Tumgik
horchatapop · 3 years
Text
Tumblr media
Terus Beranjak: "Jadi Hamba Tersembunyi"
Kita tidak pernah tau apa diucapkan oleh mulut kita akan berdampak apa kepada kehidupan orang lain. Kita bercerita tentang kebahagiaan kita, tentang prestasi kita, atau misal keuntungan kita di pekerjaan yang sedang kita jalani. Kita ceritakan semua itu dengan leluasa dan penuh bahagia tanpa ada rasa apapun kecuali bahagia.
Kita tidak tau melalui cerita yang kita ucapkan, ada hati yang barangkali tegores dengan cerita bahagia kita. Ada yang hatinya jadi merasa tak beruntung dan tanpa sadar iri kepada kita meskipun kita sama sekali tidak bermaksud untuk memamerkan apa yang kita banggakan itu.
Hati kita berkata kalau kita hanya membagikan kebahagiaan, tapi tanpa sadar menjadi pintu bagi mereka untuk jadi iri, dengki, dan kufur nikmat.
Ada hati yang kita lukai. Ada semangat yang barangkali kita patahkan melalui cerita kita. Ada angan-angan orang lain yang barangkali jadi terhenti. Ada mereka yang jadi merasa kalau mereka serba kurang dan berandai menjadi kita. Lebih parahnya kitalah yang membuka pintu-pintu ketidaksyukuran itu terbuka.
Meski kita tau rezeki dari Allah itu pasti ada untuk setiap orang, tapi alangkah lebih bijaknya kalau kita berpikir kembali sebelum menceritakan semua kebahagiaan kita.
Lagi pula apa pentingnya kebahagiaan kita diketahui dunia? Cukup Allah dan kita sendiri yang tau.
Bukankah menjadi hamba yang tersembunyi itu sesuatu yang special?
@terusberanjak
104 notes · View notes
horchatapop · 4 years
Text
Your breakfast in bed.
Tumblr media
Halo!
Weekend ini, terlepas dari deadline tugas kuliah di hari Senin yang lumayan bikin pengen nikah aja stres ngerjainnya, aku dapat sweet treat yang menyenangkan. Ibu Bapak dateng nengokin aku ke kosan, dan malamnya, kami memutuskan untuk ngumpul bareng sekeluarga di tempat Teh Dyah lagi kerja akhir minggu ini! Meski minus Teh Nina, Kak Hendra (suaminya) dan Meisya (dan satu bayi kecil yang bentar lagi mau dateng), tapi lumayan lah rindu akan ndusel-ndusel bareng di kasur terbayarkan malam tadi. Begitu bangun pagi, moodnya lagi enak banget (lupa kalau besok kuliah), sehingga ide-ide bermunculan dan aku kepikiran untuk ngeshare satu pengalamanku tentang menulis udah lama ingin aku ceritain, dan menurutku, bisa banget untuk turut teman-teman ikuti :)
Pengalamanku ini bercerita tentang diksi, atau kosa kata.
Diksi itu menurutku penting banget untuk memperkaya tulisan. Banyak sekali kata-kata indah dalam Bahasa Indonesia yang sampai sekarang masih aku luput sadari dan gunakan dalam tulisanku. Aku sadarnya begitu baca-baca tulisan orang lain, baik itu artikel koran, tulisan di blog, novel fiksi, maupun sajak. Aku sering banget nemu kata/frasa yang a) sebenarnya aku tahu kalau kata itu ada, tapi aku nggak pernah kepikiran untuk gunakan, dan b) nggak pernah aku dengar, dan bikin aku terpukau sendiri pas bacanya. Momen-momen itu aku dapatkan (dan rasakan banget sensasinya) saat aku pertama kali baca novel John Green The Fault in Our Stars, novel Dee Lestari, dan sajak-sajak karya seniorku, Kak Gagar. Tiap kali abis baca penggalan-penggalan kalimat yang mengandung kata atau frasa yang ajaib, aku langsung gemas sendiri; aku ingin banget bisa nulis seperti itu juga!
Nah, terdorong keinginan yang kuat untuk turut bisa menciptakan keajaiban yang sama, rasanya otomatis aja: aku langsung ambil pensil dan 1) mark the (big) words. Aku nandain setiap kata-kata asing, kata-kata keren, yang belum pernah aku denger; atau belum pernah aku pakai. Buku TFiOSku penuh tuh sama coretan-coretan dan catatan-catatan kecil aku di samping kata-kata yang aku tandain. Khusus untuk kata yang bener-bener baru denger/jarang denger, 1a) I look up the meaning(s). Aku langsung buka kamus, dan cari tau arti/makna katanya! (Kadang aku juga liat sinonim-sinonimnya supaya lebih ngerti dia punya arti yang sejajar dengan kata lain apa) Satu kata bisa punya banyak arti dan makna, nah menurutku, penting sekali untuk tahu itu semua! Terutama arti dan makna yang paling umum. Jangan sampai kasusnya kayak aku pas di Amerika dulu, sok-sokan pake kata asing eh ternyata kata tersebut punya makna lain… Itu diceritakan di blogpost berikutnya aja ya *malu kalo ingetnya*
Setelah itu, supaya aku nggak lupa, 2) I make a list. Kata-kata yang aku temuin dari bacaan aku itu, aku catet di catetanku supaya aku punya daftar kosa kata baruku sendiri. Aku kadang nyatet di post-it notes, kata beserta artinya, yang kemudian aku tempel semua di satu halaman buku catatan khusus untuk daftar kosa kata baru. Waktu di Amerika, karena aku nulis catatan keseharian di blog tiap hari, selain nyatet kejadian-kejadian penting di hari itu untuk ditulis, aku juga selalu nyatet kata-kata atau istilah-istilah baru yang aku baca/denger hari itu, baik dari novel yang aku baca, dari artikel pelajaran Bahasa Inggris, maupun dari omongan orang yang aku dengar. Eh, jangan lupa, dari lagu juga bisa, lho. Catatan-catatan itu semuanya aku baca lagi di akhir hari, untuk melihat hari itu aku belajar kata baru apa aja. Waktu aku mau nulis, aku baca ulang lagi daftarnya, untuk mencoba memakai kata-kata tersebut dalam tulisanku, sesuai dengan gaya/caraku sendiri!
Poin yang paling penting, 3) practice! Aku latihan. Latihannya tentu aja seperti yang aku bilang di atas, menulis. Latihannya sederhana aja kok, aku biasanya coba “nyemplungin” si kata-kata baru itu dalam berbagai macam kalimat-kalimat bebas. Kalau nggak dalam bentuk kalimat, aku juga suka nyobain dalam bentuk frasa-frasa puisi. Intinya adalah aku berusaha nyari tau si kata ini cara pakenya gimana, dan apa aja yang bisa aku lakukan dengan si kata ini. Ibarat abis dapet mainan baru, supaya jago maininnya pasti kita latih dengan cara nyobain/pake terus-terusan, ya nggak?
Waktu itu aku pernah tulis dalam blogpostku yang ini, untuk bisa semakin percaya diri sama tulisan sendiri, caranya adalah dengan berusaha dan berniat untuk selalu menulis yang lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi. Nah, memperkaya diksi ini, menurutku adalah salah satu cara untuk mengembangkan dan memperkaya tulisan supaya jadi lebih baik lagi! Selain itu, ini juga “maksa” kita buat terus haus akan bacaan baru, akan kata-kata baru, dan ngedorong kita untuk nulis terus! To write is to read and to learn a lot, jadi semangat terus membaca dan menulisnya, ya!
Salam, Izzati
41 notes · View notes
horchatapop · 4 years
Text
Sharing on Social Media (2)
Halo! Beberapa hari yang lalu aku udah share tentang alasan utama kita harus menjamah dunia maya buat berbagi dan berdakwah disana. Nah, sekarang ijinkan aku melanjutkan bahasan yang mungkin lebih ke praktisnya, atau tentang How to-nya, based on penjelasan Teh Qoonit di kajian beberapa hari lalu. Meski udah lewat beberapa hari, semoga tetep bisa diambil manfaatnya ya, :)
.
Berapa banyak orang yang baik di dunia, ini tapi tak bersuara. Berapa banyak orang baik di dunia ini, tapi tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap lingkungannya. Ya, jadi orang -yang berusaha- baik itu harus berisik! Berisik apa? Ya berisik buat menyuarakan kebaikan!
Namun, nggak boleh sembarang berisik! Berisiknya harus dilandasi dengan ilmu, biar apa yg disampaikan itu bisa impactfull, alias memang membawa pengaruh buat yang lain. Jangan sampai yang kita berisikkan ternyata adalah hoax. Na'udzubillah.
Oke, bahas tentang berisik, ada tiga hal utama yang harus diperhatikan sewaktu kita bermain di social media; Pertama, isi. Kedua, kemasan. Dan yang terakhir adalah batasan. Selanjutnya, apa aja yang perlu diperhatikan dari tiga hal diatas? Check it out.
Tumblr media
Pertama tentang isi. Kata Teh Qoonit nih: ‘Semua berawal dari pesan yang kuat’. Jadi, sewaktu kita mau menyelam dalam dunia dakwah di sosmed nggak bisa tuh asal masuk tanpa persiapan yang baik, bisa-bisa malah tenggelam atau kehilangan arah. Perhatikan beberapa poin di bawah ini:
1. Kuatkan Ruhiyah
Why? Sebab tulisan yang berasal dari hati bakal sampai ke hati. Kamu sendiri pernah kan baca tulisan sederhana tapi bener-bener menggerakkan hatimu? Nah, ini bisa jadi efek dari ruhiyah penulis yang baik lagi kuat.
Tau nggak kitab hadits yang paling terkenal dan disebut sebagai kitab rujukan terbaik setalah al Quran? Ya, kitab shohih Bukhori. Kenapa kitab beliau bisa seterkenal itu? Kenapa kitab beliau bisa jadi bahan rujukan kaum muslim dari masa ke masa? Jawabannya adalah sebab kitab ini selalu beliau tulis dalam keadaan hati yang tertaut kepada Allah. Ya, Imam Bukhori selalu sholat dua rakaat dulu sebelum menuangkan suatu hadits dalam kitabnya. Sebab ketulusan beliau ini, nggak kebayang kan pahala kebaikan yang mengalir ke beliau hingga sekarang?
2. Bikin Rencana, Rancang dan Menej Mediamu!
Sebenernya poin ini bukanlah hal yang baru bagi kita saat hendak melakukan sesuatu. Yap, harus dimulai dengan planning. Tapi, jujur aku sendiri baru kepikiran tentang hal ini kemarin. Pasalnya, tau sendiri kan; pada umumnya tujuan pembuatan medsos adalah cuma buat posting hal apa aja yang terpikirkan; baik yang bermutu atau nggak. Tapi, kalau emang nih kita udah punya niatan buat bergerak di medsos, mau ga mau harus mulai planning dengan baik; tema apa aja yg mau kita bahas di akun kita, target postingan kita siapa aja, mau disampaikan dengan cara atau bahasa yang kek gimana; dan jangan lupa buat evaluasi apakah apa yang kita lakukan udah nyampe objek target postingan kita apa belum. Tapi sebenernya kalau memang kita belum mau yang seserius itu, nggak masalah kok buat sesuatu yang random di awal, nanti kalau udah punya ritme dan bayangan kedepan, baru deh buat konten yg lebih serius dan termenej dengan baik.
Kata Teh Qoonit:
‘Kalau mau punya media yang kuat maka lebih bagus ya pilih tema yang spesifik, jangan cuma ikutan isu yang lagi rame atau viral’
Ya, kayak misal beliau yang concern di isu kepalestinaan, atau Edgar Hamas dengan sejarahnya, atau siapapun itu yang kalau kita sebut namanya pasti langsung tau dia bisa dijadikan rujukan dalam bidang apa. Kalau udah gitu artinya sosmed kita udah kuat.
3. Belajar dan Belajar
Kalau dalam pepatah arab disebutkan; Faaqidu syai laa yu’thii, artinya: orang yang ga punya apa-apa nggak bakal bisa ngasih. So, kalau di dalam kepala kita ga ada isinya apa-apa, gimana bisa kita ngeshare kebaikan kepada yang lain? Dan solusi biar jadi manusia yang berisi ya nggak ada yg lain selain belajar; dari buku, kajian, dan juga diskusi.
4. Pelajari; Sampaikan-Laksanakan-Ulangi.
Yap, namanya juga pembelajar, nggak bisa cuma sekali dua kali kita lakukan; harus kontinyu buat sharing kebaikan. Pun yang terpenting dan ga oleh lupa adalah; berusaha buat ngelaksanain dulu apa yang kita sampaikan. Kalau Bahasa Al-Qur’an; ‘Kabura maqtan ‘indallahi an taquuluu maa laa taf’aluun’, yang artinya bakal jadi dosa yang besar kalau kita menyampaikan sesuatu yang kita sendiri ga melakukan. Tapi, jangan sampai memutuskan buat nggak menyampaikan apa-apa sebab rasa takut tidak bisa melaksanakannya ya! Bedakan antara orang yang memang tidak mau melaksanakan dengan orang yang berusaha melaksanakan tetapi belum bisa atau belum sempurna!
Jadi, jangan menyerah sebelum memulai, atau menyerah di tengah jalan! Yuk sama-sama berusaha saling menasihati meski sebenarnya nasihat yang kita sampaikan adalah utamanya untuk diri kita sendiri. Wallahu a’lam.
Nb: masih ada poin2 yang belum kutulis, doakan semoga sanggup aku lengkapi tulisannya ya~ Semoga bermanfaat!
(08/06/20)
86 notes · View notes
horchatapop · 4 years
Text
“Kalo sedang dikasih hepi, ga perlu menampakkan banget di publik, perhatikan perasaan orang lain. Kalo sedang sedih dan melihat org share kebahagiaan di publik, mari kendalikan perasaan dan minimalisir kebaperan.”
Dua sisi sudut pandang ini bisa menjembatani perdebatan antara ‘kita yang merasa baik-baik saja menampakkan kebahagiaan di publik karena ga perlu terlalu menjaga perasaan orang lain’ VERSUS ‘kita yang merasa bahwa kita juga harus menjaga perasaan orang lain dengan mengendalikan apa-apa yang ditampilkan.
Sebagai yang lagi hepi, kita perlu berempati. Sebagai yang lagi kesusahan, kita perlu bersabar dan mengendalikan perasaan.
Sesederhana itu perkara ini. Rasul tuh orang yang paling menjaga perasaan, dan Rasul juga orang yang paling bersabar dalam semua keadaan. Kalo sebagai yang berbahagia kita ga peduli perasaan orang, dan ketika kesusahan kita tidak bersabar dan mengendalikan perasaan, siapa yang kita anut?
*tulisan ini muncul setelah gw nonton video Mr.Kokom dari Malaysia yang judulnya ‘Manusia Yang Tak Tahu Bersyukur.’
418 notes · View notes
horchatapop · 4 years
Text
#ditumblraja
Kondisi yang memaksa kita untuk #dirumahaja harusnya membuat kita makin produktif dalam menulis, ya, kan? Mungkin ada juga yang work from home atau study from home, tapi tentu waktu yang tersisa lebih banyak. Sejam-dua jam waktu perjalanan pulang-pergi, akhirnya bisa digunakan untuk berpikir dan menulis. Logikanya sih begitu. Tidak ada alibi lagi untuk tak memulai memenuhi halaman tumblr ini dengan konten-konten seru.
Di tengah makin masifnya medium-medium baru. Generasi-generasi baru instan yang lebih senang dengan video pendek–yang terkadang lebih banyak konyolnya ketimbang pesannya. Tidak lagi mengenal keyboard, tapi lebih paham gamepad. Apa iya, tulisan-tulisan akan tergantikan dengan story-story?
Untuk yang masih tetap di tumblr ini, di tengah gempuran Tiktok dan Instagramblog; yang masih suka stalking tulisan-tulisan orang yang tidak dikenal; yang masih menjadikan “dia” sebagai protagonis utama dalam tiap melankolis prosa; yang senang berbagi konten reliji dan ke-akhi-ukhti-an; yang gemar menyindir dan menyiyir orang lain dalam narasi-narasi emosinal; yang tidak pernah menulis tapi seringnya me-reblog; yang suka jadi misterius dengan pertanyaan-pertanyaan anonim; yang bangga dengan nama akun aneh-aneh; yang suka berharap-harap ketemu jodoh sesama anak tumblr; yang notifikasi HP-nya paling banyak dari tumblr; yang masih tetap produktif menulis meski tak punya likes atau reblog; yang punya draft ratusan bertahun-tahun belum juga selesai dan di-post; yang masih setia dan #ditumblraja. Kalian luar biasa.
Ayo, tetap produktif menulis, bercerita, menginspirasi, atau apapun dengan tulisan-tulisan. Bukan untuk orang-orang, tapi untuk kita sendiri. Bahwa kelak kita akan mengingat; kita pernah menjadi generasi yang akrab dengan huruf dan kata-kata.
452 notes · View notes
horchatapop · 4 years
Text
For you who struggle with crippling anxiety and your depression is deeply setting in with isolation
For you parents who feel your entire physical, mental and emotional routine are in chaos
For you who are struggling to work from home or fear making ends meet and what the future holds
For you who now have the unique blessing of time and calm but also the test on how to fill your time wisely-
This time is training for Ramadan. Will you try to still hope in Allah's Mercy when you so intensely hate yourself and remember that self care and emotional healing can be acts of worship? Be gentle on yourself, you're doing great ❤️)
Will you remember that caring for others is a more taxing form of worship than the blessing of sitting for hours privately in God's remembrance?
Will you make the intention that every hour you work to provide for loved ones is you fulfilling a responsibility God has placed on your shoulders?
Will you be intentional about your salah when you have no excuse to not only pray every single one on time, but also with purpose? Will you choose not just to finish seasons of shows but also the Quran?
This quarantine could have come at a time in your life when you were thriving and for some of you, it did. But for others, you were barely surviving and seeing lists upon lists of how to use this time wisely is overwhelming or fills you with a yearning for that type of time.
But choose to look at your unique struggle in this moment as what Allah knows is exactly the right one for you to draw closest to Him. And then choose to be intentional about how you're going to make *every* action one of worship.
-Ustadha Maryam Amir
42 notes · View notes
horchatapop · 4 years
Text
Pertanyaan dari Mereka, si Manusia
"Ini... apa?" Tanya mereka,
si manusia
baginya, selalu saja
semesta bicara
dengan bahasa yang sulit diterka
entah kali ini teguran, ujian, atau.. murka?
Ataukah mungkin
sebagai pengingat
bahwa mereka,
si manusia
yang terkadang mengira diri mereka besar
bukanlah apa apa
di hadapan Tuhan
bahwa mereka,
si manusia
yang berambisi akan kehidupan dunia
sejatinya adalah fana
bahwa mereka,
si manusia
tidak punya daya dan upaya
kecuali dengan pertolongan-Nya
Semarang, 17 Maret 2020
Was written when i was thinking about how scary the world might be, but we shouldn't worry because we have Allah
1 note · View note
horchatapop · 4 years
Text
Sah-sah saja,
kau ayuh sampan arungi laut
kau selongkar bumi hingga lapis ketujuh
kau niatkan terbang lalu berjumpa dengan lengkung pelangi
namun, jangan lupa
untuk lekas pulang
karena sejauh apapun kau cari
Rumah selalu sedia jawabnya
They say, family is the heart of a home, don't they?
-Semarang, 13 Maret 2020-
1 note · View note
horchatapop · 4 years
Text
Tumblr media
Mengulang Penyesalan
Kamu termenung memandangi kalender di Bulan Maret. Rasanya baru kemarin saja kamu mengucap selamat datang kepada liburan, namun kini kamu harus berberat hati melambai selamat tinggal. Kamu merasa menjadi orang yang paling tak berguna, mengingat hari-hari yang terlewat tersia-sia begitu saja.
Bagaimana dengan naskah panjang rencanamu? Ah, sudahlah. Mencegah diri dari bermalas-malasan saat liburan saja sudah susah.
Lalu, yang tertinggal di hatimu hanya ada rasa penyesalan.
Namun, pernahkah kamu menyadari, bahwa sebenarnya kehadiranmu itu sendiri-lah yang bermanfaat?
Ketika kamu memutuskan untuk pulang saat liburan, ayah ibu merasa bahagia, pekerjaan rumah pun terasa lebih ringan.
Abang siomay merasa dagangannya lebih laris karena ada kamu.
Atau mungkin, ketika kamu memutuskan untuk tetap di kos, teman-temanmu menjadi lebih tenang, karena ada yang menjaga barang-barang bersama di kos.
See? Tidak perlu menyesali yang sudah terjadi, karena bisa jadi, hal tersebut memang dimaksudkan untuk tidak berjalan beriringan dengan angan-angan. Termasuk liburan yang kamu rasa terbuang sia-sia.
Boleh jadi, waktu liburanmu yang terlewat tidak sesuai apa yang kamu rencanakan. Atau tidak se-goals apa yang kamu lihat di instagram teman-temanmu. Namun, cukuplah hari-hari liburanmu yang terlewat tersebut menjadi menjadi hikmah--supaya dari pengalaman tersebut kita bisa berpatok bagaimana seharusnya memanfaatkan karunia waktu luang. Bukankah orang bilang, kesalahan bisa dijadikan pelajaran?
"Hari ini memang rasanya tidak menyenangkan. Tapi, sungguh ada satu hal yang harus diketahui. Bahwa kalau kita belum juga bisa memetik hikmah darinya, selama itu pula kita akan sulit menerima segala hal yang telah terlewati." -Kurniawan Gunadi
-Semarang, 11 Maret 2020-
4 notes · View notes
horchatapop · 4 years
Text
Ketika kamu udah paham bahwa hidupmu orientasinya buat bertemu Allah dalam naungan ridha-Nya, percayalah:
Jika kamu jatuh, kamu tak akan terbunuh. Jika kamu meninggi, kamu tak akan luruh.
726 notes · View notes
horchatapop · 4 years
Text
Tumblr media
Masih Edisi Patah Hati, Yet Ikhlas Is A Must
Ingin menghaturkan a bunchhh of thank kepada pak Maryadi yang sudah sabaaar banget membimbing kami selama beberapa minggu ini, mantau, nyemangatin, nggak pernah marah kami rusuhin padahal bapaknya juga ada tanggungan setor nilai, bahkan selama 3 hari lembur mendekati deadline tempo hari dibeliin makanan terusTT
Memang, kalau hasil nggak akan mengkhianati usaha. Tapi sejatinya, ada kekuatan yang lebih besar dari itu. Kehendak Allah. Namanya manusia, kewajibannya ya usaha dan berdoa. Setelah itu tawakal. Berserah diri. Menyerahkan urusan apa-apa pada-Nya.
Hanya karena embel-embel "menang" nggak boleh malah jadi obsesi. Kalau kata Uli, dilihat baiknya. Mungkin kali ini bukan rezekiku, tapi karena hal ini, toh aku jadi lebih banyak baca.
Rasanya kemarin pas baca pengumuman, patah hatiii banget. Lalu muncul sesak yang membuncah. Pengennya tidur aja seharian. Sampai memunculkan pikiran, aku... sebenernya ngapain sih, apa aku sebenernya nggak cocok di bidang ini, lalu selanjutnya apa?
Pernah denger podcastnya Udz. Hanan Attaki, kurang lebih begini. "Dada sesak bukan tergantung masalahnya, tapi sharhussadrnya. Lapang dadanya".
Saking optimisnya, aku lupa kalau ada Allah sang pemberi sebaik-baiknya keputusan. Lupa, kalau di samping menyelipkan harapan-harapan atas ambisi dalam doa, seharusnya mintakan pula kelapangan dada. Atas segalaaaa keputusan yang Allah beri. Biar nantinya nggak kecewa. Karena kan sebenernya yang bikin kecewa itu ekspektasiku sendiri........ dan sekarang tugasku, berbenah hati. Pun senantiasa pula berhudznudzan pada Allah.
Kalau kata fiyya, apa-apa yang terjadi bukannya nggak mungkin tanpa hikmah?
-Bintaro, 5 Maret 2020
1 note · View note
horchatapop · 4 years
Text
Wounds of Life
They're keep saying it should be done this way
Be done that way
Yet I have no idea what I want to do
In this life
There are some days when it feels like a bright sun and lead me to live my life to the fullest
There are some other days that it's so undescribeable
Feels blue and makes me sick of it
At the end
I choose to keep going, 'cause there's nothing I could do better
Life is about wounds after all
It takes time,
It takes time
Slowly but surely
Walaupun terdengar hening di telinga, pikiranku sangatlah kacau dan rumit akhir-akhir ini. Can't rlly decide which is the better one. I hope everything is going to be okay.
-Semarang, 25 Februari 2020
1 note · View note
horchatapop · 4 years
Text
“Kalau lagi di fase gini, aku jadi sadar kenapa orang-orang sebelummu ninggalin aku. Kayaknya, keputusan mereka emang bijak. Kalau aku jadi mereka, mungkin aku pun akan pergi.”
“Mungkin memang ada baiknya kamu pergi. Setidaknya kamu terbebas dari aku yang tak baik untukmu.”
55 notes · View notes
horchatapop · 4 years
Text
Tumblr media
0 notes
horchatapop · 4 years
Note
Kak, pernah gak merasa ingin di butuhkan orang lain, tapi nyatanya malah sebaliknya, kita yang selalu butuh orang lain
pernah. lalu pada akhirnya sadar, kita hanya manusia… 
20 notes · View notes
horchatapop · 4 years
Text
Kita sering mengira, kondisi tak memiliki tujuannya adalah kondisi memiliki. Belum menikah seolah tujuannya adalah menikah. Belum punya anak seolah tujuannya adalah mempunya anak. Belum mapan seolah tujuannya adalah mapan. Belum punya ini punya itu seolah tujuan hidup kita harus punya ini punya itu. Sehingga segala upaya dikerahkan untuk mencapai tujuan itu. Bila tak didapatkan habis kesabaran kemudian kecewa, sebagian dari kita putus asa, sebagian sudah tak peduli.
Bagaimana bila kita mengubah konsep bahwa tujuan kita adalah Allah. Sehingga saat dalam kondisi serba belum kita mampu menikmati kesabaran sebagai hal terindah untuk menikmati rasa syukur menjadi seorang hamba dari Allah. Kemudian memiliki atau belum memiliki menjadi tidak terlalu penting. Sebab di titik itu kita menyadari, dianugerahi dengan limpahan hidayah dan ketenangan melewati apapun fasenya adalah kekayaan yang tidak bisa digantikan oleh kepemilikan kita atas apapun di dunia ini.
Alizeti, Jakarta
554 notes · View notes
horchatapop · 4 years
Text
Minggu, 2 Feb 2020
Habis baca js, isinya ttg curhatan si sender kl dia itu kesepian karena gaada temen kos, organda, dan ga akrab sm tmn kelas juga...
Hm kira2 sama kek kondisiku sekarang.
Sebagai seseorang yg sedang merasakan loneliness bcs barely having no one to talk to (tmn kosan, tmn bljr, temen organda, temen curhat, sahabat di kls--whatsoever they name it)
Perasaan being left out and easily forgotten itu.... Nggak enak banget
Rasanya kek garisnya orang-orang di sekitar udh melengkung membentuk lingkarannya masing2, dan cuma punyaku yg masih berbentuk garis sederhana (mikir apa seh sap)
((Should I move out?))
Apalagi wkt lg ada masalah. ((Berhubung fitrahnya manusia itu ingin didengarkan nih)) mau minta tolong/cerita ke orang tua takut bikin panik. Ke sodara tp nggak akrab dan dianya jg ga peduli (malah ntar yg ada dimarahin😅). Ke temen yg nggak terlalu akrab, takut ngerepotin. Serba salah heungg. Akhirnya berusaha semaksimal mungkin nyelesaiin masalah kl bisa sendiri. Trus kl punya keluh kesah ditulis di buku wkwkwkwk. Atau nulis di tumblr. (Yg keknya udah bisa dibukuin bertajuk life of a hesitate lonely introvert wkwkw)
Kadang mikir kl dunia yg fana ini rasanya nggak tepat untuk terlalu dipusingkan, trus mikir juga, yg baru selevel ini aja udh kesepian... apalg ntar (which is i don't have any plan to get married setidaknya smp 10 th ke depan), tapi ya gmn ya--i can't help from having such mix feeling.
Dan sebagai langkah penyemangat, biasanya senantiasa mendoktrin diri sendiri dengan kata-katanya Ali bin Abi Thalib (justifikasi perbuatanku jg sih sebenernya), kalau yang paling pahit dalam hidup itu berharap kepada manusia..
(Berharap ke diri sendiri aja sering dikecewain apalg sm org lain wkwkwk)
Trus inget jg kata org, pada umumnya memang semakin tua lingkaran pertemanan itu biasanya semakin mengecil (tp kok punyaku menghilang ya🙃)
Elah napa sih perasaan manusia itu complicated bgt. Pengen yg simpel2 aja deh. Huft.
Ayo sap istighfar, istighfar
0 notes