Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Semoga kita jadi manusia yang tetap menganggap kemudahan yang kita rasakan adalah anugerah yang dititipkan.
Bukan berkat ibadah yang kita amalkan, bukan karena kebaikan-kebaikan yang kita lakukan.
#menujusitu, tetaplah bertahan dan jadi manusia, ya?
2 notes
·
View notes
Text
Ingin punya keluarga yang hangat? Belajarlah untuk menjadi hangat. Ada banyak kebahagiaan yang harus kita mulai sendiri, bukan ditunggu.
Taufik Aulia
531 notes
·
View notes
Text

Kepada satu-satunya Maha Ada, dari salah satu hamba yang keberadaannya hanya titipan saja.
3 notes
·
View notes
Text
"Sejatinya yang mebuat hati kita susah dalam mengkihlaskan sesuatu, atau seseorang yang Allah tidak takdirkan bersama kita adalah karena kita memandang keikhlasan dari sudut pandang materi, bukan dari keimanan."
Itulah kenapa bersyukur akan sesuatu yang kita miliki meskipun kadang lupa dilakukan masih lebih mudah untuk dilakukan, daripada bersyukur atas sesuatu yang justru Allah tidak berikan.
Adanya rasa kehilangan adalah karena kita merasa memiliki. Padahal pada dasarnya tiada sesuatupun yang ada di genggaman kita, melainkan hanya titipan dari-Nya.
Allah ajarkan itu melalui, salah satu kalimat baiknya kepada kita, Inna lillahi wa Inna Ilaihi Roji'un (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).
Adanya rasa sakit itu adalah karena kita merasa kehilangan. Adanya rasa kehilangan itu karena kita merasa memiliki. Maka, lepaskanlah sesuatu yang memang tidak diperuntukkan untukmu.
Sebaliknya, yakinlah bahwa sesuatu yang indah telah Allah siapkan, hanya saja sebelum itu biasanya Allah akan ambil dulu apa yang ada di 'hati' bahkan 'tangan'mu, untuk menguji seberapa yakin, seberapa mengakar kata 'ikhlas' ada di dalam dirimu.
227 notes
·
View notes
Text
"Jika ingin menilai seberapa dewasa seseorang, lihatlah dari konsistensi pikiran dan tindakan yang ia ambil. Konsistensi menunjukkan adanya kematangan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Bukan soal seberapa cepat, melainkan soal seberapa maslahat dan kesigapan menanggung akibat."
Sebab pada setiap keputusan akan selalu menghadirkan ujian keteguhan. Ketika seseorang mampu mengendalikan isi kepalanya, ia akan melahirkan kebijaksanaan yang menjadi modal utama di dalam mengambil keputusan.
Ia akan tetap kokoh, bergeming bahkan pada 'badai' terbesar sekalipun. Ia tidak mudah goyah hanya karena sesuatu diluar sana yang sukar sekali ia kendalikan, yang perlahan merusak, menggerus tatanan prinsip yang seharusnya ia jaga.
Sebab ia tahu, bahwa keputusan yang ia ambil adalah buah matang pikirannya, yang di dalamnya sudah terukur kemaslahatan yang ia ingin tempuh dan konsekuensi logis yang mau tidak mau harus ia jalani.
Begitulah kedewasaan seseorang diproyeksikan. Terlihat dari bagaimana ia mengambil keputusan, persistensi dalam menjalani, dan kesigapan dalam mengelola akibat.
357 notes
·
View notes
Text
Hujan sudah mulai turun, jangan lupa untuk sering berdoa, ya. Untuk masa depanmu dan juga harapan terdekatmu. Andai ada gemuruh dan kegelisahan di hatimu, luapkan saja dengan doa yang tulus pada setiap hujan yang turun. Tanpa perlu orang lain tahu, hanya kamu dan Tuhanmu. Selembut gerimis tapi terasa ke hati.
@jndmmsyhd
777 notes
·
View notes
Text
"Jatuh cinta" paling tidak merugikan adalah jatuh cinta kepada Allah dan "dicintai" paling menguntungkan adalah dicintai Allah.
@terusberanjak
396 notes
·
View notes
Text
Jadi Ibu Tak Semudah Itu
Entah kenapa, makin kesini, makin belajar untuk memaklumi orang lain. Kalau ada teman curhat soal anaknya, bertanya atau minta saran, aku senang hati berusaha membantu jalan keluarnya. Memahami kondisinya terlebih dahulu, pasti tidaklah mudah. Mencari duduk permasalahannya; apa yang perlu kita cari penyebabnya. Semua ibu pasti pernah khawatir, lelah, merasakan masa-masa sulitnya
Begitu pula aku yang juga sharing dengan beberapa temanku, siapa tahu memang punya case sama dengan yang aku alami. Terkadang, aku juga dapat masukan dari ibu psikolog, yang mana beliau jg bertahun2 beliau berpengalaman di dunia anak, dulu pernah menjadi wali muridku. Aku juga terkadang dapat masukan dari teman dekatku di pesantren, yang agamanya lebih baik dariku. Atau dengan teman-teman yang punya background kesehatan
Aku bisa dengan mudah menerima, kalau sedang mencari solusi. Namun, di lain waktu juga tidak mudah mencerna, saat aku pengalami parental burn out
Hal seperti ini normal kok. Setiap orang butuh waktu, butuh banyak mengurai satu persatu, juga butuh waktu untuk kembali dekat dengan-Nya. Tentu setiap individu memiliki caranya masing-masing. Bukan masalah kalau kita butuh jeda
Jadi, kini saatnya aku memposisikan orang lain sebagai diriku sendiri. Mungkin dia dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, disaat anggapan atau pertanyaan kita justru direspon dengan pandangan 'negatif' atau bisa dibilang tersinggung. Padahal, tutur kata kita sama sekali tidak menyakiti
Jangankan ini yang langsung berkomunikasi, bahkan kalau kita sharing cerita pribadi di story saja, ada pula yang tersinggung. Kok bisa ya? Tapi, yaudah lah.. toh kita juga nggak bisa mengontrol orang lain. Maka dari itu, kita hanya perlu pemakluman yang luas. Mewajarkan sesuatu yang tidak perlu dijadikan masalah
Respon kita terhadap sesuatu, berhubungan erat dengan kondisi hati dan pikiran kita saat itu juga. Memang tidak mudah, sadar menerima masukan positif, saat berada pada kondisi yang penuh energi negatif
Take your time. Gapapa kok. Nanti apabila dipaksa berlari menuju energi positif, padahal kondisi kita berbeda, atau kita tidak sedang baik-baik saja, malah jadi toxic positivity. Semoga tidak lupa kemana seharusnya kita kembali
Jakarta, 15 Januari 2023 | Pena Imaji
74 notes
·
View notes
Text
Namamu Kubawa; sebuah perjalanan mengasingkan sebuah nama.
2 notes
·
View notes
Text
Absolutely.
If you love me, you wouldn't leave me
220 notes
·
View notes
Text
“I miss you more than I remember you.”
— Ocean Vuong, On Earth We're Briefly Gorgeous
9K notes
·
View notes