
Siap dengan Mama saya yang selalu mengukur segalanya dari uang? (Kita mungkin bisa menerimanya, tetapi tidak bisa menerima orang tuanya atau juga sebaliknya. Dia bisa menerima kita dan orang tua kita tetapi kita sendiri tidak yakin apakah nanti hubungan antar keluarga (orang tua x orang tua) bisa baik. Jika ini penting untuk ditanyakan, tanyakan. Jika ini penting untuk dikatakan, katakan. Karena bisa jadi rumah tangga itu oleng bukan karena kitanya tidak siap menikah dsb tetapi karena intervensi orang-orang terdekat kita sendiri)
Izin poligami karena kerja di luar kota. Saya jawab silakan tetapi bukan dengan saya. (Saya tidak kontra dengan poligami, karena itu ada dalam agama yang saya imani. Yang jelas S&K-nya berlaku. Jika kamu merasa tidak bisa memenuhi S&K-nya tersebut, tidak usah diambil)
Kenapa kamu mudah sekali berutang (uang) demi mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan? (Watak atau kebiasaan bisa ditanyakan. Apalagi jika hal tersebut adalah sesuatu yang tidak se-value dengan diri sendiri. Jika masih tetap tidak menemukan jalan tengah, berbeda pandangan yang artinya sama juga dengan berbeda value. Pernikahanmu jauh lebih berharga daripada orang tersebut)
Jika saya ada masalah dengan Ibunya bagaimana cara dia mendamaikan kami? (Insightfull, bagaimana cara calon mengatasi masalah-masalah yang akan timbul antara kita dengan orang tuanya?)
“Pernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri.”
… karena lebih baik gagal dalam proses ketimbang gagal setelah menjalani pernikahan.
“Membangun visi dan misi keluarga itu berangkat dari memilih pasangan hidup.” - Istri Masgun
Lebih utama jadilah sebaik-baiknya dirimu; sebelum mencari atau ditemukan.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)
Libatkan Allah Subhanahu Wata’ala selalu di dalam prosesnya. Lalu niatkan menikah karena ibadah.
“Jika dulu niatnya menikah karena terlanjur suka, suruhan orang tua, faktor umur, ekonomi, keadaan dan situasi, semua ini harus diubah niatnya. Diubah niatnya memang karena ibadah. Ingin mengerjakan karena perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya. Dan betul-betul jika diniatkan ibadah, semua kejenuhan, perasaan-perasaan yang terbebani karena adanya karakter pasangan, beban-beban kewajiban seperti nafkah bagi laki-laki, melayani ekstra dari perempuan ke suaminya, ini akan jadi ringan.” - Ust. Khalid Basalamah.
Sehingga pernikahanmu senantiasa dilimpahkan keberkahan dan menjadi keluarga sehidup sesurga. Aamiin.
4K notes
·
View notes
Text
Mertua dan Menantu.
Melengkapi pembahasan, “Mertua dan Menantu.” berdasarkan kisah nyata.
Setelah menikah maka individu akan beradaptasi sebagai istri/suami, menantu, ipar, ibu/ayah, dsb. Berikut pendekatan yang bisa diterapkan kepada mertua entah tinggal serumah atau tidak:
(dirangkum dari pembahasan ajinurafifah)
Pahami karakter mertua, dari keduanya.
Tanya kepada suami, apa yang disuka, apa yang tidak disuka dan baiknya bagaimana. Sebagai contoh: jika mertua melarang kerja apa pun di rumah, patuhi. Karena itu bukan basa-basi. Jadi apa yang beliau minta, kerjakan saja, misal: diminta istirahat, ya istirahat. Beliau merasa dihargai saat permintaannya dipenuhi. Kenali bahasa cinta mertua. Tidak hanya berlaku kepada mertua, termasuk juga pasangan. Dengan memahaminya maka kamu bisa mencintainya sebagaimana ia ingin dicintai, bukan sebagaimana kamu ingin dicintai, menurut Dr. Gary Chapman.
Pasti banyak yang berbeda, entah dari cara masak, dsb. Jika mertua menyarankan sesuatu diikuti saja (hanya sebatas hal teknis, jika berbeda ‘value’ maka komunikasikan)
Sadar porsi dan sadar posisi.
Tekanlah ego, berdasarkan kisah nyata, lebih mudah menekan ego terhadap suami daripada mertua.
Jika kamu memiliki waktu luang di masa sendirimu, banyak-banyaklah belajar dan perkaya skill bertahan hidup, seperti berbenah rumah dan memasak.
Hal yang juga patut dipertimbangkan melengkapi pembahasan, “Sebelum Genap.”
Pertimbangkan bagaimana keluarga calon? Bagaimana orang tuanya? Bagaimana kedekatannya? Apakah kamu sanggup menjalaninya? Apakah calon anak mama atau tidak? (Ada yang memang mertuanya yaa gitu deh, suami juga sebenarnya bingung dengan orang tuanya sendiri, dan sebelum menikah sudah tahu kondisinya dan mereka tetap memutuskan menikah dan menjalani konsekuensi kerumitan tersebut dengan penuh kesadaran dan hikmah, namun ada juga yang modal nekat dan berakhir komplain sepanjang hidupnya)
Pertemuan dengan keluarga calon sebelum menikah itu penting. Jangan sungkan bertanya bagaimana kedekatan calon dengan mamanya. Jika masih sangsi bisa tanyakan ke teman dekatnya.
Pertemuan dengan calon mertua sebelum menikah menjadi penting sekali agar kamu bisa tahu dan mempersiapkan diri calon mertuamu itu seperti apa?
Anak mama dan sayang mama adalah dua hal yang berbeda. Anak mama tidak mungkin adil sejak dalam pikiran.
Bahkan, berdasarkan kisah nyata, istri merasa tidak memiliki suami karena setiap urusan rumah tangga didominasi oleh mertua. Suami tidak tegas, bahkan jika istri tidak enak hati dengan mertua, suami akan membela mamanya. Banyak kisah suami istri pisah bukan karena tidak cinta lagi, namun karena orang ketiga dalam hal ini mertua.
Kisah yang lain juga menyebutkan, menghadapi suami yang anak mama harus ekstra sabar, karena apa-apa yang benar adalah mamanya, istri tidak pernah dibela. Menantu sudah berusaha baik dengan mertua, namun mertuanya justru berusaha mengadu domba dengan suaminya. Dan sayangnya, suami tidak pernah berpihak pada istri setiap ada konflik dan rela cerai dengan istri demi mamanya.
Jika suami anak mama, mamanya pun akan selalu membela anak-anaknya apa pun itu.
Buatlah kesepakatan sebelum dan sesudah menikah, jika suami anak tunggal, pilihan untuk pisah rumah tetap bisa diambil. Carilah jalan tengah dengan rumah yang tidak jauh dari mertua.
Kesimpulan:
Hubungan dengan mertua adalah hal yang patut dipelajari dan dipertimbangkan dalam memilih calon suami. Beda suku, budaya, tidak masalah sebenarnya asal sudah dari awal paham dan sadar konsekuensinya. Barangkali hal tersebut yang menjadi letak ibadahnya, berjuangnya, kerja samanya.
Tinggal dengan mertua juga tidak apa-apa sebenarnya asal paham dan sadar konsekuensinya. Terutama suami, jangan malah tidak adil, bakti kepada orang tua namun zalim kepada istri dan anak. Kamu tetap bisa berbakti dan memuliakan istri dan anak.
Untuk istri, setiap rumah tangga; hubungan dengan mertua pasti memiliki dinamikanya. Kurangi baper dan merasa menjadi korban secara berlarut-larut. Diskusikan dengan suami. Mari belajar lapang, sabar, ikhtiar, dan banyak berdoa.
Menikahlah dengan penuh kesadaran, tanggung jawab dan sebaik-baiknya persiapan bukan karena yang lain sudah menikah atau terdesak dengan pertanyaan “Kamu kapan?”
Sama-sama belajar ya! :)
845 notes
·
View notes