ihdiannaja-blog
ihdiannaja-blog
Ihdiannaja
9 posts
Your tipical extro friend
Don't wanna be here? Send us removal request.
ihdiannaja-blog 5 years ago
Text
Merawat Orangtua, Siapa Lagi Kalau Bukan Kita?
Sudah pernah merasakan pengalaman merawat orangtua? Atau bersinggungan hidup dengan orangtua? Bagaimana rasanya?
Orangtua terutama Bapak dan Ibu tentu merupakan orang yang sangat berjasa dalam hidup kita. Merawat kita sejak kecil hingga dewasa. Namun seiring kita mendewasa, orangtua kita juga semakin menua bukan? Dan saat itu juga sudah giliran kita yang merawat beliau.
Orang tua yang saya maksud di sini sebetulnya bukan hanya Bapak dan Ibu. Namun juga nenek, kakek, mungkin mertua, dan orang yang lebih tua dari kita.
Untuk yang sudah berkeluarga, kemungkinan besar mungkin sudah pernah mengalami ya..
Ada banyak alasan untuk merawat orangtua. Bisa jadi karena orangtua kita sakit, atau memang sudah sepuh sehingga harus ada yang mendampingi (seringkali keluarga dekat).
Saya sendiri belum berumahtangga, namun sedang mengalami masa-masa merawat orangtua (dalam hal ini adalah merawat nenek dari ibu saya). Tentu saja bukan saya seorang. Tanggung jawab merawat nenek diemban oleh seluruh anak cucu nenek. Namun kali ini, saya menitik beratkan pada keluarga saya (termasuk saya secara pribadi) karena kami yang tinggal satu atap dengan nenek.
Sedikit cerita, nenek saya sudah sepuh. Tahun ini genap berusia 80 tahun. Alhamdulillah masih sehat wal 'afiat, sekalipun tetap dalam pengawasan karena mengidap diabetes.
Nenek saya belum lama dinyatakan terkena diabetes. Baru pertengahan tahun 2019. Saat itu bisa dikatakan sakit yang sangat parah. Kadar gulanya saat itu mencapai 600 lebih. Hingga nenek saya tidak sadarkan diri. Kaget bukan kepalang karena sebelumnya tidak pernah ada riwayat penyakit apapun (baik kadar gula, kolestrol, dll selalu dalam keadaan normal).
Sejak saat itu saya baru menyadari, bahwa nenek saya tidak sama lagi seperti saat saya di waktu kecil. Beliau sudah benar-benar sepuh.
Saya ingin bercerita bagaimana pengalaman saya dalam merawat orang tua. Mungkin saja bisa menjadi semangat dan dukungan untuk teman-teman yang juga sedang dalam ikhtiar merawat orangtua (kalian tidak sendiri). Atau mungkin gambaran untuk yang akan berkeluarga, ataupun yang akan diberi tanggungjawab untuk mengiringi masa tua dari orangtua. Tentu saja saya bukan orang yang paling benar dalam merawat beliau. Yang baik sila diambil, yang buruk mohon diambil pelajaran..
Perihal merawat orangtua, tentu perlu memiliki kesabaran yang tinggi. Pernah dengar tidak tentang semakin orang menjadi tua, maka akan kembali lagi seperti anak kecil? Percayalah, itu bukan suatu bualan belaka 馃槄. Mungkin kasusnya berbeda-beda, namun intinya hampir sama, yaitu seperti kanak-kanak. Entah tentang keinginan yang harus dipenuhi, atau mencari sensasi agar mendapatkan perhatian, dll.
Kemudian, terkadang orangtua akan menjadi mudah uring-uringan. Bahkan untuk hal yang terlihat remeh sekalipun. Seperti sarang laba-laba di kamar mandi ataupun kucing mampir yang belum diberi makan 馃槄. Kemungkinan karena ketika masa muda, orangtua adalah orang yang rajin. Sehingga gemas terhadap hal sedetail itu.
Jika kamu mengalami salah satu atau beberapa hal di atas, maka bersabarlah. Terkadang pembuktian cinta memang tidak dibungkus dalam hal yang manis-manis saja 馃榾.
Bukan maksud saya untuk menakut-nakuti. Karena nyatanya tidak semengerikan itu. Bahkan, sebetulnya dibalik uring-uringan itu, orangtua juga menyimpan rasa sayang yang amat dalam. Terutama untuk orang-orang yang merawat beliau.
Sebagai contoh nyata, saya terkadang lupa untuk memisahkan pakaian nenek ketika mengangkat jemuran. Sehingga akan ada sedikit uring-uringan karena pakaian nenek berkurang, dan butuh waktu yang lebih lama untuk mencari pakaian nenek diantara baju-baju yang lain 馃槄. Namun di kesempatan yang lain, nenek saya tidak pernah melupakan saya ketika nenek punya makanan lezat 馃槄. Saya jadi merasa agak tersanjung. Hahahaha.
Jangan pula merasa sedih, untuk keluarga yang belum dekat dengan orangtua yang dirawat (biasanya menantu). Karena menurut pengamatan saya, orangtua hanya perlu terbiasa dengan kasih sayang versi kita. Memang harus punya effort lebih untuk mendapatkan hati beliau. Tapi percayalah, jika niatnya tulus, orangtua juga pasti akan merasakan ketulusan itu 馃槉.
InsyaAllah semua bakti yang telah diusahakan akan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang lebih baik. Guru ngaji saya pernah menjelaskan, bahwa berbakti dan menghormati orangtua adalah salah satu ibadah yang utama. Semoga kita masih diberikan kesempatan untuk berbakti kepada beliau-beliau para sesepuh kita. Aamiin..
Semangat.. 馃榿
Pekalongan, 14 Januari 2020
0 notes
ihdiannaja-blog 5 years ago
Text
Melanjutkan Langkah
Kalau hidup diibaratkan sebagai sebuah perjalanan, maka bisa jadi sebagai manusia kita punya destinasi lebih dari satu. Destinasi ini bisa berupa pencapaian, cita-cita, atau keinginan. Dan pasti punya cerita yang berbeda di tiap perjalanan untuk menuju destinasi itu sendiri.
Dan jika diibaratkan sebuah perjalanan, maka saya baru saja melewati sebuah momen dimana saya bersinggungan dengan pengendara lain. Lalu sempat untuk bertegur sapa. Kemudian kembali melanjutkan perjalanan masing-masing.
Saya tidak sempat menanyakan kemana tujuan pengendara tersebut. Saya hanya mengetahui bahwa kami melalui jalur yang berbeda, sehingga kami tidak bisa melanjutkan perjalanan bersama-sama.
Saya sendiri tidak tahu pasti tujuan saya. Saya hanya memiliki peta dan mengikuti jalur yang ditunjukkan oleh peta tersebut. Hanya bermodalkan doa semoga tidak tersesat dan menemui rintangan yang terlalu sulit.
Tapi tunggu sebentar, bukankah setiap tujuan bisa ditempuh melalui berbagai jalur? Apakah nantinya saya akan bertemu lagi dengan pengendara yang baru saja saya temui? Atau bahkan, jangan-jangan tujuan kami sama?
Entahlah. Terkadang setiap pertanyaan tidak memiliki jawaban di masa sekarang. Namun justru di masa depan. Berdoa saja semoga kami mendapatkan petunjuk yang benar. Sehingga dapat mencapai tujuan dengan selamat, dan penuh keberkahan. Aamiin.
Pekalongan, 29 Desember 2019 (22.40 WIB)
0 notes
ihdiannaja-blog 6 years ago
Text
Peaceful
Saya pernah dengar, katanya jawaban dari pertanyaan yang kita sampaikan kepada Allah itu bisa berupa banyak hal. Termasuk "mantepe ati" atau keyakinan hati.
Mungkin untuk sebagian orang jawaban dalam bentuk keyakinan hati itu ambigu. Karena bisa jadi jawaban dari Allah bercampur dengan obsesi kita pada salah satu pilihan yang kita sampaikan. (sy pikir obsesi lumrah terjadi, namun bukan berarti jadi jawaban yg paling baik dari Allah)
And this early morning..
Maybe for the first time. I prayed then my heart just felt so warm.. I could feel clearer. So clear.
Is this His Answer? Is this something people called Hidayah?
How peaceful it is..
Alhamdulillah..
Wallahu A'lam ..
Pekalongan, 26 Desember 2019
0 notes
ihdiannaja-blog 6 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media
Alhamdulillah, hari Kamis kemarin (12 Desember 2019) saya dan teman-teman saya yang menyenangkan ini akhirnya merealisasikan wacana untuk jalan bareng! Wkwk.
Jalan-jalan ini sebenarnya dalam rangka syukuran. Yang pertama, karena saya habis ulang tahun (sudah dari beberapa hari yang lalu sih hehe). Yang kedua, karena Aqil diangkat jadi Wakil Ketua Mahkamah Mahasiswa ITS (Alhamdulillah ga jadi ketua hehe). Dan yang ketiga, karena Ican punya teman spesial baru (upss wkwk).
Sebenarnya kurang tepat disebut jalan-jalan karena kita tidak banyak menghabiskan waktu di jalan. Kita menghabiskan waktu untuk makan di Pizza Hut Rungkut, kemudian lanjut ngobrol-ngobrol santai di Millenial's coffee Gubeng.
Senang rasanya punya momen spesial dengan teman dekat. Karena biasanya hanya cangkruk dan ngerjain tugas di warung kopi di sekitar Keputih.
Semoga lain kali ada kesempatan lagi untuk "jalan-jalan serius" bertiga. Atau lebih banyak orang mungkin lebih asik lagi. Hehe.
Aslinya mau mellow menceritakan teman-teman saya yang selalu ada ini. Tapi kok sedang tidak kepikiran merangkai katanya. Kita lanjutkan lain kali saja ya!
Sekian.
Surabaya, 14 Desember 2019.
0 notes
ihdiannaja-blog 6 years ago
Text
Mengenal
Bagi pembaca yang belum pernah mengenal saya, maka izinkanlah saya untuk memperkenalkan diri saya.
Nama saya Ihdiannaja. Biasanya orang-orang memanggil saya Naja. Saat ini saya berusia 19 tahun. Saya lupa mulai kapan saya mulai menulis di Tumblr (karena tidak ada keterangan riwayat tanggal penulisan). Mungkin mulai tahun 2017 atau 2018. Yang jelas saya mulai mengenal Tumblr karena penulis yang menginspirasi saya, Sri Izzati, biasa menuliskan catatan hariannya di platform ini. Saya terkadang membaca tulisannya, dan akhirnya terinspirasi menulis untuk diri saya sendiri. Tulisan saya memang belum banyak, karena ternyata susah juga membiasakan diri untuk menulis secara teratur.
Mungkin tidak banyak orang yang membaca tulisan saya. Tapi saya berusaha untuk tetap menulis, sebagai pengingat, maupun pelampiasan emosi dalam diri saya.
Bicara tentang emosi, kata emosi sendiri bermakna banyak, dan terdiri dari berbagai bentuk. Marah, sedih, gundah, kecewa, senang, berbunga-bunga itu juga bagian dari emosi.
Bagi diri saya sendiri, setiap emosi yang saya rasakan, selalu memiliki cara yang berbeda untuk melampiaskannya.
Saat saya marah, saya menjadi lebih sensitif. Dan saya seringkali kelepasan melampiaskan kemarahan saya pada orang lain. Seperti berbicara dengan nada tinggi, atau lebih parah lagi, membicarakan secara langsung apa yang saya tidak suka, dan hal yang telah membuat saya marah. Saya tahu itu tidak tepat. Namun untuk orang seperti saya, apalagi dalam usia yang orang bilang masih sangat labil, saya sangat kesulitan untuk mengontrol emosi saya sendiri.
Saat saya senang dan bahagia, saya sebagai extrovert lebih sering menampakkan kebahagiaan saya pada orang lain. Ketika saya merasa bahagia, saya ingin orang di sekitar saya juga ikut bahagia bersama saya. Namun ekspresi bahagia yang saya tampakkan, akan jadi bumerang bagi saya ketika, orang di sekitar saya ternyata sedang tidak bahagia. Saya jadi merasa bersalah seakan-akan saya bahagia atas ketidak-bahagiaan orang di sekitar saya. Padahal tidak demikian.
Berbeda lagi ketika saya merasa sedih. Ketika saya merasa sedih, saya lebih banyak diam. Dan melampiaskannya dengan cara merenung, menangis, bercerita, atau menulis. Saya merasa menulis lebih efektif untuk meredakan kesedihan saya. Menulis mengingatkan saya pada tiap detail kesedihan yang saya rasakan di setiap kalimat yang saya tuliskan. Namun setelah menuliskan kesedihan saya, saya menjadi lebih lega. Seolah ada pendengar yang berhasil memahami saya. Sehingga kesedihan saya tidak terlalu terasa menyesakkan lagi.
Namun tidak berarti semua yang saya tuliskan karena saya sedang bersedih. Saat senang pun saya juga bisa jadi menulis. Ya.. berarti saya menulis bisa kapan saja. Namun ketika bersedih, saya lebih bisa. Hehehe..
Surabaya, 14 Desember 2019. (Setelah hectic EAS Semester 5)
0 notes
ihdiannaja-blog 6 years ago
Text
Tumblr media
Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin,
Terlaksana sudah kegiatan abdi pesantren CSSMoRA ITS 2019 di Pondok Pesantren Qomaruddin, Bungah, Gresik pada 23-24 November 2019 lalu.
Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar, tanpa suatu kendala yang berarti. Allah Maha Baik, tentu saja.
Kegiatan tahunan Abdi pesantren CSSMoRA ITS sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Saya sendiri hingga tahun ini sudah mengikuti 3 kali kegiatan Abdi Pesantren. Dan alhamdulillah selalu sulit untuk move on . Saya beri tanda tebal untuk kata "selalu" dan "move on". Karena nyatanya memang seperti itu. Selalu ada kenangan yang sulit untuk dilupakan di tiap kegiatan tersebut.
Terutama tahun ini. Jika tahun-tahun sebelumnya saya hanya menjadi peserta, namun tahun ini saya memegang peran yang sedikit lebih serius. Yaitu ikut berkoordinasi dalam penyelenggaraan, serta pengkondisian peserta.
Tentu saja bukan hal yang mudah. Namun alhamdulillah, saya sangat menikmati. Saya sungguh senang. Karena persiapan yang sangat baik dari pihak pondok, juga karena koordinasi yang baik dapat terbangun dalam penyelenggaraan acara ini. Justru mungkin kami sebagai tamu lah yang persiapannya belum maksimal. Kami mohon maaf. Semoga saja masih ada hal baik lain dari kami yang dapat kami berikan.
Kembali lagi pada kenangan, tentunya di setiap tempat yang kami pernah kunjungi punya memori yang berbeda-beda. Seperti kampus tempat pertama kali kami tiba dan sering berkumpul, musholla agung tempat kami disambut dengan ramah dan hangat oleh pihak pondok, juga tidak lupa kelas-kelas tempat kami berbagi ilmu. Banyak sekali ternyata momen yang dapat dikenang sekalipun hanya 2 hari 2 malam.
Mungkin sangat sulit ada kesempatan untuk kembali lagi ke sana, untuk mengulang momen itu kembali. Namun tentunya masih banyak momen lain yang bisa diciptakan. Semoga dengan rasa bahagia yang sama. Aamiin.
Kata Tere Liye, "Saya tidak menangis karena sesuatu telah berakhir. Namun saya bersyukur karena sesuatu itu pernah terjadi".
0 notes
ihdiannaja-blog 6 years ago
Text
Tumblr media
Yesterday, Wednesday July 24th 2019,
For the first time.
I tried to eat sushi.
Yes finally!
I'm sorry 'cause i'm not trendy at all. But actually i'm excited.
And this is the story:
Me and my friends wanted to buy something at Mall. So we decided to go to Tunjungan Plaza Surabaya. I looked for new sling bag but i didn't find it. Of course 'cause its price and model haha.
My friends looked for new shoes and bag but she didn't find it too. So we just walked around and window shopping. Hope the window would show us what we looked for. For 2 hours, as the result we three just got two pairs of sandals.
It was 5.30 PM. So we went to mushalla to pray maghrib. We've done at 6 PM. Then we walked around again to find restaurant (that of course must fit to our pocket 馃槅).
fortuitously, we three never tried for a sushi. But the other side we wanted to enjoy all you can eat restaurant. For a looong discussion, finally we decided to eat sushi. But as we saw, there were 3 sushi restaurants. Then we went to the closest one. Ichiban Sushi. We were so suprised 'cause its price is cheaper than we expected. Then just as usual, we ordered the menu, waited for the foods, then ate it yeahh.
We ordered 3 different sushi(s) -wait, is sushi in plural become sushis?? Wkwkw- so we could try each others.
After we ate it all, actually i am prefer to intan's sushi, intan is prefer to arini's sushi, and arini is prefer to mine. What the heck it is! Hahahahahaha.
We've done for all of those mall activities at 7.30 PM and we went to home again. Yeah, finally.
Of course this is such a good moment. So i wrote it here. Hope i'll still have other good moment. And you too.
Have a good day everybody!
See you!
0 notes
ihdiannaja-blog 6 years ago
Text
Jadi inget waktu hari H akadnya Mbak saya yang pertama. Simbah yang lagi sakit alhamdulillah masih diberi kekuatan buat ngasih wejangan ke beliau berdua. Kurang lebih spt ini, "Alhamdulillah.. Aku (simbah) senang sekali punya cucu menantu spt luqman. Wong luqman ternyata anaknya bagus.. Alhamdulillah akhirnya elsa dapat orang spt luqman.. Semoga barokah.. Jangan bertengkar.. Luqman kudu jadi orang yg sabar.. Soalnya elsa orangnya cerewet.. (terus semua orang ketawa). Semoga dapat keturunan yang sholih sholihah.. Aamiin.. ", (dan semua orang di situ turut mengaminkan). Alhamdulillah doanya simbah terkabul. Mas luqman benar2 jadi orang yang sabar buat mbak elsa. Semoga pernikahan beliau berdua benar-benar menjadi ajang penyempurnaan agama. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, rohmah, wa barokah fiddin waddunya wal akhiroh. Aamiin aamiin.
0 notes
ihdiannaja-blog 7 years ago
Text
Naif
Banyak hal tak terkatakan (atau bahkan tak kuat untuk mengatakan), perihal perasaan yang tak karu-karuan. Memang benar kata seorang teman, kita terlalu naif untuk tidak saling mengutarakan. Tentang apa yang tersembunyi di balik tirai hati nurani yang siapa pun tidak akan pernah benar-benar mengerti (tentunya selain Tuhan yang Maha Agung). Aku dengan setengah mati menahan, kau yang dengan sekuat tenaga menguatkan. Agar kita tak usah berlebihan. Cukup sejauh ini. Beranjak maju secara beraturan. Biarkan waktu yang menentukan sampai kapan. Dan sejauh apa kita kan bertahan. Cukuplah kita berdua tidak lupa (dan saling mengingatkan), bahwa yang terjadi di depan nanti merupakan suratan takdir. Tidak perlu mendahului untuk menghakimi. Biarkan segalanya berjalan sesuai ketentuanNya. Setidaknya sudah cukup, untuk kau tetap ada dalam keyakinan. Bahwa kita akan selalu ada untuk saling menggenggam (dan menguatkan). Semoga kita tidak saling mendahului, pun tidak saling meninggalkan. Berjalan berdampingan dengan tangan yang saling berkaitan. Tolong ingatkan aku sekali lagi, agar tidak berlebihan, pun semoga tidak berkekurangan. Sungguh, merasa cukup merupakan sebaik2 rasa syukur.
0 notes