Tumgik
hanhanharu-blog · 5 years
Text
Absen
Suatu saat kamu pernah bertanya "Apa aku pernah absen dari hidupmu, walau satu hari saja?"
Aku menggeleng, "Tidak pernah".
Dan sampai saat ini kamu belum pernah absen dari hidupku, dari pikiranku tepatnya, walau satu hari pun.
Meski ragamu sudah jauh pergi meninggalkanku.
0 notes
hanhanharu-blog · 5 years
Text
Memaafkan
Dulu aku berpikir, apa istimewanya memaafkan sehingga diganjar lebih istimewa dari pada minta maaf? Bukankah itu hal yang mudah? Hanya perlu berkata "iya, saya maafkan" dan kembali pada keadaan dimana semuanya baik-baik saja.
Tapi setelah mengalami sebuah fase dalam kehidupan, saya merasakan ternyata memaafkan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Ada luka yang tak sembuh hanya dengan kata "maaf", ada ingatan pahit yang tak bisa dilupakan dengan kata "tolong maafkan saya". Disana saya mulai paham itulah mengapa memaafkan itu lebih mulia.
Semoga senantiasa diberi keluasan hati untuk dapat memaafkan.
Untuk semua yang pernah tersakiti, jika ada kata yang lebih dari pada kata "maaf", saya ingin mengatakannya.
0 notes
hanhanharu-blog · 5 years
Text
Manusia itu aneh, ditinggalkannya rumah nyaman demi berlelah-lelah mendaki, ditinggalkannya kasur empuk demi terlelap di tanah keras, ditinggalkannya kehangatan demi berdingin-dingin di alam terbuka. Apa yang mereka cari? Entahlah. Tapi bagiku, mendaki tak sekedar memandang indahnya puncak. Melainkan mencari sebuah keyakinan bahwa aku mampu. Jika mendaki gunung yang tinggi dan melelahkan saja aku mampu, maka untuk semua yang akan aku temui dalam kehidupan ini pun aku pasti mampu. Iya kan?
Tumblr media
0 notes
hanhanharu-blog · 6 years
Text
Tumblr media
Kesalahanku adalah membenci kamu, sama seperti kesalahanku terdahulu pernah menyukai kamu. And you know what? Benci selalu menyakitkan, dan membenci orang yang pernah kamu sukai, jauh lebih menyakitkan daripada membenci orang yang sudah dari awal tidak kamu sukai.
Harusnya aku tak perlu membenci kamu, sebagaimana aku juga tak perlu menyukai kamu. Kamu, sebagaimana manusia yang lain memang ada bukan untuk disuka atau dibenci. Menyukai dan membenci kamu adalah sama-sama kesalahan. Dan aku melakukan dua kesalahan berturut-turut.
Harusnya dari dulu aku mengerti, kalau setiap orang memiliki sisi baik dan sisi buruk. Tak mungkin semuanya baik. Tak mungkin tak ada yang buruk. Termasuk aku dan kamu, yang punya sisi baik dan sisi buruk masing-masing.
_Nazrul Anwar_
0 notes
hanhanharu-blog · 6 years
Text
Perpisahan
Sebuah perpisahan awalnya memang mencipta kesedihan, kehampaan.
Tapi tenang, itu hanya sementara. Awalnya memang mereka bersedih atas kepergianmu. Tapi jarak dan waktu selalu mampu menghapusnya. Kenangan tentangmu kan memudar dari ingatan orang-orang yang kau tinggalkan. Begitupun seharusnya kau. Terima dengan lapang segala kesedihan dan kehampaan. Semua akan tergantikan.
Perpisahan akan berganti dengan pertemuan, pertemuan akan berjumpa dengan perpisahan yang baru. Begitulah seterusnya, setidaknya itu yang ku temui dalam perjalanan ini.
Semua yang bertemu akan berpisah, kecuali satu. Seseorang yang memutuskan untuk menetap dalam kehidupanmu, membersamai dalam setiap langkahmu. Jika sudah menemukannya, jagalah ia. Namun jika kau belum menemukannya, bersabarlah. Bahkan jika kau tak kan pernah menemukannya, percayalah bahwa kau tak pernah sendirian. Pastikan selalu ada Dia dalam setiap tarikan nafasmu.
0 notes
hanhanharu-blog · 6 years
Text
Sebuah kisah tentang seorang putri, tak begitu cantik, tak pula begitu jelek. Bertahun-tahun ia mengurung diri dalam sebuah benteng yang ia bangun sendiri. Sejak kejadian yang membuatnya teramat sakit dia membangunnya perlahan hingga bersembunyilah ia disana.
"Lihatlah, aku kini menjadi seorang wanita yang kuat. Kehancuran kemarin telah berhasil aku lewati dan kini aku baik-baik saja" ucapnya pada cermin, pada bayangan di balik cermin, pada dirinya sendiri.
Waktu berlalu, ia merasa telah berhasil melewati segala kesulitan itu sendirian. Kini merasa tenang dan damai dalam kesendirian, ia bahagia.
Hingga datang seseorang mengetuk benteng.
"Tolong buka pintu, biar aku menemanimu"
"Tidak, pintu ini terkunci, dan kuncinya telah aku buang entah kemana. Pergilah, biarkan aku sendiri"
"Baiklah akan aku rusak gemboknya. Keluarlah dari sini, aku akan mengajakmu keluar, banyak hal yang bisa kau lihat di luar sana"
"Tidak, aku takut"
"Hey, ada aku. Aku yang akan melindungimu, percayalah"
"Apa kau yakin? Apa kau tak akan meninggalkanku nanti?"
"Tidak. Aku akan selalu menjagamu"
Pada akhirnya sang putri luluh, seseorang kini telah merusak benteng pertahanannya. Pemuda itu mengajaknya pergi, berjalan-jalan, sambil terus bercengkrama.
Waktu berlalu, mereka berdua telah akrab. Berbagi suka dan duka, berbagi bekal perjalanan, membangun mimpi bersama, merencanakan banyak hal. Ingin mendaki banyak puncak, berdua saja. Sang putri pun amat bahagia.
Di suatu tempat di tengah perjalanan, sang putri bertanya.
"Sebenarnya kemana kah tujuan kita?"
"Suatu tempat yang indah disana, kau bisa menunggu sebentar? Hingga aku bisa membawamu kesana?"
"Berapa lama?"
"Sampai aku siap. Kita akan meneruskan perjalanan masing-masing. Hingga di depan sana kita nanti akan bertemu"
"Baiklah, aku akan berjalan sendiri hingga kita bertemu lagi."
"Tapi jika kau bertemu dengan seseorang yang bisa membawamu kesana, silahkan kau berangkat lebih dulu"
Waktu demi waktu berlalu, sang putri tetap berjalan dengan tersenyum, mengharap sebuah pertemuan yang indah di depan sana.
Hingga terjadilah pertemuan itu. Sang pemuda berkata.
"Maaf aku tak bisa membawamu ke tempat itu. Silahkan cari orang lain yang bisa menemanimu"
"Kenapa? Bukankah kau sudah berjanji?
"Maaf ternyata aku mencintai orang lain"
"Bukankah kau bilang kemarin hanya ada aku? Bukankah sudah berjanji akan melindungiku?"
"Itu dulu, saat aku khilaf, aku salah. Maafkan aku dan pergilah, carilah orang lain yang akan menemanimu, aku selalu mendoakanmu"
Hancurlah kembali hati sang putri. Ia bertengkar dengan dirinya sendiri.
"Harusnya kau tak pernah keluar dari benteng itu, harusnya kau tetap tinggal disana"
Dan kini ia menyadari, selama ini ia bukan tumbuh menjadi wanita yang kuat, melainkan wanita yang bersembunyi dalam benteng yang kuat. Bersembunyi dari dunia yang kejam. Apalagi yang bisa ia lakukan sekarang? Ingin kembali namun ia sudah terlalu jauh melangkah. Melanjutkan perjalanan pun ia tak sanggup. Ia terluka, dan tak mungkin melanjutkan perjalanan dengan penuh luka.
Yang bisa ia lakukan hanya duduk dan menunggu, menunggu seseorang yang menyelamatkannya, menyembuhkan luka-lukanya dan melanjutkan perjalanan menuju tempat yang katanya indah itu.
Atau menunggu kematian yang akan menjemputnya lebih dulu.
1 note · View note
hanhanharu-blog · 6 years
Text
Kadang kita sendiri yang mengerti kesedihan kita, tidak orang lain, tidak orang terdekat kita. Hanya kita yang paham bagaimana perasaan itu. Bagaimana tersayatnya. Hanya kita
Dan Tuhan tentu saja
1K notes · View notes
hanhanharu-blog · 6 years
Text
Bagaimana mungkin..
Bagaimana mungkin seseorang bisa mencintai sekaligus membenci orang yang sama di waktu yang sama?
0 notes
hanhanharu-blog · 6 years
Text
Begini saja dulu
Ada suatu titik dalam hidup, dimana kita tak ingin kemana-mana. Disini saja. Lelah berlari tak tahu arah, kita ingin duduk saja, disini.
Barangkali selama ini kita terlalu tergesa-gesa, hingga lupa menikmati perjalanan. Untuk kali ini biarkan aku begini saja, duduk, menikmati pemandangan yang selama ini luput dari perhatian.
Aku lelah berlari, biarkan aku istirahat, sejenak. Bukankah dalam perjalanan banyak hal yang mestinya dapat kita petik hikmahnya, syukuri segala prosesnya daripadanya hanya sekedar berjalan terburu-buru.
Kali ini biarkan aku duduk disini, biar kamu yang temukan aku, ya?
1 note · View note
hanhanharu-blog · 6 years
Text
Dan aku kalah.
“Ketika orang yang kau damba berkata, “Kau akan menemukan seseorang yang lebih baik dariku.” Sebenarnya dia sedang berkata, “Aku telah bertemu seseorang yang lebih baik darimu.” Relakanlah dengan ramah. Kau kalah jika melemah dan marah.”
1K notes · View notes
hanhanharu-blog · 6 years
Text
Ada seseorang yang di luar terlihat kuat, bijaksana dan periang. Tapi di dalamnya ia kacau balau. Dalam sendirinya ia sering menangis dalam-dalam. Berkali-kali bertengkar dengan dirinya sendiri, berkali-kali berusaha mendamaikan hatinya sendiri.
1 note · View note