dunia itu fana, akhirat itu nyata. Pun kita dicipta untuk ibadah dan taat
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo

MEMBUANG SAMPAH-SAMPAH PIKIRAN DAN PERASAAN Sampah yang paling berbahaya bagi orang lain adalah sampah pikiran. Sementara sampah yang paling meracuni diri sendiri adalah sampah perasaan. Setiap manusia terlahir sebagai individu yang suci. Tanpa sampah atau noda apapun dalam dirinya. Dalam agama yang saya anut, Islam, tak ada yang disebut sebagai dosa turunan: Konon, setiap bayi lahir bersama kebeningan hati dan kejernihan akal. Sayangnya, sebagai manusia, mereka juga terlahir sebagai makhluk yang lemah. Tentu saja kelemahan itu bisa ditafsirkan bukan hanya soal fisik, tetapi terutama mental. Maka, dalam agama saya, perjalanan hidup manusia sejatiya adalah proses untuk menguatkan mentalnya��pikiran dan perasaannya—demi menjadi pribadi yang kuat (dengan kualitas ‘taqwa’, yang juga berarti kekokohan) dalam rangka membuktikan imannya kepada Tuhan. Ini mungkin pembahasan yang rumit, tetapi akan menarik jika kita benar-benar bisa memahaminya. Jika kita sepakat melihat hidup manusia sebagai sebuah perjalanan… Kita semua adalah individu-individu yang sedang mengumpulkan bekal. Perjalanan hidup kita jadi ringan atau berat, tergantung bekal apa yang kita miliki untuk berperjalanan. Lihat saja, banyak orang yang mengumpulkan hal-hal yang tidak perlu dalam hidupnya, untuk dibawa dalam ransel sepanjang perjalanan, membuat beban yang harus mereka bawa menjadi tak semestinya. Demikianlah, tanpa sadar, mereka mengumpulkan sampah sepanjang hidupnya! Sampah-sampah itu mereka timbun dalam ransel pikiran dan perasaan. Sampah-sampah itulah yang mengubah mereka dari pribadi yang suci menjadi individu yang licik, penuh curiga, mudah membenci, sulit memaafkan, tak tahu terima kasih, pesimis, dan melulu mementingkan diri sendiri. Tentu saja kita bisa memberi aneka nama bagi sampah-sampah itu. Misalnya ada yang lebih mudah kita sebut sebagai ‘dosa’. Tetapi sebelum kita selesai mendaftar semuanya, mungkin semua kosakata yang kita punya tak sanggup mewakili semua bentuk dan bau sampahnya. Yang jelas, akibat semua sampah itulah hidup kita jadi berat sekaligus penuh kekacauan. Kita berjalan tak punya arah, berputar-putar di tempat yang gagal membuat kita dewasa dan bijaksana, terjebak di ruang sempit yang penuh aroma kepanikan, ancaman, kekhawatiran, serta ketergesa-gesaan. Pada saatnya, sampah-sampah itu menggunung menghalangi cakrawala berpikir dan merasa kita. Dan ketika kita berusaha membakarnya dengan amarah atau kekecewaan, asapnya membubung menutupi langit—membuat kita gagal melihat kebenaran-kebenaran atau mengimajinasikan impian-impian. Di sanalah kita selalu butuh momen untuk menyadari bahwa kita perlu membersihkan sampah-sampah itu dari diri kita. Momen itu bisa kita lakukan setiap hari. Dalam Islam, dengan shalat, misalnya. Bisa jika kita lakukan setiap bulan. Dengan sedekah, misalnya. Atau dengan hal-hal lain yang sifatnya rutin maupun insidental: Apapun yang membuat kita bisa melongok ke dalam diri sendiri, menyadari sampah-sampah yang ada, lalu mulai membersihkan atau mengurainya. Bagi saya sendiri, setiap tahun selalu ada momen di mana saya merasa harus berhenti sejenak: Melihat diri sebelum pergi lagi. Momen itu bernama ‘hari ulang tahun’, untuk memudahkan saja sebenarnya. Di hari itu saya menghitung hari-hari yang saya lalui, tahun-tahun yang saya capai, langkah-langkah yang saya ambil. Untuk membersihkan sampah perasaan, saya mencari momen sendiri di mana saya bisa berdua-duaan dengan Tuhan: Melakukan apa saja yang orang lain tak perlu tahu dan tak perlu saya ceritakan kepada siapa-siapa. Di momen bersama-sama dengan orang lain, saya berusaha membersihkan sampah-sampah pikiran: Saya temui sebanyak mungkin orang, memberi memberi mereka kebahagiaan, mengajak mereka makan bersama atau membuat perayaan-perayaan kecil apa saja untuk berterima kasih kepada mereka. Saya biasanya memulai dari orang-orang terdekat, orang-orang yang saya sayangi dan menyayangi saya. Hari ini ulang tahun saya yang ke-29. Entah berapa banyak sampah pikiran dan perasaan yang saya kumpulkan selama 29 tahun ini, terutama sejak saya mulai dewasa. Saya sadar sampah-sampah itu telah membuat polusi hebat di langit pikiran dan perasaan saya. Sampah-sampah itu membuat saya tidak bahagia. Sampah-sampah itu memperlambat perjalanan saya menggapai impian dan cita-cita. Hari ini, dengan menuliskan catatan ini, banyak yang sudah saya buang… Dan mudah-mudahan lebih banyak lagi yang bisa saya buang… Pamulang, 22 Agustus 2015 FAHD PAHDEPIE
126 notes
·
View notes
Quote
Menjadi dermawan,tidak harus kaya dulu
inspirasi dari seorang penjual jus yang mendermakan jusnya untuk seorang kakek renta yang melakukan perjalan jauh. MasyaAllah,orang dari kalangan bawah tidak lupa untuk berderma :)
1 note
·
View note
Photo
yes, that is true :)
Mengetuk pintu
Ada sebuah perumahan yang terdiri dari berbagai macam rumah, berbagai macam penghuni, dan berbagai macam pintu. Setiap rumah yang ada di perumahan ini hanya ditempati satu penghuni saja. Kemudian orang-orang yang berkunjung ke rumah ini adalah nantinya yang akan menemani si penghuni untuk bertempat tinggal.
Kebanyakan rumah di perumahan ini mempunyai hiasan untuk menarik perhatian pengunjung. Tidak lupa pintu-pintu rumah juga dihiasi sedemikian rupa berharap banyak orang yang tertarik untuk mengunjungi rumah tersebut. Terkesan antar rumah berlomba-lomba dalam hal ketertarikan.
Ada pula rumah yang minim hiasan, bahkan hampir terlihat sepi, namun tetap rapi dan bersih sehingga indah dipandang. Hampir tidak ada orang yang berkunjung ke rumah itu. Hanya orang-orang yang berpendirian teguh yang berani mengetuk pintu rumah tersebut. Mereka mempunyai tujuan, yaitu menemani orang yang dibalik pintu itu selamanya.
Kemudian penghuni rumah pun bermacam-macam, misalnya penghuni dengan rumah yang banyak hiasan untuk menarik perhatian tadi. Penghuni ini banyak memilih orang-orang yang berkunjung ke rumahnya untuk menemaninya tinggal. Berharap seseorang, namun ternyata orang tersebut mengunjungi rumah yang lain. Berharap orang yang akan bertempat tinggal di rumahnya akan tinggal selamanya, namun ternyata cuman sebentar saja. Terkadang orang yang berkunjung tersebut sudah merasa bosan, maka dia pergi dan berkunjung ke rumah yang lain. Tiap kali tamu meninggalkan rumah, pasti ada saja perabot yang pecah. Tiap kali pintu diketuk, dia berharap itu suara ketukan yang terakhir, dengan tamu yang dia harapkan, untuk menemaninya tinggal di rumahnya seumur hidup.
Ada pula penghuni yang rapat-rapat menutup pintunya. Tidak membiarkan sembarang orang untuk masuk. Hanya orang-orang yang gigih saja yang dia terima. Dia berharap orang yang mengetuk pintunya adalah orang yang bertujuan kuat untuk menemaninya tinggal. Kadang kala dia tidak tahu siapa yang mengetuk pintunya, tapi dia yakin orang tersebut adalah orang yang terpilih untuknya. Dia khawatir juga perabot rumahnya ada yang pecah. Sehingga dengan keadaan yang sedemikian ini, rumahnya masi bagus dengan perabot yang utuh.
Rumah-rumah yang ada di perumahan ini ibarat diri kita. Kita berharap suatu saat nanti ada seseorang yang menemani kita selamanya, menjadi pendamping hidup menuju surga-Nya. Memang, ada orang yang kita harap, ada juga yang tidak kita sangka. Namun, semuanya adalah bagian dari skenario-Nya.
Maka, hati-hati jika mengetuk pintu. Karena kamu tidak tahu harapan apa yang tersimpan di balik pintu itu. Akankah pula perabotan rumah di dalamnya pecah karenamu. Sehingga pantaskan saja diri terlebih dahulu. Hingga waktunya tiba, kamu ketuk pintu yang kamu tuju.
276 notes
·
View notes
Text
Tips Menguatkan Hafalan
Jika seorang penghafal ingin mendapatkan hafalan yang kuat maka tidak ada cara lain baginya kecuali memperdengarkan hafalannya di depan gurunya dan menyetorkannya pada Allah di sepertiga malam secara istiqomah. Mustahil bagi seorang penghafal mengharapkan hafalannya lancar tanpa mau berjuang untuk itu.
Maka jangan lupa untuk menyiapkan maqro’( bacaan) yang hendak kita baca untuk sepertiga malam. Muraja’ahlah (review hafalan) dengan sungguh-sungguh di pagi,siang atau sore harinya agar nikmatnya sepertiga malam kian terasa jika dibawakan dengan hafalan yang lancar dan surat yang bervariasi, apalagi jika sambil direnungi maknanya.
Nikmatnya hafalan terletak pada muraja’ahnya. Sambut Allah di sepertiga malam dengan lantunan ayat-ayatNya dari lisanmu. Semoga dengannya, Allah ridha dan berkenan mengukuhkan Al-Qur’an dalam hatimu.
©Quraners Surabaya, 22 Agustus 2015
125 notes
·
View notes
Quote
Kau tahu apa yang paling menyedihkan dari perpisahan? : Ketidakpastian bahwa nanti akan ada pertemuan yang ke sekian.
Maka yang terbaik yang bisa dilakukan memang benar… mencintai saat ini sebaik mungkin. Karena segala yang nanti, adalah entah.
- Tia Setiawati
(via karenapuisiituindah)
87 notes
·
View notes
Photo
Wa’alaykumussalam wr wb addinulhuda, terimakasih sudah nak bertanya jauh-jauh dari Malaysia :). Sebelumnya saya mohon maaf jika bahasa yang saya gunakan mungkin agak berbeza dengan bahasa anti (anda). Jika ada yang kurang dipahami silakan ditanyakan lagi nanti.
Oke, jadi pertanyaannya bagaimana cara membahagikan masa (membagi waktu) antara membaca dan menghafal Al-Qur’an?
Pertanyaan yang bagus dan jadi reminder buat saya juga. Karena seringkali kita tak sempat alokasikan waktu untuk sekedar tilawah/membaca ayat selain target hafalan kita hari itu. Namun, sebenarnya bukan tak sempat, mungkin memang kita yang tidak menyempatkan. Saya pakai cara ini :
1. Tuliskan target hafalan harian dan target tilawah(membaca qur’an) harian anda.
Misalkan target membaca : 1 Juz, target hafalan 1 halaman atau 1 lembar atau bisa juga berdasarkan waktu misal 1 jam perhari untuk menambah hafalan baru.
2. Hafalan baru
Waktu(masa) yang saya suka untuk menambah hafalan baru adalah waktu subuh, 4.30 a.m - 6.00 a.m. InsyaAllah dengan waktu tersebut kita bisa mendapat 1 halaman atau bisa juga 1 lembar hafalan baru.
3. Muroja’ah/Review Hafalan
Waktu khusus untuk saya mereview hafalan baru di hari itu biasanya waktu sore, 4.00 p.m - 5.30 p.m kemudian di setorkan di depan ustadz setelah shalat maghrib. Muroja’ah hafalan lama bisa diatur untuk shalat dhuha, shalat sunnah, atau setelah shalat fardhu juga dipakai untuk Qiyamul Lail.
4. Waktu tilawah/membaca Al-Qur’an
Kita bisa membahagi masa untuk membaca Al-Qur’an disela-sela shalat fardhu, sebelum dan sesudah. 1 Juz terdiri dari 10 lembar. Berarti untuk setiap saat shalat 5 waktu kita baca 2 lembar. Hanya butuh waktu sekitar 10 menit untuk membaca 2 lembar. Sebelum shalat fardhu subuh kita baca 1 lembar dan setelahnya 1 lembar. Dzuhur, ashar, maghrib, isya pun begitu. Genaplah sudah 1 Juz.
Yang paling penting adalah menjaga niat dan keistiqomahannya. Semoga semakin dekat dan mencintai Al-Qur’an.
Barangkali itu, cukup menjawabkah ?
Salam dari Indonesia. Salam tekan suroboyo. Salam saking jombang nggih, hehe :D
85 notes
·
View notes
Quote
Dunia itu sesaat saja dibandingkan waktu di padang mahsyar. Maka jangan Anda sia-siakan sesaat ini, sibukkan dengan amal saleh!
@7usaini - Dr. Hasan al Husaini seraong Da'i dari Bahrain, anggota majelis ulama negara-teluk teluk. 26/03/2015 (via twitulama)
37 notes
·
View notes
Quote
Amal paling baik: ● Membahagiakan saudara mukmin ● Melunasi hutangnya ● Memberinya makan (Disahihkan Al Albani)
@D_dags_alajmi - Dr Daghsy bin Syabib al ‘Ajmi Imam, Khatib dan Dosen Universitas Islam Kuwait. 19/05/2015 (via twitulama)
42 notes
·
View notes
Photo
yes,of course, i believe it :)
Every grain of sand, In every desert land, He knows. Every shade of palm, Every closed hand, He knows. Every sparkling tear, On every eyelash, He knows. Every thought I have, And every word I share, He knows. Allah knows.
Just remember, no matter where you are Allah knows :’)
5K notes
·
View notes
Quote
Be your self ! setiap manusia punya takdir masing-masing, tidak perlu iri pada takdir orang lain. Bersyukur adalah kuncinya..
0 notes
Photo

Kalau selama ini kita sulit untuk menjaga interaksi dengan Quran, mungkin karena hati kitanya sedang kotor tertutupi noda bekas dosa. Maka mintalah Allah untuk membersihkan hatimu dengan memohon ampun kepada-Nya. Agar dengannya kita bisa merasakan lezatnya membaca Quran..
“Ya Allah, rahmatilah kami dengan Quran. Serta jadikanlah Quran sebagai imam, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagiku. Ya Allah, ingatkanlah apa yang aku lupa dari Quran. Ajarkanlah padaku apa yang aku tidak ketahui darinya, serta berikanlah kami rezeki berupa kemampuan dan kelezatan dalam membacanya di siang juga malam. Serta jadikanlah Quran sebagai hujjah bagiku di yaumul akhir nanti yaa Rabbal ‘aalamiin”.
Lejitkan semangat awal pekan dengan berinteraksi dengan Quran! :)
792 notes
·
View notes
Text
nice writing :) be creative with ideas :D
Menambang Ide: Menemukan Berlian dalam Pikiran

Ribuan sarjana yang mendaftar menjadi pengemudi GO-JEK demi penghasilan 6 juta per bulan menggambarkan dengan jelas betapa lulusan-lulusan perguruan tinggi kita miskin ide!
Bagi saya, para sarjana ini, jika berita itu benar, tak punya gagasan lain untuk bersaing di tengah ganasnya ibukota. Penghasilan yang dijanjikan GO-JEK boleh jadi memang menggiurkan. Namun, andai saja mereka punya gagasan yang lebih baik, yang bisa mereka ‘jual’, angka 6 juta mungkin tak berarti apa-apa.
Nadiem Makarim, CEO dan pendiri GO-JEK, adalah sarjana lainnya. Yang membedakan Nadiem dengan para sarjana yang melamar ke perusahaannya adalah ide. Nadiem punya ide yang ia eksekusi dengan baik sehingga ide itu bisa ‘bekerja’ untuk dirinya, para sarjana yang mengantre di depan pintu perusahaannya adalah mereka yang gagal menemukan gagasan dalam pikirannya—sesuatu yang memaksa mereka untuk ‘bekerja’ demi hidup kesehariannya.
Tentu saja tulisan ini tidak sedang berusaha mendeskreditkan jenis pekerjaan tertentu. Saya percaya semua pekerjaan itu baik, selama tak merugikan atau mencelakakan orang lain. Apalagi bagi mereka yang Muslim, semua pekerjaan yang mendatangkan rejeki yang halal selalu layak untuk ditempuh. Namun, tulisan ini ingin mengatakan hal lainnya: Andai kita punya ide, bisa mengeksekusi dan ‘menjualnya’, hidup tak akan lagi tentang bertahan atau memenuhi kebutuhan keseharian. Jika kita bisa menambang ide dalam diri, kita bisa menjadi manusia yang lebih baik. Bukan hanya lebih sejahtera, tetapi juga lebih bermanfaat untuk sebanyak mungkin orang lain di sekeliling kita.
Menjadi kaya dari ide?
Menjadi kaya mungkin bukan impian semua orang. Dulu saya juga sering bertanya, mengapa harus kaya jika kita bisa hidup sederhana dan mencukupi kebutuhan sendiri? Lama kelamaan saya sadar bahwa pertanyaan itu salah. Kaya dan sederhana adalah dua konsep yang tak semestinya dipertentangkan. ‘Kaya’ adalah konsep kepemilikan, sementara ‘sederhana’ adalah tentang bagaimana sikap kita tentang apa yang kita miliki dalam hidup ini. Artinya, jika kita kaya (dalam pengertian material dan finansial), kita tetap bisa hidup sederhana, kok.
Lantas, untuk apa kekayaan itu? Pertanyaan kedua ini menghantui saya cukup lama juga. Hingga suatu hari saya menemukan jawabannya. Jika kita tak mau ‘kaya’, tak mau punya rejeki dan materi yang melimpah, yang penting cukup untuk diri sendiri dan keluarga, tidak apa-apa sebenarnya. Namun, betapa egoisnya kita. Apakah kita tidak ingin membantu orang lain? Tidak ingin membukakan peluang pekerjaan dan pintu rejeki bagi orang lain? Apakah hidup ini hanya tentang diri kita—dan keluarga kita sendiri?
Sampai di sini, masih banyak yang bisa kita perdebatkan. Namun saya ingin meyakinkan bahwa tidak ada yang salah dengan menjadi kaya, apalagi jika kita bisa memberi lebih dari apa yang sudah kita miliki.
Sejak saat itu, saya berusaha mencari tahu apa yang membedakan orang sukses yang kaya secara materi dengan mereka yang biasa-biasa saja? Ternyata jawabannya adalah ide. Orang-orang itu menambang ide dalam dirinya.
Jika kita urut 10 daftar orang terkaya di dunia, mereka adalah orang-orang yang memiliki ide. Bill Gates, kini orang terkaya nomor dua di dunia, suatu hari punya ide bagaimana jika semua orang memiliki sebuah komputer personal (PC) di rumahnya? Dari sanalah ia mulai mengembangkan Microsoft. Carlos Slim Helu, pengusaha dan filantropis terkaya nomor satu di dunia versi majalah Forbes, sejak kecil punya ide agar orang-orang bisa terhubung dengan fasilitas telekomunikasi yang murah. Selama bertahun-tahun ia mengasah ide itu dan suatu hari mengeksekusinya menjadi Telefonos de Mexico, salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia. Kembali ke soal GO-JEK, konon sebelum mendirikan perusahaannya, Nadiem Makarim terdorong oleh ide untuk membuat mobilitas masyarakat ibukota lebih cepat dan murah—tetapi di saat bersamaan mampu menyejahterakan para ‘tukang ojek’.
Beberpa contoh di atas bisa menjelaskan betapa ide bisa membuat seseorang berbebeda dari orang kebanyakan. Dan dalam kompetisi menjadi ‘sukses’, ide-lah yang membuat seseorang stand out meski tak selamanya menang. Contoh lainnya adalah mereka yang bekerja di industri kreatif. Para film-maker, penulis, musisi, seniman, adalah mereka yang percaya pada ide yang mereka miliki—mereka berkarya dan membiarkan ide itu ‘bekerja’ untuk mereka. Pertanyaan berikutnya, jika ide berkorelasi dengan kesuksesan, mengapa masih banyak orang yang punya ide tetapi tak berhasil mengkonversi ide itu menjadi kekayaan?
Menambang Ide
Di sinilah masalahnya, punya ide saja tidak cukup. Mungkin begini teorinya: Sedikit sekali orang yang punya ide, tetapi lebih sedikit orang yang bisa mengeksekusi idenya dengan baik. Sialnya, setelah ide diekseskusi dengan baik, tak semua dari mereka bisa ‘menjual’ ide itu! Di sini, perlu kecakapan dan pengalaman tersendiri untuk menjual ide—dalam pengertian memberinya nilai tambah.
Saya percaya ide itu harus ditambang. Seperti emas atau berlian. Sebelum menambang ide dalam diri kita, pertama-tama kita harus mempelajari dengan baik siapa diri kita, apa yang kita miliki, apa yang bisa kita lakukan, dan seterusnya. Semua aktivitas menambang selalu membutuhkan riset yang baik, kan? Riset itu bertujuan agar ide tidak berujung sia-sia. Kita harus mengetahui secara utuh dan menyeluruh mengenai ide yang kita miliki. Pelajari dari hulu sampai ke hilirnya.
Setelah mengetahui dan memahaminya, saatnya eksekusi. Ide yang baik adalah ide yang dieksekusi dengan baik! Artinya, sebaik apapun gagasan yang kita miliki, selama kita tak mengeksekusinya, tak akan jadi apa-apa!
Namu, bagaimanapun, eksekusi saja tidak cukup. Problem berikutnya adalah bagaimana memberinya nilai tambah? Bayangkan saja emas dan berlian. Meskipun kita sudah mendapatkan emas dan berlian dari aktivitas tambang kita, tetapi emas mentah atau berlian yang belum diolah—meski berharga—tak akan menghasilkan keuntungan yang banyak jika dibandingkan kita mengolahnya: Memberinya nilai tambah. Emas bisa diubah menjadi perhiasan, berlian bisa diolah menjadi batu mulia termahal di dunia.
Setelah semuanya, kita masih harus menjualnya, kan? Banyak yang lupa bahwa ‘kreator’ atau ‘penambang ide’ juga sebenarnya harus menjadi pemasar (marketing yang baik) untuk karya-karyanya. Percuma saja kita memiliki emas atau berlian yang banyak, yang mungkin sudah diolah menjadi perhiasan-perhiasan terbaik, tetapi tak ada seorangpun yang mengetahuinya! Pasarkanlah gagasan-gagasan itu, buat semua orang mengetahuinya, buat mereka tahu kualitasnya. Dengan begitu, kita bisa mendulang lebih banyak dari yang kita tambang.
Di atas semua itu, yang paling utama adalah proses. Menambang ide selalu membutuhkan proses dan boleh jadi proses itu terus berulang. Jika tidak berhasil dengan aktivitas tambang pertama, teruslah menggali ke kedalaman diri, temukanlah emas dan berlian yang lain, lalu berproses lagi dan lagi.
Tutup
Tentang ide, saya selalu ingat nasihat Jack Ma, orang terkaya nomor satu di China, katanya kita harus selalu menemukan hal yang unik yang tak dimiliki orang lain. Jika ingin sukses, jangan sekadar meniru orang lain. “You should learn from your competitors, but never copy. Copy and you die!” Katanya.
Akhirnya, tulisan ini hanya sekadar ikhtiar saya dalam berbagai perspektif. Tidak sedikitpun berniat menggurui. Anda boleh setuju, boleh juga tidak. Para idealis mungkin berpikir, mengapa ide disederhanakan hanya untuk menjualnya dan mendatangkan kekayaan? Bukankah ide yang baik adalah yang berhasil mengubah jalannya sejarah? Boleh juga berpikir seperti itu, saya setuju. Lain kali, saya akan menulis tentang itu.
Sekarang, ini saja dulu: Ide adalah emas dan berlian dalam pikiran. Jadilah apa saja yang membahagiakan Anda. Hiduplah dengan ide. Jadilah kaya dari ide. Merdekalah dengan ide.
Selamat menambang!
Jakarta, 13 Agustus 2015
FAHD PAHDEPIE – Penulis, novelis, co-founder inspirasi.co
227 notes
·
View notes
Text
You know...
Allah tests different people with different trials, because everyone has a different level of patience, tolerance and faith
691 notes
·
View notes
Quote
Jatuh dalam kesalahan bukanlah sebuah cela, tiap insan pasti terjatuh ke dalamnya. Yang tercela adalah mengulang terus kesalahan.
@M__alhamad - Dr. Muhammad Ibrahim Al Hamd, Dosen Aqidah dan Mazhab Kontemporer di Universitas Al Qashim, Saudi Arabia. 22/03/2015 (via twitulama)
58 notes
·
View notes
Photo

Apa setiap saat kita berdizikir? Kita tahu faidahnya tapi sangat malas amalkan. Tidakkah kita sedang mengadopsi sifat setan? Hanya hamba yang sombong yamg tidak mau merayu Tuhannya, mengharapkan ridha-Nya, meminta rahmat-Nya, mengemis ampunan-Nya.
air sunyi
22 notes
·
View notes