My bio uses English to make it look good to read - Google Translate .
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Tidak akan lagi aku melupa, aku biarkan semua tentangmu menetap, mengisi di kepala dengan kesadaran penuh. Aku akan tetap menempatkan dirimu sebagai alasan hidupku menjadi baik, aku akan menjamin bahwa tidak akan ada lagi lirih suaraku memintamu, silakan kamu menjalani hidupmu dan biarkan aku mengingatmu meski nantinya aku yang akan terasing oleh kenangan-kenanganmu yang baru.
0 notes
Text
Mungkin kali ini tidak aku tanggalkan kapan aku harus bergerak lagi, semua yang aku tempuh untuk di titik ini adalah usaha yang ribuan kali aku jalani. Aku akan tetap begini tanpa harus melupa lagi, aku akan tetap begini meski harus bersusah payah lagi, dan aku akan tetap begini sampai waktu yang ku punya habis masanya.
0 notes
Text
Hilang
Kalau kamu sudah tau rasa dari sebuah kehilangan, maka aku harap kamu jangan menghilang. Lebih baik kamu bilang dulu jika ingin pergi. Biar aku tidak merasa sakit, sebenarnya bukan tak sakit, setidaknya sakit ini tidak perlu waktu lama untuk sembuh.
Jika kamu sudah tau rasanya kehilangan, aku harap kamu tidak lagi menghilang untuk orang berikutnya, dan semoga kamu tidak merasakan kehilangan juga nantinya. Aku takut kamu tidak sekuat aku menerima sebuah kehilangan.
Karena sebuah pertemuan itu akan selalu berdampingan dengan perpisahan, maka aku anggap ini adalah perpisahan tanpa pertemuan.
Terima kasih untuk pernyataan cintanya.
Terima kasih untuk pertanyaanmu yang membuat senang.
Terima kasih untuk beberapa pesanmu yang membuat nyaman.
Terima kasih juga untuk kamu yang telah mengingatkan aku tentang pentingnya sadar diri.
0 notes
Text
Ketik, hapus, ketik, hapus.
Sebingung itu memulai obrolan, setakut itu untuk bertanya kabar, seresah itu untuk menyapa.
0 notes
Text
Sampai kapan organ tubuh yang dinamakan hati ini punya satu penghuni tetap di dalamnya? Sampai detik ini pun masih sama, masih menunggu, meski berkali-kali mencoba untuk menerima hasilnya tetap kembali kosong. Rasanya malu untuk mengakui jika apa yang dialami selalu berulang, ada yang datang kemudian diperjuangkan lalu akhirnya beranjak lagi dengan keputusannya sendiri. Tak dipungkiri aku selalu meminta campur tangan tuhan dalam setiap prosesnya, aku selalu berharap kalau nanti ada masa di mana yang ditunggu itu akan datang dan tidak ingin lagi memikirkan untuk pergi.
Meski sudah merasa dewasa rasanya masih sama, perih. Saat memutuskan melepasnya untuk pergi meski tidak diutarakannya secara langsung, dan proses mengikhlaskannya juga sama, menyibukan diri dengan segala hal baru yang pada dasarnya hal-hal yang selalu dikerjakan setiap harinya mulai dari bekerja, mendengarkan lagu, menonton film atau marathon film drama. Tanyaku, sampai kapan proses sibuk ini berhenti.
Ternyata membanggakannya kepada orang-orang tidak membuatnya untuk tidak berpikir akan tetap ada, apa itu salah? Sehingga harus ada perselisihan yang menimbulkan rasa ingin beranjak pada dirinya datang. Mungkin aku distributor kesalahan terbanyak, mungkin juga aku adalah suplier pertengkaran terbaik di dalamnya, atau mungkin itu memang cita-citanya. Diriku kembali lagi bertanya, apa harus aku orangnya? Yang selalu menerima keputusan atau mengambil keputusan untuk merelakan? Serasa tidak adil, tapi itulah yang sebenarnya terjadi.
Dengan berkurangnya umur tidak melulu menghadapi segalanya dengan mulus hingga selalu timbul rasa sadar bahwa diri ini masih belum mahir berperan sebagai orang dewasa, masih banyak sisi anak-anak yang rasanya harus disingkirkan. Sangat tidak mudah untuk mengakui dalam proses mencintai dan dicintai selalu berakhir dengan perih. Jenis kelamin pun tidak bisa menuntut harus kuat untuk tidak menangis menjalani prosesnya sampai titik terlelah dan berpikir mungkin waktu belum mau melihat orang ini bahagia sepenuhnya dengan penghuni hatinya.
Dan akhirnya kembali sendiri, lagi.
0 notes
Text
Jatuh cinta pada sang pencipta, maka tidak akan ada yang namanya kecewa.
Ingat terus akan kematian, maka tak akan lagi takut pada kesepian.
0 notes
Text
Datangnya kamu adalah pengingat bahwa kepergian bisa datang kapan saja. Seperti dirimu.
0 notes
Text
Kebiasaan-kebiasaan kecil yang awalnya sudah terbiasa tidak aku harapkan hadir mulai kamu biasakan lagi.
Ucapan selamat pagi.
Jangan lupa makan.
Jangan tinggalin solat.
Jangan tinggalin aku.
Jangan nakal.
Hingga ucapan selamat tidur.
Lalu, semua itu harus aku biasakan lagi untuk tidak mengharapkannya kembali. Kamu tidak jahat, hanya saja aku yang bodoh.
0 notes
Text
Jika pada akhirnya kamu mengisyaratkan aku untuk pergi, mengapa kamu mendatangiku di saat aku sudah terbiasa tanpa siapa-siapa.
Jika pada akhirnya kamu hanya menjadi ingatan di kepala mengapa waktu itu kamu meminta hatiku dengan pasrah.
Dan jika pada akhirnya bukan aku yang menjadi tempat tujuanmu, mengapa kamu selalu meyakinkanku bahwa kamu lah perjuanganku yang berikutnya.
Kamu tidak jahat, hanya saja aku yang bodoh di sini. Terima kasih untuk "Jika" dan "Mengapa" nya hari itu.
0 notes
Text
Jika aku masih punya waktu, aku akan di sana.
Jika aku masih punya waktu, aku dan kamu akan tetap ada.
Jika aku masih punya waktu, tak akan ku buat hatimu menerima tamu.
Jika aku masih punya waktu, hidupku akan selalu meminta ridho tuhan menuju kamu.
Jika aku masih punya waktu, tanpa aku rencanakan maka aku akan di sisimu sekali lagi.
0 notes
Quote
Masa sulit itu adalah pondasi untuk masa yang mudah nanti.
3 notes
·
View notes
Text
Sebuah Tulisan Gagal Ngantuk
Sekarang udah jam setengah empat pagi. Niat tidur yang udah gue kumpulin dari jam sepuluh tadi serasa kebuang sia-sia cuma gara-gara pikiran yang masih lari-larian ngga ada ujungnya, jam segini tuh rawan banget sama yang namanya cemas, mulai dari cemas sama keadaan orang tua, cemas masalah kerjaan, sampai-sampai gue cemas bakalan jadi apa diri ini nanti, dan akhirnya gue ngebayangin punya mesin waktu, yang di mana gue bisa ngeliat diri gue sendiri pada lima tahun atau sepuluh tahun ke depan.
Sampai sekarang gue sama sekali ngga tau tujuan hidup gue itu apa, orang-orang di luar sana yang pernah gue jumpai selalu punya tujuan hidup yang beda-beda, ada yang bertujuan jika sudah tua hidup di pegunungan tinggi dan sejuk yang banyak pohon besar dan tinggi tanpa adanya suara bising dari lalu-lalang kendaraan. Ada juga yang bertujuan punya banyak harta sehingga keturunan mereka ngga pusing sama yang namanya bertahan hidup, ya pokoknya tinggal nikmatin aja.
Udah abis aja nih rokok gue, gue bakar lagi aja yang baru deh, udah terlanjur juga gue melek nunggu abis subuhan baru bisa tidur kalau gini jadinya. Oiya balik ke permasalahan tujuan hidup. Apakah harus kita punya tujuan hidup? Atau ngga usah karena pada dasarnya kan ujungnya kehidupan itu kan kematian, eh tapi kalau gue pikir ulang sebelum bertemu dengan kematian kita masih harus ngejalanin hidup ini ya, berarti orang-orang yang punya tujuan hidup itu dengan kata lain mereka mau menikmati proses hidup mereka yang udah dijalanin selama itu sebelum say hello sama kematian, gitu bukan? Ngga tau ah.
Gini nih kalau jam segini belom ketemu sama yang namanya ngantuk, pikiran ngga karuan, sebenernya gue ngga harus mikirin penting atau ngga orang punya tujuan hidup, karena jalan pikiran dan jalan hidup tiap orang beda-beda, gue sendiri aja masih suka berkhayal punya ikan paus orca di rumah yang sampai lebaran tupai ngga bakalan kesampaian juga, namanya juga berkhayal kan bebas asal jangan mengkhayal punggung numbuh sayap aja itu udah aneh bener rasanya.
Dari masjid deket rumah udah kedengeran suara orang ngaji yang artinya subuh bentar lagi datang, dan pagi bakalan muncul kembali membawa matahari yang dibutuhin bakal ngeringin pakain yang baru dicuci malem terus kena embun, kalau sampai ngga kena matahari nanti bisa bau apek. Rokok yang tadi gue bakar kedua kalinya udah mau abis tapi gue belum nemu apa yang harus gue tuju selama gue hidup. Biarin aja lah nanti juga datang sendiri yang penting gue mau ngejalanin hidup sebaik mungkin sampai gue ketemu sama tujuan hidup gue, jangan lupa ngeretekin jari sih paling penting.
0 notes