imgesprach-blog
imgesprach-blog
IMGESPRACH
36 posts
Program director :  Dwiki nugroho mukti | Design : Candra P.W | Documentation : Krisna Esa | Publication : Kharisma Adi & Moch Samsul Aripin office: /SANDIOLO Jl Gempol Blas Klumprik no.1, Wiyung, Surabaya 60222 | 08999668098
Don't wanna be here? Send us removal request.
imgesprach-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Imgesprach vol.6 Judul diskusi : Paparan seni media di Indonesia Narasumber : Benny Wicaksono Benny Wicaksono adalah seorang artis dan kurator yang berdomisili di Surabaya, sebagai seorang seniman dia bung ben banyak membuat karya berbasis teknologi dan media, selain itu ia juga tergabung dalam Waftlab (komunitas seni). Selain seorang seniman bung ben juga seorang dosen di Universitas Airlangga. Dalam diskusi nanti dia akan memaparkan mengenai seni media Indonesia, apa yang terjadi disini dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kedepan nya dalam skena seni media di Indonesia. Tanggal dan waktu : Rabu, 9/8/2017 19.00 WIB Diskusi akan bertempat di : /SANDIOLO, Jl. Bangkingan VIII xf.33 - Perum Wisma Lidah Kulon, Surabaya 60213 Didukung oleh : @sandiolospace @serbuk_kayu budidayabaik.tumblr.com/ #imgesprach #artdiscussion #culturalstudies #senimedia #serbukkayumilitia #surabaya #senirupa #bennywicaksono (di Sandiolo Space)
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
IMGESPRACH #5 Materi : Workshop Penulisan Kritik Seni“Seni Rupa Kelas Terbang” Pemateri : Dwiki Nugroho Mukti Waktu : 28 Septembber 2016 Tempat : Kelas Gambar Model Gd.T3 Lt.3 Unesa Lidah Wetan Durasi : 14.00 wib – 17.00 wib Baca disini : http://imgesprach.tumblr.com/post/152869086648/workshop-penulisan-kritik-seni-seni-rupa-kelas Download link : https://1drv.ms/b/s!AqmXHbVZwElkd2ZCGEhC4 (di Sandiolo Space)
#5
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
IMGESPRACH #4 Materi : Performative Photography and Performance Art Pemateri : Atieq SS Listyowati Waktu : 5 Agustus 2016 Tempat : /Sandiolo, Gempol Balas Klumprik no.1,Wiyung Surabaya 60222 Durasi : 20.00 wib – 23.00 wib Baca disini : http://imgesprach.tumblr.com/post/152866520493/performative-photography-and-performance-art Download link : https://1drv.ms/b/s!AqmXHbVZwElkdkOPQ8HYZKwfAQs (di Sandiolo Space)
#4
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
IMGESPRACH #3 Materi : Prespektif Seni Rupa dalam Islam Pemateri : Iwan Nisaburi Waktu : 18 Mei 2016 Tempat : /Sandiolo, Gempol Balas Klumprik no.1, Wiyung Surabaya 60222 Durasi : 20.00 wib – 22.00 wib Baca disni : http://imgesprach.tumblr.com/post/152866223078/prespektif-seni-rupa-dalam-islam Download link : https://1drv.ms/b/s!AqmXHbVZwElkdQNmrN5yIxMAqY8 (di Sandiolo Space)
#3
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Text
Workshop Penulisan Kritik Seni “Seni Rupa Kelas Terbang”
Tumblr media
 IMGESPRACH #5
Materi                    :               Workshop Penulisan Kritik Seni
                    “Seni Rupa Kelas Terbang”
Pemateri                :               Dwiki Nugroho Mukti
Waktu                    :               28 Septembber 2016
Tempat                   :               Kelas Gambar Model Gd.T3 Lt.3
                                               Unesa Lidah Wetan
Durasi                     :               14.00 wib – 17.00 wib
Download link : https://1drv.ms/b/s!AqmXHbVZwElkd2ZCGEhC4QWUfWs
 Materi
Judul                       :               Kelas Kritik Seni
Penulis                   :               Dwiki Nugroho Mukti
Tumblr media
 Dok. Imgesprach
Apa itu ?
Kritik seni adalah salah satu upaya pengapresiasian karya ataupun bentuk kegiatan seni lain nya, karya seni bisa dinikmati dengan berbagai cara; melihat, mendengar, merasakan secara langsung, dan sebagainya. Bentuk pengapresiasian memang sangat beragam namun kritik seni dimaksudkan untuk membicaran sebuah karya dengan lebih intensif, memaparkan kekurangan ataupun kelebihan sebuah karya atau bahkan memberi solusi bagaimana harusnya karya tersebut dapat disampaikan lebih ideal dalam tingakatn lebih lanjut.
Bentuk kritik karya biasanya dianggap sebagai bentuk yang secara kasar di sebut menghina, memojokan atau apapun yang berkonotasi negatif pada sebuah bentuk karya maupun kegiatan lain yang berhubungan dengan seni, yang mana sebenarnya pengkritikan ditujukan untuk membangun gagasan terhadap bentuk seni dan di sampaikan melaluui media verbal ataupun naratif.
Dengan perkembangan media saat ini kita dapat menjadi pengamat maupun kritikus kesenian se-fleksibel mungkin, dalam penulisan kritik idealnya harus dibarengi dengan ilmu pengetahuan mengenai seni itu sendiri, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka kritik akan cederung objektif ataupun subjektif.
 Sepintas sejarah1
Kritik seni adalah sebuah genre penulisan, diperoleh bentuk modern di abad ke-18. [3] Penggunaan awal dari kritik seni adalah dengan bahasa Inggris oleh Jonathan Richardson yang mana ia juga seorang pelukis dan tulisanya di publikasikan pada tahun 1719 dalam An Essay on the Whole art critism. Dalam karya ini, ia berusaha untuk menciptakan sebuah sistem obyektif untuk membuat peringkat karya seni. Dia mengklasifikan beberapa kategori beberapa diantaranya adalah dari segi gambar, komposisi, ekplorasi dan pewarnaan, diberi skor 0-18, yang kemudian dijumlahkan untuk memberikan nilai akhir. Istilah kritik seni cepat di serap dan digunakan setelah pengunaan awalnya, terutama karena kelas menengah Inggris mulai menjadi lebih cerdas dalam akuisisi seni mereka, sebagai simbol status sosial mereka memamerkan.
Di Perancis dan Inggris pada pertengahan 1700-an, banyaknya kepentingan dalam seni mulai semakin meluas, dan karya-karya seni secara teratur dipamerkan di Salon di Paris dan musim panas Pameran dari London. Para penulis pertama yang memperoleh reputasi individu sebagai kritikus seni di abad ke-18 Perancis adalah Jean-Baptiste DUBOS dengan kritik reflexions nya sur la Poesie et sur la peinture (1718) yang mendapat banyak pujian dari Voltaire untuk kecerdasan pendekatan terhadap teori estetika; dan Étienne La Font de Saint-Yenne dengan Reflexions sur quelques menyebabkan de l'état présent de la peinture en France yang menulis tentang Salon dari 1746, mengomentari kerangka sosial ekonomi dari produksi kemudian populer Baroque gaya seni, yang menyebabkan persepsi sentimen anti-monarki dalam teks.
Abad ke-18 Perancis penulis Denis Diderot dengan piawai memutakhirkan medium kritik seni. Diderot "The Salon 1765" [23] adalah salah satu upaya nyata pertama untuk menangkap seni dalam kata-kata. Menurut sejarawan seni Thomas E. Crow, "Ketika Diderot mengambil kritik seni itu pada tumit dari generasi pertama dari penulis profesional yang membuat bisnis mereka untuk menawarkan deskripsi dan penilaian dari seni lukis kontemporer dan patung. Permintaan untuk komentar seperti itu produk dari lembaga yang sama seperti novel; biasa, gratis, pameran publik seni terbaru ".
Jenis Kritik
Menurut Feldman2 (1967) terdapat 4 jenis kritik seni, setiap tipe mempunyai ciri (kriteria), media (bahasa), cara (metoda),  pola berpikir, sasaran, dan materi yang tidak sama.
1. Kritik Populer
adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi umum. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini biasanya bersifat umum saja, lebih kepada pengenalan atau publikasi sebuah karya. Dalam tulisan kritik populer, umumnya menggunakan gaya bahasa dan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam.
2. Kritik Jurnalis
adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kriitk ini hampir sama dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, tertama karena sifat dari media massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya 
3. Kritik Keilmuan
adalah jenis kritik yang bersifat akademis dengan wawasan pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menilai sebuah karya seni. Kritik jenis ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni, dan disampaikan dengan metodologi kritik secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para kolektor atau kurator institusi seni seperti museum, galeri dan balai lelang.
4. Kritik Kependidikan
adalah kritik yang bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik serta estetika subjek belajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik ini yang digunakan guru di sekolah umum dalam penyelenggaraan mata pelajaran pendidikan seni.
 Bentuk Kritik Seni
Berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan, dikenal beberapa bentuk kritik sebagai berikut :
1. Kritik Formalistik
Kajian kritik ditujukan terhadap konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan unsur-unsur pembentukannya. Pada lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni.
2. Kritik Ekspresivistik
Dalam kritik ini, kritikus cenderung menilai dan menanggapi kualitas gagasan dan perasaan yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ini umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.
3. Kritik Instrumentalistik
Dalam kritik ini, karya seni cenderung dikritisi berdasarkan kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan kritik ini tidak mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni  tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu.
Lukisan berjudul ”Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis (formal) nya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan.
 Tahapan dalam Kritik Seni
Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni, dapat dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut:
1. Deskripsi
Adalah tahapan untuk menemukan, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya, dan tidak berusaha melakukan analisis atau mengambil kesimpulan. Agar dapat mendeskripsikan dengan baik, seorang pengkritik harus mengetahui istilah-istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut, maka pengkritik akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena karya yang dilihatnya.
2. Analisis formal
Adalah tahapan untuk menelusuri sebuah karya seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip penataan atau penempatannya dalam sebuah karya seni.
3. Interpretasi
Yaitu tahapan penafsiran makna sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol yang dihadirkan dan masalah yang dihadirkan. Penafsiran ini sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut pandang dan wawasan pekritiknya. Semakin luas wawasan seorang pekritik biasanya semakin banyak pula penafsiran karya yang dikritisinya.
4. Evaluasi atau penilaian
Merupakan tahapan yang menjadi ciri dari kritik karya seni. Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya seni bila dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek yang terkait dengan karya tersebut baik aspek formal maupun aspek konteks.
 Konklusi
Banyak poin-poin yang menjadi standar dan aturan untuk membuat kritik seni, tentu saja bila kita ingin secara lanjut mendalaminya akan sangat menarik untuk terus menambah ilmu pengetahuan kita sebagai landasan dari kritik-kritik yang akan kita hasilkan.
Namun kalian jangan juga terkungkung dengan segala aturan yang ada melalui kritik, yang terpenting adalah sikap berani untuk melakukan, mulailah menulis kritik tanpa teori atau landasan apapun, mengkritik dengan objektivitas maupun subjektifas juga tidak menjadi masalah, namun kembali lagi saat kalian memulai membuat kritik yang benar-benar komperhensif bila tidak mempunya pondasi pengetahuan yang kuat berbagilah atau saling tukar tulisan dengan orang yang memiliki ketertarikan sama agar bisa saling mengkoreksi, atau mintalah pendapat ahli agar kalian tahu dimana kekurangan kalian dan dimana harus membenahinya.
Jangan pernah takut untuk muai menulis dan mengkritik.
 Percobaan
Pilih salah satu soal percobaan, kemudian mulailah membuat tulisan kritik
Buatlah sebuah essay kritik seni, menangapi karya yang dipresentasikan oleh pemateri minimal 500 kata
Buatlah sebuah essay kritik seni, menangapi aktivitas kesenian yang terjadi disekitarmu (bisa karya seni, kegiatan pameran, proses pendidikan senimu, dll) minimal 500 kata
 1 Sumber sejarah diambil dari laman https://en.wikipedia.org/wiki/Art_criticism
2 Edmund Burke Feldman, kritikus seni dari Amerika. Penerima Roswell Hill prize dalam kategori lukis di Syracuse University, 1948. Bekerja sebagai angkatan udara AS, 1942-1946. Fellow National Art Education Association (president 1981-1983, Distinguished 1984), Royal Society Arts; anggota College Art Association, United States Society for Education Through Art, Tau Sigma Delta, Kappa Delta Pi, Kappa Pi, Phi Kappa Phi.
 Hasil Workshop Penulisan Kritik Seni
Dimas tri Pamungkas
Dua karya yang berbeda, memiliki segi visual dan latar belakang yang berbeda, diletakkan ditempat yang berbeda, dari segi visual teori di letakan sangat kompleks, bagaimana permainan garis, titik, warna, perubahan bentuk, mengeksplorasi ruang, mendramatisasi keseimbangan, hanya yang kurang kongkrit disini adalah bagaimana memperlakukan karya “setelah penciptaan karya” karena kesenian memiliki batas seperti istilah yang di ungkapkan Neitzche “atas apa/ demi apa kamu tetap sholeh?’ seharusnya seniman sadar akan itu, apalagi senimanya sudah mengkatakan bahwa yang pertama “hanya tugas” dan yang kedua “pelampiasan diri/tempat mediasi” keduanya tanpa di hidingan di publik, sedangkan nafsu untuk berkarya terus bergerak untuk di lampiaskan “otomatis akan lahir kaya baru”, kembali lagi pada kata Neitzche “ atas/ demi apa kamu tetap sholeh?” sebuah istilah ini dalam pembahasan di ruang seni memetaforkan “atas dar apa kamu setia pada karyamu ?”
 Nizar M.F |@nizaimuhamadfiqri10
Mengkritik soal kegiatan berseni yang hanya dijadikan atau diciptakan hanya sekedar memenuhi tugas, apakah tidak sia-sia jika sebuah karya seni yang diciptakan dengan keadaan yang terpaksa demi memenuhi tugas tanpa ada konsep atau pesan-pesan yang disampaikan oleh karya seni tersebut, jika karya seni yang diciptakan tersebut hanya demi tugas tanpa ada pesan yang terlampir. Maka para masyarakat luas atau apresiator akan menikmati saja karya yang diciptakan tanpa ada minat yang lebih untuk mengapresiasikan karya yang diciptakan. Solusinya, seharusnya sebuah karya itu tidak diciptakan dalam keadaan terpakasa dan tanpa adanya konsep atau pesan yang terlansir. Tapi boleh juga sih sebuah karya diciptakan untuk memenuhi tugas, asalkan ada konsep dan pesan yang terlansir di dalam karya tersebut agar karya yang diciptakan tidak sia-sia dan bisa dikomunikasikan atau didistribusikan dengan baik.
Amal Fathullah|089634880967
Menurut saya dilingkungan kampus aktivitas kesenianya sudah agak memuaskan, namun fasilitas membaut mahasiswanya kurang puas, karena khususnya untuk studio lukis yang tidak beroperasi 24 jam memuat terbatasnya garapan melukis, entah untuk tugas maupun lukisan pameran. Lalu kurangnya pendekatan dosen pada mahasiswanya mungkin, entah sharing ilmu atau pengalaman yang dialami dosen. Mungkin karena saya masih baru belum mendapat pengalaman hehehe sekian.....
 Erfano Faradika | 083830361893
Di kampus metode pembelajaranya penuh kekakngan dan sarana dan prasaran nya pun dibatasi, seperti ruang lukis yang ditutup sampai jam 5. Tidak boleh tidur di sembarang tempat, dan beberapa buku di perpus yang tidak boleh dipinjam dibaca dirumah, terus kami sebagai mahasiswa harus bagaimana kami sudah bayar dengan uang, apa yang kami dapat dari sini? Apa yang harus perbuat lagi? Aku yo jange meso jancok yo gak onok gunane nek ada saran aku kudu lapo kabarono.
 M. Tajudin Aslam | 089604565961
Surabaya, menurut saya minim apresiasi seni, kenapa ? ya dilihat dari muda-mudinya saja sudah ‘fashionable’ banget. Fashion/style saja yang harus dikedepankan iya memang fashion tidak jauh dari kesenian, tapi yang saya bicarakan adalah seni rupa nya sendiri.
Memang surabaya kesan atau kondisinya aman-aman saja, Cuma disana-sini saya, orang-orangnya atau anak-anak mudanya bergerak sendiri, mungkin ego tetap saja menjadi faktor utama, dari senior ke junior seperti ada pembatas dalam berbagi / sharing-sharing, apalagi saat ini pasarnya kontemporer, bahkan isunya banyak genre kontemporer yang banget, yang hiper. Nah itu salah satu faktor lain yang membuat apresiator-apresiator menjadi kurang minat terhadap kesenian surabaya sendiri, bisa dilihat dari Jogja, Bali, Jakarta, dll mereka-mereka asik-asik saja, dalam arti persaingan terbuka dan menjadi ajang untuk berkompetisi, mereka juga tidak lupa untuk berbagi dengan yang lain, edukasi, berkarya. Tidak heran juga banyak galeri-galeri kesenian disana, sampai-sampi kesenian adalah kebutuhan primer.
 Ryzald Mahendra P. (Towenk) | 083849166556
Menurut saja kensenian di area terdekat saya stabil yang artinya mengikuti tradisi-tradisi kesenian sebelumnya dan saya rasa perlu ada penyatuan pergerakan seni atau bisa juga penyatuan tiap-tiap kelompok untuk berdiskusi dan berkarya secara bersamaan meskipun hanya satu atau dua kali, agar keakraban kesenian di sekitar ini dapat terbaca oleh lembaga kesenian di luar sana, seperti Jogja, Jakarta, Bandung, dan lainya begitu juga dengan peningkatan acara berpameran dibuat semeriah dan mencuri pandangan kesenian luar.
Satu lagi masalah galeri yang ada di Surabaya ini, banyak anak-anak/seniman-seniman baru atau muda yang belum besar namanya kesusahan karena kesulitan mencari spot atau galeri untuk mengapresiasikan pengalaman saya saat melobi galeri tersebut tidak bisa dipakai karena dibuat gudang, tetapi selang beberapa bulan ada pameran seniman-seniman besar, lah bagaimana bisa majukesenian seniman-seniman muda untuk berapresiasi dan majunya kesenian di sekitar kita.
Gogor
Menanggapi karya dari wan. Dari presentasinya dia mengatakan bahwa produknya tersrbut hanya untuk memenuhi tugas kuliah dan tanpa ada konsep (non konseptual). Menurut saya itu bukan sebuah produk karya seni tetapi hanya sebatas hasil dari keinginan belajar dan melatih teknik lukis atau bahkan sekedar "iseng". Kalau seperti itu apa bedanya sama anak sd yang lagi gambar pemandangan kemudian dinilai oleh guru tanpa ada maksud dari karya tersebut dan kemudian gambarnya dibiarkan, sekalipun gambar tersebut memiliki unsur visual garis, warna, tekstur, dsb. Seharusnya sebuah karya seni selain perkara teknis tetapi harus memiliki sebuah konsep dan konteks yang jelas. Sehingga menciptakan komunikasi yang membangun seperti dikatakan pembicara.
 Erida Nurul M.
Karya dari Krisna lukisan dengan gaya simply abstrak memunculkan warna-warna soft yang cenderung aquarel dengan sedikit goresan-goresan liar berwarna pink pekat pada backgroundnya. Warna soft yang ditampilkan dominan pink dengan sedikit aksen hitam di sisi kiri bidang gambar dan aksen hijau muda di sebelah kanan bidang gambar. Kemudian diatas pewarnaan tersebut ada text berukuran kecil yang baru bisa dibaca dengan jarak kurang lebih dua meter. Text itu terbaca "aku kudu kuat" dan berulang secara horizontal memenuhi seluruh bidang gambar. Warna soft seperti pink mewakili sifat-sifat feminin yang cenderung menggambarkan kelemahan sesuai dengan yang kreator rasakan. Warna hitam disisi kiri menggambarkan suatu keadaan bertahan yang cenderung dipaksakan, sama halnya seperti wujud visualnya. Secara keseluruhan bentuk visual karya tersebut kurang menarik, namun setelah membaca judul dan konsepnya. Karya tersebut sangat representatif dengan keadaan kreator.
Enrik
Saya akan mencoba menanggapi karya milik mas krisna yang ditampilakan tadi ; Bermediakan acrylic diatas kanvas , Karya milik mas krisna ini ditujuhkan hanya untuk tugas dan sengaja tidak dipamerkan ,berangkat dari keresahannya dalam menjalani tugas mengajarnya yang harus berpenampilan formal, memilih teknik abstrak minimalis, penggunaan teks atau huruf yang terbilang kecil dan rapat,bertuliskan "aku kuat" yang memenuhi seluruh bidang kanvas ,dan warna pink yang seolah mendominasi lukisan ini
Penggunaan teks yang kecil namun rapat ini menurut saya bertujuan agar pusat perhatian atau konsep tidak langsung terbaca pada teks yang di aplikasikan di lukisan tersebut ,kalimat "aku kuat" sendiri seolah menggambarkan bahwa beliaunya sedang merasakan hal yang membuatnya tertekan, jadi seniman menuliskan kata kuat seperti sebuah sugesti untuk dirinya, warna pink seperti yang disampaikan pelukisanya adalah sebuah kebebasan menurut beliau.
Menurut saya jika lukisan ini di pamerkan,seniman harus memerlukan alternatif atau sesuatu yang bisa memvatu agar apa yang ingin disampaikan seniman bisa lebih mudah di tangkap oleh penikmat ,kalau untuk saya sendiri karya ini sudah mewakili suasana/keresahan si seniman.
 Deddy Kukuh P | 083831810893
Dilingkup surabaya, memiliki Kelebihan dan kekurangan sendiri. Pertama kelebihanya, banyak siniman sendiri dari surabaya, bahkan komunitas komunitas yang membangun apa itu seni sendiri. Dan maksud nya pasti ingin membangun seni di surabaya akan menjadi seni ter apresiasi, di lain itu kurangnya Surabaya juga kurang ter apresiasi seni apa itu seni dan apa itu maksud gambaran. Mungkin orang itu hanya bsa melihat lukisan wujud aja . bukan konsepnya dan lukisan yang jelas saja yg diterima rakyat. Kalau lukisan yang tak jelas tampaknya bahwa konsepnya bahkan yg lebih berat dari lukisan yang bagus-bagus yang isinya bisa ditebak di gambaran. Hal ini juga karena kurangnya literasi bagi sekitar agar kita dan bawahan kita generasi adik-adik kita tau itu seni itu bagaimana . bukan hanya lukisan yang jelas baik seperti nyata . yg gak jelas pun itu lukisan.bukan rupa tapi wujud juga seni itu.Setelah mengrtahui seperti apa seni. Akan pasti banyak yang mengapresiasi yang datang dan ingin tau ini itu apa dan ini bagaimana. Tidak hanya memberi saran "ini lo lukisan apa".  
 Topan Bagus Permadi
Dalam kehidupan berseni , karya seni adalah identitas diri dan harga diri seorang seniman tersebut . Walaupun karya tersebut semata mata adalah tugas bukan berati karya itu tidak memiliki arti , tidak memiliki kualitas , tidak memiliki identitas . Sejelek apapun karya itu kita sebagai seniman harus menghargai karya itu . Kurangnya cinta terhadap sebuah karya seni adalah faktor paling menyayangkan dalam kehidupan perupa , bagaimana perupa akan menghargai diri sendiri jika karya sendiri tidak di hargai . Dengan goresan kuas yang iklas dan teknik melukis dalam sebuah karya itu sudah terbilang bagus tapi akan tetap sama saja jika karya itu tanpa arti walau karya itu hanyalah sebuah tugas semata . Karya adalah sebuah cerita cerminan seorang pencipta rupa . Karena citra estetika sebuah karya akan hilang jika sebuah karya tidak mempunyai sebuah arti . Saya menyarankan sesepele anda menciptakan sebuah karya hargailah karya anda karya adalah sebuah harga diri perupa , cerminan , identitas yang harus kita hargai dan apresiasi . Bagaimana orang lain mau mengapresiasi jika seorang perupanya tak mengapresiasi dan menghargainya .
 M satrio wicaksini
Pengenalan seni
aktifitas seni yg terjadi di sekitar mu salah satunya penhenalan kepada pelaku dan penikmat penikmat seni yg baru dan ingin bergabung dalam dunia tersebut, pengenalan dunia seni masih kurang di rasakan pada lingkungan di luar seni sebagian orang msh menganggap seni itu hanya sebatas sebuah lukisan dan patung begitu pun seperti yg di rasakan sebagian anak indonesia yg ingin mendalami ilmu seni di tempat kuliah atau di sekolah atau di tempat pembelajaran lainya. Jadi seharusnya yg di harap oleh pelaku seni baru kepada yang bisa di bilang pelaku seni yg lebih senior agar dapat memberika sosialisasi yg lebih dan dapat merangkul lingkungan yg masih buta seni itu apa dan yg hanya mengetahui seni itu sebatas lukisan dan patung ,jadi seharusnya yg harus turun kelapangan adalah palaku pelaku seni yg senirio, karena orang orang awam sekarang cenderunh malu untuk menanyakan suatu hal yg baru atu hal yg baru ingin di tekuni mungkin orang orang awam itu merasa drajat atau sekill mereka tidak sama dan malu menanyakan hal yg keluar dari topik.
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Text
Performative Photography and Performance Art
Tumblr media
Performative Photography and Performance Art
Download Link : https://1drv.ms/b/s!AqmXHbVZwElkdkOPQ8HYZKwfAQs
Oleh : Atieq SS Listyowati
Penyunting  : Dwiki Nugroho Mukti
 Imgesprach edisi ke empat akan menghadirkan pembicara yaitu Atieq SS Listyowati seorang Performer artist, fotografer, dan penulis yang memiliki segudang pengalaman yang kiranya akan sangat berharga bila dibagi di dalam sebuah forum diskusi, diharapkan nantinya akan mendapat perluasan wacana mengenai performance art itu sendiri. Selaian materi menggenai performance art yang ditekankan oleh narasumber adalah fotografi karena narasumber merasa adanya kesinambungan antara dua bidang yang apabila dipergunakan secara bersamaan dan saling melengkapi keduanya mampu menjadi bentuk karya seni dengan daya jelajah yang sangat luas.
....................
Kegemaran Narasumber terhadap dunia fotografi membawa narasumber untuk sering berkeliling Indonesia untuk melakukan aktifitas fotografi, karena ketertarikanya ini pun ia secara sadar ia menjadi seorang pemerhati photografi Indonesia, awalanya ia merasa sangat pesimis terhadap dunia photografi indonesia pasalanya ia merasa jenjang pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap hasil karya para fotografer dan bila dirunut pendidikan yang terjadi di Indonesia masih sangat berjarak terhadap masyarakatnya, atas alasan itulah opini untuk pesimis terhadap dunia fotografi di Indonesia muncul, namun setelah ia berkeliling dan melihat sendiri perkembangan fotografi di Indonesia ia merasa perkembangannya sangat dinamis dan menggembirakan.
Di tahun 2006 narasumber bersama komunitas fotografi melakukan observasi terhadap Performance art, dan yang menjadi kesimpulan adalah praktek performance yang terjadi disini lebih banyak just do it daripada think first, mungkin beberapa orang beranggapan bahwa bila terus berencana tanpa ada kerja nyata maka sebuah karya tidak akan pernah terjadi, hal ini ada benarnya namun saat dalam prakteknya terlalu terburu-buru dalam membuat sebuah karya, karya bisa saja terkesan prematur dan dangkal sehingga muatan-muatan yang dikandung didalamnya menjadi sangat hambar.
Pembanggunan wacana menjadi sangat penting untuk mulai membentuk sebuah ekosistem yang sehat yang menjadikan para pesertanya mampu membuat karya secara optimal dengan metode yang dikembangan oleh mereka sendiri pula, dalam membangun hal tersebut pihak yang berada ditenggah untuk mebangun kesadaran seniman dan opini apresiator adalah distributor informasi seperti hal nya kurator, kritikus, pemerhati, dst. Kita tidak bisa benyalahkan pihak atas ketimpangan yang terjadi terhadap ekosistem yang di tinggal didalamnya, yang harusnya dilakukan adalah dengan terus bergerak dam membenahi. Yang dititik beratkan oleh narasumber dalam pembahasanya adalah para kritikus, banyak para kritikus seni yang bermunculan namun para kritikus tersebut hanya bermain di ranah zona amannya atau hanya di wilayahnya sendiri, mungkin keuntunggannya si kritikus akan fokus dan tajam dalam membaca permasalah di dalam ruang lingkupnya namun saat membicara wacana pembentukan yang luas lagi yang terjadi adalah keterbtasa wacana bersama. Banyak kritukus muda yang bermunculan yang bergerak secara mandiri menyebarluaskan informasi akan tetap terjadi hubungan antara seniman dan appresiator.
.....................................
Fotografi dan Performance art
Tumblr media
Foto karya Harry Shunk
Sumber : https://static.squarespace.com
 Foto yang menunjukan gerakan seni performa dari lantai atap sebuah rumah dijalan sepi Rue Gentil Bernard, Fontenay-aux- Roses, Perancis, Oktober 1960, karya Harry Shunk yang diberi judul “Le Saut dans le Vide” (Leap into the Void) menjadi bahasa para kritikus seni di masa itu. Karya foto montage yang sebetulnya merupakan hasil kerja kroyokan kelompok realisme baru ini bermaksud menyuarakan sekaligus menyindir NASA yang telah melakukan perjalanan ke bulan yang dianggapnya bagai menuju nirawana (ruang hampa = Zen, representasi kesombongan manusia dengan berbagai ciptaannya di dunia yang sebetulnya lebih mengarah pada keterjerembapan peradapan manusia.Kritik atas karya foto Man Ray sekitar 30 tahun sebelumnya (1930-an) juga mengarah pada proses berkesenian fotografer dadaist yang dikenal dengan penggunan tehnik fotogramnya ini yang disebut sebagai “rayograph” ini juga mengula kiprahnya di kawasan performance art yang banyak membawa pengaruh pemahaman seni konseptual. Sebelumnya, conceptual art (meski baru di tahun 1967 menyadi pernyataan Sol Le Witt) mulai menjadi bahan perbincangan setelah karya karya Marchel Duchamp yang disebutnya sebagai ready made yang berkonsep pada found-art sekaligus art-object, antara lain “Fountain” (1917) dan sebagainya yang dianggap para kritikus saat itu sebagai aksi subversif “Riose Selavy” (1921) adalah karya fotografi Man Ray yang memberikan gambaran dari Duchamp dalam pose portraiture sebagai perempuan.
Spirit avant-garde juga mengiringi proses pelukis Jackson Pollock dalam berkesenian. Istilah action painting mengawali gerakan action art selanjutnya. Foto yang ditampilkan oleh seorang fotografer muda Hans Namuth ditahun 1950 membawa Pollock ke sederetan nama artis ternama segera setelah menjadi ulasan para kritikus seni. Ma Liu Ming adalah seorang performer artis dari China yang sempat membuat geger para pengkritisi seni dalam menginterpretasikan karyanya. Ia membuat self potrait dalam kondisi nudis dan bermake up cantik lalu foto bersama setiap audien satu per satudi panggung. Karya ini sempat dihadirkan di Indonesia (JIPAF2000, Teater Utan Kayu)
Orian. Nama ini sangat spektakuler dengan karya-karyanya yang sangat sensasional, yakni serial bedal palstik yang dilakukan di muka publik (audien), menanamkan bantalan-bantalan silikon di beberapa lokasi di wajahnya, antara lain kedua keningnya. Setelah melakukan bedal plastik ini, ia pun berpose khusu untuk salon foto dengan wajahnya yang bengkak dan mengalami perubahan bentuk.
Tumblr media
Foto karya Orlan
Sumber : www.lakartidningen.se
 Pameran foto khusu dirinya ini dicetak dan dipasang dalam pigura-pigura besar macam karya-karya pelukis besar, di samping karya-karyanya yang lain yang merupakan hasil perpaduan teknik foto montage dan lukisan.
Tumblr media
Foto karya Li Wei
Sumber : http://payload207.cargocollective.com
 Beberapa tahun terakhir ini muncul nama Li Wei (Beijing, China), fotografer sekaligus performace artist karena ia mengabungkan keduanya secara mengejutkan dan sering kali membuat orang sekilas menganggap adekan yang ada berupa hasil montage belaka. Namun, yang sesungguhnya terjadi adalah Li Wei betul-betul melakukan gerakan-gerakan tersebut, baik di atas bangunan tinggi maupun dalam kondisi terbalik, kepala berada di dalam mobil. Semua gerakan dilakukanya dengan teknik kung fu. Karya-karya Li Wei ini kono kabarnya harganya “melangit”.
Patung-Patung Performatif dan Adegan
Seni performa dalam foto karya Erwin Wurm memiliki kekuatan stopping power dan sangat naratif bagai sekuen yang seolah-olah menggerakan objek foto, demikian menurut kritikus seni. Seolah-olah audien dibawa menuju rentetan adegan lainya yang tak ada di dalam foto-foto tersebut. Karya Wurm banyak digunakan bagi kepentingan advertorial.
Tokoh fotografer unik lainya adalah Spencer Tunick. Ia berhasil menghimpun massa untuk mau bekerja sama berfoto bugil bersama memenuhi jalan raya, halamn gedung opera di Sydney, sebuah taman, di kaki perbukitan salju, ruang-ruang koridor gedung tinggi, di atas sampan-sampan di sungai hinggapelataran laza di berbagai ibukota negara-negara di dunia. Karya-karyanya ini lebih banyak mengulas proses pemotretan karena ia tidak menggunakan teknik montage, baik manual maupun digital.
Di Indonesia, karya-karya performatif dalam dunia fotografi dihadirkan oleh kelompok Insomniaum serta beberapa lainya yang sempat ditemukan oleh Atieq ketika berada di Bandung, Yogyakarya, Surabaya, dan Malang. Ini sangat menggembirakan dan menstimuli semangat baru dalam merambah tatanan.
Kehadiran para kritikus, pengamat, pengajar, periset Indonesia, bahkan pelaku dalam genre seni performa ini. Meskipun jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari, dapat diprediksi perluasanya kemudian. Sebut saja generasi muda macam Farah Wardhani, Aminuddin ‘ucok’ Siregar, Rifky Effendi, Heru Hikayat, Gustaff H, Reza ‘asung’ Afisina, Ade Darmawan, Tiarma D Sirait, Melati Suryodarmono, komunitas Common room, Ruang Rupa, hingga lembaga penelitianseni IVAA dan mes 56 di Yogyakarta, serta lainya secara ajeg memberikan kontribusi yang terbukti berefek besar bagai bola salju menggelinding di kemudian hari. Meskipun memang kritikus foto yang fokus atas genre ini masih belum bisa terlihat betul.
Apresiasi AppreRoom
Tumblr media
Foto aktifitas AppreRoom
Sumber : 3.bp.blogspot.com
Ruang apresiasi atau AppreRoom memiliki aktifitas di bidang ruang seni dan bertindak sebagai sebuah titik dan pada saat yang sama sebagai penghubung budaya, juga menghubungkan orang-orang berpikiran damai. Kegiatanya didirikan dan memulai pada tahun 1998, atara lain penyelenggaraan seni luar lokasi galeri (Galeri NOMAD, Jakarta).
AppreRoom adalah ruang terbuka untuk pengamat seni dan pekerja seni serta terdiri dari pratisi dan teoritikus. Mereka antara lain terdiri dari para ahli dibidang seni rupa, pelukis, patung, performer, performance artist, fotografer, penulis, koreografer, artisan, etnomusikolog, wartawan dan pekerja seni lainnya, termasuk praktisi pendidikan (dosen) pada masing-masing bidang seni. Lembaga ini membentuk “ruang” sebagai wahana aspirasi dengan aspek budaya dan seni atau lebih dari bidang itu, dengan konsep kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu, lembaga ini bagai sebuah terminal yang memberikan kesempatan kepada anggotanya tempat perantara untuk dapat secara katif berpartisipasi menggembangkan kegiatan kelompok serta diri mereka sendiri, sebelum berada di langkah berikutnya sebagai proses untuk mencapai pencapaian tertinggi jiwa mereka di bumi dan alam semesta. Berdasarkan pada visi dan misinya tersebut AppreRoom bisa terus bertaham. Namun mengenai bagaimana bisa menual foto dengan nilai tinggi, belum pernah terjadi dalm sejarah AppreRoom. Belum ada resepnya, AppreRoom belum sampai pada apresiasi nilai jual materi, tetapi selalu berada di kawan tinggi nilai intrinsik.
.........
Poin terakhir yang ditekankan oleh narasumber adalah untuk selalu berfikir terbuka terhadap segala kritik atau pendapat yang ditujukan kepada kita, saat kita bisa menerima semua masukan dengan baik tentu saja kita akan bisa menggunakan masukan tersebut sebagai bahan untuk membenahi diri, kaitanya dengan fotografi adalah berfikiran terbuka juga berkaitan dengan karakter.
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Text
Prespektif Seni Rupa dalam Islam
Tumblr media
IMGESPRACH #3
Materi                    :               Prespektif Seni Rupa dalam Islam
Pemateri                :               Iwan Nisaburi
Waktu                    :               18 Mei 2016
Tempat                   :               /Sandiolo, Gempol Balas Klumprik no.1,
Wiyung, Surabaya 60222
Durasi                     :               20.00 wib – 22.00 wib
Download Link        :               https://1drv.ms/b/s!AqmXHbVZwElkdQNmrN5yIxMAqY8
 Biodata Pemateri
Iwan Nishaburi adalah seniman sekaligus praktisi agama dan budaya, Iwan menempuh study S1 Pendidikan Seni Rupa dan S2 Pendidikan Kebudayaan Kebudayaan di Universitas Negeri Surabaya, Iwan memiliki background agama Islam yang kuat dimana ia tumbuh dan dibesarkan di lingkungan pondok pesantren.
Iwan berasal dari Pasuruan, selain menjadi dosen di beberapa universitas di Surabaya ia juga menjadi pengisi acara agama Islam di Bios tv (salah satu tv lokal di Surabaya)
 Materi
Judul                       :               Seni Rupa Dalam Agama Islam
Penulis                   :               Iwan Nisaburi
 Dunia Timur Islam, sejauh yang dapat diamati dalam sejarahnya, pemikiran seni hampir dapat dikatakan tidak memperoleh areal subur bagi pengembangannya dalam pikiran orang Muslim, meskipun sebenarnya al-Qur'an yang merupakan sumber inspirasi utama mengandung dimensi keindahan yang sangat kaya. Hal itu, menurut pengamatan Amin Abdullah, dapat dicermati dari anggapan skeptis sebagian besar umat Islam terhadap seni dalam diskursus estetika, yang merupakan cabang bahasan filsafat, berada di luar kepentingan Islam sebagai akibat dari kentalnya dominasi pemikiran kalam dan legalitas hukum (fiqh), sehingga disinyalir tidak mendapat tempat yang proporsial dalam dunia Islam secara keseluruhan (Abdullah, 1955: 190). Kentalnya dominasi pemikiran tersebut, terlihat misalnya pada sejumlah pandangan dari para ahli fiqh dan ahli kalam yang cenderung mengharamkan seni. Agaknya, sinyalemen S.H. Nasr mendukung pernyataan di atas ketika mengatakan bahwa tampaknya dalam risalah-risalah hukum dan teologi yang memberi penjelasan tentang seni dan estetika, sulit ditemukan (Nasr, 1994: 16).
 Sementara dalam wilayah pemikiran falsafah yang memungkinkan timbulnya konsepsi tentang seni melalui produk genial para failasuf semisal al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan lain-lain, juga tidak menunjukkan indikasi khusus bahwa mereka melakukan pembahasan secara intensif, kecuali disinggung hanya selintas ketika membicarakan persoalan metafisika. Lingkungan pemikiran Islam yang mungkin relatif lebih terbuka terhadap persoalan seni hanya terdapat pada wilayah tasawuf. Bukti historis dari hasil penelitian sejumlah ahli sejarah Peradaban Islam, menunjukkan bahwa bakat dan kreatifitas seni telah tumbuh pesat di kalangan para sufi dalam berbagai bentuk dan jenis kesenian, seperti seni kaligrafi, seni kerajinan tangan, seni tari, dan seni sastra yang melahirkan puisi-puisi sufi.
Bagi para sufi, seni memang merupakan medium spiritual untuk meraih gairah Ilahi. Namun demikian, pemikiran seni dalam wilayah pemikiran ini, belum juga dapat dikatakan memadai, karena tidak adanya pembahasan yang secara sistematis dilakukan oleh para sufi, melainkan hanya bersifat pelengkap untuk mendukung intensitas penghayatan sufistik mereka. Memasuki abad XX, era di mana dunia Islam menyaksikan kontak kebudayaan secara terbuka dengan dunia Barat, sejumlah sarjana Muslim yang dihasilkan oleh abad ini menyadari pentingnya memberikan kesadaran baru dalam alam pikiran umat Islam agar menatap kenyataan sejarah yang menuntut adanya pembaharuan. Dalam hal ini, filsafat beserta seluruh cabang bahasannya, menjadi disiplin primadona untuk mengantisipasi tuntutan itu setelah sekian lama tenggelam dalam bayangan kekhawatiran bid'ah.
Pembahasan seni dalam diskurusus estetika yang semula tidak menjadi bahasan serius dalam pemikiran Muslim era klasik, secara khusus memperoleh perhatian di kalangan para modernis, yang dalam hal ini, para filosof, sastrawan, seniman dan budayawan. Sejumlah konsep dan rumusan seni yang dihasilkan oleh para filosof Barat, menggoda keseriusan para sarjana muslim dalam proses kreatifitas mereka. Tanpa bermaksud menafikan peran tokoh pemikir Muslim modern lainnya, Muhammad Iqbal adalah pemikir muslim garda depan yang secara radikal melibatkan pemikirannya dalam bidang seni (estetika), sebagaimana akan dicermati dalam tulisan ini. Latar Pemikiran tentang Seni di Dunia Islam Dunia Timur Islam, sebagaimana diungkapkan sebelumnya, bukan merupakan persemaian subur bagi pertumbuhan pemikiran seni sebagaimana halnya di dunia Barat. Dalam pandangan Sharif, hal itu dapat ditelusuri sejak awal periode Islam ketika umat Islam mengambil sikap bermusuhan terhadap seni atas dasar pertimbangan hadis Nabi yang tidak mengakomodir seni tertentu seperti seni rupa dan seni musik.
Fenomena ini, lanjutnya, bisa dimaklumi karena seni (fine art) pada waktu itu masih terikat erat dengan tradisi penyembahan berhala orang Arab yang dikhawatirkan akan menimbulkan kembali kepercayaan pra-Islam. Sikap bermusuhan umat Islam di atas, selanjutnya tampak lebih jelas ketika persoalan seni menjadi kawasan pengkajian para ahli hukum (fiqh) dan ahli kalam. Informasi yang diperoleh dari hasil penilaian mereka, pada umumnya, menunjukkan indikasi kecenderungan mengharamkan atau tidak membolehkan seni dalam kondisi tertentu atas dasar pertimbangan adanya ketentuan dalam hadis tersebut. Sementara An- Nawawi (W. 676H) dalam menafsirkan hadis Nabi yang berbunyi "Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang berisi gambar-gambar dan anjing", menegaskan bahwa gambar yang melukiskan mahluk hidup dilarang keras karena hal itu merupakan dosa besar yang diancam dengan hukuman berat. Pembuatan gambar seperti itu, katanya, adalah tabu dalam keadaan bagaimana pun karena berisi sesuatu yang menyerupai ciptaan Allah (Asy-Syaukani,1973).
Dalam penelitian Jabbar Beg, larangan keras terhadap kegiatan seni lukis datang dari seorang sarjana Mesir pada abad ke-8 hijriyah yang mengatakan bahwa melukis gambar binatang pun adalah haram dan dilarang keras (Beg, 1988: 6).
Sebagai akibat dari pandangan ulama fiqh di atas, menurut Ahmad Muhamad Isa, telah menimbulkan rintangan besar bagi umat Islam menuangkan penghayatan estetis dalam suatu bentuk karya seni berkualitas (Isa, 1988, 58), demikian pula, menurut Amin Abdullah, telah mempertegas anggapan skeptis sebagian besar umat Islam yang tidak memberi ruang proporsial bagi seni dalam dunia pemikiran Islam. Meskipun demikian, menurut catatan sejarah, ekspresi seni umat Islam tetap tumbuh dalam peradaban Islam sejalan dengan kebutuhan penyebaran Islam itu sendiri melalui suatu proses akulturasi dengan tradisi dan budaya setempat, yang terutama tampak pesat sejak awal abad 2 H. Para seniman Muslim tetap menggeluti berbagai jenis seni yang mereka kuasai tanpa tekanan rasa takut dari tantangan pihak masyarakat Islam yang menentangnya, sebab dalam kenyataannya banyak pandangan ulama yang mendukung kegiatan mereka dan hasil karya mereka mendapat penghargaan terutama dari para penguasa.
Al-Ghazali, sebagai seorang sufi, filsuf, teolog dan juga ahli hukum, setelah berupaya membantah dalil-dalil mereka yang mengharamkan seni, mengatakan bahwa mendengar nada yang indah dapat membangkitkan dalam kalbu yang disebut al- wujd. Dan selanjutnya menyatakan kebolehan sama (mendengar musik dan lagu) lewat ungkapannya bahwa "barangsiapa yang tidak terkesan hatinya di musim bunga dengan kembang-kembangnya atau oleh musik dan getaran nadanya maka fitrahnya telah mengidap penyakit parah  yang  sulit diobati. Dan  Ibn  Abd Rabbih (w. 1063 ) menyerang kaum puritan atas pengutukan musik secara umum lewat pernyataannya bahwa "jika melodi itu dilarang dalam kehidupan masyarakat maka engkau lebih baik memulainya dengan melarang membaca al-Qur'an dan azan". Al-A'ini (w.1451), sebagaimana dikutip oleh Muhamad Isa, menyatakan bahwa Rasulullah pada mulanya melarang semua jenis gambar, termasuk sosok gambar di atas kain, karena bangsa Arab pada saat itu masih belum beranjak dari penyembahan berhala; namun setelah larangannya dipatuhi beliu lalu mengizinkannya. Dalam sejarah kecemerlangan filsafat Islam, persoalan etika dan metafisika memang tampak lebih dominan dalam pemikiran para failasuf dibanding persoalan estetika (seni), atas dasar kebutuhan terhadap keinginan untuk  mendamaikan filsafat dengan agama (Abdullah, 1955: 188).  
Al-Gazali memberikan penghargaan yang besar mengacu pada ahli-ahli seni Islam lewat pernyataannya bahwa "Karya indah dari seorang penulis, syair sublim dari seorang penyair, lukisan indah dari seorang pelukis, atau bangunan indah dari seorang arsitek, menampakkan “keindahan dalam” manusia". Dalam hal ini, al-Gazali memang memberi penghargaan yang tinggi terhadap obyek seni dari nilai keindahan-dalam; tapi sesungguhnya, menurut Ettinghausen, pengkajiannya terhadap seni menunjukkan dua pendekatan, yaitu berasal dari “mata-dalam” yang bersifat religius dan dari “mata-luar” yang bersifat sekular. Salah seorang di antara reformer yang patut dikemukakan sehubungan dengan gerakan pembaharuan pemikiran tersebut adalah ulama al-Azhar ternama Muhamad Abduh (W.1905 M). pemikiran-pemikiran yang dilontarkannya dalam berbagai persoalan kehidupan umat Islam dipandang telah memicu semangat ekspresi seni masyarakat muslim yang tadinya terkurung dalam sekat-sekat kekhawatiran terhadap sangsi-sangsi formalistik. Di antara tujuan pembaharuannya adalah membersihkan pikiran dari belenggu taklid untuk memahami agama sebagaimana dipahami oleh para pendahulu dalam lingkungan masyarakat yang masih bersih dengan kembali pada sumber semula melalui pertimbangan akal budi. Disamping itu menyuarakan perlunya mengembalikan kemurnian bahasa Arab sebagai media ekspresi kebudayaan Islam. Di dalam suatu risalahnya, yang menjelaskan pandangannya tentang ketabuan seni lukis dalam keyakinan umat Islam, menyatakan sebagai berikut:
"Hadis-hadis itu berasal dari masa ketika sifat jahiliah masih hidup. Pada waktu itu penggambaran dipakai untuk dua tujuan, yaitu untuk kepuasan dan untuk mendapatkan berkah orang suci atau orang yang digambarkan dalam suatu gambaran. Tujuan pertama sangat dibenci dalam agama kita, dan yang kedua adalah suatu hal yang dibuang jauh-jauh dalam Islam. Dalam kedua hal ini, pembuatan gambar berhubungan dengan sesuatu yang lain dari Tuhan atau membuka jalan bagi politeisme. Jika kedua batu sandungan ini telah hilang, dan segi kemanfaatannya lebih menonjol, maka gambar manusia mempunyai status yang sama seperti gambar tumbuh-tumbuhan dan pepohonan. Kalian tak dapat mensamaratakan bahwa setiap gambaran dalam keadaan mesti akan disembah; sebab jika demikian halnya, saya pun dapat mengatakan bahwa lidah juga dapat berbohong, akan tetapi apakah karena itu, lidah harus dikunci, meskipun lidah dapat mengatakan kebenaran disamping kebohongan?. Pendeknya, saya yakin bahwa hukum Islam tidak pernah melarang suatu hal yang sangat bermanfaat bagi pengetahuan apalagi sudah dapat dipastikan, bahwa hal itu tidak berbahaya bagi agama, iman dan amal"
Muhamad Qutb mengemukakan pandangannya bahwa seni Islam tidak harus berbicara tentang Islam, tidak harus berupa nasehat langsung, atau anjuran berbuat kebaikan, bukan juga penampilan abstrak tentang aqidah. Seni yang islami adalah seni yang menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan fitrah. Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang alam, hidup dan manusia yang mengantarkan menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan. Demikianlah, bahwa hingga dewasa ini, pergumulan pemikiran Islam di bidang seni masih tetap berlangsung dengan semarak di dunia muslim. Di Indonesia, Pandangan serupa dapat dijumpai misalnya dalam ekspresi seni pelukis Amri Yahya, Ahmad Sadali, sastrawan Kuntowijoyo, Abdul Hadi dan sebagainya.
 DAFTAR PUSTAKA
Nasr, Seyyed Hossein, Islamic Art and Spirituality diterjemahkan oleh Sutejo, Spiritualitas dan Seni Islam. Bandung: Mizan, 1994.
Abdullah M. Amin,”Pandangan Islam Terhadap Kesenian (Sudut Pandang Falsafah)”, dalam Jabrohim dan Saudi Berlian, Islam dan Kesenian. Yogyakarta: Majelis Kebudayaan Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan, 1995.
Beg, Muhamad Abdul Jabbar, Fine Art in Islamic Civilization, diterjemahkan oleh Yustiyono dan Edi Sutriyono, Seni di Dalam Peradaban Islam. Bandung: Penerbit Pustaka, 1988.
Asy-Syaukani, Nail al-Autar. Libanon: Dar al-Jil, VIII ,1973.
   Review 1 : Dwiki Nugroho Mukti
Agama mayoritas penduduk Indonesia adalah agama Islam, agama yang masuk dengan damai melalui jalur perdagangan, disebutkan dalam beberapa kisah bahwa salah satu cara berdakwah untutk menyebar luaskan agama Islam adalah dengan wayang seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijogo, bukankah ada angapan bahwa menggambar atau melakukan aktifitas seni menjadi hal yang diharamkan, sebagaimana disebutkan di dalam hadist.
Tentu saja saya disini tidak akan penjang lebar menggunakan istilah islam karena terus terang saya tidak terlalu mengguasai kajian ini, namun saya akan berusaha menuliskan apa yang saya dapatkan dalam diskusi ini.
Dalam beberapa hadist disebutkan bahwa melakukan aktifitas seni rupa seperti menggambar atau mematung merupakan kegitan yang diharamkan, hadist tersebut berkaitan dengan mahzab Hanifi, Hanbali, dan Syafi’i. Diharamkanya menggambar atau membuat patung adalah karena adanya anggapan akan timbulnya potensi untuk munculnya sirik, menyekutukan Allah ataupun menyembah kepada gambar atau patuung yang kita buat.
Agama Islam adalah agama yang dinamis, di dalamnya terdapat 2 hukun peraturan yang mana ada yang bisa dirubah dan ada yang tidak bisa dirubah dan harus ditaati oleh umatnya, seperti hal yang berkaitan dengan hukum membuat gambar atau patung ini masih berada dalam zona hukum yang bisa berubah menyesuaikan dengan zaman, menggapa demikian?, peraturan tidak bolehnya menggambar atau membuat patung ini adalah peraturan yang tercipta saat Islam baru muncul, dan massa tersebut menjadi sebuah massa peralihan dimana dari menyembah berhala menjadi hanya menyembah kepada Allah SWT, saat gambar atau patung menyebar luas lagi yang ditakutkan adalah orang-orang yang baru belajar mengenai agama pencerah ini masih belum terlalu paham hinggagoyah iman nya dan kemabli menyembah berhala, kiranya ini gambaran kasar mengenai ketakutan yang membuat melakukan aktifitas menggambar atau mematung diharamkan.
Namun bila mengacu saat ini saat kita sudah dapat mengerti agama atau esensi beragama dam memilih agama islam tidak ada yang perlu ditakutkan lagi menggenai giyah iman lalu kita akan menyembah kepada gambar atau patung yang kita buat, beberapa ulama tetap mengharamkanya namun beberapa lagi memperbolehkanya karena toh manusia diciptakan oleh Allah Yang Maha Indah sehingga tiap-tiap manusia akan mengintepretasika keindahan pada tiap-tiap dirinya.
Alasan lain yang membuat aktifitas menggambar dan mematung tidak diperbolehkan adalah karena aktifitas tersebut adalah aktifitas mencipta atau dilihat sebagai upaya untuk menyaingi Allah untuk menciptakan sesuatu, maka dari itu orang yang melakukan aktfitas menggambar dan mematuung tentu saja akan berdosa.
Plato pernah menyebutkan bahwa karya atau apapun yang diciptakan manusia adalah proses meniru (nemesis) bukan mencipkan bentuk baru, karena diyakini bahwa manusia tidak akan mampu untuk menciptakan segala sesuatu degan kebaruan yang mutlak kecuali meniru. Dengan adanya statement seperti ini seperti apa yang menjadi alasan menggapa menggambar atau mematung tidak diperbolehkan bisa digugurkan.
Pengungan karya juga menjadi alasan kenapa aktifitas yang berkaitan dengan itu diharamkan, karena saat karya itu di agungkan akan menyebabkan sifat sirik, dan tentu saja itu berujung pada dosa. Seperti apa yang dikatakan oleh Bang Iwan Nisaburi bahwa Islam merupakan agama yang mengedepankan tindakan preventif atau pencegahan, jadi sebelum apa yang kita buat menjadi sesutu yang berpotensi menggakibatkan dosa, lebih baik di larang. Tapi yang perlu ditekankan tidak semua karya diciptakan hanya sebagai pemuas hasrat indah namun juga sebagai media untuk menyampaikan pesan atau berita yang banyak juga pesan yang dibwakan adalah sesuatu yang positif. Jadi sebenarnya selama membuat karya itu bertujuan untuk hal positif tidak akan ada masalah, yang paling penting untuk memperhatikan niat untuk apa karya tersebut dibuat.
Dewasa ini dengan segala kebebasan berekpresi dan dalaih yang memeperbolehkan untuk membuat gambar atau patung kesenian di Indonesia semakin berkembang pesat, semakin mendapat tempat di mata international. Namun bukan itu pula tujuan dari berkarnya yang sesungguhnya, maksud dan pesan terhadap penciptaan karya tersebut adalah hal penting yang harus dipertanggung jawabkan oleh seniman, seniman dalam membuat karya tentunya mempunyai sebuah konsep dasar yang mendasri pembuatan karya, saat itu bernilai positif semoga bisa bermanfaat bagi banyak pihak, entah itu nantinya mendapat apresiasi yang luar biasa atau malah biasa saja itu hanyalah bonus atas apa yang seniman kerjakan.
 Review 2 : Candra Prasetyo Wibowo
Dok. Imgesprach
Seni mengalami keterpurukan di dunia timur (bangsa islam) karena seni di timur banyak tersudut oleh hadis-hadis, hadis berkata orang yang menggambar mendapat siksa yang paling berat, diharamkan dan Allah mengecam bagi seseorang yang menciptakan sesuatu yang menyamai ciptaanya nya, tapi imam Maliki berkata tidak haram melainkan makruh. Di zaman dahulu seni di haramkan karena awal periode islam karya seni (patung) di buat sebagai barang yang di sembah dan itu banyak di lakukan oleh bangsa Arab.
Al-Ghazali sebagai sebagai seorang sufi, filsuf, teolog dan juga ahli hukum telah berupaya untuk membahtah dalil-dalil yang mengaramkan seni dengan mengatakan bahwa mendengar nada yang indah dapat membangkitkan kalbu yang di sebut Al-wujud, dan  selanjutnya menyatakan kebolehan lewat ungkapan bahwa ”barang siapa tidak terkesan hatinya pada musim bunga dengan kembang-kembang atau musik getaran nada maka fitrah nya telah mengidap penyakit parah yang sulit di obati”.
Seni berasal dari barat yang yang mengutamakan unsur estetika, di era postmodern ini banyak hadis dan banyak ketidakpastian terhadap unsur seni dalam perspektif islam, dalam seni rupa di timur banyak orang berangapan bahwa menggambar itu haram, tapi juga banyak juga orang yang menyangkal bahwa seni itu tidak haram. Di dalam diskusi ini seni yang diharam kan adalah seni rupa yang di gantung dan di agung-angungkan oleh seorang pemilik atau si seniman itu sendiri. Kebanyakan seniman mengakui bahwa karya itu hasil ciptaanya itu sebagai anaknya, tapi sesungguhnya karya itu di sebagai hasih buah ide yang di berikan Allah kepada seniman untuk di jadikan sebuah karya, yang menjadikan gagasan-gagasan   untuk orang berfikir kritis terhadap dunia yang serba absurd.
Seni dalam perspektif islam mampu memberikan atau  membuka pandangan bagi para seniman untuk tidak sombong atau tidak ‘sok’ menjadi pencipta karena semua sudah ada penciptanya yaitu Allah, dan seniman tinggal menirukan atau menggolah ciptaan yang di berikan oleh Allah.                                                              
Islam memiliki aturan sendiri tentang seni rupa yaitu seniman dilarang menggambar ciptaan Allah yang ada ruh nya, tapi jika menggambar yang ada ruh nya di larang secara utuh, maksudnya jika menggambar manusia hanya kepala saja, tapi lebih di saran kan seorang muslim menggambar, kaligrafi, pemandangan, dan bukit-bukit, sebab dikatakan jika menggambar susuatu yang ada ruhnya maka seniman tersebut saat mati harus memberi ruh pada karyanya tersebut, jika tidak bisa maka harus mengganti dengan ruhnya sendiri.
Era sekarang seni dalam islam sudah di perboleh kan menggambar dengan bebas karena para ulamak-ulamak telah mendiskusikan bahwa seni sekarang tidak seperti di era dulu yang sebagai persembahan atau digunakan untuk pemujaan, seni era sekarang lebih banyak menekankan pada sebuah gerakan yang mendorong masyarakat untuk menjadikan seni sebagai barang jual contohnya gambar manusia yang di sablon di kaos  bermaksut untuk memperindah kaos yang polos, patung manusia yang di jadikan air mancur, lukisan sebagai hiasan dinding, oleh karena itu di era sekarang islam tidak melarang berkesenian, tetapi ada pula orang yang masih terjebak oleh era dimana seni itu di haramkan. bukti seni yang tidak diharamkan di era sekarang ada sebuah ustad yang menggambar seorang perempuan menari-nari di depan para ulama.
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Terimakasih atas kunjungan dan kuliah dadakan dari Pak Moelyono dan mas Benny Wicaksono, semoga bisa disambung di waktu yang lain. 🙏🙏🙏 (at Sandiolo Space)
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Terimakasih untuk semua peserta yang sudah guyon bareng, mengkritik seni #culturalstudies #artcritic #imgesprach #surabaya
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Video
instagram
Proses workshop penulisan kritik seni dalam imgesprach vol.5 #culturalstudies #artcritic #imgesprach #surabaya
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Presentasi karya oleh @krisnaesaaa #culturalstudies #artcritic #imgesprach #surabaya
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Video
instagram
Sedang berlangsung tadi program diskusi di lt 3 Gedung Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya. #imgesprach #imgesprach5 #diskusibulanan #senirupa #surabaya
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Sedang berlangsung tadi program diskusi di lt 3 Gedung Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya. #imgesprach #imgesprach5 #diskusibulanan #senirupa #surabaya
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Sedang berlangsung tadi program diskusi di lt 3 Gedung Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya. #imgesprach #imgesprach5 #diskusibulanan #senirupa #surabaya
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
IMGESPRACH vol.5 Workshop penulisan kritik seni : seni rupa kelas terbang Pemateri : Dwiki Nugroho Mukti Presentasi Karya : Sony iNnos Himantoko Program workshop pada Imgesprach vol.5 ini adalah workshop terbatas untuk 20 peserta, peserta yang ingin mengikuti workshop diharuskan mengirimkan; nama, alamat, no.hp, usia, dan motivasi mengikuti workshop (tidak ada batas minimal dan maksimal kata), ke alamat email [email protected] atau melalui sms ke aris 0822-4564-765. 20 pendaftar terpilih akan dihubungi oleh pihak panitia, pendaftaran tidak dipunggut biaya, peserta workshop diharap membawa Laptop atau gadget lainya yang dapat dipergunakan untuk menulis secara digital. Imgesprach.tumblr.com Tempat : Lt.3 kelas gambar model, Gedung T3 SRDG, Unesa lidah wetan, Surabaya Tanggal : 28/09/2016 Waktu : 14.00 – 16.00 WIB Cp : aris 0822-4564-765 didukung oleh : @serbuk_kayu @slhctkprnmking @sandiolospace Budidayabaik.tumblr.com #artdiscuss #workshop #imgesprach #diskusiseni (at Sandiolo Space)
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Mulai performance oleh mbak atieq ss listyowati #performanceart
0 notes
imgesprach-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
UNDANGAN TERBUKA untuk mengikuti forum diskusi IMGESPRACH#4 Judul Diskusi : PERFORMATIVE PHOTOGRAPHY & PERFORMANCE ART Pemateri : ATIEQ SS LISTYOWATI Pada : Jumat, 5 Agustus 2016 Pukul : 19.00 WIB Temapat : /SANDIOLO ( @sandiolospace ) , Jl. Gempol Balas Klumprik no.1 – Wiyung, Surabaya 60222 Imgesprach edisi ke empat akan menghadirkan pembicara seorang Performer artist, fotografer, dan penulis yang memiliki segudang pengalaman yang kiranya akan sangat berharga bila dibagi di dalam sebuah forum diskusi, diharapkan nantinya akan mendapat perluasan wacana mengenai performance art itu sendiri. Selaian materi menggenai performance art yang ditekankan oleh narasumber adalah fotografi karena narasumber merasa adanya kesinambungan antara dua bidang yang apabila dipergunakan secara bersamaan dan saling melengkapi keduanya mampu menjadi bentuk karya seni dengan daya jelajah yang sangat luas. #artdiscuss #photography #performanceart #visualart #surabaya #indonesia #visualartist (at Sandiolo Space)
0 notes