Text
pendidikan yang tinggi tidak menentukan baiknya moral seseorang, rasa kemanuasiaan sang penentu
bu neni, AKM3
9 notes
·
View notes
Text
ALLAH,the best planner
Pagi itu, suasana rumah sakit umum daerah sinjai berjalan sebagai mana mestinya. Para cleaning service sibuk membersihkan ruangan UGD, suster sibuk mengecek kondisi pasien-pasien yang berada di UGD saat itu, para dokter sibuk dengan kertas yg ada ditangannya, dan pihak-pihak pemangku kepentingan bersiap-siap untuk apel pagi yang kebetulan saat itu adalah hari senin.
Tadi malam nenek tiba di UGD Bersama om dan iparnya nenek, sedih liat kondisi nenek yang lemas dan kurus. Sudah sebulan dia sakit dirumah dengan perawatan seadanya. Liburan kali ini, kakak dan sy sudah merencanakan agar nenek dirawat dirumah sakit, bagaimanapun caranya. Setelah negoisasi dengan orang-orang dikampung, alhamdulillah mereka sepakat agar nenek dirawat di RS dengan syarat kami yang full megurusnya. Tak apalah, hitung-hitung balas jasa kepada nenek yang semasa dirinya masih sehat sangat baik dan sayang sama kita semua. Ini pun belum seberapa dibanding apa yang sudah nenek berikan ke kita. Setelah sholat subuh, semua yang mengantar nenek tadi malam pulang untuk kembali kerja di kebun, kecuali ipar nenek. Setelah berpamitan, saya menyempatkan untuk tidur sebentar, setelah semalaman benar-benar tidak tidur buat jaga nenek. Tidak tega liat keadaan nenek seperti itu, dan kasian liat Hendra(kakak saya) dan om-om yang lain terlihat sangat Lelah, terlebih lagi Hendra yang berusaha menahan ngantuk.
“tidur meko, sayapi jaga nenek. Terbiasa meka juga begadang waktu di jogja bisaja tahan sampe pagi”kataku
“io palena, kasi bangunka klo ngantuk mo, jangko biasakan begadang nda sehat”
Dokter menyuruh saya menebus obat di apotik, sementara Hendra keluar beli makan, walaupun sebenarnya rumah kami hanya beberapa meter dari RS tersebut tapi saat itu kita mikir, segala pengeluaran jangan disangkut pautkan dengan mama padahal ternyata mama telah menyiapkan sarapan (bekal) sebelum dia berangkat kerja. Ipar nenek yang menjaga nenek saat itu, beruntung punya dia yang empatinya sangat tinggi.
Kami sarapan Bersama dan saya menyuapi nenek, masih teringat jelas saat itu kita sarapan nasi kuning dan tiba-tiba Bapak datang dan langsung memeluk nenek, Masyaallah. Suasana saat itu penuh haru, dan bodohnya saya hanya bengong dan nganga meliha mereka sedangkan yang lain larut dalam tangisannya. Para suster dan dokter pun heran, terharu. Tertangkap percakapan diantara bapak dan nenek, yang kira-kira artinya bgini
“ibu kenapa? Tiba-tiba sakit seperti ini?
“ibu sabar, maafkan saya tak pernah datang selama ini mengunjungimu. Bukan ibu yang sedang mendapat cobaan dari allah, tapi saya yang sedang diuji.”
“Ibu, jangan pernah merasa saya lupa sama ibu, selama ini saya selalu berusaha mencari kabar ibu sampai bisa tau ibu sakit seperti ini, saya pun sedih tapi keadaan tidak memungkinkan”
“ibu jangan sedih, bersyukurlah ada cucu-cucumu yang datang jauh dari jawa buat jagain ibu”
Yang ditanya hanya diam, menangis tersedu-sedu sesekali menghapus air matanya dengan sarung batik yang dipegangnya. Nenek mungkin tidak menyangka akan bertemu anak bungsu nya saat itu, setelah lebih 10 tahun tidak dikunjunginya. Iya, ini soal konflik sekitar 10 tahun silam yang entah berujung bagaimana. Dulu, kami hidup dalam keharmonisan dan damai layaknya keluarga harmonis di film film. Orang-orang dikampung respect ke keluarga kami, hingga saat saya berumur sekitar 9 tahun berbagai masalah datang. kami tepecah belah, dan bapak memilih mengisolasi dirinya dari keluarga. Butuh ketegaran bagi nenek melewati semua ini, dia sangat sabar menghadapi omongan orang-orang dikampung dan tetap menjalin kasih saying dengan menantu dan cucu-cucunya.
Allah adalah sebaik baik perencana. DIA mempertemukan seorang ibu dan anak diwaktu yang pas, walaupun itu pertemuan yang terakhir, dimana seorang anak memohon maaf dan ibu lapang dada menerimanya. Perasaan seorang ibu akan selalu sama seperti 1 dekade silam, walaupun iya pernah tersakiti. Seorang ibu yang benar-benar tulus,mengesampingkan egonya demi mendukung hal yang benar. Seorang wanita yang mampu memposisikan dirinya sebagai ibu,mertua,dan nenek dengan sangat bijak. We are love you grandma
1 note
·
View note
Text
kau hanya tersandung kecil dalam perjalanan hidupmu. hanya lututmu yang lecet sedikit, tidak usah terlalu peduli. hidup itu masih panjang
1 note
·
View note
Photo

RENCANA POLIGAMI? Belakangan ini saya mulai sering mendapatkan komentar seperti di gambar ini. Mungkin terkait beberapa kasus yang belakangan ini marak terjadi. Hehehe :) Bagaimana pandangan saya tentang poligami? Saya punya pandangan pribadi tentang ini yang tak perlu saya jelaskan kepada teman-teman. Semua orang punya pemahaman tersendiri tentang masalah ini… Termasuk bahwa barang tentu semua orang punya konteksnya masing-masing. Namun, sejak bertemu dengan seseorang yang memberitahu kepada saya bagaimana rasanya berada di tengah keluarga yang ayahnya berpoligami, sejak saat itu pula saya sudah menghapus kata itu dari benak dan hati saya. Sebutlah dia Si Eneng. Ketika Si Eneng bercerita tentang betapa sakitnya menyaksikan ayah dan ibunya bercerai karena sang ayah berpoligami, saya mendengarkannya dengan saksama. Sebagai anak, ia berusaha objektif melihat persoalan itu, ia berupaya memandang positif apa yang dilakukan ayahnya, juga keputusan ibunya untuk mengakhiri hubungan rumah tangga yang mereka bangun lebih dari dua puluh tahun—karena merasa dikecewakan secara luar biasa. Konon, hari-hari seteleh itu adalah tentang kebingungan dan kesedihan-kesedihan. Ia harus melihat bagaimana keluarganya berada dalam guncangan yang hebat karena masalah ini. Bagaimana sang ayah jadi kehilangan keseimbangan sekaligus navigasi. Bagaimana sang ibu harus menghadapi babak baru yang penuh dengan tekanan, kekecewaan, rasa malu, dan lainnya. Juga bagaimana anak-anak di keluarga itu harus menanggung aneka konsekuensi dari keputusan yang mereka tidak terlibat di dalamnya… Dari mulai menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang tak lagi berjalan sebagaimana mestinya, hingga menghadapi gunjingan tetangga dan orang lain yang berusaha secara sok tahu dan sok mengerti masuk ke kehidupan mereka hanya untuk tersenyum sinis, tertawa, atau pura-pura peduli dengan mengatakan “Yang sabar ya, semua ini ujian” tanpa benar-benar tahu bagaimana rasanya hidup di dalam semua itu. Di atas semua tafsir dan argumen tentang poligami, di luar apapun yang bisa dijelaskan tentangnya, bagi Si Eneng ini poligami lebih banyak mendatangkan madharat daripada manfaat. Lebih banyak membuat kekacauan daripada memunculkan kesetimbangan-kesetimbangn yang tak pernah benar-benar terjadi. Bagi Si Eneng, poligami memiliki efek dan dampak jangka panjang bagi psikologis anak-anak—seperi yang ia alami. Anda boleh jadi tidak sependapat dan menolak argumen Si Eneng dengan pemahaman atau keyakinan Anda. Anda boleh berpikir bahwa Si Eneng mengarang belaka. Anda boleh merasa bahwa Si Eneng tidak mengerti hukum poligami.
Tetapi saya begitu percaya kepadanya. Saya meyakini apa yang dia ucapkan. Saya melihat sendiri bagaimana kesedihan dan kekecewaan itu mengubah hidup Si Eneng untuk selama-lamanya.
… sebab si Eneng adalah istri saya sendiri.
Jakarta, 27 Agustus 2017 FAHD PAHDEPIE
254 notes
·
View notes
Text
AFWAN
Memilih kuliah diluar kota, memang pilihan saya pribadi. Brarti segala resiko pun tanggung jawab sendiri. Perbedaan budaya, dialeg bahasa, adat, cita rasa makanan yang harus saya sesuaikan. I need time to adapt. Oiya, kehidupan sy di dunia kuliah mmg jauh beda dengan hidup SMA dulu. Jauh sekali. Mungkin karena sy tinggal asrama 6 tahun, hidup kami sangat menjunjung tinggi solidaritas apapun itu. Memasuki dunia kuliah tahun kemarin, sy heran ternyata dunia kuliah sangat individual. Alena mi elo’ tuo
“Hikmah kok jarang ngomong sih klo di kampus, tp klo ketemu temen Makassar brisik bangeeetttt”. Bukan berarti saya membeda bedakan kalian, saya merasa bebas aja klo ngomong sama anak makassar, mungkin karna logat. Ngomong tanpa logat itu plong rasanya, tanpa perlu loading lagi milih kata. tp sy selalu berusaha biar bisa samain kalian dgn teman yang lain
“Hikmah klo diajak jalan kadang sibuk, tp klo diajakin jalan sama temen SMA sesibuk apapun mesti join”. Iya, kalian tau kan, sy tidak punya keluarga di jogja bgitupun dengan teman SMA sy, tidak seperti kalian, libur seminggu bisa balik ketemu keluarga. Kami tidak, butuh wktu setaun biar bisa pulkam. Sy pun jg sudah bercerita, kami hidup bersama, seatap 6 tahun. They know me so well. Mereka keluarga kecilku di pulau ini. Mereka datang tidak hanya di saat sy senang, di saat susah pun mereka tidak segan untuk membantu. Makanya, klo dia minta sesuatu sy pun tak segan untuk datang.
“Hikmah kok jarang ketawa, padahal kita semua ketawa” Ah iya, untuk masalah ini mgkn mmg sy hanya senyum untuk menghargai. Bukan tidak ingin tertawa, tp kalian kadang tidak sadar, bercanda menggunakan bahasa jawa kalian. Sy belum mengerti bahasa jawa, it’s hard. Kalian ngomong dgn terlalu meddo’ pun awalnya sy susah untuk mengerti. Kalian prnh bilang, ngomong klo pake bahasa indonesia kadang kaku. Ia sy paham itu. Makanya sy Cuma senyum ketika dosen becanda dgn bahasa yg tidak kumengerti.
“hikmah kenapa sih, klo abis ujian lgsg pulang” Iya, maaf setiap selesai ujian akhir sy langsung pulang dan pamit ke kalian ketika sy sudah ada di bandara. Setiap perantau pasti senang pulang kampung, berkumpul kembali dengan keluarga, bgitu pun dengan saya. Jika kalian berfikir sy tidak suka jogja itu salah. Saya suka kok. Tp di jogja tidak memiliki tmpat pulang,apalagi klo tman SMA udah balik. kalian enak naik kreta nyampe. Jarakrumah sy cukup jauh. Perjalanan udara butuh 1,5 jam belum lagi klo naik singa air mesti delay . Nyampe makassar, harus perjalanan darat lagi 5 jam kalo ngga macet. Jogja mmg macet juga, tp lebih parah Makassar, blum lagi klo ada demo. Butuh waktu seharian buat nyampe rumah. Trima kasih buat kalian teman kampus yang selalu mengajari sy budaya disini, ngga bosan ajari sy bahasa jawa, memperkenalkan sy cita rasa makanan khas jogja. Hikmah senang kok berteman dgn kalian. Senang bisa punya temen dr berbagai daerah, walaupun keliatannya sy pasif.

0 notes
Photo

july,2010 islamic boarding school of UMMUL MUKMININ. awal hidup berasrama penuh kata benci 😂, bagaimana tidak? hidup di asrama sangatt berbanding jauh dgn rumah. d asrama hidup penuh tekanan, dikit dikit hukuman, harus on time, mandiri, nyuci harus sendiri, bangun sebelum subuh dan mesti terjaga hingga malam. awalnya sedihhhh, sediihhh sekali tiap hari di telfon mama 3x sehari😂, tiap minggu mau pulang, kerjaan nya nangis terus. apalagi jarak rumah sy ke asrama butuh 5 jam. dulu sempat berfikir, knapa yaa mama tega buang sy ke pondok ini? makanya 3 bulan full nangis.bu asrama pun heran sy nangis nya terlalu berkepanjangan. tiap di bangunin subuh, mesti matanya bengkak. sy juga heran, betapa jahiliah nya masa SMP sy. tp skrg bersyukur mama pilih masukin ke skolah asrama🎀 bersyukur bisa asrama 6 tahun 💞
0 notes