hbbokto
hbbokto
HB
536 posts
Hi, welcome to my personal blog. Disc: All views are my own.
Don't wanna be here? Send us removal request.
hbbokto · 10 months ago
Text
Apa-apa yang tidak tergapai oleh nafsu, biarkan hati belajar ridho. Semoga jadi tanda kesabaran, penyambung tali hati kepada Rabb Allah Ta'ala.
0 notes
hbbokto · 3 years ago
Text
Seni menikmati hidup dari detik ke detik
1. Punya ruh dalam setiap aktivitas dan berkhidmat pada sesuatu yang dikerjakan.
2. Sadari udara yang terhirup dan terhembus di ujung hidung ini akan ada masanya berhenti.
HBB | Nov 2022
6 notes · View notes
hbbokto · 3 years ago
Photo
Tumblr media
0 notes
hbbokto · 3 years ago
Text
Dengan nama Allah ﷻ yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Ayat ini membawa ingatan jauh ke tahun-tahun yang silam. Saat masih duduk di bangku kuliah, kami duduk di hadapan seorang ibu yang bersahaja yang membacakan maknanya kepada kami semua—mahasiswa yang banyak tengilnya. Semoga Allah ﷻ merahmati beliau.
Ayat ini diucapkan berulang-ulang kali dalam Al-quran, bahkan dibaca setiap kali memulainya. Bahwa Allah ﷻ Maha Pengasih Maha Penyayang kepada setiap makhluk-Nya.
Dalam salah satu mata kuliah Aqidah, beliau menyampaikan salah satu tafsiran ayat ini.
Allah ﷻ Maha Pengasih, menandakan bahwa Allah ﷻ tidak membeda-bedakan setiap makhluknya. Semisal di dunia Dia berikan semua makhluknya rezeki; makanan, pakaian, udara, keluarga, dan lain-lain. Sekalipun hamba-hamba tersebut menyekutukannya, menduakannya, dan mengkhianati tujuan penciptaannya. Namun Yang Maha Pengasih tidak begitu, Dia tumpahkan nikmat kepada semuanya di dunia ini. Tidak dibeda-bedakan.
Termasuk bayi yang tidak berdaya, ataupun anak burung yang jauh di atas sarangnya.
Demikianlah Allah ﷻ, Rabbku dan Rabbmu. Sayang dan rahmatNya pastilah lebih hanyak dan mendahului kemurkaanNya. MasyaAllah, Allahu akbar.
Adapun makna Allah ﷻ Maha Penyayang, kasih sayang yang tak berbilang hanya diperuntukkan untuk orang-orang yg beriman. Di dunia dan di akhirat.
Semua makhluknya Dia berikan rezeki dari sifatnya yang Maha Pengasih, tetapi sifatnya yang Maha Penyayang dikhususkan kepada orang-orang beriman.
Ketika di dunia, hanya orang-orang yang beriman yang mampu merasakan nikmat tahajjud, nikmatnya membaca Al-Quran, nikmatnya infak/sedekah, nikmatnya berdzikir dan bertaubat, nikmatnya bersilaturrahmi, dst. Hanya dirasakan oleh orang-orang yang hatinya beriman dan terhubung dg Allah ﷻ. Apalagi di akhirat, insyaAllah.
Dia menerima kembali setiap taubat dari setiap yang jatuh kepada kesalahan hingga ditutup nafas dari kerongkongan.
Sekalipun setiap orang melakukan ibadah-ibadah yang Dia khususkan untuk orang yang beriman, bagi mereka yang tidak membawa iman maka tiadalah ia akan merasakan nikmatnya.
Jika demikian. sejatinya Allah ﷻ telah melebihkan orang-orang yg beriman di atas hamba-hamba yg lain.
Semakin bersih hati seorang hamba, maka akan semakin dekat pula ia dg pertolongan Allah ﷻ, lebih dekat ia dg taufik-taufik yg dikhususkan untuknya.
Sungguh dari sifatNya pula memancar dan menjadi cahaya dalam diri orang-orang yg beriman.
Menariknya, ke-MahaanNya dalam mengasihi, Dia berikan kesempatan kepada setiap orang untuk menjemputnya, untuk mendapatkan juga ke-MahaanNya dalam sifat yg Penyayang tanpa membeda-bedakan diantara mereka.
MasyaAllah, Allahu Akbar. Di dalam 2 kata begitu tinggi makna-makna dibaliknya. Semoga diri ini dan orang-orang beriman senantiasa di dalam petunjukNya.
Jog, Nov 22
0 notes
hbbokto · 3 years ago
Quote
Di dalam organisasi kadang terjadi miskomunikasi. Kadang bisa ber-hudznudzhon, tetapi kadang tidak.
Kalo orang tidak suuzdhon, dia tidak bisa bisa ber-husnuzhon. Kalo aurat terbuka jangan diperlihatkan, tapi ditutup.
Intinya jika keburukan itu belum nampak, terimalah sebagai kebaikan dari Allah ﷻ. Namun perlu dipersiapkan pakaian-pakaian penutupnya.
Sumber: Tanya jawab kajian - Ustadz Syatori Abdul Rauf رَحِمَهُ اللهُ
0 notes
hbbokto · 3 years ago
Quote
Jika keburukan harus tetap ada, bagaimana dengan sedekah ada rasa riya’? Sementara riya’ muncul ketika kita menampakkan kebaikan.
"Jangan tampakkan kebaikan agar kita tidak riya’". Nasihat ini harus disikapi dengan bijak, misal Anda kok jarang kelihatan sholat jamaah di masjid takut dilihat orang yang menyebabkan dia tidak ke masjid. Tidak benar, tapi tidak pener.
Saya lebih suka tampakkan kebaikan, karena Allah ﷻ sudah siapkan pakaiannya. Misal yg lain, ada kesempatan bersedekah maka ia tidak jadi karena takut riya’.
Jika kebaikan tidak ditampakkan, maka yang akan tampak keburukan.
Kalo seandainya dengan kita menampakkan. Apakah orang yang menyembunyikan amalnya menjamin dia ikhlas tidak? Jika tidak mewaspadai bisikan, maka ia bisa terjurumus ke dalam riya’. Wallahu a'lam
Ustadz Syatori Abdul Rauf رَحِمَهُ اللهُ
0 notes
hbbokto · 3 years ago
Quote
Bagaimana jika keburukan berulang kali, tapi ada keinginan untuk berubah?
Tidak ada kata takdir untuk kata amal, takdir hanya untuk peristiwa. Takdir adalah sesuatu yang tidak bisa kontrol, sedangkan amal bisa dikontrol. Kita ada di sini, ini takdir atau kesengajaan kita? Ini ada faktor kesengajaan kita.
Kesengajaan itulah yang nanti akan dimintai pertanggung jawaban. Siapapun yang berbuat dosa harus bertaubat. Hukumnya itu saja. Apakah taubatnya diterima atau tidak, ada dalam penilaian Allah ﷻ.
Sulit untuk menghindari dosa? Berarti ada keinginan untuk berbuat dosa. Keinginan berbuat dosa itu buruk, tapi itu adalah keburukan yang tidak kelihatan. Maka tutupi dengan mujahadah, untuk berjuang tidak terjerumus kembali. Allah ﷻ nilai tidak hanya saat kita berbuat baik, tapi juga saat kita berjuang.
Sulit akan kembali ke orangnya. Alasan sulit itu akan diminta pertanggung jawabkan, Akan ada pertanyaan kenapa sulit, atau hanya karena tidak berjuang.
Tidak ada kesulitan yang tidak bisa diatasi bagi orang yang mau berjuang. Tanyalah pada diri sendiri, apa yang akan saya jawab di hari akhir.
Persepsi kita terhadap sesuatu itu harus kita luruskan. Banyak orang memahami masalah sebagai penghalang, tapi sebagian menganggap sebagai batu pijakan agar bisa naik kelas. Agar masalah itu selesai, atasi masalahnya. Artinya kita menaikan diri kita di atas masalah. Wallahu a’lam.
Sumber: Tanya Jawab Kajian - Ustadz Syatori Abdul Rauf رَحِمَهُ اللهُاللهُ
0 notes
hbbokto · 3 years ago
Text
Hamba Yang Dirindukan Surga
Catatan kajian Ustadz Syatori Abdul Rauf رَحِمَهُ اللهُ
Kali ini kita diajak mentadabburi QS. Yasin: 25-26 yang berbunyi: إِنِّىٓ ءَامَنتُ بِرَبِّكُمْ فَٱسْمَعُونِ "Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. قِيلَ ٱدْخُلِ ٱلْجَنَّةَ ۖ قَالَ يَٰلَيْتَ قَوْمِى يَعْلَمُون Dikatakan (kepadanya): "Masuklah ke surga". Ia berkata: "Alangkah baiknya sekiranya kamumku mengetahui."
Kita tahu, semua orang merindukan surga, tapi tidak semua orang yang di-rindukan surga. Ayat ini akan mengajarkan kita bagaimana menjadi hamba yang dirindukan surga.
Ayat 25 tersebut mengisahkan seorang hamba yang dibunuh oleh kaumnya sendiri karena beriman kepada Allah ﷻ. Ketika diperlihatkan surga, ia berkata: "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui".
Demikianlah mereka yang mati membawa iman. Namun, tidak semua orang yg mengaku beriman, tapi begitu dia mati ternyata imannya tidak dibawa.
Lalu, siapa yg membawa imannya sampai mati?
Iman adalah sinar pengertian yang ada pada diri manusia yang membuatnya mengenali seutuhnya ia adalah hamba Allah ﷻ. Sehingga apa yg dilakukannya, dilakukannya sebagai hamba Allah ﷻ.
Perhatikan QS. Al-Furqan ayat 63, 64, dan seterusnya.. (63) Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (64) Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (65) Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal" (66) Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
Seminimalnya keburukan orang kepada kita harus menjadi jalan surga bagi kita, tapi jangan sampai menjadi jalan neraka bagi dia. Untuk naik kelas, kita bantu untuk sama-sama masuk ke surga-Nya.
Ayat di atas mengajarkan kita untuk senang bertaqarrub dengan Allah ﷻ. Seorang hamba Allah ﷻ merasa nyaman ketika merasa dekat dengan Allah ﷻ.
Orang-orang yang senang berdoa. Seorang hamba Allah ﷻ dia menjadi orang yang menjaga diri dari segala sebab yang bisa menjadi sebab masuk jahannam.
Dosa adalah keburukan yang dihadirkan untuk menjadi kebaikan bagi manusia. Apa kebaikannya? Salah satu kebaikan yang nyata adalah doa. Doa meminta perlindungan kepada Allah ﷻ, itu adalah kebaikan.
Bagaimana ada kebaikan jika tidak ada keburukan. Maka logis kalo keburukan itu dihadirkan untuk menjadi pembawa kebaikan.
Kita akan hanya menjadi orang baik saat kita menemukan keburukan. Hanya orang yang menemukan keburukan di dalam dirinya yang bisa menjadi orang baik.
Teman yang baik kita balas dengan baik, ada nilainya tapi tidak seberapa. Namun teman yang buruk datang ke kita–menjadi dongkol, dll–tetapi kita tetap bersikap baik dengan dia, maka itulah orang yang bisa disebut orang baik yang sesungguhnya. Orang yang menemukan kebaikan di dalam keburukan.
Inilah hikmah.
Tidak ada satupun dosa, kecuali diawali dengan keburukan yang tidak nampak. Sebuah dosa dimulai dari keburukan yang tidak tampak. Keburukan tadi dipandang sebagai sebuah kewajaran. Contoh, kita mau parkir motor ternyata motor kita terjebak. Pada saat itu kita jengkel ga? Jengkel. Jengkel itu baik atau buruk? Jengkel kan buruk, tapi nampak tidak? Aslinya tidak, adanya di dalam. Kejengkelan yang tidak nampak ini jika tidak dikelola bisa jadi dosa.
Sebelum marah2, jengkel dulu. Sebelum keburukan diwali oleh keburukan yang tidak nampak.
Adakah orang yang marah-marah jika dihina? Pertama, dimulai tersinggung. Sebelum dosa itu nampak, ada sinyal terlebih dahulu. Ada tanda-tanda, dan tanda-tanda itu hanya dirasakan oleh kita.
Contoh lain, gosip. Ada yang tidak tampak sebelum itu, rasa ingin menyimak. Ada wanita cantik lewat? Ingin melihat itu jadi dosa. Namun jika bisa mengelola, menjadi kebaikan.
Tiada satu pun dosa, kecuali dengan keburukan yang tidak nampak. Yang seringkali dipandang sebagai kewajaran, agar kita menerimanya sebagai kesempatan untuk menutupinya dengan kebaikan.
Setiap keburukan yang tidak nampak dalam hidup–tidak nampak dalam bentuk sikap, tapi dirasakan–Allah ﷻ sudah siapkan pakaian kebaikan untuk menutupinya.
Contoh yang tidak nampak; jengkel, benci, buruk sangka, dendam, kasar, egois, bakhil, sombong, zhalim, malas, dst. Sebagai contoh sombong, Allah ﷻ sudah siapkan pakaian untuk menutupi kesombongan dengan tawadhu’.
Siapa yang bisa mengenakan pakaian tawadhu’? Hanya mereka yang sombong.
Sombong adalah perintah kehidupan agar kita punya kelebihan. Itu alamiah. Justru orang yang tidak punya apa-apa jadinya minder. Maka Allah ﷻ meresepkan pakaian penutup sombong ini dengan tawadhu’. Dan karena kehidupan sudah memutuskan sombong itu buruk, maka siapapun harus menyiapkan pakaian penutup sombong bernama tawadhu’.
Sombong itu harus, artinya setiap orang harus punya kelebihan. Namun kesombongan tersebut jangan ditampakkan. Orang yang tidak ada kesombongan di dalam dirinya, maka dia tidak akan merasakan tawadhu’.
Semua harus didudukkan pada kedudukan yang semestinya.
Contoh lain, riya’. Baik/buruk? Semua sepakat buruk.
Hukumnya selama keburukan itu tidak nampak, tidak apa-apa. Karena setiap keburukan yang tidak nampak, pasti di situ ada kebaikan. Riya’ itu tidak apa-apa, asalkan jangan ditampakkan.
Misal, menutup aurat. Aurat itu tidak dihilangkan, tapi ditutup. Maka riya’ sama dengan aurat.
Riya’ adalah perintah kehidupan agar kita punya keinginan untuk dipuji. Keinginan untuk dipuji penting bagi kehidupan kita? Sangat penting. Keinginan dipuji itu agar kita bersungguh-sungguh dalam beramal.
Dan karena kehidupan sudah memutuskan "ingin dipuji" itu buruk, maka siapapun harus menyiapkan pakaian penutupnya, bernama ikhlas.
Apakah boleh benci? Boleh. Asal kita tidak tampakkan kepada orang yang kita benci. Benci itu dibutuhkan untuk membuat kita berada di tingkat kualitas yang lebih tinggi.
Malas yang tidak ditampakkan, diganti dengan pakaian rajin. Malas baca Quran tidak apa-apa, yang penting tetap baca. Walaupun malas baca, tetapi kita masih baca atau tidak? Mana yang tinggi kualitasnya di sisi Allah ﷻ? Yang tau kita malas siapa? Hanya kita dan Allah ﷻ. Maka malas adalah kebaikan yang Allah ﷻ turunkan kita untuk menaikan kualitas kita.
Lalu bagaimana keburukan yang nampak? Allah ﷻ sudah siapkan kebaikan untuk menutupinya dengan Taubat.
Sebagaimana yang dikatakan Allah ﷻ (At-Tahrim: 8): يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوًا "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)..."
Ustadz رَحِمَهُ اللهُ membacakan :
“Wahai hamba-hambaKu yang sudah melampaui batas, jangan berputus asa dari rahmat Allah ﷻ.”
Walladzina idza anfaquu lam yusrifu wa lam yaqturu wa kaana baina dzalika qawaman. Tawazun dalam semua urusan. Orang-orang yang berinfak tidak berlebihan tapi juga tidak kikir. Batasannya: tidak menyulitkan tapi juga tidak memudahkan urusan. Itulah sikap hamba yang disukai Allah ﷻ.
Tidak berharap kepada siapapun selain hanya kepada Allah Ta’ala. Kalaupun ia berharap kepada manusia, tidak untuk kepentingan dirinya tapi kepentingan yang ia punya harapan kepadanya. Seorang ayah/ibu berharap sesuatu kepada anaknya agar kelak berhasil–untuk membantu hidupnya menjadi berkualitas. Misal ia berharap anaknya mau mencuci, belajar, tujuannya agar ia mandiri.
Atau orang yang mengumpulkan infak datang ke orang kaya. Berharap untuk menerima infak, agar bisa menyelamatkan hartanya pada hal yang bermanfaat untuknya.
Hidup ini ada karena adanya harapan. Dan tidak ada yang kita harapkan dalam ini selain masuk Surga.
Apakah orang yang mengharapkan surga pasti dia hamba Allah ﷻ? Jika kita membayangkan hidup enak, bebas dari kewajiban, bukan harapan seorang hamba Allah ﷻ. Dan tiada yang membuat seorang hamba ingin masuk Surga selain hanya ingin bertemu dengan Allah ﷻ.
Ada yang ingin masuk Surga karena pengen ketemu bidadari? Apakah salah? Tidak juga, cuma itu menunjukkan kualitasnya. Motivasi utama masuk Surga adalah berharap bertemu dengan wajah Allah ﷻ.
Jika karakter-karakter ini ada pada diri kita, maka mudah2an Allah ﷻ muliakan di dunia dan di akhirat.
0 notes
hbbokto · 3 years ago
Note
Mas,, sebetulnya sy sudah suka sm mas dr lama. 2016/2017 sy lupa pastinya kapan. sy cuma pengen ngasih tau aja sih mas. jangan merasa terbebani ya mas. sy juga belum mau menunjukan diri. kita juga ga saling kenal mas hihi.. sy suka image yang mas hb bangun di sosial media. i know mas apa yang ditunjukan di sosial media belum tentu semuanya benar :D... Sy terus mendoakan mas hb, tapi kalaupun ini akan menjadi cinta sendiri ya sy ikhlas mas.. sy akan turut bahagia mas dengan siapapun nanti. kebahagian sy bukan tanggung jawab siapapun begitu pula mas hb. sy hanya ingin hati sy lega dgn mengutarakan ini walaupun belum secara lisan, sy cuma berani lewat tulisan itu pun anonim wkwk.. Terima Kasih mas, mohon maaf juga sy ga bisa mengendalikan perasaan sy. Sehat sehat mas habibi, semoga selalu di limpahkan bahagia dimanapun mas berada :)
Hi Mbak, terima kasih sudah mengikuti tumblr saya walaupun sudah lama saya tidak unggah dimana-mana. Semoga Mbaknya & keluarga senantiasa diberikan hidayah dan mendapatkan ridha-Nya. Begitupun dengan segala doa-doa baiknya, semoga kembali pada yg mendoakan.
Dari pesan2 yg lain saya rangkum di bagian yg ini saja ya.
Pertama untuk tipe saya adalah perempuan tulen/tidak belok, lembut, mampu mengusahakan akhlak yg baik, dan menganut agama yg sama. Namun untuk kriteria spesifik tidak dapat saya sebutkan, saya yakin setiap orang punya karakter yg menjadi daya tariknya sendiri-sendiri.
Kedua, jangan tertipu oleh image yg dibangun di media sosial. Saya manusia yg banyak aib & kurangnya. Namun segala puji bagi-Nya yang telah menutupinya dari orang lain. Jika Mbak tidak mengenal saya secara langsung di kehidupan nyata, maka kekurangan saya sangat banyak dari yg mungkin Mbak tahu.
Ketiga, ta'aruf itu sebaiknya memamg tidak langsung. Menjaga kesucian di tengaha-tengah prosesnya. Walaupun tidak berdua-duaan, dua orang yang ta'aruf kurang afdhal untuk berkomunikasi secara langsung. Untuk lebih lanjutnya, mungkin bisa disimak kajian pra-nikah dari Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri (Rahimahullah) di sini: https://youtu.be/2YIeB12-YtQ (Wedding Series). Selain ini, untuk Live Coaching, Mbak-nya bisa ikut Sekolah Pra Nikah (SPN) atau Akademi Keluarga Masjid Nurul Ashri yg diadakan secara berkala. Pengetahuan saya pun terbatas, barangkali Mbaknya bisa memahami dg lebih baik.
Terakhir, saya tidak menolak tetapi saya belum berkenan ta'aruf dengan cara seperti ini. Barangkali di lain waktu jika ada yg menengahi.
Demikian, semoga Allah Ta'ala senantiasa memberikan taufiknya kepada kita semua. Jazakillahu khoiran ya
0 notes
hbbokto · 3 years ago
Note
Mas, Dalam waktu dekat mau nikah tah? sy lihat profil instagram seperti foto prewedd. mohon dijawab ya mas. :)
Halo, siapapun di sana. Sejauh ini belum ada rencana menikah, dan masih berproses untuk memantaskan diri. Mohon doanya juga agar yg ditunggu bisa segera hadir, beriring ridha dari sisi-Nya.
0 notes
hbbokto · 3 years ago
Text
Terhadap takdir & ketentuan-Nya bersabarlah. "Bagaimana kamu mengaku beriman, padahal kamu belum diuji".
0 notes
hbbokto · 4 years ago
Text
"Orang-orang yang tidak berikhtiar maksimal, tawakalnya basa-basi aja" 😭
Postnya Mbak Ardina ini emang suka menampar.
0 notes
hbbokto · 4 years ago
Text
Kita harus menikmati hidup, karena hidup cuma sekali. ❎
Mati cuma sekali, hidup setiap hari. ❎
Kita hidup di dunia untuk berbekal, untuk pulang ke sebaik-baik tempat. ☑️
1 note · View note
hbbokto · 4 years ago
Text
Orang-orang yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah Ta'ala semata, lalu ia bersabar dalam menjalaninya proses dan istiqomah dalam takwa. Tak salah lagi, pasti beres urusannya. Allah Ta'ala puaskan pula hatinya atas buah kesabarannya.
Jika di dunia saja demikian, apalagi di akhirat. Dikisahkan tentang seorang yang dicelupkan ke dalam surga setelah menjadi orang paling menderita di dunia, ia segera menjadi lupa dengan kesengsaraannya. Lalu Allah Ta'ala tambahkan lagi nikmat, sehingga ia puas dan ridha dengan balasan-Nya. Selain itu dia bergabung dalam kelompok yang rukun, saling mencintai, dan tidak lagi merasa penat dan letih.
"Hidup mereka rukun dan damai bagaikan saudara-saudara kandung. Mereka tidak pernah merasa penat, lelah, atau letih." (QS al-Hijr [15] :45-48).
"Didatangkan pula penduduk surga yang paling sengsara di dunia. Kemudian ia dicelupkan ke dalam surga dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan keburukan sekali saja? Apakah engkau pernah merasakan kesulitan sekali saja?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku! Aku tidak pernah merasakan keburukan sama sekali dan aku tidak pernah melihatnya tidak pula mengalaminya." (HR. Muslim no. 2807).
0 notes
hbbokto · 4 years ago
Quote
Jalur hidupmu masing-masing, berhentilah mengikuti perlombaan imajiner akibat tuntutan manusia. Engkau tidak diminta untuk menjadi lebih baik dari orang lain, melainkan dari dirimu yang kemarin, dan kemarinnya lagi..
1 note · View note
hbbokto · 4 years ago
Text
Pernikahan & Rezeki
Ternyata pernikahan dan rezeki lebih dekat kepada Aqidah daripada sekedar hubungan muamalah antarmanusia.
Bagaimana tidak, Allah Ta'ala berfirman:
“Dan sungguh kami akan mengujimu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam hal harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira terhadap orang-orang yang bersabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 155)
Di dalam pernikahan dan rezeki sebagian besar itulah yang banyak ditakuti oleh manusia. Banyak yang bertanya-tanya dengan logikanya, "Mau ngasih makan apa anak orang? Besok makan apa? Uangnya saja tidak ada.." Pemikiran logis tapi tidak disetujui oleh para pemilik aqidah yang kuat.
Bagaimana tidak, jika Allah Ta'ala sendiri yang menyuruh pernikahan dan menjamin rezeki setiap makhlukNya, saat kita tidak yakin dengan itu maka kita telah menyekutukanNya dan tidak benar-benar yakin kepada Allah Ta'ala. Menafikkan sifatNya yang Maha Kaya, Maha Pengasih dan Maha Pemurah kepada hamba-hambaNya.
“Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki” (Al-Hajj: 58).
“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya” (Huud: 6).
Selama ini jika kita perhatikan, bukanlah tangan kita yang menyuapkan nasi ke mulut, lalu kedua gigi yang mengunyah, dan yang menjadikan sari-sari makanan itu bermanfaat bagi tubuh, melainkan semuanya terjadi atas izin dan kehendak dari-Nya semata-mata.
Takut sekedar takut adalah kewajaran dan membangkitkan sifat kehati-hatian, tapi berhenti melangkah karena kita terkungkung oleh rasa takut tersebut maka disitulah aqidah akan goyah dan dipertanyakan adanya; apakah benar-benar beriman atau baru menjadi orang yang mengaku beriman.
Sudah sepatutnya kita mengoreksi syahadah kita. Sudah sepatutnya kita menanyakan kekuatan aqidah kita, sudah sepatutnya kita menyelami makna "Laailaaha illallaah.." Jika benar-benar tidak ada yang disembah melainkan Dia, dan kita berbuat dan tidak berbuat hanya karena Allah semata-mata, sungguh tidak ada lagi ketakutan yang pantas dipelihara dalam dada jika segalanya telah dijamin oleh-Nya.
Wallahu'alam, semoga Allah Ta'ala selalu memberikan kita hidayah dan taufik dari-Nya. Aamiin.
0 notes
hbbokto · 4 years ago
Text
"Punya pakaian Tapi Telanjang"
Kita ini berilmu ibarat orang yang punya pakaian tapi tetap telanjang. Sebab pakaian yang dipunyai tidak dipakai, melainkan menjadi penghias semata-mata.
Sebagaimana pakaian yang Allah Ta'ala anugerahkan & titipkan kepada manusia yang akan dituntut pertanggungjawabannya di akhirat kelak; demikian pula ilmu yang akan ditanyai serinci serinci-rincinya. Sebab di pengadilan Allah Ta'ala tidak ada yang tersembunyi & tidak ada pula yang mungkin terlewati. Tentang bagaimana ia diperoleh, darimana asal dapatnya, kemana & untuk apa ia dipakai, siapa saja yang menerima manfaatnya atau bagaimana ia dibelanjakan. Sebab itulah, orang-orang mukmin tidak pernah mencintai harta dunia.
Semakin banyak titipan, maka semakin banyak pula beban yang harus dipertanggungjawabkan, sehingga semakin lama persidangan di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu jualah para khalifah-khalifah terdahulu lebih memilih hidup sederhana, bahkan dikisahkan merasa cukup dengan baju bertambal-tambal, tapi tetap hidup dengan bersahaja. Kisah teladan yang terasa jauh dari kita semua, sebab sulit menemukannya di zaman ini. Padahal jika mau, mereka mampu mendapatkan layanan apa saja yang mereka inginkan.
Kendati demikian, generasi yang mendapat anugerah ilmu berlimpah ruah itu, tidak bermegah-megah & menyombongkan diri dengan segala ilmunya. Melainkan menjadi semakin tunduk patuh & tawadhu'. Hari-harinya diisi dengan amalan yang bertambah-tambah, demi menjadi lebih baik setiap harinya. Sebab demikian Allah Ta'ala ridho dengan hidup mereka... "Generasi terbaik adalah generasiku, lalu setelahku, lalu setelahku.." dan kita adalah generasi yang jauh dari generasi Rosulullah ﷺ maka tak dapat lagi diukur jauhnya kualitas kehidupan kita dibandingkan mereka.
Jika dipikir-pikir, diajak merenung, ilmu di zaman ini dibandingkan dulu lebih mudah mencarinya, pun jumlah dan bentuknya melimpah ruah. Sayang, kualitas hasil yang didapat tak sebanding. Jauh panggang dari api. Barangkali kurang keberkahannya. Sebab sebagaimana harta ia dipakai untuk bermegah-megah, merendahkan orang, menyudutkan orang, dan untuk menundukkan orang lain, pun tidak ketinggalan pula berlomba-lomba dalam harta dunia. Tahulah kita, bahwa yang demikian membuat semakin berat beban pertanggungjawaban yang harus dipikul. Semoga saja kelak tidak menjadi boomerang penyesalan.
Hal yang demikian karena kita terjerumus nafsu-nafsu (lebih menginginkan) dunia, dan menjadi bahan tunggangan setan laknatullah. Tidak heran surga yang mulia "sebagian besar untuk orang-orang terdahulu, dan segolongan kecil untuk orang-orang kemudian". (Al-Waqiah:13)
Karena alasan-alasan demikian, aku ingin sekali dinasehati. Minta tolong ditarik kembali jika terlanjur terdorong & jauh dari ilmu sendiri.
0 notes