Tumgik
ikangsinaga-blog · 5 years
Text
cant sleep
Sudah mencoba berbagai cara, dari mandi dini hari hingga masturbasi (lagi).
Jkt. 04:59 pagi
0 notes
ikangsinaga-blog · 5 years
Text
Tuanku guru adab.
Sedari kecil, hamba tinggal dirumah Tuan, makan, bekerja, tidur, belajar. Hingga beranjak dewasa, hamba putuskan pergi dari rumah Tuan.
3 tahun hamba merantaukan diri, lalu hamba putuskan untuk kembali lagi. Tuanku tidak berubah, masih sangat tulus, ramah, lembut tutur katanya, siapapun yang disuruh tuanku pastilah dengan semangat mereka bekerja.
Hamba dijamu bak seorang raja. Kamar yang nyaman, makanan yang melimpah, pelayan ada pula disediakan. 'Macam mana hamba membalas budi tuan?' memikirkannya saja hamba kesusahan.
Tuan selalu berikan bantuan dan kemudahan saat hamba benar butuh pertolongan. Bukan tidak pernah hamba merasakan budi baik orang seumur-umur, tapi tuanku tahu cara menyentuh hati hambanya.
Setahun kemudian, hamba teruskan merantau lagi. Waktu terus berjalan... Musim terus berganti.
Terdengar kabar sekarang Tuan kesusahan. Tuan tanya berita, hamba masih begini-begini saja. Harapan Tuan pada hamba terlampau tinggi, 'tak masalah' pikirku, sedari dulu hamba sudah coba dan memang belum waktunya tiba.
'Tokk..tokk..tokk..' Malam larut begini, siapa yg mengetok pintu, pikirku. 'Ahhh?!!!' Terkejut aku setengah mati. 'Tuanku... Tuanku... Sudah 10 Tahun tidak bertemu'. Semakin kurus tubuhnya, janggut nya saja sudah beruban, aku gugup tapi melihat sinar matanya langsung mendekat aku, kupeluk tuanku erat, aroma tubuhnya masih sama. Dia pegangi pipiku, tak dilepaskan. Sedih air mukanya, perlahan dia menangis.. Air matanya meleleh sampai basah janggutnya.
'Aku tidak tahu harus kemana lagi' bergetar suara tuanku...
'Istri dan anakku sudah mati karena sakit. Keluargaku pergi meninggalkanku, mereka pikir aku sudah gila, usahaku sudah tidak jalan lagi, rumah dan istanaku terjual'.
Lemas lutut mendengar kata-katanya, dalam pelukan itu hamba hanya bisa berdoa dalam hati. Mengapa ya Gusti... Dahulu tuanku ini sangat berkecukupan, 10 tahun itu bahkan seperti kemarin. Kuusap-usap punggungnya, tangisnya sungguh menyayat hati.
Singkat cerita, kubuatkan teh untuknya, namun dia menolak karena ingin secangkir kopi. Kubuatkan kopi, kutawari dia rokok kretek. Tuanku mulai bercerita dan bercerita dan bercerita sampai ayam tetangga berkokok tanda fajar sudah datang, padahal hamba harus bekerja pagi ini, tapi sudahlah hamba putuskan untuk tidak pergi bekerja.
'Tuanku tidurlah, sudah sembab mata tuanku'
'Tidak, bukan karena mengantuk, memang sembab mataku, ginjalku bermasalah beginilah jadinya'.
'Tuanku lebih baik berbaring sebentar, aku siapkan sarapan dulu ya'..
'Hmmm... Iya..' Sahut tuanku lirih.
Kumasak lah apa yang ada, beras kucuci kumasak dalam periuk diatas tungku, walau ada keraknya karena gosong sedikit itulah kesukaan Tuanku. Kuambil sayur bayam yang tumbuh dibelakang rumahku, kurebus-rebus, kukasih sedikit garam, yang terakhir ikan asin bakar. Kubakar lah 3 ikan asin belah diatas sebuah piring kaleng sampai sedikit menghitam, aromanya tiada duanya.
Sudah selesai, kuhidangkan makanan itu ditikar kuambil bawang merah supaya ada acar pikirku, toh bawang merah itu selalu kumakan bulat-bulat supaya turun demamku.
'Tuan... Tuan...mari makan...' bisikku pelan.
Namun tuanku diam, kuberanikan memegang bahunya, kutepuk pelan. 'Tuan, bangunlah, mumpung masih hangat, mari kita makan...'
Tetapi dia masih diam, kuangkat tangannya, sudah kaku dan dingin sekali. Kupegangi lehernya, kutempel telingaku kedadanya. Aku ragu, sambil teriak mulai kugoncang badan Tuanku.
'Tuan....Tuan... Bangunlah.!!!' 'Tuan..!!! Tuan..!!' aku sudah selesai masak. Tuan...Ohhh Tuan..!!! Oohh Tuannn..!!!'
Tidak mampu kubendung air mataku. Kupeluk tubuhnya yang sudah kaku.
Menangis lah aku pagi itu.
Selama ini Tuanku lah yang memberiku makan, selama ini tuanku lah yang memberiku pakaian, selama ini pula Tuanku lah yang memberikan hamba harapan.
Saat Tuanku datang, sebenarnya hamba berpikir bahwa dia sudah terlambat dan tak punya lagi harapan.
Namun saat Tuanku pergi untuk selama-lamanya, hamba sadar bahwa hamba lah harapan terakhirnya.
Tuan hamba guru adab.
Kwg.02:45.
Tumblr media
0 notes
ikangsinaga-blog · 5 years
Text
Dulu sehari
Waktu itu belum lama sekali
Dua orang pemuda berjalan tergesa-gesa, ketakutan, tampak gugup buru-buru masuk kedalam angkot duduk dikursi depan.
"Bisa kau kalahkan dia?"
"Bisa saja, tapi dia lebih tinggi dan berbadan besar; aku kecil dan kurus. Kenapa kau mencari masalah?"
"Aku hanya keluar dan menutup pintu itu, aku tak tahu dia tersinggung karena kuhentak dengan keras pintunya"
Kali ini seorang datang mendekat langsung memegang kerah bajuku...
"Berani kamu ya, ayo main (berantem)..!!"
"Lepaskan anjing.!" "Aku gamau berkelahi" Teriakku.
"Ah alasan! Pengecut!!! Banci"
"Kalian berdua abang adik kubunuh kalau aku mau!"
Semua orang disekitar itu hanya memandangi kami. Belum turun aku dari kursi depan, sudah pergi dia sambil tertawa.
"Bang. Bisa kau kalahkan dia?" Adikku bicara dengan suara pelan...
Aku diam sambil tunduk, kulihat dia berkeringat dan sedih air mukanya.
"Sekarang mungkin kita belum bisa, kita harus tumbuh dewasa, tumbuh semakin besar dan kuat, barulah berani aku menghadapinya."
Adikku melirik kearahku "Bang... Dia itu memang serampangan, aku tahu dimana rumahnya, tak jauh dari sini, dia sudah lama berkeliaran bak preman di terminal. Suatu hari nanti aku door kepalanya. Aku mau jadi polisi saja..."
"Hahahahaha... Yaa boleh saja, akupun mau jadi orang besar, supaya hilang takut ku, supaya dihargai orang."
"Iya kak. Kalau kita dua sudah sukses... Kita akan disegani orang. Aku ingin hidup tenang itu sudah lebih dari cukup."
Kami berdua cuek seolah tidak terjadi masalah. Sementara penumpang yang duduk dibelakang terheran-heran dan panik.
"Si Anjing itu, gak punya otak. Nyari masalah" Seseorang berbicara dari arah belakang.
"Oh,hei Frans!!! Kau ternyata" Kata adikku.
"Hai frans, biasalah problematika... Orang-orang seperti itu banyak berkeliaran dijalanan. Gak apa-apa kok, aku tidak dipukul" Kataku.
"Iya bang. Seandainya tadi kalian jadi berkelahi, pastilah kubantu."
"Ohh iya frans, terimakasih."
"Frans tadi masuk kelas apa?"
"Biologi, matematika, Kimia, dan bahasa Jerman"
"Untungnya pak Pane tidak masuk, jam terakhir kami hanya tiduran dikelas." Hahahaha ketawa menganga mulut si frans.
"Kenapa tidak masuk?"
"Bapak Pane lagi sakit, katanya sih lagi diare. Kebanyakan makan kerang rebus."
"Hahahahahaha" Kami bertiga tertawa di angkot itu.
"Simpang dua... Yoo yooo segitiga...jalan gereja...timbangan...Raya... Ayoo ayooo trip terakhir..." Sang sopir berteriak.. Beberapa anak perempuan cekikikan sambil masuk kedalam angkot... Dihidupkan mesin nya, kami menunggu sekitar 10 menit, kemudian sopirnya masuk. Pulanglah kami dan sampai dirumah.
"Mak.. Kami pulang."
Dirumah kecil berdinding setengah beton itu aku dibesarkan. Kami baru pindah dari desa seberang medio 2000an. Alasannya karena halaman rumah yang baru itu lebih luas.
Bapak dan mamak lagi diluar, mamak mungkin kerja, bapak seperti biasa kerja jualan buah diluar kota.
Kunyalakan dvd, masih pakai seragam sekolah. Tas dan sepatu kuletakkan dilantai. Adikku ke dapur makan.. Membawa sepiring nasi lengkap lauk dan sayurnya.
"Makan dulu bang, supaya cepat gede, badan besar dan kuat."
"Iya duluan aja... Masih ada gak lauknya?"
"Masih.. Itu mamak masak ikan mujahir disambel. Sayurnya tumis kangkung, nasi masih hangat kok" Kata adikku... (Maklum lah, kami masih belum beli rice cooker.. Masaknya dikompor dan periuk besi)
Segera kubuka bajuku, kucampakkan dikursi tua.. Satu sendok dua sendok tiga sendok nasi ku menggunung, kerak nasi yang sudah gosong adalah favoritku. Ambil bagian kepalanya, kuah kangkungnya banyak.
Makanlah kami siang itu sambil menonton dvd, acaranya ninja rangers.
Selesai makan.. Adikku buru-buru pergi kebelakang rumah, kekandang ayam dia. Memberi minum anak ayam yang masih dikandang. Dia memang suka beternak, ayam, babi, telaten sekali dia mengurus ternak itu.
"Ayamnya kehausan, sampai ngantuk" Katanya..
"Sudah kau kasih pelet? Kasih air supaya minum ayam-ayam itu... Kalau makan pelet saja tidak dikasih minum ayamnya mati tersedak" Kataku.
"Sudah bang." Kata adikku senyum.
Mamak pulang.
Mama masih berseragam, rambut sebahu, tangan kanan tas kulit yang selalu dibawa kerja. Tangan kiri sayuran, buah jeruk, dan beberapa kue basah. Senyum dia masuk kerumah.
"Bahhh.. Baju siapa ini" Sambil menurunkun belanjaan nya dimeja, diangkatnya baju itu dari kursi kemudian dibaca nama yang dijahit dibagian dada.. "
"Bang... Rapihin bajunya ya.. Jangan sembarangan. Nyuci baju itu capek. Mama sudah capek dikantor, jangan nambahin kerjaan ya.." Mama bicara serius tapi suaranya lembut.
"Iya ma.. Maaf ya.." Kuambil bajuku, kugantungkan dibelakang pintu kamarku. Aku tidur dikamar... Masih tidak pakai baju. Kamarku sekitar 3x2 meter. Satu tempat tidur, pengap, berdebu, dulunya kami berenam tidur dikamar itu.. Dempet dempetan seperti ikan rebus.
Sore hari aku bangun teringat babi-babi kami belum makan.
Kuajak adikku keladang untuk mengambil talas, ubi rambat, dan ampas tahu dari wak pahing.
Kami cincang cincang talas dan ubi rambat, jantung pisang juga bagus buat ternak babi. Dimasak dengan kayu bakar, segentong penuh pakan babi itu. Kutuang garam banyak-banyak.
"Sedikit saja bang. Kata bapak kalau babinya sering makan garam bulunya jadi jingkrak" Kata adikku.
"Yasudah.. Aku kurangin garamnya..."
Babi-babi itu ada 9 ekor. 2 betina dan 7 anakan.
Ada 4 kandang. Kami semprot babi-babinya pakai selang... Biasanya memang dimandikan dulu, kalau babinya teriak teriak mungkin memang sudah lapar. Beberapa ekor babi kedinginan dan kencing kalau dimandikan. Tidak jarang air yang semprotkan itu muncrat dan mengenai wajah dan mulut.. Hahahaha... Ya namanya juga babi harus kita maafkan. Toh babi ini kalau udah besar kita jual atau barangkali berakhir dipemanggangan. Yahh kalau bukan karena dibeli orang, dibeli lalu dipotong dan dijual dagingnya. Tidak sulit beternak babi.
Sudah mandi, sudah makan, babinya gemuk dan sehat.
Aku dan adikku menjemput adik bungsu kami, biasanya kalau kami semua sekolah, adik bungsu dititip sama ibu dirumah nenek. Sedangkan kakak perempuanku yang paling sulung tinggal di asrama. Seminggu sekali balik kerumah.
Mandi. Makan. Ngerjain PR, nonton sebentar, lalu tidur.
Bapak pulang malam, membawa truk nya yang berisi buah. Aku dibangunkan, dia berbisik "hei bangun kang, bapak bawa mi goreng" Langsung loncat, kupeluk dia, walau masih mengantuk aku tak hiraukan. Kusantap mi goreng itu. Adikku tidak terbangun... Jadi kusisakan sedikit supaya besok pagi dia bisa makan.
"Lumayanlah hari ini bapak memborong rambutan, habis semua satu truk, paling tinggal beberapa ikat"
Mama tersenyum, "Pujituhanlah pak. Besok jual apa lagi?"
"Aku besok keladang dulu, sudah seminggu tidak jalan air diladang, mau kualirkan keladang. Bulan ini kita menanam padi dulu yah."
"Iya sama aja pak. Nanam jagung juga banyak tikus, padi juga kan takutnya dimakan tikus" Kata mama.
"Tenang aja, aku udah tau caranya, aku buatkan racun tikus dari batang sabun cuci. Petani-petani di tanah Karo sana mengajariku cara membasmi hama."
Kekenyangan, aku ngantuk lagi, kembali kekamar sementara bapak dan mama berbicara diruang depan.
Sudah jam 01.00 ahh aku tidur aja...
0 notes
ikangsinaga-blog · 5 years
Text
Tumblr media
Hidup adalah berkah.
Waktu itu seorang tua bertanya padaku; 'apa cita-citamu?'
Setelah beberapa saat terdiam aku jawab 'aku tak tahu'. Dia bilang 'bagaimana mungkin kau tidak tahu?'
Kemudian aku katakan bahwa kemanapun angin membawaku pergi, seperti itulah yang akan terjadi.
Lanjut dia katakan bahwa untuk menjadi seorang manusia diperlukan prinsip, tujuan hidup, dan cita-cita.
Sampai saat ini belum kupikirkan kata-katanya.
Kemarin aku hanya seorang anak yang mencangkul disekitaran ladang dan memberi makan babi-babi yang kuternakkan. Hari ini aku makan ditempat mewah dan berkenalan dengan org2 besar.
Kemarin aku tidur di sepetak kamar pengap dan berdebu, hari ini aku tidur nyenyak dikasur empuk dan udaranya segar.
Aku benar-benar seperti dipermainkan angin kehidupan.
Aku tidak peduli apa kata orang tentang masa depan. Aku memang tidak pernah tahu rencana sang khalik. Aku dan orang-orang yang kucintai, tak pernah kutahu akan berakhir seperti apa.
Nikmatilah setiap saat hidupmu, setiap saat setiap waktunya. Benar hidup itu adalah berkah.
.
.
#ilustrasi hanya pemanis
1 note · View note