Tumgik
Photo
Tumblr media
"MUSHAF YN" Alhamdulillah, akhirnya kebeli juga Mushafnya. Namanya "MUSHAF CINTA YN" 😘😊😂 Kemaren kan sebelum ke sini aku sempet ngobrol sama mas. "Beli mushaf, yah? Soalnya 2 mushafnya Nisa kmren udah dikasi sama tmen" "Okke, berapa harganya emang?" tanyanya sekedar menanggapi tawaranku. "emm 65 ribuan kok, syang". "Ha?! 65.000?!" tanyanya kaget. Dalam hati, aku pun kaget. Mengira bahwa Dia kaget mendengar harganya. Barangkali kemahalan. Belum sempat aku menjelaskan, dia yang mendahuluiku. "aku kirain mushaf kayak gitu harganya sekitaran 500 ribuan, syang", ujarnya dengan sorotan mata heran. "heeeeee????" Kali ini giliran aku yang benar-benar dibuat heran dan kaget olehnya. "Yaa Allah, sejak kapan sih Ada mushaf sekecil itu mau dihargai 500 ribu?" kesalku dalam hati. "yah ngga lah mas, 500 ribu itu bisa dapet banyak mushaf tuh" terangku padanya dengan Mata melotot. "ya udah, ntar beliin yah yang mushaf buat berdua" "apa?" "mushaf buat berdua" jawabnya tanpa menoleh ke arahku. "warna apa?" tanyaku lagi. "emmmmmm.. Warna Janda alias warna ungu dongg" jawabnya dengan senyum yang mengembang di bibir. "ikh, masa ungu! Maunya tuh biru" rengekku lagi. "ga boyyeh" ledeknya padaku yang Kali ini benar-benar membuat aku kesal sungguhan. "ya uwis, Nisa ga mau beli ajah kalau gitu" ledekku balik. "mau dikasi dalil? (hahahahhaha) " tanyanya disertai tawa yang membuatku semakin menggerutu. "arrijaalu qowwamuuna 'alannisaa". Belum selesai dia menyebutkan dalil bahwa lelaki itu pemimpin bagi kaum wanita, aku mendengus keras tanda kekesalanku sudah membludak. "okke..okke.. Nisa nurut kalau udah kayak gitu", tapi raut wajah masih ga mengenakkan. "nah gitu doong istri pertama aku.( eeeeeh keceplosyann) sambungnya dengan lawakan yang kerap berakhir dengan aksi didiamin seharian penuh itu. "bombe itu!", ucapku mencoba mengancam. Rupanya dia sama sekali ga mendengarnya. "apa tadi?" "ikh, budek yah? Masih muda udah budek ajah" hardikku pelan. "astagaaa! Kok bisa ada istri yang ga sopan gini yah?" ledeknya lagi sambil menyikut lenganku. "teing ah. Malas sama mas, aku mau packing buat besok", elakku menghindarinya yang sepertinya gurauannya sudah sedikit membuatku kesal. Usai berkemas, aku meraih ponsel dan mencatat daftar belanjaan, termasuk mushaf itu. "warna ungu" ucapku sambil menulis. "nah gitu dong istriku syang" bisiknya di balik telinga kiriku yang kusambut dengan cubitan keras di pipinya. "awww! Sakit", jeritnya. "biarin, syapa suruh nakal?" ledekku. (Kelanjutannya udah ga diinget. Dan emang ga usah ditulis 😂😂😂😂)
0 notes
Text
MUKA DUA
Ada banyak sekali tipe orang Di dunia ini. Emang sih pada umumnya orang itu kalau ngga baik, yah pasti buruk. Orang baik selalu menyejukkan hati. Kata-katanya apik, tak pernah melukai relung sanubari. Sedang orang yang buruk? Subhanallah, keburukannya merembet ke mana-mana. Ada orang yang kerjaannya Jadi Pemancar/broadcaster, membawa siaran ke seluruh pelosok kampung. Denger kabar A tentang si Fulan dan Fulanah, dibawanya sampe ke penghujung kampung itu dan dijadikanlah kabar A itu sebagai A kuadrat bahkan lebih dari itu. Trus lagi, saat di perjalanan ia mendengar kabar B perihal Fulan dan Fulanah, ooooo ternyata si Fulanah itu dulu mantannya Ada sekian. Rupanya si Fulan yang katanya alimnya luar biasa itu, orangnya bla bla bla. Dibeberkannya kabar yang didengarnya yang entah valid apa ngga itu kepada siapa saja yang ditemuinya. Itulah kerjaannya sehari-hari. Parah? Mungkin ini lebih parah. Si Dia yang kerjaannya menyebarkan kabar itu tadi, ketika duduk bersama A, maka yang dibicarain adalah perihal aibnya si B. Lha giliran lagi duduk sama si B, dia pun sibuk ngelist daftar aib si A tadi. Apa ajah yang si A ceritain tentang si B kepadanya, bagaimana si A berusaha menjatuhkan si B Di depan orang2. Begitu seterusnya. Dan nih yaa.. Yang lebih parahnya lagi... Si dia itu sebenarnya memiliki aib seabrek. Kekurangannya bahkan lebih parah dari si A dan si B. Begonya juga lebih parah. Tapi Dia sok tahu. Kerjaannya menjelek-jelekkan orang dan berusaha mencari muka kepada kebanyakan orang. Aneh kan yah? Barangkali kita bakalan nanya. "emang Ada orang kayak gitu?" jawabannya "YA, ADA". Dan lebih banyak lagi jumlahnya. Dialah manusia bermuka dua. Meski demikian, Dia masih sering mencari-cari muka, padahal udah punya 2 Muka 😕😕
0 notes
Photo
Tumblr media
Merah-Putih. Sebuah lambang Negara yang selalu indah jika dipandang dengan penuh penghayatan. Merah-putih. Saksi bisu atas gencarnya perjuangan para pahlawan di masa silam. Merah-putih. Lambang keberanian juga kesucian. Akankah kita seperti makna merah putih itu?
0 notes
Text
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya
Ada banyak hal yang luput dari penglihatan kita. Mungkin kebanyakan dari kita selalu mengukur standar kebahagiaan berdasarkan porsi materi saja. Bisa punya mobil tentu membahagiakan. Bisa punya apartmen mewah tentu pula membahagiakan. Bisa punya budget milyaran bahkan trilliunan? Juga sumber kebahagiaan. Tapi sekali lagi ada yang luput dari pengamatan sebagian besar dari kita. Standar kebahagiaan tentu bukan melulu soal harta, tahta, dan segala glamour-glamour dunia lainnya. Sejatinya kebahagiaan itu amat sederhana. Bisa menorehkan senyuman di bibir mereka yang kesehariannya bergelimangan bekas-bekas kotoran demi mengais rezeki yang halal, luar biasa bahagianya. Bisa bermanfaat bagi orang lain, itulah kebahagiaan hakiki. Sejatinya kita tidak menciptakan kebahagiaan buat diri kita saja, akan tetapi Ada banyak nurani yang tersirami embun kesejukan. Ada banyak kecambah baru yang siap merekahkan bunga terindahnya kelak. Bahagia bukan melulu soal tahta. Terlalu jauh dan terlalu sulit untuk dapat menggapai kebahagiaan jika tolak ukurnya adalah tahta. Bahkan boleh Jadi kebahagiaan kita akan dilambung oleh kematian yang tidak diketahui kapan datangnya. Siapalah kita yang bisa memperoleh tahta dengan mudahnya. Apatahlagi mereka yang terkadang tak dapat dibedakan lagi mana wajah dan mana tumpukan rongsokan. Tak dapat dibayangkan. Terkadang kita berkeluh kesah atas tempat tinggal kita yang sempit, padahal kita masih dapat bercengkerama dengan orang-orang terkasih dalam keadaan sehat walafiat. Masih Ada obat nyamuk yang bisa kita pakai saat hendak tidur. Kita masih bisa merebahkan diri di sebuah kasur tebal berukuran hampir setengah meter. Lantas bagaimana dengan mereka yang malam-malamnya dilewati di ruas-ruas jalan kota? Bagaimana dengan mereka yang harus berkejaran dengan tim penertiban trotoar? Bagaimana dengan mereka yang tidur beralaskan kardus yang dibagi-bagi untuk anggota keluarganya? Patutkah kita berkeluh kesah? Masihkan kita tidak hendak bersyukur? Maka sangat mulia sekali jika Ada seseorang yang dengan ringan tangan mengulurkan bantuan apapun itu kepada mereka yang menjadi pembanding kita tadi. Amat mulia jika ada yang datang menawarkan "kalender kehidupan" kepada mereka pembanding kita. Apa itu kalender kehidupan? Ada yang mengatakan "pembebasan perbudakan". Budak apa yang dimaksud di sini? Budak nasib. Nasiblah yang menerlantarkan mereka. Tapi bukankah memang nasib bisa dirubah dengan usaha dan do'a? Begitulah adanya. Kerapkali kita berkeluh kesah. Manusia memang penuh keluh kesah. Bahkan jika ia diberikan 2 lembah berisi emas, niscaya ia akan berusaha untuk mendapatkan lembah yang ketiga (Al Hadits). Sungguh buruk apa yang digambarkan atas diri manusia. Lalu apa yang membuat kita bisa menjadi lebih baik? Ada yang mengatakan "berubahlah!" Tapi bagaimana standar perubahan yang baik itu? Ternyata Ada sebuah patokan yang sudah dijelaskan. "sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberikan manfaat bagi manusia lainnya" (Al Hadits) Sungguh indah rentetan kehidupan ini jika kita mau menjadi orang baik, senantiasa berusaha untuk berubah menjadi lebih baik, dan menebarkan kebaikan di manapun kita berada. Semoga di kehidupan setelah ini kita dapat menuai hasil yang baik-baik dari segala bentuk kebaikan sekecil apapun itu. Annisa Lentera Hati (St Harnia M Rapili)
0 notes
Quote
Penyesalan selalu menimbulkan kesesakan.
0 notes
Video
undefined
tumblr
Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) Miss them so much 😘😘
0 notes
Text
Selalu Ada Jalan
Aku adalah seseorang yang senantiasa percaya akan mimpi-mimpi. Sejak kecil aku selalu hidup dengan impian. Dulu. Saat aku terbangun dari Tidurku (tidur seorang bocah Kecil yang masih sangat polos), tiada lain yang kulakukan adalah menceritakan mimpi-mimpiku semalam atau menanyai apa mimpi orang yang saat itu tidur 1 pembaringan denganku. Orang yang selalu Jadi sasaran ceritaku adalah abangku satu-satunya. Kami terpaut hanya 2 tahun sehingga membuatku merasa bahwa dia bisa memahami apa yang akan kuceritakan. Tiap episode yang kuceritakan tak lain adalah tentang hal-hal menakjubkan yang terjadi dalam mimpiku. Aku pernah bermimpi memanjat sebuah pohon nangka milik tetangga samping rumah, maka kuceritakanlah mimpiku itu kepada abangku saat baru bangun tidur. Dia yang awalnya sabar mendengarkan penuturanku yang selalu saja menggebu-gebu, lama kelamaan merasa risih akibat ulahku. Aku kerap memaksakannya untuk ikut masuk ke dalam mimpiku. “kamu ada di bawah pohon itu kan saat aku mau melempar jatuh buah nangka yang sudah kupetik?” ucapku kepadanya di suatu pagi buta. “ah, tidak! Aku sama sekali tidak memahami alur mimpimu itu de, pake acara mencuri nangka segala lagi” balasnya dengan nada protes. “huh! Lalu siapa yang menangkap nangka semalam Kalau bukan Kaka?” selidikku padanya yang berujung pada tangisan super kencang ala Izah saat itu (izah adalah nama panggilanku dulu). Hahaha 😂 betapa lugunya aku pada Saat itu. Itulah aku yang selalu terobsesi dengan impianku. Pernah suatu pagi, aku menanyai abangku perihal apa yang dimimpikannya semalam. Katanya, ia bermimpi mendayung sebuah perahu dan mengelilingi sebuah danau yang indah bersama seseorang. Alangkah indahnya cerita itu aku dengarkan. Maka muncullah pikiran tololku saat itu. “ada saya toh dalam mimpimu itu?” kataku dengan harapan akan dibalas dengan kata “iya”. Ternyata di luar dugaanku, abangku hanya mengatakan “ah! Masa Ada kamu de? Dari mana kamu bisa masuk dalam mimpiku? Sembarang saja jadi anak kecil”. Belum selesai dia menolak argumenku, aku langsung nyolot “boaah! Ada aku! Pokoknya aku yang berada di belakang kaka tadi malam. Yang memegang tali di belakang perahu itu kan aku” bantahku Sambil seolah-olah menjelaskan alur dari mimpinya semalam. Maka jadilah seakan aku yang melakoni mimpinya itu dan abangku dengan terpaksa mengatakan “iya iya, ada kamu. Aku lupa, ternyata yang memakai sarung itu adalah adikku”. Maka legahlah perasaanku saat itu. Begitulah aku, selalu berusaha untuk menemukan jalan atas apa yang ingin aku gapai. Sekali lagi, aku adalah pejuang mimpi. Aku sangat ingin menjadikan setiap impianku jadi kenyataan. Belajar dari beberapa peristiwa yang sering terjadi antara aku dan abangku, saat aku berumur sekitar 6 tahun, aku mulai belajar menulis, membaca dan berhitung. Tak butuh usaha keras untuk mengajariku semua itu, aku telah lancar membaca dan menulis, bonusnya berhitung. Sampai saat ini aku masih ingat, tiap hari aku harus menyelesaikan hitunganku dari 1-1.000 sebelum aku memejamkan mata di malam hari. Meski di awal -awal aku bingung untuk mengucapkan kalimat “dua puluh” atau “sepuluh belas”, hingga abangku kembali mengajariku tentang aturan perubahan dalam menghitung. Ya, aku cepat memahaminya. Maka tiada tidur malamku sebelum menamatkan hitungan keseribu di tiap harinya. “sembilan ratus sembilan puluh sembilan” ucapku dengan suara agak keras (ingin didengar sama mamahku 😂😘) seribuuuuu 😊😊😊. TAMAT! Teriakku di kamar yang dindingnya terbuat dari bambu itu. Rentetan kisah yang kualami di gubuk kami yang sangat sederhana itu membuatku selalu bersemangat untuk merangkai cerita hidup yang mungkin bisa lebih indah.
0 notes
Photo
Tumblr media
Aku seorang Yang sangat menyukai pendidikan. Aku rela meski harus meninggalkan Orang Yang paling aku cintai demi sebuah nama, “pendidikan”. Entahlah, aku berpikir bahwa pendidikan adalah satu-satunya Cara Yang selama ini dapat mengubah mindsetku. Aku Yang dulunya memiliki pola pikir Yang cenderung sempit, dengan berada di lingkup pendidikan aku bisa sedikit demi sedikit merubah pola pikirku. Dulu ya, Saat aku melihat sebagian Orang sangat gencar menempuh pendidikan, aku berpikir,“apa sih Yang mereka cari? Toh juga mereka akan kembali ke dapur (ini kutujukan untuk para perempuan). Saat aku mulai beranjak remaja, masuklah aku ke salah satu Sekolah Menengah Atas berbasis Agama Islam, sebutannya MA (Madrasah Aliyah) Negeri. Barangkali memang sulit bagiku Saat itu untuk langsung bisa menyesuaikan diri dengan pola kehidupan di dalamnya. Kentalnya nuansa keagamaan di dalamnya, nasehat-nasehat Yang disampaikan oleh Kak Kholifah (Nama Ketua OSIS Saat itu), terkadang membuatku merinding. Tapi benarlah bahwa bersama kesulitan pasti akan Ada kemudahan. Aku perlahan-lahan bisa menyesuaikan diri, bahkan Yang awalnya aku berpikir bahwa aku ga bakalan punya Teman, itu adalah pendapat Yang benar-benar keliru. Beberapa minggu saja aku sudah mendapatkan banyak sekali sahabat. Di lain kesempatan aku akan menceritakan kelanjutan dari kisahku ini. Many thanks from Me, Harnia M Rapili.
0 notes