hmuyassar
hmuyassar
yang dimudahkan
128 posts
karena kalau ga ada 'Himmah', sisanya 'Muyassarah' aja
Don't wanna be here? Send us removal request.
hmuyassar · 2 years ago
Text
Lagi ngedesain game dan kepikiran bahwa dulu pernah dengan naifnya percaya bahwa:
Jika seorang anak dididik dengan benar, mereka nggak perlu menemukan krisis.
Sekarang baru nyadar kalau manusia tidak akan pernah lepas dari krisis karena hidup itu dinamis. Di game, tiap ngenalin behavior baru, kita disarankan untuk mengurangi difficulty level biar player tidak stress.
Hidup selalu mengenalkan kita pada banyak masalah baru. Hanya saja tidak ada jaminan bahwa ketika ada masalah baru, hal-hal di sekitar kita jadi lebih mudah dikendalikan. No. Yang ada malah semua jadi kerasa messy.
Tidak ada model pendidikan seperti apapun yang membebaskan kita dari krisis. Kita hanya selalu dipaksa menjadi resilient oleh keadaan. Kemana pertumbuhan kita dalam resiliensi tersebut? Cara lingkungan memperlakukan kita mungkin bakal sedikit banyak mempengaruhi. Yang diperlakukan dengan manipulatif mungkin akan belajar menjadi manipulatif untuk bertahan. Yang diperlakukan dengan penuh penghargaan ke diri sendiri mungkin akan mampu menghargai diri sendiri dan orang lain. Tapi ini tidak mutlak. Ada banyak faktor lain yang mempengaruhi.
Adulting is hard. Nurturing is also hard wkwk.
Kadang-kadang, ketimbang preaching orang harus begini ataupun begitu, kita memang perlu belajar humble dan banyak doa semoga kita dikaruniakan akhir hidup yang baik meski pas hidup tuh sering nyasar kemana-mana.
202 notes · View notes
hmuyassar · 2 years ago
Text
Siapa pula yang ngambil IELTS tiap kali expired dua tahun sekali? saya.
**
The first time I took the exam was around 4 years ago. Although I admit it was the longest test preparation, I never expected to get a 7 the first time.
Persiapan pertama kali mungkin sekitar 6 bulan sampe hampir setahun. Sejak baca blognya kiky edward, saya mulai nyusun jadwal belajar sendiri dan nyari-nyari resources yang direkomendasiin. Ketika gap year dan jadi santri di utrujah, I woke up for around one until two hours each night to practice. Karena akses pondok terbatas, latihan reading, listening, speaking dan writing hampir semua sendiri. I finished a box full of cambridge practice books, especially for the reading and listening part. Saya juga izin sama musyrifah biar dibolehin bawa HP untuk dengerin audio. Sementara untuk writing dan speaking kalau bisa minta review temen, atau ga rekam dan review sendiri. Jadwal tidur saya sepenuhnya terbalik dari jadwal santri yang lain, ketemu temen-temen pas kelas dan jam sholat aja. Definisi beneran jadi 'kalong'.
As I gradually needed feedback for my writing and speaking, I applied for the IELTS class di NEC. Although it was a Saturday weekly and wasn't intensive, it felt like a private one since I was the only student.
In the arabic classes, struktur nyusun kalimat saya mulai kecampur-campur. Studying English at night while studying Arabic during the day has made my brain jumbled.
However, the hardest part was enduring the boredom to be consistent with the routine. Bukan apa-apa, ketika itu fokus kerjaan saya cuma tiga: bahasa inggris, ujian murajaah dan bahasa arab, dimana masing-masing menuntut standar yang lumayan tinggi, dalam periode waktu yang lumayan lama, dengan sarana refreshing yang sangat minim.
There were times when I felt like I wanna puke.
Tumblr media
One note to myself from this period is; I was so focused on myself, that I forgot others. Ambisimu akan masa depan tidak sepantasnya membuatmu lupa akan kewajibanmu untuk memenuhi hak orang lain saat ini. Termasuk didalamnya hak orangtua, keluarga dan teman-temanmu akan waktu dan dirimu. Jangan sampai kamu menyesal karena tidak terlibat dalam momen berharga yang bisa membuatmu bersyukur di kemudian hari.
A certain dramatic experience: I was almost disqualified from the speaking test. Dengan bodohnya, rentang waktu antara tes sebelumnya dan tes speaking dipake buat balik dulu untuk sholat dan istirahat. Iya, waktu itu masih underestimate jalanan jakarta. Alhasil telatlah hampir satu jam. Di perjalanan udah sepenuhnya pasrah sama hasil dan bersiap dengan kemungkinan terburuk. Sampe tempat tes, entah panitianya mungkin ikut kasian sama muka saya yang berurai air mata dan akhirnya tetep dibolehin langsung masuk. Lucunya, pengalaman ini jadi bahan cerita saya di tes speaking yang ketiga.
Please bear with the long post ya, ini baru tentang tes pertama :))
The second test was actually a sudden test. The previous one annoyingly exactly expired before I applied for IISMA, hence the need for a new one.
It was a computer-based test, jadi materi belajar semua diganti online buat ngebiasain pake komputer. Latihan cenderung lebih mudah karena ga perlu belajar banget dari '0'. I'm also glad to find www.ieltsonlinetests.com for practices. Waktu itu ga sempet nyari partner buat writing dan speaking, jadi sepenuhnya semua review sendiri. Karena yang penting skornya jangan sampe turun, strateginya juga masih sama kayak tes yang pertama; utamain maksimalin skor dari yang dianggap kuat (reading dan listening), lainnya bismillah aja deh. Makanya nilainya pun masih sangat jomplang, apalagi sama writing.
I didn't have other particular responsibilities, so I could focus on studying quite well. I was able to do other things and paid attention to the house since it was during the online lecture period. The challenge was adapting to the online format while having a relatively short preparation time. Still, Allah kindly gave me a higher score than before and I'm grateful for that.
Tumblr media
The last one (hopefully). Motivasi terbesar buat rajin untuk tes ketiga adalah duit. I wanna make sure it's worth the money, you see. Seenggaknya jangan sampe turun lah, sayang tiga juta (wth the price got higher each time:").
But the higher you set the previous bar, the higher you should aim for the next one.
It still seems difficult to aim for 8.
Persiapan agak intensif sekitar tiga bulanan, 'agak' karena harus nyambi kerja. The challenge was to maintain the balance; berusaha sebisanya buat dapet hasil terbaik, jangan sampe ganggu kerjaan -yang mana harus berangkat pagi dan pulang malem-, jangan sampe lupa rumah, dan jangan lupa buat 'hidup'. 'Hidup' dalam artian terpenuhi ruh, jiwa, diri dan sosial.
Akhirnya luangin waktu belajar seenggaknya sejam sebelum shubuh atau sebelum pulang kerja. Selain juga konsisten nongkrong tiap jumat sore di luar buat belajar, buka buku atau apa gitu. Sampe-sampe kalo pulang cepet orang-orang pada heran, 'tumben pulang cepet' haha. I feel bad for bapak-bapak yang biasa nungguin buat ngunci ruangan sih.
Reading dan listening masih latihan cuma dari www.ieltsonlinetest.com aja. Strategi untuk kali ini berubah, I wanna focus more on the writing part. Saya sadar kalo skornya masih kurang aman, dan sadar juga kalau academic writing emang masih payah padahal paling dibutuhin buat jangka panjang. Akhirnya dibantu pake ikut academic writing course-nya LBI buat nunjang skill writing secara umum, sementara latihan intensif pribadinya dibantu tektokan sama chatgpt (wkwk what an experience being trained by an AI). Sementara untuk speaking, saya buat appointment sekitar seminggu sekali selama sebulan terakhir sama beberapa native di Italki. Plusnya via Italki bisa lebih fleksible dan variatif ketemu orang, dengan partner yang mayan profesional karena ada fee, tapi dengan fee yang bisa menyesuaikan dengan dompet pribadi.
Well, the results show my writing and speaking were still the lowest. It passed the minimum at least. However, not even in my dream would I expect to get a 9 on one of my results. It feels like all those paper readings, intentionally or not, were actually worth the time.
Tumblr media
During the last period, I often questioned myself; Why should I do this hard? Haven't I done enough for English? Isn't it okay to do it modestly? Isn't it better to do other languages instead? While I meet strangers online and pour my thoughts into writing, I renew my motivation.
An international test is a way to validate your capacity based on an internationally recognized standard. However, language is beyond a test.
Jika fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, maka bukankah tidak ada batasan untuk berkomunikasi? Semakin baik kamu bisa berkomunikasi, semakin baik pula pesan disampaikan dan dipahami antara kamu dan lawan bicara. Semakin tinggi penguasaanmu akan bahasa, semakin luas juga range caramu dalam berkomunikasi dengan berbagai lawan bicara. Meskipun selalu ada kemungkinan salah paham dan miskomunikasi yang berujung konflik, tidak ada salahnya terus mengasah kemampuan. Harapannya yang tercipta adalah kesepahaman bersama, baik dengan cara menyampaikan (active) ataupun memahami (passive), baik secara lisan (speaking and listening) dan tulisan (writing and reading).
Dengan kata lain, akan selalu ada alasan dan ruang untuk berkembang, meskipun skor mu sudah mencapai band 9.
Ya, meskipun kita pahami pula kalau komunikasi tidak hanya tentang bahasa, sebagaimana bahasa tidak hanya tentang komunikasi.
***
Early days when I was in the UK, I lost my confidence.
I repeatedly apologized for my English. I repeatedly asked people to repeat their talks.
The language barrier is real. However, the fear of being embarrassed and humiliated is worse. It is especially worsened when it hinders you from interacting and connecting with others.
No matter how many people reassured me that my English was good, even if I knew my IELTS score was sufficiently high already, I couldn't shake the negative thinking off my head. Consequently, I frequently shut myself in the room. Defense mechanism, they said.
At the end of the day, a score might mean nothing when it does not help you brace yourselves outside the room. On the other side, bravery means everything when it comes to using everything in your hand to survive.
.
.
I take pride in preparing for the exam mainly by myself. Because then I know that I am able to count on myself to achieve my own purpose. Then, I recognized the blessings I have; that I was able to navigate through the help of others. Hopefully, all of these will help me being responsible and adapting to any situation in the future.
18 notes · View notes
hmuyassar · 2 years ago
Text
Tumblr media
Post it here since Instagram seems too noisy (and fast). It starts making me too anxious and overthinking -again.
Not that the 17-an was unusually special or what, just wanna save this rare moment of mine😀
Tumblr media
2 notes · View notes
hmuyassar · 2 years ago
Text
'Iya kita buat plan buat masa depan, tapi itu jd arah untuk maksimalin sekarang aja. Jangan malah justru jadi hambatan untuk Himmah sekarang’
Begitu kira-kira yang dibilang mas-mas ketujuh, ketika aku iseng konsultasi soal plan akademik dan karir. Sedikit privilege jadi anak bungsu adalah; you got a free mentor. if your older sibling actually lucky and kind enough. 
Excuse yang kuberi ketika itu adalah, 'untuk menyusun motivation letter'. Seleksi S2 atau beasiswa dimanapun dan untuk kapanpun, pasti diminta motivation letter, personal statement, essay, you name it. Rencana dan arah yang jelas dibutuhkan untuk memoles tulisan itu dengan tetap menunjukkan keunggulan pribadi yang khas.
Diskusi berlanjut soal bagaimana motivation letter itu sebenernya 'lying at the basic level', yang kubales dengan tetap harus 'mixing the truth'. Etc etc.
Salah satu simpulannya, 'Himmah niatinnya ngambil S2 itu buat nuntut ilmu aja. Gausah terlalu fokus nanti mau jadi ini atau jadi itu. Nanti selama itu maksimalin yang bisa dilakuin, perkuat portofolio. Dengan sendirinya bakal ada opsi-opsi yang kebuka. Sekarang gausah terlalu dipusingin nantinya gimana gimana'. Yak, sebuah wejangan dari mahasiswa PhD yang belum pasti kapan balik ke Indo.
####
sekelumit kesimpulan yang  aku dapat dari refleksi atas pengalamanku setahun lalu ketika -akhirnya- menjadi international student di Edinburgh;
Seberapapun bagus dan indahnya mimpi yang kamu buat, angan yang kamu impikan, 
ketika kamu menjalaninya, pada akhirnya itu akan menjadi realita juga. 
realita yang sama dengan realita yang sedang kamu jalani ‘sekarang’. 
terlepas dari kondisi materiil yang melekat padanya nanti, serta emosi dan faktor apapun yang mungkin mempengaruhi persepsimu akan realita tersebut. 
Dalam artian, sebagaimana adanya realita, tidak pernah ada yang sempurna. Apalagi bisa memuaskan angan manusia yang tidak ada habisnya. 
Sehingga, mungkin... daripada menghabiskan dirimu sepenuhnya untuk satu saat yang belum tentu akan lebih baik dari saat ini, bahkan belum pasti akan datang atau tidak,
ada baiknya juga berfokus untuk membuat realita yang dihadapi saat ini, bisa sedikit - setidaknya- mirip dengan inginmu. Eh, a hard task, indeed. 
salah satunya bisa dengan cara; terus menerus mendengarkan kembali apa yang sebenarnya penting dan berharga untukmu sekarang. Sejauh mana ingin dan bahagiamu sejalan dengannya. Sejauh mana usahamu memprioritaskannya, sejauh mana kamu mengenal apa yang berada dalam kendalimu untuk mengusahakannya. Juga sejauh mana arah dan anganmu bisa memaksimalkanmu dalam memenuhi apa yang penting dan berharga itu. 
idk if that makes sense.
mungkin dengan itu kita bisa sedikit mengurangi kemungkinan penyesalan untuk realita yang sedang dan akan dijalani nanti. 
if you have difficulties to find the answers, dont forget that He will always kindly lead you.
yah itu aku sih. 
.
.
yang selanjutnya sedikit memancing penasaranku; jika demikian, seberapa indah sebenarnya surga? yang diakui bisa memenuhi semua angan manusia, hingga mungkin bisa merubah konsep kita akan realita. 
37 notes · View notes
hmuyassar · 3 years ago
Quote
Al Quran itu Hidayah dan Hadiah
Ibu, 2023
11 notes · View notes
hmuyassar · 3 years ago
Text
Halo,
Untuk dirimu yang sedang mengutuk diri atas kekurangan dan ketidakmampuanmu,
namun tetap memaksa maju, ditengah berisiknya kritik dan pikiran negatifmu
tetap berjalan, meskipun terseok dengan beban yang kamu ikat di kakimu sendiri
yang berani melanjutkan perjalanan, setelah rehat yang mungkin membuatmu tenggelam dalam keraguan
Kerja bagus.
Dimanapun kamu berada, menghadapi kelemahan dan ketakutanmu sendiri adalah sebuah pencapaian. Bisa jadi membutuhkan proses yang panjang.
Terima kasih. Kamu sedang mewarnai hidupmu, yang akan sangat dihargai oleh dirimu di masa mendatang, karena kamu tidak membiarkan masamu gelap oleh rasa takut. 
Satu langkah yang kamu ambil, membawamu kepada sekian jalan yang bisa kamu lewati, untuk petualangan yang bisa lebih kamu nikmati.
Jadi, selamat!
8 notes · View notes
hmuyassar · 3 years ago
Text
Momentum. 
“I wonder, why does human tirelessly evaluate and resolute themselves each year only to forget it halfway?”
“Well, to each their own, I guess. Some of them need the momentum to talk to themselves. Otherwise, they may never listen, recognize or even appreciate both their wish and struggle.
But at the end of the day, I think it is how you struggle each day to make sure you live life. Death may come at any time, but you're able to sleep without nightmares or fear. Knowing you have done well for the day or hoping you will do something tomorrow. Isn’t it what makes human admirable?
at the very least, knowing you’re walking towards something gives you comfort. Who knows, maybe He will let you achieve the goal in your eternal dream”
6 notes · View notes
hmuyassar · 3 years ago
Text
ini draft sebenernya udh disusun dari tahun lalu ya, sebulan sebelum wisuda. Tapi beginilah akhirnya baru dirapikan lagi pas momennya tahun baru. Mumpung ada momen, pikir saya. Semakin ketunda hanya akan semakin berdebu. 
---
I’m not one that gives meaning to milestones -kinda. Being the last child, I observe the milestones of my siblings, thus for me those moments are things that will eventually arrive for everyone. Birthdays, graduations, works, new families, end and new years, meeting and parting. Not even when I finally spent time studying abroad, a dream I once had. I think of it as just another passing day. 
I wonder though whether it's really because I don’t care or it’s just not special enough. Then I turned 23, graduated and started my first work on the same day, the 1st of November of 2022. It's supposed to be a bit special, isn’t it? 
I started thinking that I never had a proper appreciation for my younger self. Although the phase I’m currently in is not actually colourful, I just painted the past with dark by leaving it and not looking at it properly. 
So here it is, small gestures of appreciation buat himmah-himmah muda.
Congrats buat Himmah SD yang sudah beradaptasi dengan rumah dan lingkungan baru. Bertahan di rumah besar yang kosong ketika kakak-kakak sibuk dengan tugas belajar dan kerja memang ga mudah. Mengulang berkali-kali buku dan cerita yang sasarannya bukan untuk usiamu di goa perpus itu mungkin satu satunya caramu untuk melupakan gelap dan sepinya ruangan lain. Kamu bahkan bisa sesekali membantu bapak ketika sedang gaptek dengan laptop, dan melihat langsung bagaimana konsistennya bapak untuk belajar dan beribadah memasuki masa tuanya. Semua itu menjadi bekal wawasanmu untuk berpikir dan melihat dunia saat ini.
Selamat juga untuk Himmah SMP, 17 Juz hafalan Quran dengan konsisten juara umum maupun harapan di hampir setiap MHQ semesteran sangat butuh perjuangan. Begadang untuk ujian tahfidz, bangun ketika orang tidur dan tidur ketika orang bangun, nangis ketika entah ujian hafalan atau MHQ kebanyakan salah, keeping up the good-girl behavior since banyak nama yang ada di punggungmu haha, serta ga berpuas diri dengan akademikmu sampe nutup telinga dari apa kata orang dan struggle buat jadi satu-satunya yang lulus IC dari sekolahmu ketika itu. Well, I think you’ve done great, seriously. 
Err, should I talk about high school too? why do am I getting traumatized instead wkwk. Sepertinya aku dan kamu belum sepenuhnya berdamai haha. Good job on being called to the graduation stage twice. A long headpat juga buat liburan-liburan yang kamu korbanin sampe selesai hafalan di rumah tahfidz. Bisa nambah satu halaman baru setiap setengah jam, ujian kenaikan juz tiap tiga hari sekali dan dapet empat juz selama dua minggu adalah suatu kebanggaan yang ga bisa lagi dilakukan dengan kapasitas dirimu yang sekarang:”. You know we’re gonna have a loong writing for what happened each year in the school, and for that I’m gonna give you a big hug. The least I should say is, maintaining the mindset of ‘finishing an educational level as it should be’ is an excellent job. You actually had the choice (or the risk? wkwk) of moving out, but you've never actually seen it despite the fear, reality, as well as the social and academical drama you met.
You should be proud of your gap year. I honestly think it’s the most productive year of your life. Kamu dihargai sebagai santri kelas bahasa arab terbaik, bisa ujian murajaah 15 juz, got higher IELTS score than your brother (yeah, lol), accepted in some universities abroad, and even diligently stimulating your brain by attending those seminars almost every Saturday. Bertahan dengan kejenuhan, konsistensi dan komitmen terhadap tujuan selama setahun ketika kamu sebenernya cenderung buat melenceng kemana-mana is a great work indeed. You even found some precious answer on your own while facing your great fear. I wonder, are we really the same person? You make me believe that I actually have those sides and that I can maximize my potential if I really want to. 
Buat Himmah yang udah lulus kuliah? belum ada haha. Kayaknya belum bisa lebih objektif untuk mengucapkan selamat dengan tulus. Mungkin nanti, 5 atau 10 tahun lagi, kalau masih dikasih kesempatan hidup. So, keep struggling until then.
Each milestone surely taught me something, but If I want to talk about it then I will get the spotlight instead of you guys. So, no. Here is another message for you;
Engga, krisis eksistensial kita ga kelar-kelar. Ha. Berubah situasi dan kondisi, sebab dan akibat, mungkin iya. But basically you still like to brood over it and sink into your own world. Hal yang mungkin berubah adalah, you now accept it as part of your journey. Mungkin ga akan pernah selesai, mungkin ga akan ketemu suatu kesimpulan. Satu titik kamu merasa sudah dapat jawaban bukan berarti kamu ga mengalami atau menanyakannya lagi di kemudian hari.  
And that’s okay, we live on with it.
Sincerely,  
your 23-y.o.-self.
Tumblr media
14 notes · View notes
hmuyassar · 3 years ago
Text
Manusia dibekali dengan akal dan hati untuk mengenal kebenaran
meyakininya,
dan bergerak berdasarkannya.
Ketika hati dipenuhi keraguan, atau rasanya sudah tertutup dan gelap, maka gunakanlah akal. Beri asupan informasi, bukti ataupun tanda-tanda yang menggerakkannya bekerja kearah yang benar.
Ketika akal mulai terdistorsi, penuh kebingungan, dan tersesat dalam ranah abu-abu, gunakan pendekatan hati. Membersihkannya dengan amalan jiwa, bagaimanapun juga, adalah kunci.
Di dunia ketika titik-titik hitam yang bisa menutupi hati adalah kewajaran, dan diskursus serangan atas akal adalah norma, butuh kecakapan lebih untuk menjaga kewarasan ketenangan tetap berada dalam kebenaran.
11 notes · View notes
hmuyassar · 4 years ago
Text
Kita sama-sama paham bahwa manusia memiliki pilihan, dimana setiap pilihan memiliki konsekuensi, dan tanggung jawab adalah bagaimana kita menerima dan menghadapi konsekuensi itu.
Yang bisa jadi berbeda diantara kita adalah, memahami bahwa akhirat merupakan bagian dari konsekuensi tersebut.
Terlupa, kurang memaknai, merasa tidak nyata karena dianggap terlalu jauh, berbeda pemahaman atau bahkan keyakinan. Entahlah.
Yang manapun itu, semoga kita menjadi bagian yang ditetapkan untuk sering -jika tidak selalu- mengingat dan memahami konsekuensi ini hingga akhirat terbukti berada di depan mata kita.
12 notes · View notes
hmuyassar · 5 years ago
Quote
Dear,  jika kamu tidak bisa memenuhi komitmenmu yang telah kamu buat sendiri terhadap Quran,  jangan harap kamu bisa memenuhi komitmen apapun dalam hidupmu dengan baik
apalagi menuntut komitmen dari orang lain
24 notes · View notes
hmuyassar · 5 years ago
Photo
Tumblr media
In memoriam, Bapak dengan anak ke 7, 8, 9, 10
Waktu terus berlalu
Seiringan dengan dunia yang terus berputar, luka yang perlahan memudar,
ada pendar yang butuh usaha lebih untuk tetap bersinar
Allahu yarham, Allahu yarham sungguh jadikan kami penerus beliau ya Allah
14 notes · View notes
hmuyassar · 5 years ago
Text
Tumblr media
Kepada siapapun yang berjodoh dengan tulisan ini, bukan berarti kamu harus berpura-pura kuat dan membohongi dirimu sendiri atas apa yang terjadi. Hanya saja, tak semua orang perlu melihat sisi lemahmu.
Boleh saja kamu jatuh dan babak belur karena satu ujian. Silakan menangis, silakan luapkan semua sedu dan sedanmu itu. Namun luapkan pada tempat dan orang yang tepat. Karena tak semua orang akan berdampak baik buatmu.
Saat kamu sedang sulit dan terjepit, mungkin kamu sedang diuji sampai ujung batas kemampuanmu karena Allah memberi ujian tak pernah melebih batas kemampuan hamba-Nya.
Maka saat kamu sedang kesulitan, kelelahan, atau dihantam badai yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya, tenangkanlah dirimu. Badai ini mungkin besar sekali, namun masih dalam batas kemampuanmu jika kamu mau lebih bersabar sedikit lagi saja.
Setidaknya bertahanlah dalam remuk-redammu itu sampai semuanya kembali normal. Memang sakit, tapi semuanya akan membaik.
Semangat ya, kamu!
© Taufik Aulia 2020
1K notes · View notes
hmuyassar · 5 years ago
Text
Catatan si Bungsu
Kadang, menjadi bungsu itu menyebalkan
Usia yang dihabiskan tidak dipungkiri lebih sedikit, begitu pula dengan usia yang dihabiskan dengan orangtua. Maka memori-memori itu juga lebih sedikit. Cerita-cerita bersejarah itu hanya terdengar, minim disaksikan secara langsung.
Saya lahir, bapak sudah menjadi anggota dewan, rumah sudah berada di komplek dinas. Belum selesai sekolah dasar, bapak sudah pensiun. Berselang dua tahun, ketika bapak lebih sering berada di rumah, saya masuk pondok. Hingga melanjutkan ke sekolah berasrama selanjutnya, bapak masih menyempatkan sesekali menjenguk sebentar. Sekitar kelas sebelas, bapak sudah tidak pernah menjenguk. Penyakit sudah memaksanya untuk menghabiskan sebagian besar waktu beristirahat. Ketika bapak sudah tinggal berbaring, saya justru masih penuh dengan mimpi, menggebu mengejar pendidikan di tempat lain. Namun dalam beberapa keputusan penting, bapak masih memainkan peranan dalam perjalanan saya, SMP, SMA hingga kuliah.
Kadang menjadi bungsu itu menyebalkan,
Apalagi ketika kamu berasal dari keluarga dengan saudara yang banyak, atau jarak usia yang terpaut jauh
Orangtua semakin menua, kakak-kakak mulai mapan, dan kamu masih belajar.
Kesempatanmu untuk membanggakan orangtua lebih sedikit, jika kesempatan itu sebanding dengan rentang usia. Kamu yang paling belum dewasa, ketika kedewasaan dijelaskan dengan pengalaman yang seiring dengan waktu.
Maka ketika dibutuhkan, kamu yang paling belum bisa melakukan apa-apa. Hal terbaik yang bisa kamu lakukan hanyalah belajar sebaik mungkin, karena itu masamu, dan kamu tahu itulah yang kemudian akan membanggakan semua orang.
Bertemu dan mengambil pelajaran dari generasi tua menjadi sangat berharga. Kadang,bungsu bahkan berpotensi tidak bertemu dengan kakek dan nenek, warisan nilai itu didapatkan secara tidak langsung. Jarak generasi yang paling jauh, kadangkala menyebabkan jarak yang lain; bahasa, komunikasi, zaman, pendekatan.
Untuk kalian, anak-anak dengan rentang usia yang lebih dekat,
Bersyukurlah, kalian punya cerita lebih banyak untuk diwariskan.
Jika merasa tidak demikian akibat kondisi dan situasi, maka manfaatkanlah dengan baik kesempatan yang ada
Untuk kalian para bungsu,
Maksimalkanlah sebaik mungkin kesempatan yang lebih sedikit itu
Jika merasa sudah cukup maksimal, bersyukurlah dan jangan bosan
Iya, memang semua hal ini kondisional, tidak bisa digeneralisir, kondisi setiap keluarga berbeda, kondisi setiap anak berbeda. 
Tapi izinkan untuk sekarang kami (saya dan siapapun yang mungkin merasa senasib) mengasihani diri. Akan ada masa kami bersyukur dengan sangat
Pada akhirnya, penghiburan terbaik bagi seorang anak yang ditinggal orangtuanya Tidak lain adalah amal baik dari dirinya sendiri
*****
Banyak cerita beredar tentang keluarga kami, bagaimana bapak dikenang sebagai ayah dari 10 bersaudara
Tapi itu hanya sekelumit cerita tentang bapak,
Bapak punya puluhan tahun cerita penuh teladan dibaliknya, yang mungkin minim orangtahu. Apalagi generasi muda seperti saya, yang jauh dari sejarah perjuangan masa lalu.
Banyak yang baru terungkap setelah bapak pergi; kezuhudannya, kesederhanaannya, ketegasannya, pemikiranny dan segudang teladan lain. Kisah-kisah penuh nasihat untuk generasi muda seperti saya; yang sering terlalaikan oleh ambisi dunia, penuh idealisme dan cita-cita namun sedang duduk diam karena realita, mahasiswa yang masih berada di anak tangga awal perjuangan kehidupan.
Semoga kita bisa sama-sama mempelajari dan meneruskan semangat kebaikannya
*****
“Kalo Himmah pindah sekolah, komitmen sama Qurannya gimana?” yang mengantarkan saya untuk giat mengikuti rumah tahfidz ketika liburan pada masa SMA. Padahal sekolah tujuan merupakan sekolah dambaan banyak orangtua, namun ia masih enggan karena khawatir hafalan Quran saya kurang terjamin. Hingga saya berhasil menyelesaikan hafalan quran sebelum lulus. Harapannya untuk anak-anaknya, karena ia tahu memasuki masa kuliah akan sangat sulit untuk fokus kepada Quran.
“Duduknya yang tegak, biar badannya ga bongkok”
“makannya dijaga, biar kesehatannya terjaga pas tua”
“Jangan baca komik terus! Udah murojaah belum?” ketika masa kecil saya dihabiskan untuk membaca novel. Teringat ada novel saya yang dirobeknya karena ketahuan membaca sehabis maghrib, waktu yang seharusnya dipakai untuk membaca quran.
“udah, ke Undip aja” jawaban singkatnya ketika beberapa pilihan hadir di depan mata untuk meneruskan pendidikan. Alhasil disinilah saya, satu-satunya anak yang meneruskan jejak di almamaternya dulu. Sayangnya, ia tidak sempat untuk melihat saya lulus darinya
“Bangunlah ketika orang lain masih tidur, berjalan ketika orang lain masih bersiap, dan larilah ketika orang lain masih berjalan” 
Dan selanjutnya, yang membantu untuk kembali berdiri lagi adalah warisan dan kenangan terbesar bersama bapak, Quran.
Tumblr media
*foto-foto kenangan bapak kurang lebih; lagi ngemong anak, ngaji, silaturahim 
Allahummarhamhu
Allahummagfirlahu war hamhu wa’afihii wa’fu’anhu
Rabbighfirlii waliwalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaani shagiira
35 notes · View notes
hmuyassar · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Ahaha.. quotes ini sebenarnya bukan quotes paling favorit, apalagi tokoh karakternya ataupun manganya. Tapi kelihatannya isinya bisa sesuai dengan situasi dan isi tulisan ini. Jadi tidak apalah dimunculkan kembali. 
Seiringan dengan angka kasus yang semakin meningkat, tenaga kesehatan yang semakin kelelahan baik mental maupun fisik, pejuang-pejuang garis depan yang satu persatu tumbang, beserta aturan dan anjuran yang semakin diperketat, begitu pula dengan perasaan cemas yang muncul di sebagian masyarakat. Sebagian, jika memang masih ada sebagian lain yang masih dengan santai keluar rumah tanpa ada keperluan yang begitu penting.
Bagi sebagian ini, kondisi ini memberikan ketidakpastian. Ketidakpastian keselamatan baik ekonomi maupun kesehatan diri dan orang tersayang, ketidakpastian waktu juga dampaknya kemudian. Ketidakpastian ini memunculkan kekhawatiran, ketidaknyamanan, ketakutan kecemasan bahkan tekanan juga stres,  Khususnya bagi kelompok dengan kondisi yang lebih mencekik; keluarga dengan pasien positif, keluarga dengan tulang punggungnya bergantung kepada kondisi, dan sebagainya.
Bagi sebagian ini yang terpaksa #diamdirumah, kadangkala berdiamnya bisa jadi tidak membantu banyak menangani perasaan-perasaan ini. Ketika informasi yang di-scrolling di medsos hanya memperburuk rasa khawatir,  kegiatan-kegiatan terbatas, pendapatan dan kebutuhan sehari-hari yang tersedia juga terbatas, interaksi dengan orang lain juga terbatas, apalagi bagi mereka yang terpaksa jauh dari keluarga  (seperti saya, yang sampai kini masih terjebak di tanah rantau:’),serta adanya  perasaan tidak berdaya dalam menghadapi situasi-situasi ini.
Untuk itu tentu hal ini perlu ditangani dengan kegiatan-kegiatan lain. Kegiatan yang dimaksud berupa kegiatan yang membantu menurunkan stres. Kegiatan ini bisa berupa banyak hal; menerima bahwa ada peristiwa yang tidak dapat dikendalikan, berolahraga, menghindari hal-hal yang dapat memperburuk pikiran negatif, menjaga diri agar tetap produktif dengan bekerja atau mengerjakan tugas kuliah sebaik mungkin (contohnya postingan ini), melatih relaksasi, meluangkan waktu untuk melakukan hobi dan minat. Kegiatan-kegiatan seperti ini akan membantu kita untuk mengalihkan pikiran dari hal-hal negatif, juga menjaga agar mental dan tubuh kita tetap dalam kondisi baik dan sehat 
Selain itu, kini ada fenomena lain yang mulai bergerak. Tersebab kekuatan media sosial yang tidak hanya membawa pengaruh negatif, satu dua influencer dan pejuang sosial memberikan pengaruh positif yang cukup besar. Pengaruh ini  turut merambat dan menular. Kini semakin banyak pihak yang bahu-membahu mengumpulkan dana, menyebarkan kebutuhan baik APD maupun makanan, maupun gerakan-gerakan sosial lainnya.
Hal ini memberikan suatu optimisme, bahwasanya masyarakat juga mampu melakukan lebih, bahwasanya masih banyak orang yang bisa membantu dan kita bisa turut menjadi bagian didalamnya, bahwasanya kita mampu melewati kondisi ini dengan berjuang bersama. Optimisme inilah yang kini kita butuhkan, sehingga lebih banyak pikiran-pikiran positif untuk menunjang diri dan aktivitas kita. 
Tetap berpikir positif adalah langkah penting untuk kita tetap menjaga kesehatan baik mental maupun fisik. Dalam menjaga pikiran-pikiran positif ini, kita tetap harus bergerak secara aktif, beriringan dengan doa yang tentu harus selalu dipanjatkan. Hingga masa-masa ini kemudian menjadi bagian dari sejarah manusia untuk selalu diambil pelajarannya. 
 ...
Nah, salah satu gerakan yang menjadi alternatif diantaranya adalah @rebahanbergerak buatan teman-teman saya yang tetap ingin #bergerak sekalipun menjadi #kaumrebahan dan #dirumahaja. Tertarik ikut?
Tumblr media
1 note · View note
hmuyassar · 6 years ago
Text
Untuk kaum mager
Pernah ngga bingung bergerak justru karena banyaknya agenda. Padahal didalam hati rasanya kosong. Merasa tak memberi apa-apa. Akhirnya memilih scroll medsos sampai waktu yang tak terhingga. Ujungnya menyesal dibuatnya.
Alhamdulillah.. saat itu juga satu titik perubahanmu terasa. Bahwa memang kamu sedang tidak baik-baik saja.
Mari merapihkan pelan-pelan apa yg terurai. Seperti menemui adanya lubang dibaju utk bisa dijahit kembali. Seperti itu pula dg hidup. Mulai dengan mengakui kesalahan dan kekurangan. Libatkan dalam doa di sujudmu. Jika tangismu membantu, lakukanlah.
Menunda adalah langkah terbaik untuk membuatmu semakin stress. Satu pekerjaan tertunda, maka akan menumpuk pada pekerjaan lainnya. Satu pekerjaan tertunda , maka bukan hanya kamu yang dirugikan. Orangtuamu harus menyisihkan uang utk membiayai penambahan semesteranmu krn skripsi yg tertunda. Orang dikantormu yang harus ekstra bekerja krn harus menunggu pekerjaanmu selesai. Atau oranglain satu organisasi yang harus terdzolimi krn karyamu dalam menunda.
Sudah tak mengapa, yang lalu biarlah menjadi arena belajar. Jumlah cucuran air mata dan magermu tak akan membantu apa-apa kecuali menambah keresahan setelah melakukannya.
Kesuksesan hadir dari banyaknya kegagalan. Kegagalan hadir dari ribuan langkah. Serta ribuan langkah hadir dari langkah pertama. Maka Mari Melangkah!
20 notes · View notes
hmuyassar · 6 years ago
Quote
It is not because of dreams I pray, It is precisely because of prayers I make dreams
- a servant longing for his God
6 notes · View notes