ingarbingar
ingarbingar
Astungkara
273 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
ingarbingar · 1 month ago
Text
Tumblr Tulus
Ketika membaca tulisan-tulisan Tulus di Tumblr, ku jadi penasaran; buku apa yang ia baca? Atau film apa yang ia suka? Karena menurutku, apa-apa yang kita muntahkan melalu tulisan, dipengaruhi oleh apa apa yang kita masukkan ke dalam pikiran.
Menemukan kata adiwarnamu di lagu Labirin menjadi tidak semenghebohkan itu lagi ketika baca Tumblr Tulus. Bahasanya khas sekali. Ada lebih banyak kosakata maupun susunan kata yang lebih membuat terperangah di sana.
Tapi…(bukan dalam artian tidak baik)
Tulisan-tulisan panjangnya, sedikit terasa berbeda. Mungkin karena beliau terbiasa menulis lirik lagu? Sehingga tulisan-tulisan panjangnya lebih terasa “patah-patah” dibanding satu prosa yang mengikat.
Nah ini seperti yang aku rasakan ketika mencoba menulis lirik lagu. Karena terbiasa menulis prosa panjang, jadi cenderung kesulitan untuk menulis pendek.
Tulus hebat juga ya. Bisa menyampaikan makna dalam, tanpa perlu menulis kalimat panjang lebar. Kalau dia juga jago “menulis panjang” (buku), aku bakal antre paling depan! Bahkan rela datang ke Gramedia sebelum jam delapan!
0 notes
ingarbingar · 5 months ago
Text
Linkedin di Universe Lain
Beberapa hari terakhir lagi aktif di Linkedin, boleh banget kalau mau connect di Linkedin saya (klik di sini). Di sana berselancar beberapa waktu, melihat bagaimana orang mencapai tujuan kariernya, saling berbagi tips, buka kesempatan kerja, nyari vendor, dsb. Tapi jelas tujuannya di sana memang mencari kesempatan untuk bisa mendapatkan peluang karier yang baik.
Dan kepikiran kalau ada linkedin di universe lain, tapi tujuan yang dicapai bukan karier dunia, tapi akhirat. Di laman tersebut orang-orang secara terbuka menulis pencapaian amalannya seperti berhasil bangun masjid x, berhasil menyalurkan bantuan donatur sebesar 100M ke pada 100rb penerima manfaat. Di sana, orang-orang juga berbagi tips tentang bagaimana mendapatkan berbagai macam potensi pahala dari berbagai jalan amalan.
Saat di linkedin arus utama bahas soal menghadapi atasan yang aneh-aneh, di linkedin universe ini membahas soal bagaimana tetap bisa menjadi anak yang berbakti kepada orang tua yang disfungsi atau bahkan cara menangani konflik-konflik dengan orang tua. Sehingga tetap bisa mencapai tujuan utama yaitu birul walidain.
Di linkedin universe ini, orang-orang saling membantu satu sama lain agar orang lain bisa mencapai amalan-amalan terbaiknya. Dengan membagikan informasi soal cara/metode, tempat-tempat yang membuka peluang, bahkan sampai ke berbagi akses bacaan dari para expert di bidangnya.
Pada expert pun turun gunung, mereka orang-orang yang berhasil membangun pondasi amalan-amalan yang spektakuler. Mereka turun untuk membuka coaching dan mentoring, serta membuka program-program untuk mengakselerasi proses seseorang mewujudkan amalan impiannya.
Di linkedin universe lain ini, orang-orang berlomba lomba untuk mencapai "karier" akhiratnya. Bahkan saat kita sedang bingung mau beramal apa, kita tinggal pasang badge "open to work" untuk bisa dapat peluang tawaran mengerjakan berbagai macam kebaikan.
Seru kayaknya universe ini. Agak lain.
(c)kurniawangunadi
49 notes · View notes
ingarbingar · 5 months ago
Text
Pertemanan Usia Lanjut
Bagiku, pertemanan yang langgeng adalah yang komunikasinya terus dijaga. Masalahnya, hidup di usia lanjut rasanya sibuk banget. Mengurus pekerjaan, diri sendiri, suami, dan anak jika sudah menikah. Belum lagi mikirin negara yang HAMPIR BUBAR INI KARENA OLIGARKI.
Uniknya, cara komunikasi tiap teman tuh beda-beda. BQ, Pertemanan Sehat, dan Baby Zoo misalnya. Aku menjaga pertemanan dengan mereka lewat ngobrol dan saling update kehidupan. Sama Mba Isti beda lagi: melakukan kegiatan bersama. Tapi yang paling unik adalah Diah—kami menjaga pertemanan dengan berbagi reels di Instagram.
Aku dan Diah tuh teman ketemu gede. Ketemu dan menjalin pertemanan di usia dua puluhan. Alhamdulillah cocok, meski suka saling silat lidah.
Entah sejak kapan, kami mulai kirim-kiriman reels lucu di Instagram. Aku kirim, Diah balas dengan reels lain. Begitu juga sebaliknya. Kadang aku kirim, kirim, kirim, terus cuma di-read. DIVA INTERNASIONAL MEMANG!!
Tapi bukan berarti pertemanan kita isinya haha-hihi doamg. Kami pernah berbagi air mata. Maklum, sama-sama merantau di dunia persilatan.
Saat kami mutasi ke domisili masing-masing, aku bilang ke Diah, “Di, kita tetap saling kirim rees IG, ya.”
Aku nggak tahu Diah gimana, tapi buatku, berbagi reels itu penting. Karena aku ingin berteman langgeng sama Diah. Dia penting buatku.
0 notes
ingarbingar · 5 months ago
Text
JUST Do It
Sebenarnya beberapa minggu ini aku malas melakukan dua hal: menulis dan olahraga. Sayangnya, aku harus terus melakukan keduanya. Aku perlu menyelesaikan 30 hari bercerita dan tetap menjaga sistem hidupku yaitu dengan berolahraga.
Kemarin muridku bertanya, kenapa orang bisa malas? Rasanya ku perlu mencari jurnal penelitiannya. Kenapa ada masa di mana susah sekali melakukan sesuatu yang kita suka?
Kalau sudah begini, caranya cuma satu: five second rule. Pernah dengar ga? Aturan tentang berhitung ketika mau melakukan sesuatu. Lima…empat…tiga…dua…satu! Lakukan.
Pada hitungan kesatu pokoknya harus dilakukan. Perhatikan tujuannya: lakukan. Bukan tulisan yang sempurna atau angkat beban 50kg, atau lari 10 kilometer. Hanya lakukan.
No thinking. No feeling. JUST do it.
0 notes
ingarbingar · 5 months ago
Text
Muse
Muse sering digambarkan sebagai sumber inspirasi bagi seniman atau penulis. Dalam mitologi Yunani kuno, Muse adalah sembilan dewi yang melambangkan seni, sastra, dan ilmu pengetahuan. Mereka adalah Calliope, Clio, Euterpe, Erato, Melpomene, Terpsichore, Thalia, Polyhymnia, dan Urania.
Sebagai orang yang suka menulis, keberadaan muse bagiku dulu sangat penting. Kalau punya muse, tiap menulis rasanya seperti mendapat intervensi suci dari Tuhan! Aku bahkan sampai bisa berada di level menulis puisi di alam mimpi.
Jadi dulu aku menulis hanya ketika punya muse. Ketika muse hilang, aku jadi tidak sesering itu menulis. Dan itu adalah hal yang paling menyedihkan dan menyakitkan. Seolah-olah kekuatan superku diambil paksa.
Padahal itu tidak benar. Muse itu ada di kepala. Bukan wujud nyata. Seperti kata Jordan Peterson, writing is form of thinking. Menulis itu bukan kegiatan bengong bengong lucu menunggu wahyu dari Tuhan. We should work on it.
Jadi bisa dikatakan, muse itu hanya akal-akalan pikiran manusia. Muse bukan kekuatan ilahi yang mendorong kreativitas manusia, tetapi seniman atau penulis itu sendiri yang menjadi “kekuatan ilahi.”
Tapi, di situlah letak keindahannya. Bagaimana penulis atau seniman bisa menjadikan sesuatu yang biasa tampak luar biasa. Membuatnya setara dengan dewa.
Membuat seseorang abadi dalam karya-karyanya. Terlebih jika orang itu adalah seseorang yang mereka cinta. Bagiku, itulah puncak tertinggi dari mencinta: mencipta. Seperti kata Dr. William Halsted, "I love you to the level of invention."
0 notes
ingarbingar · 5 months ago
Text
Drupadi di Meja Judi
Sungguh malang nasib Drupadi. Pertama, ia tidak bisa menentukan sendiri siapa suaminya. Pemilihan suami Drupadi dilakukan dengan sayembara. Ksatria yang mampu memanah tepat sasaran dengan gendewa milik Prabu Drupada, berhak menjadi suaminya.
Di antara para ksatria yang ikut sayembara, hanya Arjuna yang berhasil mengangkat, merentangkan gendewa dan memanah tepat sasaran. Sebenarnya ada laki-lali lain, yaitu Karna, dengan kemampuan yang sama. Namun, ia dianggap tidak pantas bagi Drupadi karena kastanya bukan ksatria.
Kedua, lagi-lagi Drupadi tidak mampu menentukan nasib hidupnya. Setelah dibawa pulang sebagai hadiah oleh Arjuna, Kunti, ibu Pandawa Lima menyuruh Arjuna untuk membagi Drupadi dengan keempat saudaranya yaitu Yudhistira, Bima, Nakula dan Sadewa.
Drupadi pun ditentukan untuk melayani suaminya secara bergiliran setiap tahun, dimulai dari Yudhistira. Meskipun begitu, Drupadi berlaku setia dan tabah hidup bersama kelima suaminya. Termasuk ketika harus diasingkan ke dalam hutan selama 12 tahun.
Ketiga, nasib Drupadi kembali berada di tangan orang lain. Yudhistira menerima ajakan Duryudana untuk bermain dadu. Sebagai pecandu permainan dadu, Yudhistira dengan mudah menyanggupi tantangan tersebut.
Awalnya, mereka mempertaruhkan emas. Namun, taruhan semakin besar. Dalam keadaan gelap mata, Yudhistira tidak hanya mempertaruhkan harta, tetapi juga tahta dan istananya, Indraprastha.
Sayangnya, keberuntungan tidak berpihak padanya. Setelah kehilangan segalanya, bukannya berhenti, Yudhistira justru mempertaruhkan satu-satunya yang tersisa: saudara-saudara dan istrinya, Drupadi.
Permainan kembali dimainkan. Dadu digulingkan. Tebakan dadu Yudhistira salah total. Ia kehilangan kepemilikan atas saudara dan istrinya.
Dengan semangat, Dursasana bergegas menuju kediaman Drupadi yang tidak tahu menahu apa yang sebenarnya terjadi. Dursasana menyeret rambut Drupadi sepanjang jalan. Di area permainan judi, para Kurawa bersorak sorai karena akhirnya mereka mampu "memiliki" sang dewi jelita, Drupadi.
Para Kurawa ingin mempermalukan Drupadi dengan melucuti pakaiannya. Drupadi menangis, memohon, dan berteriak meminta pertolongan. Namun, semua laki-laki di balai itu hanya terdiam.
Tidak ada yang bergerak, tidak ada yang bersuara. Mereka hanya terpaku dalam kebisuan, termasuk Bima, Pandawa yang dikenal paling kuat, dan Bhisma, kakek bijak dari Pandawa dan Kurawa.
Para laki-laki itu hanya diam menyaksikan seorang perempuan dihinakan. Oh, Drupadi, apa gunanya memiliki lima suami jika tak satu pun mampu menyelamatkanmu dari keterhinaan?
Pertolongan akhirnya datang dari sang dewa, Kresna, yang membuat pakaian Drupadi tak habis meski terus ditarik oleh Kurawa. Drupadi pun selamat. Ia menghardik para suaminya. Pandawa Lima hanya bisa tertunduk, merasa terhina dan hina.
Semoga tidak ada lagi Drupadi Drupadi lain yang diseret ke meja judi. Dipertaruhkan dan tidak diselamatkan. Semoga tidak ada lagi Drupadi Drupadi lain yang tidak bisa menentukan hidupnya sendiri.
Perempuan bukanlah barang yang bisa dimiliki lalu dirampas haknya untuk mengambil pilihan.
Perempuan juga memiliki kehendak. Perempuan pun memiliki suara yang berhak untuk didengar pertanyaan maupun pernyataannya. Cukuplah satu Drupadi yang berada di meja judi.
1 note · View note
ingarbingar · 5 months ago
Text
Sengkuni Saja Tidak Sejahat Kalian
Sengkuni dianggap sebagai penyulut perang antara Kurawa dan Pandawa. Ia digambarkan sebagai sosok licik, tukang hasut, dan bermuka dua. Sebagian besar orang mengenalnya sebagai tokoh antagonis dalam Mahabharata. Namun, jarang yang mengetahui alasan di balik tindakannya.
Sengkuni adalah pangeran Gandhara yang menyimpan dendam mendalam terhadap Bhisma, kakek Pandawa dan Kurawa. Dendam itu bermula ketika Bhisma memaksa Gandhari, kakak perempuan Sengkuni, menikah dengan Dretarastra, pangeran yang buta sejak lahir. Bagi keluarga Gandhara, perjodohan ini adalah penghinaan. Namun, Raja Subala, ayah Gandhari, tak berdaya menolak karena pengaruh besar keluarga Kuru.
Sebagai bentuk protes, Gandhari menutup matanya dengan kain sepanjang hidupnya. Namun, penghinaan tak berhenti di sana. Setelah pernikahan berlangsung, Raja Subala dan seluruh keluarga Gandhara, termasuk Sengkuni, ditangkap dan dipenjara oleh pihak Hastinapura. Di ruang bawah tanah yang gelap dan pengap, mereka hanya diberi satu butir nasi per orang setiap hari—hukuman perlahan menuju kematian.
Raja Subala sadar keluarganya tidak akan selamat. Ia pun memutuskan satu orang harus bertahan hidup demi membalas kehormatan keluarga. Dalam musyawarah, keluarga Gandhara sepakat memilih Sengkuni, karena kecerdasannya. Semua makanan mereka diberikan kepadanya. Demi bertahan hidup, Sengkuni bahkan terpaksa memakan bangkai anggota keluarganya yang wafat satu per satu.
Penderitaan itu membakar dendam Sengkuni terhadap Hastinapura. Ia bersumpah akan menghancurkan keluarga Kuru dari dalam. Namun, balas dendamnya tidak dilakukan dengan kekerasan langsung. Sengkuni memilih peran sebagai tukang hasut—membisikkan hasutan kepada Kurawa dan Pandawa, hingga perang besar tak terelakkan.
Sekarang mari bertanya, bagaimana dengan pemimpin-pemimpin culas di negara ini yang sering disamakan dengan Sengkuni? Penderitaan macam apa yang pernah mereka alami hingga tega menghancurkan rakyatnya secara perlahan? Apa alasan sejarah yang melatarbelakangi mereka?
Bahkan Sengkuni, dengan semua dendam dan penderitaannya, hanya menjadi seorang provokator. Ia tidak secara langsung membantai atau merampas seluruh kekayaan Hastinapura.
Sedangkan pemimpin negeri ini, lahir di tengah kemewahan, namun tanpa ragu menjarah kesejahteraan rakyat. Seperti orang yang tumbuh dengan memakan bangkai keluarganya sendiri.
Sengkuni saja tidak sejahat kalian.
Terinspirasi dari ceramah Cak Nun
1 note · View note
ingarbingar · 5 months ago
Text
Kenapa Orang Bisa Kangen?
Apa yang kalian lakukan kalau kangen seseorang? Dulu, sebelum insaf, kalau lagi kangen pacar, aku lebih memilih uring-uringan daripada langsung bilang. Biasalah, gengsi setinggi langit sampai ga napak bumi.
Nah, kalau kangen setelah putus, ini next level lagi. Uring-uringannya makin ga jelas. Tiba-tiba chat mantan jadi opsi yang tidak pernah ada. Jadi apa yang kulakukan? Mencari👏jurnal👏ilmiah👏tentang👏kangen👏
Tujuannya? Ingin mengetahui apasih penyebab orang kangen? Kenapa orang bisa kangen? Kalau sudah tau penyebabnya, pasti bisa diidentifikasi cara mengatasinya.
Langkah pertama yang kulakukan adalah mencari istilah ilmiah kangen. Kalau diterjemahkan dalam Bahasa Inggris, kangen adalah miss atau missing. Sedangkan miss atau missing kalau tidak diikuti kata I dan You maknanya melenceng dari I Miss You.
Saat itu, aku tidak menemukan jurnal Psikologi tentang kangen dengan variabel "missing." Ada dua kemungkinan: kangen belum memiliki istilah ilmiah, atau penelitian menggunakan istilah lain seperti "yearning" atau "longing."
Aku menemukan artikel ilmiah yang menjelaskan bahwa kangen terjadi karena penurunan drastis dopamin. Dopamin dikenal sebagai "hormon bahagia" karena dapat meningkatkan suasana hati. Ketika kita bersama orang yang kita cinta, produksi dopamin melonjak tinggi. Tapi begitu jauh dari mereka, level dopamine yang biasanya (anggap saja) 100 mendadak drop jadi 50. Itulah yang bikin kita kangen—semacam sakau, semacam kecanduan.
Tapi kadang, manusia tetap bisa kangen meski sudah lama tidak bertemu dengan orang yang dicintai. Nah, kalau itu apa penyebabnya? Apakah masih masuk kategori kangen? Atau sebenarnya ada istilah ilmiah lain? Nostalgia, mungkin?
Jadi, definisi operasional kangen itu apa? Sampai sekarang aku belum menemukannya.
Mungkin pembahasan tentang kangen lebih cocok ditemukan di jurnal kimia daripada psikologi. Penjelasan soal senyawa kimia di otak ketika jatuh cinta atau merindukan seseorang sepertinya dapat lebih mudah dijelaskan dibanding aspek psikologisnya.
0 notes
ingarbingar · 5 months ago
Text
Calon Suami Orang Turki
Aku punya kebiasaan berbohong jika mengobrol dengan orang asing. In my defense, ini adalah bentuk self-defense. Kalau dibilang masih kuliah, aku akan mengiyakan. Kalau ditanya sudah menikah, aku jawab sudah. Profesi suami karanganku pun beragam—dari dokter hingga tentara.
Tapi hidupku ini entah kenapa selalu ada-ada saja. Jadi ceritanya kemarin aku pulang kerja naik bis. Di situ ada ibu-ibu yang mengajakku mengobrol. Kita sebut saja ibunya sebagai Bu Manggis.
Bu Manggis awalnya bertanya tentang profesiku. Lama-kelamaan pertanyaan tersebut malah menjadi seperti deep interview; bertanya ke ranah status hubungan. Biasalah pertanyaan klasik: sudah menikah belum?
Aku jawab; belum karena yang bertanya perempuan. Ku merasa tidak perlu berbohong demi keselamatan diri. Tapi ketika Bu Manggis nanya lagi, “Tapi calon sudah ada kan?” Nah, di sinilah insting mengarang bebasku muncul. Aku jawab, “Sudah, Bu☺️”
Dengan wajah penasaran, Bu Manggis bertanya lagi, “Orang mana, Mbak?” Aku menjawab, “Jauh, Bu. Bukan di Indonesia.”
Jawabanku ini ternyata membuat beliau makin tertarik. Dengan terkaget-kaget ibunya bertanya, “di mana mba?”
Hmm bangke, batinku. Aku belum mempersiapkan mengarang indah sejauh itu. Jawaban yang akhirnya terlontar dari mulutku adalah, “Turki, bu🤗” Ibunya semakin jadi ingin tau lebih jauh, “Ngapain mba di sana?”
Taeeeeee w jawab ape?! Ga mungkin kan gue bilang dia di Turki untuk melanjutkan perjuangan Muhammad Al Fatih?! Dengan gesit ku menjawab, “S2 bu.” Jiakhhhhh.
Bu Manggis bukannya diam malah makin belingsatan bertanya. “Oh dibiayain pemerintah ya?” Aku yang terlanjur mengarang jauh menjawab, “engga bu. Orang sana.” MAKIN LINCAH AJA NIH LISAN GUE😭
🫐: Adoh men to mba
🍒: 🤭🤭🤭
🫐: udah deket ya mba nikahnya?
🍒: doain ya bu😇
🫐: udah dibawa ke rumah?
🍒: belum bu☺️
Sepertinya Bu Manggis semakin tertarik dengan hidupku setelah mengetahui info bahwa calon suamiku orang Turki. Kali ini dia bertanya tentang rumahku.
🍒: rumah saya deket tol itu bu
🫐: ohh. Eh kalo deket tol itu ada rumah Pak siapatuh yang dulu kerja di Indolampung
Perasaanku jadi tidak enak
🍒: pak xxx bu?
🫐: nahh iya. Pak xxx
🍒: lah itu mah ayah saya bu😭☝️
🫐: ohalah anaknya pak xxx. Ayahmu sering main ke rumah sama suami saya.
DEMI CUPANG DUGEM! TERNYATA BU MANGGIS KENAL AYAHKU😭😭😭
Kalau cerita soal calon suami Turki ini sampai tersebar ke circle ayahku, mampuslah aku! Aku bisa membayangkan ayah nanti bertanya-tanya, “Sejak kapan anakku sama orang Turki? Kok ga pernah bilang?”
Gais, sepertinya aku harus mulai cari calom suami Turki sungguhan. Kalau-kalau info ini sudah tersebar luas se-kabupaten😭☝️
0 notes
ingarbingar · 5 months ago
Text
Seni Berolahraga
Pernah ga merasa seperti ganggang hijau ketika mendengar orang pintar berbicara? Atau merasa eksistensi diri kita di dunia ini seperti wijen di atas onde-onde? Ada tapi tidak signifikan.
Sepertinya semua orang pernah merasakan hal itu. Apalagi sekarang, di era di mana hidup kita penuh eksposur. Kita mudah sekali melihat rumput tetangga yang kelihatannya lebih hijau. Life feels like a tornado, and we’re just cows being spun around for dramatic effect.
Bagiku, cara tercepat untuk mengatasi perasaan inferior ini adalah dengan berolahraga. Olahraga memaksa kita fokus pada diri sendiri, bukan pada orang lain.
Contohnya, coba pikirkan Kipchoge yang bisa menyelesaikan maraton dalam waktu kurang dari dua jam. Mau iri tapi kita sendal jepit di situasi ini. Ga berHAK, karena kita tahu betul, untuk mencapai itu dibutuhkan dedikasi latihan yang luar biasa.
Fokusnya bukan pada rumput tetangga yang lebih hijau, tapi bagaimana cara tetangga menyirami rumputnya.
Olahraga adalah manifestasi nyata dari kutipan “focus on yourself.” Ketika kita memaksakan diri untuk mengikuti standar orang lain, tubuh kita akan langsung memberi sinyal. Cedera, misalnya. Tubuh punya cara sendiri untuk mengingatkan kita kapan harus berhenti dan kapan harus terus maju.
Olahraga juga merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dicurangi. Kita ga bisa lari 10 km kalau belum bisa lari 5 km. Kita juga ga mungkin angkat beban 30 kg kalau belum pernah angkat 3 kg.
Tidak ada yang instan. Semuanya dihasilkan dari proses yang dijalani secara konsisten. Dan mungkin di situlah bibit percaya diri tumbuh. Because you walk the talk—melakukan apa yang kamu katakan, menjalani prosesnya. Dan kepercayaan diri yang muncul karena hasil konsistensi bisa membawa kita mempunyai kompetensi.
Jadi kalau mau jadi orang kompeten, coba mulai dari berolahraga. Latihan dulu pelan-pelan. Jangan tiba-tiba mau jadi kompeten dengan minta MK mengubah konstitusi (LOHHH?!!!).
0 notes
ingarbingar · 5 months ago
Text
Sleeping (Insha Allah) Beauty
Dulu aku sempat mengira bahwa aku mengidap narkolepsi. Narkolepsi adalah gangguan tidur yang menyebabkan seseorang sangat mengantuk di siang hari hingga sulit terjaga dalam waktu lama. Kondisi ini bahkan bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-tiba.
Aku sendiri bisa tidur kapanpun dan di manapun. Tidak perlu tempat nyaman atau suara yang senyap. Yang kubutuhkan untuk tidur hanya satu: mata yang terpejam.
Namun, kemampuan ini sering menjadi masalah di masa sekolah. Terutama setelah jam makan siang. Masha Allah, melawan kantuk rasanya seperti sedang berjihad di medan perang!
Saat kuliah, kondisiku perlahan membaik. Mungkin karena aku mulai rajin berolahraga. Badanku menjadi lebih bugar, dan jadwal tidurku lebih teratur.
Sekarang, aku malah merasa "kemampuan tidur" ini menjadi super power! Aku jadi ahli melakukan power nap. Kalau lagi capek banget, aku tinggal memejamkan mata beberapa menit. Saat bangun, badan rasanya kembali segar seperti baterai yang sudah penuh diisi daya.
Aku jadi seperti punya tombol on/off untuk tidur, yang bisa kuaktifkan sesuai keinginan. Aku bisa tidur dan bangun kapanpun aku mau. Tidak perlu terkena jarum beracun untuk tertidur atau dicium pangeran untuk bangun.
0 notes
ingarbingar · 5 months ago
Text
Mengajar Seorang Ph.D
Aku seringkali menyampaikan kepada muridku bahwa hubungan kami di kelas bersifat egaliter. Guru bukan dewa, dan murid bukan kerbau yang dicucuk hidungnya. Aku bisa salah, dan mereka bisa benar. Begitu juga sebaliknya.
Kegiatan belajar mengajar bagiku selalu bersifat mutual. Tidak hanya mereka yang belajar, tetapi aku juga belajar melalui proses mengajar. Tidak diperlukan rasa lebih tinggi atau lebih rendah. Sampai akhirnya aku mengajar seorang Ph.D…..
Sebagai Instruktur Inti Nasional (IIN) Asesmen Kompetisi Madrasah Indonesia (AKMI) tahun 2024, tugasku adalah melatih para instruktur yang nantinya akan mendampingi guru dalam pembelajaran berbasis literasi. Program ini merupakan upaya Kementerian Agama untuk memperbaiki skor PISA Indonesia.
Para instruktur yang aku latih berasal dari berbagai latar belakang: dosen, pengawas madrasah, kepala madrasah, hingga guru dari seluruh Indonesia. Mereka semua terpilih setelah melalui seleksi yang ketat.
Salah satu instruktur yang aku ajar adalah seorang pengawas madrasah yang aku kenal yaitu Pak Darmadi. Gelar akademiknya... beuh, berderet panjang! Dan yang paling bikin melongo adalah gelar terakhirnya: Ph.D. Apa aku nggak mencret waktu itu?!
Yang ada di pikiranku saat itu hanya satu GWEHHH SIAPEEE??? Jujur, stres dan mules hampir seminggu penuh. Temanku mencoba menenangkan dengan berkata, “Gak apa-apa. Kamu harus percaya diri. Kamu lebih baik dari mereka dalam hal ini. Banyakin sharing aja.”
Aku pun berusaha mengingat prinsip mengajarku: egaliter. Di sini aku dan mereka berbagi ilmu. Bukan ajang pamer siapa yang paling pintar. Aku juga harus bersyukur karena diberi kesempatan bertemu orang-orang hebat.
Saat kelas berlangsung, ternyata Pak Darmadi sangat rendah hati dan banyak membantu. Ia aktif memberikan pendapat dan bahkan membantu mengkoordinasi kelas. Jauh dari bayanganku yang semula mengira bahwa aku akan "dibabat habis."
Di akhir kelas, Pak Darmadi memberikan apresiasi yang begitu tulus. Ia menyampaikan rasa terima kasih atas ilmu yang telah aku berikan, bahkan dengan sukarela mendoakan doa-doa baik untukku. Doa dari seseorang yang mencintai dan menghormati ilmu.
Pengalaman ini menyadarkanku bahwa tidak ada batasan dalam menimba ilmu. Tidak perlu merasa minder ketika belajar atau mengajar, karena pada akhirnya, tujuan dari ilmu adalah untuk kebaikan.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Man salaka tharīqan yaltamisu fīhi 'ilman, sahhalallāhu lahu bihi tharīqan ilā al-jannah Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim, no. 2699) .
0 notes
ingarbingar · 5 months ago
Text
Tu Me Manques
Banyak yang bilang bahwa Bahasa Prancis adalah bahasa yang romantis. Tapi aku tidak tahu apa alasannya. Apakah karena bunyinya yang terdengar seperti musik? Atau karena kota Prancis itu sendiri yang identik dengan kota cinta?
Aku mulai memahaminya ketika belajar verba gustar di Bahasa Spanyol. Verba ini digunakan untuk menyatakan suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Struktur kalimatnya berbeda dengan Bahasa Inggris. Bukan subjek + kata kerja + objek langsung, melainkan kata ganti objek tidak langsung + gustar + subjek.
Di Bahasa Inggris, I like you berarti "Aku suka kamu." Namun dalam Bahasa Spanyol, Me gustas tú secara literal berarti "You are pleasing to me." Orang yang menyukai sesuatu dianggap sebagai pihak yang MENERIMA tindakan “menyenangkan,” sementara sesuatu yang disukai adalah pihak yang “MELAKUKAN tindakan menyenangkan.”
Struktur kalimat ini mengingatkanku pada ungkapan rindu dalam Bahasa Prancis. Dalam Bahasa Prancis, kita tidak mengatakan secara langsung seperti I miss you. Sebaliknya, ungkapannya adalah Tu me manques.
Secara harfiah, artinya adalah "You are missing to me." Tanpa kamu, ada sesuatu yang hilang. Tanpa kamu, ada kekosongan.
Fokusnya bukan pada aku, tetapi pada kamu. Ungkapan ini menempatkan orang yang dirindukan sebagai pusat dari rasa kehilangan. Menunjukkan betapa besar dampak "kamu" terhadap perasaan dan keberadaan "aku."
Mungkin inilah yang membuat Bahasa Prancis terasa romantis. Ungkapannya tidak hanya puitis tapi juga filosofis. Dengan satu kalimat sederhana, ia menyiratkan bagaimana cinta dan kerinduan tentang keberadaan orang lain, bukan sekadar emosi pribadi.
1 note · View note
ingarbingar · 5 months ago
Text
Nasihat Pernikahan dari Hanny
Aku sering berseloroh bahwa jodohku jauh. Kalau ga astronot (di luar angkasa), ya bule (di luar negeri). Tiap ada orang yang nanya, “kapan nikah?” Aku selalu menjawab, “doain ya. Jodohnya jauh soalnya. Ga di Indonesia.” Yang mana ternyata ampuh membungkam segala pertanyaan turunan lainnya.
Aku tidak masalah jika harus ikut suami ke negaranya (SUAMI SIAPE😭🫵). Pun tidak masalah jika memang berjodoh dengan foreigner. Yang menjadi concern-ku tentang pernikahan lintas bangsa dan negara ini adalah: jokes.
Aku tidak bisa berbagi candaan Indonesia yang menurutku LUCU BANGET kepada suami. Kek “MUKE LU JAUH!” Kalau diterjemahkan ke Bahasa Inggris jadi “your face is so far away.” Naon??😭😭 atau “OPAK LU NOH ANGKAT!” aku bahkan ga tau Bahasa Inggrisnya opak apaan😭🤌
Saking penasaran, aku tanya ke Hanny, temanku yang suaminya orang Inggris. Katanya,
“Sis ini kejadian bangettt😭😭 Seringnya aku cuma bisa ketawa sendiri dan ga bisa jelasin karena ya gimana juga jelasinnya. Jokes-nya jadi nguap kalo dijelasin.”
Huhuhuhu harus legowo sekali suami tidak bisa melihat skill srimulatku atau ia tidak mengerti dengan stiker stiker jamet WA-ku. Tapi ternyata, kata Hanny, ada yang lebih penting dari sekadar jokes.
“Tapi forget about jokes, ada yg lebih crucial buat yu persiapkan sebelum nikah sama bule london islam (AMEEN).”
Ada yang bisa nebak???
Hanny bilang,
“Yg lebih penting adalah perbanyak kosakata buat mengekspresikan perasaan terutama perasaan-perasaan negatif supaya niscaya pas lagi ada ribut-ribut manja, kita ga tambah kesel sendiri karena ga bisa ngejelasin perasaan kita ke dia. Ngerti ga sih😭😭”
OMGGG, takut banget pas marah ke suami jadi ngomong sunda dengan akses british. SOK ATUH DARLING TINGALI BEUNGEUT SIMKURING PEDULI TEU?!
“Kek kalo lagi kesel tuh kan kadang emosi nyampe duluan ke mulut, sementara otak masih sibuk nyusun redaksi yanh tepat. Akhirnya belibet sendiri dan berujung tambah kesel karena dianya clueless sementara di kepala kita udah hectic banget,”tambah Hanny.
Masha Allah. Kehidupan pernikahan rasanya seperti tes IELTS🙏 gapapa. Nanti kita usahakan mas suami fluent Bahasa Indonesia sampai ke akar-akarnya. Reverse colonialism. Nationalism at its finest🩵☝️
0 notes
ingarbingar · 6 months ago
Text
Menjelang Usia Tiga Puluh: ISTIKHARAH
Ngomong-ngomong soal istikharah, ku punya pengalaman yang sangat berharga. Buatku, doa istikharah sangatlah indah. Mengingatkan kita bahwa manusia bukanlah sang maha tahu dan perlu berpasrah kepada sang maha segala.
Dan lucunya, ku merasa doa “Ya Allah, jika dia baik untukku maka dekatkanlah dan jika dia tidak baik untukku, maka jauhkanlah” adalah doa TERCEPAT yang Allah jawab😂 It feels like God answers the prayer even before I say amen😭🫵
Kalau Allah jawab, “Ya baik.” Tentu didekatkan dan insha Allah jodoh terbaik. Tapi kalau dijawab, “bukan.” Nah di sini tugas berat dimulai: melepaskan. Atau kalau mau yang lebih ekstrem lagi: mengikhlaskan.
Selain menangis, caraku untuk mencoba ikhlas adalah dengan menekuni doa istikharah itu sendiri. Jika dia baik untukku, agamaku, duniaku, akheratku, maka dekatkanlah. Di situ aku mulai berpikir, ya Allah bukankah perkara berjodoh ini dua arah? Bagaimana jika ternyata aku yang tidak baik untuknya?
Aku berhak mendapat yang terbaik, dia juga. Aku berhak bersama orang yang tepat, dia juga. Aku pantas bersama orang yang bisa diajak bahagia serta berkonflik sehat bersama, dia juga. Bukan hanya tentang aku, aku, aku saja. Tapi dia juga.
Dari situ lah, pelan-pelan aku mulai bisa melepaskan. Dan ini ternyata berlaku universal: pekerjaan, beasiswa, dan rencana-rencana hidup lainnya.
Ku mencoba yang terbaik, lalu bertanya kepada sang khalik apakah kami baik bagi satu sama lain, dan setelahnya memperisapkan diri menerima apapun jawaban-Nya.
-January, 5th 2025
0 notes
ingarbingar · 6 months ago
Text
Menjelang Usia Tiga Puluh: Perihal Menikah
Aku belum menemukan urgensi menikah. Mungkin itu yang membuatku tidak merasa diburu-buru atau harus buru-buru untuk melepas masa lajang. Memangnya kenapasih jika belum menikah? Akan terkutuk kah? Dunia dan seisinya akan runtuh? Atau kiamat akan datang lebih cepat?
Jika ditarik lebih ke belakang lagi, pertanyaannya adalah kenapa menikah? Setiap orang punya jawaban yang valid tentang hal tersebut. Bagiku, setelah kucari-cari, ku tidak menemukannya. Bukan karena tidak mau menikah, tapi pertanyaannya tidak tepat untukku.
Lebih ke, aku ingin hidup seperti apa dan berdampingan dengan laki-laki yang bagaimana? Hal yang penting untukku dari menikah bukanlah menikah itu sendiri tapi dengan siapa dan bagaimana menavigasikan kehidupan pernikahan.
Maka dari itu, selama aku belum menemukan laki-laki itu, ku tidak merasa urgen untuk segera menikah. Marriage, it is not because I need someone. It is because I need ‘you.’
Untuk menjawab pertanyaan di atas, ternyata caranya cukup dekat; dimulai dari diri sendiri.
Ada sebuah konsep menikah yang sangat aku suka ketika mendengar kajian taaruf. Pematerinya berkata: menikah itu tentang saling berdaya. Kamu perlu tau tujuan hidup kamu di dunia, dia pun begitu. Setelah itu, apa yang bisa kalian berikan satu sama lain dalam pernikahan untuk mencapi tujuan besar bersama…yang mana adalah memperoleh ridho Allah.
Marriage is not to fill the void but to complement each other.
Analoginya mungkin seperti gula dan teh. Bisa berdiri sendiri, tapi dapat saling melengkapi ketika dipadukan
Semacam, aku bisa hidup tanpamu tetapi aku memilih untuk hidup bersamamu…
Kalau begitu, starting point dalam mencari jodoh jadi jelas: diri sendiri. Mungkin itu alasan kenapa aku suka sekali ikut sekolah pra nikah. Sekolah pra nikah menjadi sarana belajar dan wadah untuk mempelajari diri sendiri.
Jika kita tau tentang diri kita dan (si)apa yang kita butuhkan, menetapkan kriteria pasangan idaman pun rasanya tidak akan ada yang namanya “standar yang ketinggian.”
Oh tentu saja pada prosesnya banyak variabel X yang berada di luar kendali kita. Udah merasa “ketemu” orangnya, tapi beliau sudah punya istri. Udah merasa cocok, eh ternyata malah dijauhkan setelah istikharah hahahaha maaf ya contohnya pengalaman pribadi semua😭☝️
Nah di sinilah game changing-nya.
Tujuan besar menikah adalah memperoleh ridho Allah, tentu pada prosesnya sangat ingin dibimbing langsung oleh-Nya. Di situ lah ku memutuskan untuk tidak lagi mau pacaran. Kok rasanya tidak sopan ya mau minta tolong Allah tapi caranya lewat jalan yang tidak disukai-Nya.
Mudah ga? YA ENGGALAH. Apalagi setelah tau bahwa keputusan tidak pacaran bukan hanya perkara tidak punya status tapi lebih dari itu; menghindari zina. Sulitnya level dewa. Harusnya bisa dikategorikan sebagai upaya mati syahid:(
Kadang merasa mau ga deket deket lucu sama lawan jenis? Atau ada keinginan untuk tebar-tebar pesona biar dia mepet sendiri? Iyalah😭☝️
tapi setelahnya, seperti ada saja yang mengingatkan: tiba-tiba muncul kajian tentang zina lah di beranda youtube, tiba-tiba lewat konten tentang menikah lah di instagram. Hufff. Eh alhamdulillah maksudnya🙏
Alhamdulillah jadi bisa kembali fokus: memperbaiki diri, memperbaiki diri, memperbaiki diri, menjadi, menjadi, menjadi.
Bahkan sejujurnya, ku sudah berada pada titik: tidak apa-apa jika aku tidak diberi rejeki jodoh di dunia. Mungkin, caraku memperoleh rahmat dan ridho Allah adalah dengan cara yang lain.
Hal terpenting bagiku kini, aku selamat dan berada di jalan yang lurus. Apapun jalannya. Bagaimanapun caranya. Agar kelak bisa mendapat sapaan;
salaamun'alaikumudkhulul-jannata bimaa kungtum ta'maluun ("salamun'alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.") -Q.S An-Nahl:32.
-January, 4th 2025
2 notes · View notes
ingarbingar · 11 months ago
Text
Beberapa hari yang lalu ada seorang teman bertanya kepadaku, “tanda-tanda dia jodoh kita tuh apa?” Sebagai perempuan yang belum menikah, justru aku juga mempertanyakan hal yang serupa. Kalau boleh jawab sotoy, mungkin salah satu tandanya berupa kecocokan. Namun, jawaban itu mengundang pertanyaan lainnya; cocok itu yang bagaimana?
Lalu aku teringat kisah cinta Najmuddin Ayyub. Seorang pemimpin Tikrit yang belum menikah dalam waktu yang lama. Saudaranya yaitu Asadudin Syirkuh pun bertanya, “wahai saudaraku, mengapa kamu belum menikah?” Najmuddin menjawab, “aku belum menemukan seseorang yang cocok.”
Asadudin Syirkuh kemudian menawarkan bantuan melamarkan perempuan untuk Najmuddin. Perempuan yang ditawarkan Asadudin pun merupakan anak seorang sultan dan putri menteri agung dari para menteri agung zaman Abbasiyah. Namun Najmuddin berkata, “mereka tidak cocok untukku.”
Asadudin Syirkuh yang bingung mendengar jawaban tersebut lalu bertanya, “lantas, siapa yang cocok bagimu?” Dengan lantang Najmuddin menjawab, “aku menginginkan istri yang salihah. Seseorang yang bisa menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan anak yang ia tarbiyah dengan baik hingga menjadi ksatria yang mampu mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan kaum muslimin.”
Asadudin tidak heran dengan pernyataan saudaranya tersebut, tapi ia bertanya-tanya, “di mana kamu bisa mendapatkan orang seperti itu?” Dan jawaban Najmuddin adalah, “barang siapa ikhlas niat karena Allah, akan Allah karuniakan pertolongan.”
Suatu hari, Najmuddin berbincang dengan seorang Syaikh di masjid Tikrit. Kemudian datanglah seorang gadis memanggil Syaikh dari balik tirai dan ia berbicara pada gadis itu. Tanpa sengaja Najmuddin mendengar perkataan Syaikh kepada gadis tersebut, “kenapa kau tolak utusan yang datang ke rumahmu untuk melamarmu?”
Sang gadis menjawab, “wahai Syaikh. Ia adalah sebaik-baik pemuda yang mempunyai ketampanan dan kedudukan. Tetapi ia tidak cocok untukku.” Syaikh kemudian bertanya, “siapa pemuda yang kau inginkan?”
Gadis tersebut pun menjawab pertanyaan Syaikh dengan lantang, “aku ingin seorang pemuda yang menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan anak darinya yang menjadi ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan kaum muslimin.”
Bagai tersambar petir Najmuddin mendengar jawaban gadis itu. Bagaimana mungkin gadis itu menjawab dengan jawaban yang persis sama dengan apa yang pernah Najmuddin ungkapkan kepada saudaranya. Sungguh semuanya tidak mungkin terjadi bila tanpa campur tangan Allah.
Seketika Najmuddin berdiri dan memanggil sang Syaikh, “aku ingin menikah dengan gadis ini. Aku ingin istri seperti dia. Seseorang yang salihah. Seseorang yang menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan anak yang ia didik dan kelak menjadi ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis kepada kaum muslimin.”
Karena kesamaan visi tersebut, menikahlah mereka. Dan dari pernikahan tersebut, lahirlah Salahuddin Al-Ayyubi, seorang pemuda yang mampu menaklukkan banyak peperangan.
Cerita tersebut membuatku semakin mengimani, al-arwahu junudun mujannadah. Sebuah sabda dari Nabi Muhammad SAW. Jiwa-jiwa manusia itu seperti sepasukan. Berada dalam satu barisan dan komando yang sama. Setiap jiwa akan selalu mengajak untuk berkumpul dengan jiwa lainnya yang memiliki kecenderungan yang sama. Baik prinsip, ideologi ataupun keyakinan yang sama.
Sama seperti jiwa Najmuddin dan sang gadis yang sama-sama memiliki impian dan visi yang sama. Maka Allah pertemukan dan satukan mereka dalam pernikahan. Menerbitkan dan menenggelamkan matahari saja Tuhan mampu, apalagi perkara menggerakkan hati dan kaki manusia.
Ada berjuta-juta manusia di muka bumi ini. Dan setiap harinya ada beribu-ribu kesempatan dan juga kemungkinan kita bertemu satu atau dua dari jutaan manusia tersebut. Pertanyaannya, dari jutaan manusia tersebut, bagaimana caranya kita menemukan seseorang yang cocok?
Mungkin jawabannya adalah dengan menemukan diri sendiri. Mengetahui apa yang jiwa kita inginkan, apa yang sebenarnya dibutuhkan. Berpegang teguh dan berperilaku selayaknya kebutuhan atau mimpi tersebut.
Dan meyakini bahwa Tuhan akan membimbing kita dalam pertemuan dan penemuan. Bahkan tanpa kita mencari berlari kesana-kemari.
Sebaik-baiknya cara mencari adalah dengan menjadi. Karena ruh-ruh yang sama akan mengenali satu sama lain….
-Lampung, November 17th 2023
3 notes · View notes