hasanahikaa
hasanahikaa
Hasanahikaa
12 posts
Chem-is-try
Don't wanna be here? Send us removal request.
hasanahikaa · 1 year ago
Text
Berjalan Kaki di Bumi Siliwangi
Berjalan kaki misalnya, nyatanya merupakan hal yang mahal. Sudah hampir dua bulan aku tidak bisa melakukannya. Dan hari ini, perasaan rindu itu tertunaikan. Aku mulai sedikit berjalan kaki menapaki setiap sudut kampus yang baru saja diguyur hujan. Kali ini aku lebih banyak menunduk, aku menyukai kakiku yang bisa melangkah menapaki aspal kampus dengan semerbak aroma tanah basah dimana-mana.…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hasanahikaa · 1 year ago
Text
Durian, Hujan, dan Bapak Tua
Bukan hanya rintik-rintik, selasa sore di bulan Februari kali ini diguyur hujan deras lengkap dengan petir bersahutan disertai perut yang sudah pasti keroncongan. Terpaksa niat untuk berkeliling kota Bandung sambil jelalatan jajanan pinggir jalan harus kuurungkan. Jatuhlah pilihan untuk meredam rasa lapar itu ke sebuah kedai cuanki rumahan yang cukup estetik di dekat kampus. Cuanki hangat, hujan,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hasanahikaa · 2 years ago
Text
Menjelang Malam Rabu
Kampus UPI, genangan air diatas aspal, aroma tanah basah, langit yang mulai redup dan mungkin juga hantu yang masih malu-malu. Selamat malam rabu teruntuk jiwa-jiwa yang mendambakan semangkuk mie instan lengkap dengan telur mata sapi dan juga secangkir teh hangat. Selamat mendekam diatas kemul yang berhari-hari tidak pernah terlipat, karena akhir-akhir ini hangat bukan hanya kebutuhan pokok di…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hasanahikaa · 4 years ago
Text
Pagi yang Murung & Secangkir Hangat Tanpa Teh
Pagi yang Murung & Secangkir Hangat Tanpa Teh
Sudah lebih dari enam minggu aku kembali menghabiskan waktuku sebagai seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta di kota Bandung. Ruang kerjaku terletak di lantai 3, dengan sebaris jendela kaca besar menghadap ke patung Jendral Husein Sastranegara di daerah Pajajaran. Pagi ini aku membawa satu kotak kecil soes kering untuk mengganjal perut yang akan aku hidangkan bersama dengan satu…
View On WordPress
0 notes
hasanahikaa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Perjalananku dimulai dengan bocah yang biasa ku sebut Bintang Kecil berinisial "R". Selepas Aku dari Bogor, R sering aku culik untuk mengajariku Bahasa Inggris mulai dari nol. Mengingat diriku ini buta terhadap Bahasa Inggris. Dia, Bintang Kecil yang berjiwa besar. Terimakasih Bugulu 😊😁
0 notes
hasanahikaa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Langkah berikutnya berlanjut bersama si Cantik yang sudah aku anggap seperti Kakak sendiri, "Teh Zia". Dari mulai berkeliaran seperti bocah hilang di kampus orang, keluar dari ruangan test TOEFL dengan jidat terlipat dan kepala berasap, kebingungan pilih jajan lumpia basah atau seblak buat mengganti energi yang terpakai saat di ruangan test. Untuk kedepannya, kita akan jadi partner yang sama sama berjuang, memperjuangkan yang pasti apa yang ga pasti? 😂 yang pasti pasti aja kali yaa... Wkakak
0 notes
hasanahikaa · 7 years ago
Text
Hatur nuhun Kang
Pengalaman Membuat E-Passport Ala Kyle Frizky . .
Take me where you’re going Don’t leave cause I’m falling Without you, I am lost. Take me where you’re going Don’t leave cause I’m falling. I don’t wanna miss a thing (miss a thing) Take me where you’re going. Don’t leave cause I’m falling Without you, I am lost (lost, lost, lost…) - Lost, Dion Timmer
Bismillah …
Sambil mendengarkan lagu Lost by Dion Timmer, sebuah lagu yang merupakan backsong video 45 Countries of Europe in 215 seconds By Barudak Global Degree ( check videonya di https://www.youtube.com/watch?v=fWy… ). Alasan mengapa saya mendengar lagu tersebut adalah agar mendapat sense-nya karena kemungkinan lagu ini yang akan menemani perjalanan keliling 12 negara (Japan, Hong Kong, Macau dan 9 Negara Asean kecuali Myanmar) sekitar 13 Juli - 10 Agustus 2017. Wacananya saya ingin membuat video 12 Countries of Asia in 60 seconds. Sebenarnya video 23 Countries of Asia mereka sudah sangat bagus, tapi rasanya saya sebagai orang Asia ikut tertantang membuat video review singkat benua sendiri. Mohon doanya  . . .
“Not All Classroms Have Four Walls”, - Postingan akun @globaldegree di Instagram sekitar 40 menit lalu. 
Di sore ini saya ingin bercerita perjuangan membuat passport. Bukannya udah punya passport? Yups, sebenarnya saya sudah punya passport. Tapi Passport yang dulu adalah passport biasa atau bukan e-passport. Terus ngapain buat e-passport kalau sudah punya Passport? sayang banget ngeluarin budget lagi. Jadi begini ceritanya … 
Seperti biasa modal pertama keluar negeri bagi saya adalah NEKAT. Khususnya NEKAT dalam membeli tiket pesawat mumpung selagi ada tiket murah. Tujuannya tidak lain adalah untuk menantang diri dan belajar lagi dan lagi. Saya selalu teringat dengan quote Kang Richard Brandson
“if someone offers you an amazing oppurtunity and you are not sure you can do it, say yes - then learn how to do it later”
Dalam istilah sunda keren kita mengenalnya sebagai “kumaha engke”. Karna quote itu terus menghantui diri saya. Alhasil saya membeli tiket ke Jepang sekitar tanggal 13 Juli 2017 dengan rute Kuala Lumpur (KLIA) - Osaka Kansai (KIX), harganya hanya 900K IDR. Siapa yang tidak tergoda dengan tiket yang semurah itu. Tanpa pikir panjang, saya membeli tiket dan berkata Kumaha Engke!
“Oh iya ya, kalau ke Jepang kita harus pakai Visa dan pasti salah satu syarat yang paling berat adalah Rekening Koran”. 
Apalagi bagi kita yang merupakan mahasiswa, bagaimana bisa punya uang berpuluh-puluh juta di rekening. Saya sempat membaca salah satu blog yang mengucapkan estimasi yang harus dimiliki di Rekening adalah 1.5 juta IDR dikali lamanya tinggal di Jepang. Wow, lebih berat lagi. Alhasil saya menanyakan seorang adik kelas yang pernah ikut program student Exchange. Ia memberitahukan kalau misalkan kita ingin ke Jepang bisa via jasa, tapi tetap saja ada syarat rekening koran. Saya coba tanyakan lagi kakak kelas yang ada di Fukuoka dan ternyata kita sebagai warga Indonesia mempunyai keistimewaan, kita bisa mengunjungi Jepang tanpa harus membuat visa, yakni dengan membuat e-passport! Setelah mendapat informasi itu, langsung lah terpikir membuat e-passport yang katanya bisa menjadi solusi alternatif untuk kita yang belum bisa memenuhi persyaratan membuat visa. 
Beli tiket ke Jepang (perginya doang) -> Bingung dan panik -> Baca Blog orang - Nanya ke temen yang pernah dan sedang ada di Jepang -> Pergi ke Jakarta Pusat buat E-Passport percobaan 1 (gagal) -> Pergi ke Jakarta Pusat buat E-Passport percobaan 2 (gagal) -> Pergi ke Jakarta Selatan buat E-Passport percobaan 3 (Yeay) -> Menulis tulisan ini
PERCOBAAN 1 : MEMILIH SETIA ATAU MENGORBANKAN?
Sepertinya judul tersebut cocok dengan percobaan 1 membuat e-passport yang gagal ini. Ko bisa gagal? emang persyaratannya engga lengkap? Tidak. Persyaratan yang isinya (1) KTP dan fotocopy, (2) Kartu Keluarga dan fotocopy, (3) Akta Kelahiran dan fotocopy, (4) Surat Perbaikan Nama dan fotocopy, serta (5) Passport Lama sudah tersusun dengan rapih. Terus ko gagal? 
Pagi sekali saya berangkat ke Kantor Imigrasi Jakarta Pusat Kelas 1 karena katanya untuk membuat e-passport tidak bisa dimana saja, tidak di Bogor maupun di Bandung. Tapi hanya bisa di Jakarta, Surabaya, dan juga Batam. Duh untung 4 tahun ini jadi anak jabodetabek. Seperti biasa, jumlah penumpang dan kereta yang tersedia di KRL Jabodetabek tidak seimbang yang mengakibatkan penuhnya kereta dengan lautan manusia, belum lagi orang-orang yang tidak bisa mengontrol dirinya di saat ingin masuk dan keluar kereta. Harus siap-siap tahan mental dah kalau naik KRL pagi-pagi mah. Dan setelah melewati ujian kesabaran dan sedek-sedekan yang panjang, sampailah saya di Kantor Imigrasi Jakarta Pusat Kelas 1. Wow, ternyata ini kanim yang berada di Jakpus. Pelayanan baru buka sekitar jam 8 pagi tapi antrian sudah panjang saja. Untungnya sistem yang digunakan bukanlah sistem antrian dengan hanya 100 orang pendatang pertama seperti sebelumnya, melainkan sistem jam. Siapapun akan dilayani selama datang jam 8-10 pagi. 
Sambil mengantri, saya berkenalan dengan satu perempuan dan seorang laki-laki. Perempuan ini sedang mengurus berkas pernikahannya dengan seorang Amerika yang ketemu di Jakarta. Sedangkan yang laki-laki ini adalah pekerja lepas pantai yang sudah banyak sekali mengunjungi negara-negara. Kami bercerita banyak. Tak terasa dua jam kami habiskan untuk ngobrol-ngobrol luar negeri dan datanglah giliran saya untuk membuat e-passport. Saya langsung masuk ke dalam gedung (soalnya antriannya di luar gedung, sambil berdiri lagi).
“Oh kamu mau buat e-passport? mana passport lamanya. Jadinya sekitar 2-3 minggu ya / Wah serius pak? Tapi boleh ga kalau passport lamanya saya ambil dulu sambil buat? / Oh engga bisa mas. Passportnya harus ditinggal disini. Emang kenapa mau diambil? / Iya mas, entar minggu depan saya mau ke Singapore soalnya hehe. Kemarin sih kata temen 5 hari udah jadi biasanya kalau e-passport / kalau yang si Mas jadinya baru 2-3 Minggu. Kalau mau cancel aja dulu buat e-passport yang sekarang. Entar pulang dari Singapore kesini lagi buat itu / hmmm okay lah mas kalau gitu. Makasih banyak yaa”, - Percakapan bersama salah satu petugas pemerika dokumen. 
Awalnya saya bener-bener nyesek banget harus cancel buat e-passport, artinya kalau cancel buat e-passport, cancel juga perjalanan ke Jepang. Dan tiket KL-Osaka, Osaka-Tokyo, dan juga Tokyo-Hong Kong berarti bakal hangus. Tapi di saat yang sama, saya harus jadi tour leader untuk ketiga teman saya (Syahid, Andika, dan Evita) selama perjalanan di Singapore - Malaysia seminggu setelah itu. Tapi saya yakin kita harus terbiasa dengan kekecewaan-kekecewaan besar agar kita sudah terbiasa dengan kekecewaan kecil. Kalau kata Mogi (teman asrama di Beasiswa dan teman angkatan di FIM), selalu sediakan sedikit ruang kecewa dalam apapun. Alhasil, dengan sedikit kecewa saya kembali ke pulang ke Bogor dan langsung prepare untuk Singapore-Malaysia Trip. 
Konklusi : Tetot, Percobaan 1 Gagal
PERCOBAAN 2 : MAS GRAB YANG KECEWA
Tiga minggu setelah percobaan 1, Percobaan 2 saya langsung datang dari Bandung. Di tengah-tengah keproduktifan menjadi salah satu panitia Beasiswa Perintis, saya pergi ke Bandung hari senin pagi dan langsung ke Bogor pada selasa paginya. Perjalanan kali ini cukup melelahkan karena harus berangkat dari Bandung dengan motor. Pengalaman di KRL di saat itu tidak banyak berubah. Siap-siap perang mental dan sedek-sedekan di kereta. Pas sekali kalau kita membayangkan sebuah meme seorang Toretto dengan gaya khasnya sambil berkata Welcome to Jabodetabek!. 
Sekitar jam 8 saya datang dengan strategi. Di otak saya sudah saya siapkan kalimat yang saya akan katakan pada penjaga antrian. “Oh iya mas, saya kemaren tiga minggu lalu kesini dan disuruh kembali kesini. Kira kira saya harus ikut antrian lagi atau gimana ya?”. Berharap tidak perlu ikut antrian yang panjang lagi. 
“e-passport mas? wah e-passport lagi engga bisa beberapa waktu ini. udah dua mingguan lah. Dan kita masih belum tau kapan bisanya, soalnya katanya belum bisa sampai waktu yang ditentukan”
OH …
Dalam hati tanpa bergeming sedikitpun. Untungnya sebelumnya sudah kecewa dengan percobaan 1. Jadi tidak ada rasa nyesek sama sekali atau merasa tenggelam ke tempat tidur dan terjatuh ke sebuah lubang Oval hitam seperti scene dimana chris dihiptonis oleh Mrs Armitage di film Get Out (2017). Dengan tenang, saya keluar dan langsung memesan Grab. Setelah naik Grab, sang driver kepo urusan saya di kanim. Saya pun memberitahukan bahwa ternyata e-passport sedang tidak bisa di kantor tersebut. Sang Driver marah dan lebih marah lagi setelah saya tahu bahwa saya datang jauh-jauh dari Bandung hanya untuk membuat e-passport di kantor imigrasi tersebut. 
“It is good we have to prepare for the best, but the most important thing is we have to prepare for the worst”, - Kalimat yang selalu saya ingat dalam melakukan apapun.
Saya sempat bertanya ke petugas kira-kira dimana lagi bisa buat e-passport dan siapa yang harus dihubungi. Ternyata di Jakarta Selatan bisa (terus ngapain selama ini saya datang ke Jakpus yang jelas jelas lebih jauh kantornya kebanding yang Jaksel zzz). Saya bertanya ke teman yang pernah kontak-kontakan dengan pihak Kanim (kantor imigrasi). katanya kita bisa komunikasi lewat twitter. Alright kalau begitu …
Konklusi : Percobaan 2 Gagal tapi solutif.
PERCOBAAN 3 : BERTEMU DENGAN KELUARGA TRAVELLING, KELUARGA FIRDAUS 
Percobaan dilakukan 3 hari setelah percobaan 2 gagal. Saya memutuskan untuk tidak pergi ke Bandung dulu dan izin extend kepulangan pada pihak panitia karena harus mengurusi yang satu ini. Pagi-pagi seperti biasa dengan cerita yang sama. Welcome to KRL Jabodetabek! Tapi saya baru ingat kalau saya punya Kartu Multi Trip KRL jabodetabek yang artinya saya tidak perlu antri ke mesin tiket (Tidak bisa dibayangkan antrian tiket setiap pagi di stasiun Bogor). Karena sekarang saya datang ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan, saya lebih santai dan tiba di Kantor Imigrasi sebelum jam 8 pagi. Wow what a record!
Pelayanan di Kantor Jakarta Selatan ini sangat baik menurut saya. Tempat antriannya di dalam gedung, ber-AC, ada tempat duduknya, tapi sayangnya saya tidak tahu username dan password untuk terkoneksi ke wifi disana. 
“Food, AC, iFlix, Wifi. What else do you want from Life?”, - Funny Quote.
Disana saya bertemu dengan beberapa orang dan yang paling intense adalah berkomunikasi dengan Pak Firdaus dan Bu Feni. Satu keluarga yang juga mau membuat e-passport walaupun sudah punya passport biasa. 
“Wah buat e-passport juga pak? / Iya dek, ini kira kira gimana ya? saya harus isi apa? / oh itu di isi aja pa sesuai sama yang ada di KTP Bapak sama Ibu / Oh iya pak, btw bapak udah ke negara mana aja selama ini? / wah mana ya, banyak dek. Kamu udah kemana dek? / Wah saya baru ke Paris Pa, Trocadero / Rumah saya di Trocadero padahal / yah tau gini harusnya saya kenal bapak sebelum ini ya pak hehe / iya dek harusnya. Oh iya kenapa buat e-passport? / Saya mau ke Jepang pak rencananya Juli ini. Mohon doanya Pak / Wah bagus-bagus, saya sudah ke Jepang dan emang mending pake e-passport. Oh iya saya mau telpon istri sama anak anak saya dulu ya. Mereka sedang di jalan / Oh iya pak lanjutkan”, - Percakapan bersama Pak Firdaus saat itu. 
Setelah menunggu sampai mendekati shalat jumat, nomor antrian saya dipanggi dan langsung siap siap menyerahkan berkas dan wawancara.
“Kenapa kamu mau buat e-passport dek? Iya pengen aja sih mba hehe / Sayang loh buat e-passport, lagian cuman Jepang doang yang bebas visa / Eh si mba, siapa tau entar nambah negara lain juga bebas visa atuh mba. Status pekerjaan kamu apa sekarang? / Mahasiswa mba / Mana KTM nya / Nih mba (sambil memperlihatkan Internatinal Student Identitiy Card atau ISIC karena KTM kampus telah hilang) / Ko kayak gini ya? / Itu internasional mba, KTM saya ilang sih. Tapi ada foto sama bukti ilangnya kalau mau mah / Ya udah kamu fotocopy ini dulu deh, kayaknya fotocopy KTP nya  engga bagus / Okay mba”, - Wawancara rasa ngobrol sama temen. 
“Nih mba udah (Sambil menunjukkan fotocopy yang baru) / Nah gitu bagus kan / Sini foto. Munduran eh, sambil mentok tuh / Yahaha udah aja saya disuruh keluar dari sini / eh buru foto sama sidik jari / udah gitu doang mba? / ya udah gitu mau ngapain lagi / kirain gitu mba, eh iya mba kata temen saya kalau misalkan buat e-passport, ID kita sama kayak yang di passport lama kan ya? / halah kata siapa/ kata temen / temennya pegawai imigrasi bukan? bukan / ganti lah / terus gimana dong saya udah beli tiket huaaaa. masa hangus / suruh siapa beli tiket duluan / huaaaa. okay lah saya harus beli tiket lagi kalau gitu” 
Setelah keluar dari ruangan wawancara saya bertemu dengan Bu Feni. dan menanyakan mengapa beliau belum beres. Setelah itu kami pun sedikit mengobrol dan saya baru tahu kalau beliau adalah adik dari duta besar untuk Afrika. Wow! what a rezeki! Beliau pun punya anak yang kerjaannya travelling dan beberapa bulan ke depan akan travelling ke Eropa. Saya meminta kontak beliau untuk bisa sharing terkait hal ini. 
“Bu kan saya sudah beli tiket. terus ternyata nomor ID passport baru sama yang lama itu beda. itu gimana ya bu? harus beli tiket lagi atau gimana? / oh engga ko, ngapain beli lagi. Kamu bawa terus passport kamu yang lama juga. Entar pas di bandara, liatin passport yang ID nya sesuai sama saat kamu mesen tiket. Ga apa apa ko / Wah serius bu? alhamdulillah kalau gitu mah. Makasih banyak bu, oh iya saya mau pulang bu bentar lagi mau jumatan. / Oh iya mari mari dek”.
Buat passport tanggal 5 Mei 2017 dan baru diambil hari ini tanggal 29 Mei 2017 karena pembuatan passportnya memakan 14 hari dengan harga 655K IDR. Setelah ini saya harus ke kedutaan Jepang untuk membuat Visa Waiver biar bebas visa ke Jepang. Yeay! Mohon doanya. Alright, sekian pengalaman singkat yang awalnya sempat membuat kecewa namun happy ending di akhir. Kita akan bertemu lagi dengan 30 Days of No Where Versi Asia yaaa. Arogatou Gozaimasu …
Buitenzorg, 29 Mei 2017
@ryanfrizky 
5 notes · View notes
hasanahikaa · 7 years ago
Text
Hai (seseorang yang Aku harap menjadi) belahan jiwa. Aku masihlah bocah kecil dengan keranjang rindu yang meluap ditangannya. Duduk sila diatas ranting, menikmati senyummu, menikmati binar matamu. Dan sesekali Aku harap ada setetes butiran bening dari sudut matamu dalam sepertiga malam, agar Aku dapat menyesapnya sebagai pengobat rindu.
0 notes
hasanahikaa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Karena tetesan darah yang mengalir pada jiwa kita adalah sama. Sejauh apapun jarak, pertengkaran kecil tempo hari tetaplah jadi bumbu untuk semakin merindu. Simpul kecil di sudut bibirku terlukis kala Ayah dan Ibu Kita menghidangkan sepiring kenangan tentang masa kecilmu, masa kecil Kita. (di Albidayah Cangkorah)
0 notes
hasanahikaa · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Phychembiomath... Berprofesi sebagai pencari nasi liwet nu aya asin sepatna. Kalo ngumpul moal jauh ti maen PS. Berasal dari negeri yang berbeda2, matak wayahna kalo ada yang mirip Nyek Nyobe. Yaaaah beginilah emoticon emoticon anak MIPA yang lagi berproses menjadi MIPAwan. *si Bio lagi absen*
0 notes
hasanahikaa · 8 years ago
Text
Bulir
Hujan, maafkan aku
Sepertinya malam ini aku terpaksa mengundangmu
Hanya untukku sendiri saja
Sudah kubilang bahwa aku pengagummu
Maka aku akan menumpahkannya bersamamu
Harus aku katakan seperti apa lagi
Bahwa nyatanya kuncupku telah disambut dengan api
_Siraru
Kota kembang
23 Januari 2018
0 notes
hasanahikaa · 8 years ago
Text
Ranting yang terlanjur kering
Tak berdaun, menunggu patah
Merindukan purnama diatas sila yang tak berpola
Sepiring senja telah habis
Secangkir hujan terlanjur dingin
Ah... Siraru ini hanyalah siraru
Rela mati demi cahaya yang dicintainya
__Siraru
Suatu malam di kota kembang
11 Januari 2018
0 notes