Belajar tenang dan menenangkan Kita menyemesta berkarya selalu bersahaja
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Malaikat Kecil Itu
Ada hari dimana dulu ketika menjadi dokter muda, rasa takjub itu hadir saat melihat perjuangan orang-orang yang mengupayakan kesembuhan. Rasa takjub itu juga hadir, melihat orang-orang yang hadir membersamai mereka. Kadangkala di tengah banyaknya ujian, kehadiran orang-orang terkasih adalah salah satu hal yang paling meneguhkan.
Di salah satu sudut poli, terlihat pasangan keluarga muda, dengan anak-anak spesial mereka. Mungkin dari tempat yang jauh mereka berasal, mungkin sudah lama mereka bolak balik dan menjadi sahabat rumah sakit, mengupayakan kesembuhan untuk anugerah mereka yang kadangkala terasa sebagai ujian yang membutuhkan pengorbanan. Tapi di balik setiap ujian itu, mereka tidak memilih untuk mengubah anugerah itu. Sosok mungil itu tetaplah anugerah bagi mereka, meskipun berat, meskipun melelahkan, tapi anugerah itu tak pernah berubah makna menjadi musibah.
Dan hari-hari ini, Allah mengajarkan untuk berada di posisi mereka. Dikarunia penyejuk mata yang spesial, yang dikaruniai kesempatan kadang tak sama dengan teman sebayanya.
Kadangkala sedih hadir, kadangkala rasa sempit mendatangi. Lalu merasa bertanya-tanya, apakah yang salah hingga harus diuji seperti ini.
Tapi setelah ujian-ujian panjang itu, rasa lelahnya justru tak menyurutkan keinginan untuk berjuang. Meskipun harus berpindah dari rumah sakit satu ke rumah sakit lainnya, meskipun harus menempuh perjalanan panjang dan mengorbankan banyak waktu.
Dan di setiap perjuangan itu, ada banyak cinta yang kami temukan. Ada banyak hikmah yang kami dapatkan. Ada banyak kebaikan yang tak pernah kami bayangkan.
Lalu akhirnya di setiap langkah-langkah ini, kami hanya berharap, semoga Allah karuniakan kebaikan kepada keluarga kecil ini, dan semoga kami dikuatkan untuk berjuang demi malaikat kecil kami, dan dihadirkan surga di rumah-rumah kami.
3 notes
·
View notes
Text
Yang Dulu Kita Usahakan
Kita pernah berangan
tentang cerita indah di masa depan
aku dan kamu duduk bersebelahan
saling menyimak dan memperdengarkan bacaan Al Qur'an
Kita pernah saling bermimpi
tentang masa depan yang kini kita lalui
tentang hari-hari yang kita isi dengan ibadah dan saling memperbaiki
tentang aku dan kamu yang romantisnya meluap tanpa henti
Lalu di pijakan-pijakan hari ini
kita lupa tentang impian indah itu
semua melebur dengan pembenaran yang kita buat
semua tak terwujud karna alasan-alasan yang kadang kita paksakan
Bukankah masa ini, adalah mimpi yang dulu kita usahakan?
13 notes
·
View notes
Text
Evidence Based
Semasa kuliah dulu, salah satu hal yang paling ditekankan adalah tentang bagaimana menerapkan prinsip evidence based medicine dalam kehidupan menjadi dokter di masa depan.
Yang kemudian membedakan praktek dokter dengan dukun, salah satunya adalah tentang bagaimana sebuah keputusan klinis diambil hingga referensi mana yang digunakan, dan yang paling penting keabsahan dari referensi tersebut. Karena barangkali, ada beberapa dukun yang juga menggunakan referensi, walaupun referensi tersebut hanya bermodalkan katanya dan testimoni.
Dalam pengambilan hukum agama pun, ada kaidah usul fiqh bagaimana sebuah keputusan diambil. Dari pengambilan dalil, derajat pengambilan dalil tersebut, sampai siapa saja yang berhak untuk mengeluarkan sebuah fatwa. Serupa tapi tak sama, mengajarkan bahwa beragama bukan hanya mengikuti "menurut saya" saja.
Hingga akhirnya semasa berkecimpung di organisasi, saya mengenal lagi bagaimana evidence based policy, bagaimana sebuah kebijakan publik diambil dengan riset yang baik, kajian yang mendalam, dan assesment terpadu tentang kebutuhan masyarakat. Hal ini acapkali terlupa, karena sering sibuknya kita membahas satu dan dua paslon hanya dari popularitas dan kabar burung belaka.
Berbicara tentang takwa, berarti berbicara tentang berhati-hati dalam memilih jalan, jalan apapun itu. Maka evidence based memilih jalan itu semoga bisa kita terapkan, agar bisa benar dalam memilih langkah, agar tidak salah dalam menentukan arah.
Lalu masalahnya, jikalau belajar dan membaca buku kita tak mau, berkumpul di majelis ilmu kita mudah jemu, bersosialisasi dengan ulama cendekia dan ilmuwan kita pun malu, lantas darimana kita akan bertemu dengan referensi untuk memilih jalan itu?
10 notes
·
View notes
Text
Rindu RumahMu
Melihat laman sosial media akhir-akhir ini rasanya seolah memenuhi hati dengan rasa iri. Melihat orang-orang bercerita tentang masjidil haram dan keindahannya, melihat orang-orang berbagi kisah tentang perjuangan para hujjaj dan mukjizat di baliknya, serta pelbagai cerita-cerita menakjubkan tentang tanah Haram, membuat iri ini tak terbendung.
Ketika kulihat, bagaimana teman-teman seperjuangan dulu di masa putih abu-abu, sekarang mereka bisa berlalu lalang di negeri yang dicintai. Berkali-kali sholat di masjidnya Nabi. Berkali-kali thawaf mengelilingi kabah, shaf terdepan ketika kita bersujud menghadap Rabbul Izzati.
Kemuliaan-kemuliaan bagaimana bisa sholat dikalikan berlipat-lipat, kemuliaan bisa menemui dan menjamu tamu-tamu Allah, kemuliaan bisa mengagungkan namaNya di tempat teragung di dunia. Siapakah tidak merasa iri dengan kesemua itu.
Lalu aku teringat bagaimana dulu memutuskan untuk "mengambil dunia" dibandingkan ikut berjuang bersama untuk bisa sekolah di Madinah sana. Dulu terpikirkan, bahwa sekolah disana adalah jalur nyaman, sementara mengambil di dunia dan menjadi dokter adalah mengambil jalur perjuangan. Karena banyak orang yang perlu kita warnai dengan celupan Allah, karena banyak pribadi yang perlu untuk kita ajak semakin mendekat kepada Allah.
Lalu sekarang, kadang aku lupa dengan tujuan-tujuan itu. Riuhnya dunia, sibuknya jadwal jaga, penuhnya aktivitas mencari rupiah, kadang membuatku lupa, bahwasanya tujuan menjadi sosok sekarang bukan hanya untuk mencukupi nafkah, tapi juga untuk mengejar berkah.
Andaikan saat ini, aku belum bisa untuk mengagungkanMu di rumahMu, semoga setiap langkahku dari kamar ke kamar, semoga setiap resep obat yang kuberikan, semoga setiap pertolongan kepada hambaMu yang kuusahakan, benar-benar berlandaskan akan mencari WajahMu dan selalu kuingat bahwa Ridamu menjadi alasan utamaku, sehingga Engkau Rida padaku, sehingga Engkau Mau Mengampuni segala kekuranganku
RSDJ, Hari Arafah
23 notes
·
View notes
Text
Jawaban Berbeda
Dulu saat masih kuliah, sering mendapatkan wejangan dari para konsulen bahwasanya menjadi dokter adalah menjadi bagian dari pekerja seni. Beliau lalu menambahkan, ketika jadi dokter, bertemu satu kasus, ada banyak pilihan terapi obat, tapi bagaimana meramu terapi untuk diberikan ke pasien semua seolah menjadi "seni" dari masing-masing dokter itu sendiri.
Semisal ada 3 pasien datang dengan keluhan sama, nyeri perut, barangkali terapi yang diberikan, edukasi yang disampaikan, hingga biaya yang harus dikeluarkan bisa jadi berbeda. Yang satu karena terlihat banyak masalah, maka saran untuk ke psikiater dan terapi anticemas mungkin menjadi pilihannya. Yang kedua edukasi tentang menjaga asupan makan yang baik dan pola waktu makan yang teratur mungkin jadi jawaban dari keluhannya. Dan terakhir, disarankan segera ke IGD RS karena perlu pemeriksaan rekam jantung lebih lanjut barangkali menjadi penanganan yang tepat untuknya.
Aku jadi teringat kisah seorang ulama ketika ditanya oleh 3 orang, makanah yang lebih mending, berbuat dosa besar atau berbuat dosa kecil, lalu beliau bisa memberikan 3 jawaban yang berbeda.
"Berbuat dosa kecil lebih mendingan dibandingkan melakukan dosa besar, karena dosa kecil itu lebih mudah untuk diampuni", jawab beliau pada orang pertama yang menurut beliau terkadang suka tercemplung pada dosa-dosa kecil.
"Berbuat dosa besar lebih mendingan dibandingkan melakukan dosa kecil, karena ketika seseorang berbuat dosa besar dia akan bertaubat dengan tulus dan ketika hidayah menyapanya ia akan meninggalkan dosa-dosanya sekuat tenaga", jawab beliau pada yang kedua yang beliau tahu bahwa ia adalah seorang yang selama hidupnya banyak berbuat dosa dan berharap mendapatkan hidayah.
"Tidak berbuat dosa, baik besar ataupun kecil itu jauh lebih utama", jawab beliau pada orang ketiga, pada seseorang yang dalam hidupnya dipenuhi dengan ibadah dan kebaikan, dan saat itu terbesit untuk mencicipi sedikit kemaksiatan.
Ulama dengan kebijaksanaannya memberikan teladan bagaimana seharusnya semakin berilmunya seseorang, semakin bijaklah ia dalam menghadapi orang-orang yang ditemuinya.
Semoga dengan kita yang tak pernah letih untuk menimba ilmu, dari satu konferensi ke konferensi lain, dari satu simposium ke simposium setelahnya, dari diskusi kasus, presentasi kasus, dan audit kasus yang diadakan berkala, memberikan banyak ilmu dan kebijaksanaan yang berharga bagi kita.
Sehingga kita lebih bijak memilah dan memilih edukasi yang akan kita sampaikan kepada pasien-pasien kita, sehingga kita lebih banyak memiliki alternatif terapi yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasien-pasien kita.
Jadi dokter (dan manusia) itu berarti menjadi Long life learner. Semoga Allah mampukan.
9 notes
·
View notes
Text
Saat Sepi
Sore ini, tak terasa sudah sepekan kami membuka perdana praktik pribadi. Banyak kosong daripada isi, tentu saja. Sejak awal dibuka, mungkin jumlah yang datang masih tak sebanyak jumlah jari jemari.
Tapi aku bersyukur, di tengah jadwal jaga yang terasa amat padat, pindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, melakukan anamnesa dari satu pasien ke pasien sebelahnya, hidup jarang tidur dan lebih merasa letih, lalu dihadirkan dalam kondisi praktik pribadi yang tenang, serasa menjadi oase yang amat menenangkan.
Di waktu-waktu yang dulu terasa sempit, kini ada jeda-jeda yang bisa dimanfaatkan untuk kembali melakukan aktivitas lama, membuka catatan lama, menulis dan membuat konten, atau menonton kajian-kajian ustadz di berbagai media.
Kadangkala, di tengah riuhnya kesibukan dunia, kita dihadirkan dengan sepi, agar bisa kembali menata diri dan menaikkan level, lagi dan lagi.
29 notes
·
View notes
Text
Ragu
Semenjak menikah, tak terhitung beberapa kali niatan menulis kuurungkan, karena kadang terbesit bahwa setelah menikah orang yang berhak tahu semua tentangku adalah pasanganku.
Semenjak menikah, tak jarang kegelisahan yang menghantui pikiran, akhirnya harus kukubur dalam-dalam karena khawatir seandainya kegelisahan itu tertuang dalam tulisan, justru mendapatkan respon yang tidak diharapkan.
Padahal mungkin, semua itu adalah ketakutan-ketakutanku sendiri, yang membelenggu dalam banyaknya asumsi. Ketakutan akan banyak hal, yang sebenarnya akulah sendiri yang menciptakannya.
Dulu, ia pernah takjub dengan isi pikiran dan tulisanmu, lalu kenapa sekarang justru kamu ragu?
24 notes
·
View notes
Text
Hari ini aku berdiri di tengah persimpangan RAM gedung baru tempatku. Jalan ini kupilih karena menunggu lift masih lama dan ingin sekalian kumelihat pemandangan yang ada.
Ada yang menaiki lift demi mengejar efisiensi, ada yang memilih RAM karena mengejar 10000 langkah per hari.
Perkara menaiki gedung kita tak saling menghakimi satu dengan lainnya, lalu kenapa pilihan hidup masih kita perbandingan antara pilihanmu dengan pilihannya?
2 notes
·
View notes
Text
Melamar Kerja
"Apa motivasimu melamar kerja di sini?
Pertanyaan itu menjadi salah satu yang dipersiapkan guna wawancara di rumah sakit kemarin. Hampir sepekan mencari profil rumah sakit, riset tentang UU RS hingga sertifikasi syariah, lalu merinci beberapa alternatif jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
Ketika hari H tiba, tak ada satupun pertanyaan yang diprediksi keluar.
Momen kemarin hampir-hampir mirip dengan momen ketika datang ke rumah orang tuanya pertama kali. Sudah mempersiapkan proposal, mempersiapkan banyak jawaban, nyatanya yang keluar justru pertanyaan tentang wisata dan tetangga. Hidup memang kadang di luar dugaan.
Benarlah apa yang dikatakan istri beberapa hari sebelumnya, gapapa persiapannya sebagus mungkin, kalau lupa atau ga keluar setidaknya paham apa tujuan daftar disana.
36 notes
·
View notes
Text
Persimpangan
Terasa begitu lama waktu yang dihabiskan paska menikah, sampai hampir-hampir tidak ada waktu untuk menulis sebagaimana kebiasaan dulu kala. Ketika ada waktu luang, rebahan beristirahat sambil membaca komen atau menyaksikan konten menjadi sesuatu yang lebih menarik dibanding berpusing ria berpikir, "mau menulis apa hari ini".
Kalau dulu antara yang ditulis dan dilakukan tak banyak tahu bedanya, sekarang pasangan adalah orang yang paling mengerti banyak dan sedikit bagaimana implementasi kita. Dari situ sering mengurungkan niat untuk menulis, takut andaikan nasehat yang dibagi tak pernah tercermin pada diri.
Meskipun kadang teringat, andaikata berbagi harus sempurna, lantas siapakah yang layak untuk berbagi kepada sesama? Dan memang benar, sampai tuapun akan ada persimpangan pilihan dan kegundahan. Semoga dalam persimpangan itu, kita diberikan ilham untuk memilih yang terbaik darinya.
23 notes
·
View notes
Text
Saling ketiga enam lima
Kami sering bersemangat menghitung hari-hari yang dilalui, dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, hingga tak terasa bertahun, dan semoga bisa terus bertahun-tahun.
Tapi bersama itu bukan hanya tentang deret angka pada lingkup seberapa lama, tapi juga seberapa dalam, seberapa jauh, dan seberapa luas.
Dulu, sosok yang tidur dan bangun di samping kami saat ini, sebatas bayangan yang kami terka dalam mimpi-mimpi. Kini, kami belajar lebih dalam tentang diri kami sendiri, bagaimana mengelola emosi, bagaimana mengolah hati, dan juga belajar lebih dalam tentang kebaikan orang yang ada di depan menemani.
Belumlah begitu jauh ikatan ini berjalan, tapi ada begitu banyak perubahan dan pelajaran yang kami dapatkan. Saling belajar, saling mendengar, saling menguatkan, saling mendoakan, mungkin bekal-bekal itu yang harus senantiasa kami bawa, untuk menjaga keberkahan ketika esok lusa dan seterusnya kami berjalan lebih jauh ke depan.
Hari ini, kami menginsafi, betapa proses saling mengenal itu tak pernah henti. Tapi di atas banyaknya perbedaan, semoga keinginan untuk meluaskan manfaat dan melapangkan hati kami dan orang-orang yang ditemui, menjadi kunci yang menyatukan.
Mimpi-mimpi tinggi, tak pernah terbangun tanpa pondasi yang kokoh. Terima kasih untuk seorang yang teristimewa yang sudah berkenan untuk berbagi banyak hal, terima kasih sudah menjadi pasangan yang mengingatkan akan kebaikan, terima kasih sudah mau berusaha untuk jadi sosok yang tenang dan menenangkan.
Dan puji syukur kehadiratNya, atas nikmat keluarga kecil ini, abaa, umma, dan mas haidar tercinta.
32 notes
·
View notes
Text
Menghadapi
Hari ini, barangkali kita memiliki penyesalan atas ketakutan yang menyergap kita dulu. Hingga akhirnya, saat ini kita tak bisa mendapatkan apa yang diharapkan. Kadang kita berkutat dalam beberapa pengandaian, kadang kita terkungkum dalam kesedihan.
Mungkin kita yang akhirnya gagal mendapatkan pekerjaan, tidak berhasil merengkuh beasiswa, atau bersanding dengan wanita yang kita idamkan.
Beberapa tahun ke depan, barangkali kita mungkin bisa mendapatkannya lagi, andai kita tak merubah sikap bagaimana menghadapi ketakutan-ketakutan itu. Kita selamanya akan berjalan di tempat, andai kita selalu ragu dan takut jawaban dari pertanyaan yang harusnya kita ucapkan.
Setahun lalu, mungkin perasaan takut tertolak, takut tertikung, takut dia tak memiliki rasa yang sama, menghantui semalaman. Belum lagi ketakutan tentang hari-hari ke depannya. Tapi andai pertanyaan itu tak pernah terlontar, barangkali sampai sekarang ketenangan itu takkan pernah didapatkan.
Setelah beratus sujud dan berpuluh simpuh, mungkin ini saat untuk memberanikan diri bertanya dan mengambil langkah pasti. Bukankah ketika Allah rida, dia juga yang akan melapangkan jalan?
25 notes
·
View notes
Text
#5 Boleh Dusta
"Yang, tahu daerah Beku Karanganom?", tanyanya.
"Kayaknya dekat SMAmu deh. Oiya btw kalau ke sana jangan siang-siang ya, nanti ga ketemu", jawabku.
"Emang kenapa?", tanya dia lagi.
"Siang-siang panas soalnya, udah ga Beku lagi, tapi jadi cair"
"...."
Entah sudah berapa kali dia mendengarkan sesuatu yang receh dariku, dan berbagai respon pun sudah dia berikan. Dari yang tertawa karena lucu, diam karena sudah tidak mampu berkata-kata, sampai barangkali kepikiran terbuat dari bahan apakah suaminya sampai bisa nemu jokes-jokes kayak gitu.
Memberikan senyuman pada saudara kita memang ibadah, memang ia bernilai pahala, tapi ada satu yang tak boleh dilanggar dalam membuat mereka terhibur, yaitu tidak boleh berbohong, tidak boleh ada dusta. Beruntunglah mereka yang bisa menghibur saudaranya tanpa harus melanggar syariatNya.
Dan hamdalahnya, dusta itu boleh pada 3 tempat, saat perang, untuk mendamaikan dua orang, atau untuk istri yang disayang. Maka meskipun pasanganmu paling cantik nomor dua setelah pasanganku, jangan segan untuk membohonginya, kamu adalah wanita paling cantik di dunia.
21 notes
·
View notes
Text
#4 Bukankah
"Ibu anaknya cuma 1, habis ini ibu tidak bisa punya anak lagi", kata dokter pada salah satu kerabat kami. Lalu dengan izinNya sekarang beliau memiliki tiga orang putra.
"Bapak, ini keluhannya sudah parah. Sebaiknya dioperasi saja ya pak, biar keluhannya reda dan tidak kumat lagi", ucap pasien tadi pagi menirukan perkataan seorang dokter pada beliau dahulu. Dan atas izinNya, penyakit beliau tak pernah kumat lagi semenjak beliau memperbanyak sholat malam dan berdoa meskipun belum dioperasi.
Sebagai dokter, kami mempercayai bahwa apa yang disebut sebagai pengobatan berbasis bukti (evidence based medicine) adalah pedoman yang kami pilih dalam memeriksa, menegakkan diagnosis, hingga memberikan edukasi dan terapi pada pasien kami.
Maka, dalam mengambil keputusan klinis, kami selalu berupaya untuk menerapkan guideline yang disepakati, pengobatan yang telah diteliti, serta upaya-upaya lain yang maklum dalam dunia kedokteran ini.
Di lain sisi, di luar pengetahuan tentang manusia dan tubuhnya yang kami pelajari, kami tetap percaya bahwa ada faktor yang tak pernah tertulis dalam deret dan angka, ada hal-hal lain yang tak bisa diprediksi oleh akal dan logika, yaitu kehendakNya, Dia, Sang Pencipta.
Maka beliau berdua mengajari kepada kami tentang faktor yang tidak terduga itu, tentang bagaimana ternyata apa-apa yang terdengar rumit bahkan mustahil bisa terwujud menjadi karunia dengan izinNya.
Maka benarlah perkataan suami beliau yang pertama ketika meyakinkan istrinya, "Iya kita percaya dan tahu yang dikatakan dokter itu benar sesuai ilmu kedokteran, tetapi bukankah kita punya Allah?"
45 notes
·
View notes
Text
#3 Dampak
Kenapa ada seseorang yang rajin sholat tapi ia masih gemar berbohong? Bukankah sholat itu tiang agama? Bukankah sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar?
Lalu kita mulai membandingkan, mendingan dia, rajin membantu tetangga meskipun jarang sholat. Mendingan dia, tak pernah berbohong dan korupsi meskipun sholatnya banyak bolong dan kurangnya. Yang penting kan, baik pada sesama manusia.
Jikalau dalam dunia perjuangan ada aksi vertikal dan horizontal, maka dalam ibadah juga demikian adanya. Baik kebaikan pada Pencipta maupun pada sesama mahlukNya bukanlah hal yang patut dipertentangkan, tapi sebaliknya justru saling mengisi, justru saling melengkapi.
Orang-orang yang salat tapi masih buruk akhlaknya, maka ia akan dibalas dengan kebaikan salatnya dan dihisab atas keburukan akhlaknya. Maka sebaliknya, orang-orang yang baik akhlaknya tapi jarang sholatnya, akan dibalas dengan kebaikan akhlaknya dan dihisab atas sholat yang ia tinggalkan.
Bukanlah kebaikan itu hadir untuk dipertentangkan, marilah kita berusaha dan mengajak agar sholat tak hanya menjadi ritual semata, tapi juga dampaknya terasa dalam keterjagaan kita di antara satu waktu salat dan waktu setelahnya. Marilah kita berupaya dan menyeru agar berakhlak sebaik-baiknya kepada manusia, dan menjaga akhlak pada Sang Pencipta, tetap jujur dan ramah tanpa melupakan kewajiban untuk beribadah.
Biar dampak baik ibadah kita tercermin pada akhlak yang mulia, biar dampak akhlak baik kita terkonversi menjadi ibadah yang berkualitas dan sujud-sujud panjang padaNya.
22 notes
·
View notes
Text
#2 Teman Perjalanan
"Sebentar ya, aku belum berwudhu"
Katamu tadi menjelang maghrib sore tadi.
Aku melihat jam tanganku, lalu mengehela napas panjang. Adzan sebentar lagi, tapi kamu masih belum siap diajak berangkat. Masih harus berwudhu, memakai kaos kaki, hingga mengambil mukena dan memastikan semua pintu di rumah terkunci.
"Maaf ya lama, semoga kamu senantiasa dilapangkan kesabarannya", sahutmu kemudian.
Lalu tetiba semua terasa lapang. Memang perjalanan ini takkan cepat sampai, tapi semoga kita dikuatkan untuk senantiasa berada dalam jalan yang benar, di masa yang begitu panjang.
Terima kasih bersedia membersamai menjadi teman dalam perjalanan.
24 notes
·
View notes