Tumgik
iniuntukesok · 27 days
Text
Sepantasnya tujuan seseorang menikah
Ibnu Utsaimin rahimahullaah, berkata : "Hanyalah sepantasnya tujuan seseorang menikah adalah :
1. Menjalankan perintah Nabi (Wahai sekalian pemuda, siapa di antara kalian, yang telah mempunyai kemampuan, maka hendaklah ia menikah)
2. Memperbanyak generasi Ummat (Sebab banyaknya generasi ummat, diantara perkara yang dicintai oleh Nabi, sebab banyaknya keturunan ummat adalah sebab kekuatan dan keperkasaan ummat—kemudian beliau membawakan surah Al-A'raf : 86 dan surah Al-Isra' : 6)
3. Menjaga kemaluannya dan kemaluan pasangannya, menundukkan pandangannya dan pandangan pasangannya. Kemudian, setelah itu, memenuhi syahwatnya. "
((Syarhul Mumthi))
Dan beberapa kajian ringkas dari para ulama juga menerangkan tujuan pernikahan :
Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri : Jadikan tujuan pernikahan untuk mendapatkan kebahagiaan dan hidup abadi di kampung akhirat, ya, menikah untuk hidup abadi di Surga.
Ustadz Nouman Ali Khan : Hal yang paling utama dari segala hal dalam tujuan pernikahan, Allaah berfirman : Dia menjadikan kalian sepasang suami istri untuk tujuan mendapatkan ketenangan, tujuan berumah tangga itu bukan cinta, cinta itu datang dari Allaah, Tujuan kalian berumah tangga adalah kalian mendaaptkan ketenangan dan rasa damai. (QS.Ar -Rum ayat 21)
Ustadz Khalid Basalamah : Menikah harus niatnya karena ibadah, karena kalau niatnya selain ibadah, tidak ada pahalanya, rugi saja. Orang menikah itu bisa perhari ada pahalanya, asal niatnya karena 'ini perintah Allaah'.
Semoga Allaah beri kemudahan kepada siapapun yang ingin menikah, agar memperbaiki niat dan tujuan menikah tersebut, yakni ingin menyempurnakan separuh agama, yang semata-mata karena ingin beribadah kepada Allaah Azza wa Jalla, dan terangkumlah kebaikan-kebaikan lainnya, seperti mendapat ketenangan, dan kebahagiaan hingga ke surga-Nya Allaah. Aamiin Allaahumma Aamiin..
362 notes · View notes
iniuntukesok · 28 days
Text
Ta’aruf Ditolak?
Tumblr media
Kapan lalu ada yang bertanya demikian. Kepada penanya, saya izin jawab secara universal ya. Sekalian mau bikin tulisan. Terima kasih.
Sudah selayaknya bagi siapapun yang menyatakan “siap” untuk menikah, juga menyertakan kesiapan dalam segala proses dan hasil yang akan didapati. Kesiapan yang seperti ini harus dipahami dalam konsep yang utuh; tidak hanya pada yang baik-baik saja, tetapi juga pada hal yang ternyata nanti tidak berpihak pada kemauan hati.
Seringkali ketika kita ingin memulai sebuah proses, kita hanya mempersiapkan diri pada sesuatu yang akan diekspektasikan baik saja. Ya, tidak ada yang salah sebenarnya. Malahan perlu sebagai afirmasi diri dan prasangka baik kita kepada-Nya. Akan tetapi, mempersiapkan diri pada sesuatu yang tidak diharapkan, juga merupakan bagian penting dari bentuk persiapan yang harus dihadirkan.
Sebab, ketika realita yang hadir tidak sejalan dengan isi hati, lebih mudah untuk hati ini menerima dan beranjak pada episode baru perjalanan. Kesiapan yang demikian itu tentu saja tidak lepas dari keimanan, bahwa: “Bismillah saya memulai ini untuk menjemput ridho-Mu, dan apapun yang Engkau berikan padaku nanti, aku imani sebagai sebaik-baik kehendak-Mu.”
Keimanan itu sungguh memiliki peran yang sangat esensial dalam kehidupan. Sebab, tidak semua hal dalam kehidupan ini bisa dilogika dengan akal. Oleh karenanya, sering kali kita dapati petuah untuk 'perbaiki diri' sebelum menikah, bagi saya itu merujuk pada hubungan kita dengan Pencipta.
Ya, bukankah akan lebih bijak jika kita sudah 'selesai' dengan diri sendiri sebelum terlibat dalam urusan yang melibatkan orang lain? apalagi ini soal menikah.
Maka, ketika persoalan 'selesai dengan diri sendiri' itu sudah kita jalani. Ketika dihadapkan pada peristiwa yang tidak mengenakkan sekalipun, hati mudah lapang dan setiap relungnya diisi dengan nuansa positif; "oh berarti bukan yang terbaik menurut Allah."
"Jika sungguh setiap ikhtiar kita adalah ditujukan kepada Allah, maka manusia bukanlah alasan untuk kecewa.".
103 notes · View notes
iniuntukesok · 3 months
Text
Berproses dengan Sabar dan Sungguh-Sungguh
23tahun hidup di dunia, mungkin masih tak sebanyak orang lain yang usia di atasku perihal pengalaman hidup. Tapi, tadi di jalan pulang sambil berdiri di kereta tiba-tiba teringat sebuah proses panjang yang dipilih pada keputusan-keputusan di masa lalu; terlebih ketika sudah dewasa, mudahnya dimulai ketika terbiasa menyelesaikan masalah sendiri di jenjang pendidikan tinggi. Masa-masa sudah gak mau lagi ngadu ke Mama hanya soal beda pendapat dengan teman di organisasi, ngadu kalau dijauhi karena berselisih ketika rapat, atau hal lainnya yang kurasa bisa diselesaikan seorang diri bersebab aku yakin bahwa diriku sudah dewasa hehe
Proses panjang pada setiap pilihan. Di kelas misalnya, ketika berusaha memahami materi dari mata kuliah yang dipilih. Walau tak melulu sepekan dua kali bertemu aku langsung paham, aku percaya prosesku di kelas akan membuahkan hasil berupa pemahaman dan pengaplikasian ilmu yang optimal di luar kelas jika kujalani proses ini dengan sabar dan sungguh-sungguh.
... atau ketika di organisasi, beberapa kali diamanahkan menjadi pemimpin yang harus membentuk visi dan misi. Meski tak langsung ketika rapat kerja disosialisasikan, kemudian para anggota menjalankan misi, lalu langsung sampai pada goals di visi, aku masih terus meyakini; meyakini walau prosesnya akan terus berjalan sampai akhir periode, pada titik itu aku yakin akan ada hasil sebagaimana visi yang dibuat jika proses tersebut dijalankan dengan sabar dan sungguh-sungguh
Dan juga ketika jadi guru di sekolah. Walau siswaku tak langsung paham tentang "Adab sebelum ilmu" aku yakin akan ada hal yang mereka pahami perihal itu, bahkan bukan hanya paham tapi juga diaplikasikan dengan sangat baik di kehidupan mereka jika proses panjang itu dilalui dengan sabar dan sungguh-sungguh.
Masih banyak proses lain yang kemudian kudapati hasilnya bersebab sabar dan sungguh-sungguh, yang tak hanya berucap namun juga melakukan, yang tak hanya bermimpi namun juga berusaha diraih, yang tak hanya meminta namun juga memberi. Sampai tiba lewat satu postingan tentang proses mewarisi visi seorang ayah kepada anaknya yang kurang lebih tak jauh dari proses yang panjang dengan kesabaran dan kesungguhan.
Sehingga sore ini, tiba-tiba berpikir... mungkin nanti akan kudapati kembali momen besar tentang mengelola rumah. Ya mengelola rumah tangga yang berisi banyak harapan kepada semua orang di dalamnya. Terlebih aku sebagai seorang perempuan kepada seluruh anakku kelak. Maka, penting untuk akhirnya berikhtiar mempersiapkan diri terbiasa sabar melalui proses yang panjang untuk hasil yang maksimal. Semoga kelak dipertemukan juga dengan ia yang senantiasa memaknai pentingnya menjalankan proses dan menikmatinya, ia yang juga memahami bahwa hal besar tidak bisa terbentuk dari proses yang singkat dan terburu-buru.
1 note · View note
iniuntukesok · 3 months
Text
Tumblr media
If you want to get married, ask Allah for 3 things in a spouse :
Ya Allah please Grant me someone who will remind me of You.
Ya Allah please Grant me someone who will hold my hand in Jannah.
Ya Allah please Grant me someone who will elevate my Imaan.
821 notes · View notes
iniuntukesok · 3 months
Text
Menjadi Istri dan Ibu
Kali ini gak mau nulis tentang siswa, tapi tetep tentang sekolah. Menjadi guru di usia terbilang muda bahkan di kalangan guru aku yang paling muda usianya, tentu jadi banyak belajar dari para guru yang sudah menikah, punya anak, bahkan punya cucu.
Obrolan kami di ruang guru akhwat seringnya gak jauh dari persoalan rumah tangga. Aku yang masih belum ketemu 'dia' ya seringnya nyimak aja. Baru kurang lebih tujuh bulan di lingkungan tersebut, sudah banyak sekali pelajaran dan nasihat yang didapat, terlebih soal hidup berumah tangga.
Apakah aku single sendiri? Oh tentu saja tidak. Di sana ada seorang istri yang menanti dikaruniai anak, namun bertahun-tahun belum juga diamanahi oleh Allah swt. Ada juga seorang muslimah berusia lebih dari 30 tahun namun masih Allah minta fokus berbakti kepada orang tua, sambil menanti penggenap agama hadir menemani. Atau ada juga seorang istri yang menanti dikaruniai anak meski usianya tak lagi muda; usia pernikahannya belum lama, namun perlu waktu hingga 40 tahun sampai ia menikah. Dan bahkan ada juga yang berikhtiar program agar tidak mengandung lagi karena anak-anaknya masih kecil. Juga, seorang ibu yang bahagia menceritakan kehamilannya dan perkembangan anak-anaknya yang sudah dewasa. MasyaAllah... beragam kondisi ya? Mungkin itu yang membuatku merasa terisi setiap kali punya kesempatan sharing dengan Ibu-Ibu di ruang guru. Rasanya setiap berbagi kisah, hikmah selalu menerobos masuk ke hati dan pikiran dan membuatku lebih sering bersyukur.
Per hari ini, ada satu Ibu guru yang mendekatiku dan bertanya, "Ibu haidnya lancar gak?" Aku kaget betul tiba-tiba ditanya seperti itu, karena sebelumnya lagi diem aja gak ada obrolan ke arah sana. Lalu aku jawab, "Alhamdulillah, Bu. Kenapa emangnya, Bu?" Lalu lanjut obrolan tentang haid, namun ada poin yang sampai malam ini kupikirkan,
"Gapapa, soalnya kan Ibu kurus ya. Saya kira haidnya nggak lancar, karena seringnya kalau orang kurus haidnya gak lancar." Ya gitu lah ya ngobrol sama Ibu-Ibu, seringnya keluar kalimat, 'katanya'. Tapi, aku gak masalah sih walau tbtb dibilang kurus juga hehe
"Alhamdulillah, Bu. Aku jarang telat sih, selalu normal siklusnya. Jadi kalau semisal gak lancar siklusnya, aku udah langsung duga pasti diriku kenapa-kenapa ntah di pikiran atau pola makanku." Jawabku santai
"Kalau lancar alhamdulillah, Bu. Dijaga terus yaa. InsyaAllah kalau lancar nanti habis nikah cepet punya anaknya." Sejujurnya gak tau sama sekali kalau obrolannya akan ke arah sana, terlebih aku sendiri nggak pernah cerita soal proses taaruf/kenalan sama laki-laki
"Aamiin, Bu. InsyaAllah. Jodohnya aja dulu Bu." Jawabku sambil ketawa
Dialog singkat dan sederhana, namun jika dikumpulkan dari obrolan sebelumnya di ruang guru bersama Ibu-Ibu lainnya, terlebih kondisi di atas yang sudah kusebutkan, aku jadi berpikir. Berpikir bahwa menjadi istri dan ibu adalah cita-cita semua perempuan. Siapapun dia; mau dia perempuan penggila kerja, perempuan gila belajar, perempuan independen, atau apapun sebutannya ternyata setiap perempuan sangat mendambakan dirinya menjadi istri dan ibu.
Sebagaimana dalam islam, menjadi istri dan ibu adalah pekerjaan pokok muslimah yang akan membawanya ke Syurga, pekerjaan dunia yang tak boleh dikesampingkan karena merupakan kewajiban setelah menikah dan punya anak. Tugas pokok yang ternyata hadir secara naluri seorang perempuan setelah menikah dan punya anak tanpa dipaksa oleh suami, orang tua, atau orang lain. MasyaAllah...
Dan untuk aku yang belum ketemu 'dia', aku juga ingin jadi istri dan ibu yang sholihah. Semoga Allah izinkan aku memiliki peran itu di dunia. Aamiin
1 note · View note
iniuntukesok · 3 months
Text
Perjalanan menjadi pendidik
Tumblr media Tumblr media
Kemarin ketemu sama kawan lama, kemudian ditanya,
"Sekarang ngajar?"
"Iya," jawabku.
"Ngajar anak SD? SMP? atau SMA?
"Ngajar SMA, Mba." Dijawab sambil senyum-senyum, karena seringnya orang-orang gak percaya aku ngajar anak SMA hehe
"Wah... gimana? Seneng gak?"
"Alhamdulillah seneng, seru ketemu anak-anak."
Selama menjadi guru, perasaan yang sering dirasa adalah bahagia. Sesuntuk apapun kondisinya, pas masuk ketemu siswa dan kita tukar pendapat, interaksi yang terjalin, tawa-tawa dari keseruan kecil yang tercipta, membuatku merasa "full" setiap hari.
Apa yang disampaikan dari hati, maka akan sampai juga ke hati.
Menjadi seorang guru, terlebih jadi guru eksak, fisika pula haha seringnya terfokus pada penyiapan materi, konsep rumus, dan latihan soal. Padahal menjadi seorang guru juga menjadi pendidik, yang harus menyiapkan hati untuk mendidik.
Pernah suatu hari, kita lagi bahas pemanasan global tiba-tiba ada siswa yang bertanya, "Berarti bener ya Bu kata Allah kalau yang ngerusak bumi itu ya manusia sendiri?" Spontan langsung merasa, bahwa yang harus diisi oleh kami para guru bukan hanya pengetahuannya, melainkan juga pemahaman tentang hakikat belajar. Bahwa pengetahuan mereka akan membentuk karakter mereka.
Pertanyaan tersebut membuat hatiku menghangat, ternyata apa yang disampaikan bisa membuat setidaknya satu siswa mengingat firman-Nya. Bahwa apapun belajarnya, nilai tauhid, karakter, teladan harus diciptakan di dalam belajar itu sendiri.
Dan penting untuk selalu mempersiapkan hati sebelum masuk kelas, meluruskan niat, juga ikhlas memberikan ilmu kepada mereka, karena sejatinya mendidik tak hanya membuat manusia menjadi cerdas, tapi juga beradab dan mengenal siapa Allah swt.
Dipikir-pikir kenapa ya mau jadi guru? Padahal tugasnya sulit ...
4 notes · View notes
iniuntukesok · 3 months
Text
Suatu hari nanti, insyaAllah. Aamiin
Menikahlah dengan ia yang tidak hanya mampu mendengar cerita-ceritamu, namun juga mampu memberi respon positif atas apa yang kamu kisahkan.
Menikahlah dengan ia yang tidak hanya mampu menemani dirimu, namun juga paham dan mampu terkait apa yang kamu butuhkan saat itu.
Menikahlah dengan ia yang telah selesai dengan dirinya, dengan kesenangannya. Sehingga tanpa kamu minta pun, ia sudah paham dan tahu bahwa kamu adalah tanggung jawabnya, prioritasnya.
Menikahlah dengan ia yang mampu melihat keletihan-keletihan dari sudut matamu, yang paham perihal lelahmu meski hanya lewat embusan napas. Sehingga tanpa kau minta, ia menjadi lebih peka untuk mengulurkan bantuan.
Menikahlah dengan ia yang ketika kakinya melangkah memasuki pintu rumah, semua urusan yang ia miliki di luar sana, ia tanggalkan di depan pintu.
Menikahlah dengan ia yang banyak bercerita. Dengan dia yang lebih senang bercengkrama denganmu dibanding dengan rekan sejawatnya, dibanding dengan ponsel miliknya.
Karena seumur hidup itu sangat panjang, begitu lama. Maka kau perlu dibersamai dengan seseorang yang paham dan mengerti caranya membangun kehangatan rumah tangga.
Sepanjang usia itu terlalu jauh. Maka kamu perlu menemukan pasangan yang tidak hanya hangat di luar rumah, saat orang-orang melihat dengan mata kepala mereka, namun juga hangat di dalam rumah. Ketika kamu dan dia hanya berdua.
Sebab berbuat baik di depan khalayak ramai adalah mudah. Namun tetap keukeh dengan sikap yang sama adalah kesulitan yang tidak semua orang bisa.
Maka menikahlah. Dengan dia yang tidak hanya mampu memelukmu kala kau sedih dan terjatuh. Namun menikahlah dengan dia yang paham dan mampu menenangkan risaumu.
Karena menikah adalah pengorbanan. Maka menikahlah dengan ia yang rela menanggalkan segala senangnya, demi menyenangkanmu.
10.13 p.m || 06 Maret 2024
624 notes · View notes
iniuntukesok · 4 months
Text
Terimakasih, Pak Anies.
Barangkali, itu kalimat pertama yang ingin aku ungkapkan, jika ditanya tentang kesan di Pemilu 2024.
Terimakasih ya Pak, sudah berjuang untuk maju, menjadi salah satu calon presiden yang membuat kontestasi Pemilu terasa lebih ada 'ghirah'nya.
Jujur, di 2014 dan 2019, rasanya jengah sekali. Setiap membuka medsos, isu-isu SARA yang menjadi bahasan. Kampanye yang begitu-begitu saja, membuat bosan untukku pribadi melihat perjalanan kampanyenya. Karena paling ya, begitu saja tren-nya. Blusukan ke warga-warga, kampanye di atas pentas sembari bermonolog di bawah terik matahari, juga bagi-bagi amplop *eh.
Di 2024, Pak Anies dan tim menciptakan atmosfer yang berbeda. Desak Anies dan Slepet Imin, menjadi model kampanye yang berani tampil beda di sejarah pesta demokrasi Indonesia.
Dalam Desak Anies dan Slepet Imin, terjadi dialog antara capres-cawapres, dengan audiens. Audiens bisa menanyakan apa pun, bahkan mengadukan keresahan apa pun.
Ini menarik.
Melihat bagaimana para calon pemimpin kita berdialog dengan rakyat biasa maupun para mahasiswa, yang penuh dengan keluhan dan kritik yang beraneka ragam. Gaya kampanye ini meruntuhkan gaya konservatif, dan aku tidak bisa bilang tidak, gaya kampanye ini adalah gaya yang mendidik rakyat.
Buatku pribadi, ini mengagumkan. Bagaimana capres-cawapres bahkan memperhatikan bagaimana strategi dalam berkampanye. Memperhatikan bahwa proses pesta demokrasi, bukanlah sekedar pesta untuk yang akan maju mencalonkan diri. Tapi senyatanya, pesta demokrasi haruslah dirasakan sebagai 'pesta' oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Meski tidak bisa langsung mengikuti agenda Desak Anies, aku adalah salah satu pendengar setia rekamannya di Youtube. Pak Anies selalu menyampaikan di setiap dialog, bahwa Desak Anies adalah cara paslon 01 menawarkan 'cara berpikir' mereka. Menurut beliau, rakyat harus tahu bagaimana cara pemimpinnya membuat keputusan, dimana keputusan lahir dari cara berpikir. Menurut beliau lagi, pemimpin itu tugasnya membuat keputusan, maka sudah seharusnya rakyat memilih pemimpin dengan cara berpikir yang paling relevan. Aku semakin kagum dengan strategi beliau.
Terbayang, menghadiri berbagai dialog pasti adalah hal yang menguras pikiran dan tenaga. Belum lagi jika ada kritik-kritik yang perlu dijawab, betapa melelahkannya. Tapi Pak Anies dan segenap tim, tetap memilih proses yang 'out of the box' ini demi mendidik rakyat dalam proses pemilu. Selain juga pasti ada misi menjaring suara.
Pak Anies, kuakui adalah sosok yang memiliki kelebihan dalam public speaking nya. Beberapa pihak bersentimen negatif, menyebut kelebihan ini sebagai 'omon-omon' belaka, atau 'janji manis' tanpa eksekusi nyata. Beberapa juga berpandangan, orang yang ucapannya manis di mulut, tidak selalu baik dalam bekerja. Tapi, kurasa itu logika yang tidak selalu benar dan tidak bisa dipukul rata. Kecerdasan berbicara tidak berarti payah dalam kerja nyata. Tidak bisa dihakimi begitu saja. Dan lagi, rekam jejak selama Pak Anies menjabat Gubernur Jakarta pun dapat kita pelajari di berbagai platform media sosial.
Ada lagi yang menarik menurutku. Performa Pak Anies saat debat. Aku kebetulan menyimak debat ketiga secara live via Youtube. Disana, Pak Anies tampak begitu 'menyerang'. Jujur, sebagai orang yang tidak suka dengan konflik, aku agak jengah menonton serangan demi serangan tersebut. Tapi, secara jernih aku mencoba berpikir. Acaranya ini judulnya debat, lagipula saat itu temanya adalah pertahanan, dimana salah satu paslon adalah juga menteri pertahanan. Wajar kalau terjadi kritik yang pedas, dan harapannya yang bersangkutan piawai dalam menjawab. Namun, seperti yang kita lihat dan saksikan sendiri, yang terjadi justru sebaliknya. Ah, sepertinya tidak perlu kujelaskan, netizen bisa menilai sendiri dengan mindsetnya masing-masing :)
Aku tersadar, bahwa saat itu Pak Anies sedang menjalankan peran, sebagai seorang kontestan yang berdebat. Terimakasih Pak, sudah menjalankan peran sesuai dengan situasinya.
Lalu tentang visi-misi. Aku belum membaca dokumen visi-misi paslon secara lengkap. Tapi beberapa kali, aku melihat postingan yang mengutip visi-misi dari para paslon. Dan, aku melihat hampir di setiap aspek, Pak Anies selalu memiliki visi-misi yang digagas. Di isu kesehatan, ekonomi, sampai diaspora pun beliau tuangkan gagasan. Dokumen visi-misi yang lengkap ini amat membantu jika kita ingin mencari isu yang menjadi fokus kita. Dan rata-rata mostly isu-isu tersebut ada di dokumen paslon 01.
Tidak hanya itu, muncul juga berbagai gerakan organik seperti aniesbubble, humanies, senimanbersatu, dll yang mendukung perjalanan kampanye Pak Anies. Pak, rasanya saya susah membayangkan gerakan-gerakan seperti itu terbentuk jika tidak ada ketulusan (apalagi tanpa bayaran), karena satu tujuan menginginkan perubahan.
Oh ya, aku juga respect dengan para pendukungnya yang tetap objektif meski mendukung paslon AMIN. Contohnya, pada saat debat cawapres. Patut diakui Cak Imin masih sangat blunder ketika itu. Tapi, para pendukung mengkritik dan menasihati, bukan menutup mata atas kekurangan itu. Dan alhamdulillah, Cak Imin pun terbuka dan menerima kritik. Di debat berikutnya, performanya lebih baik daripada sebelumnya. Membayangkan Indonesia dengan pempimpin yang terbuka, berkepala dingin, mampu memproses (bukan hanya menampung lalu jadi angin lalu) kritikan, luar biasa sekali rasanya.
Pak Anies, aku berharap, apapun yang terjadi selepas Pemilu, Pak Anies tetaplah menjadi Pak Anies yang seperti ini. Pak Anies yang menginspirasi, dan terus menyuarakan suara rakyat, terlepas apa pun pilihan politik Pak Anies. Aku sudah di titik pasrah dengan hasil Pemilu. Pak Anies terpilih ataupun tidak, Allah sudah mengaturnya, bukan.
Namun, setidaknya rakyat mendapat pendidikan yang berharga sepanjang perjalanan pesta demokrasi ini. Dan semoga, terus terdidik dan naik kelas demokrasi di Indonesia.
Pak Anies, terimakasih karena banyak kalimat Pak Anies yang menggugah dan terngiang di banyak orang. Aku jadi teringat salah satu ayat Al Quran,
Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit (QS. Ibrahim ayat 24).
Salah satu kalimat yang aku ingat dari Pak Anies adalah saat Pak Anies membicarakan prinsip kebijakan. Kata beliau, "Membesarkan yang kecil, tanpa mengecilkan yang besar.". Maknanya, dalam sekali. Dan kalau itu menjadi basis dari setiap kebijakan, rasanya Indonesia Adil Makmur untuk semua bisa terlaksana.
And, the last. Terimakasih Pak Anies, sudah menggerakkan saya untuk menulis. Baru pertama ini, saya mendukung dan memilih calon pemimpin sampai dituangkan dalam sebentuk tulisan.
Semoga, Allah memberikan yang terbaik untuk Indonesia.
274 notes · View notes
iniuntukesok · 5 months
Text
Politik itu kotor?
@edgarhamas
Sejauh ini, saya sudah melihat langsung bagaimana prinsip seseorang berubah total dari pejuang mulia menjadi seorang pragmatis. Tapi, saya juga melihat orang-orang berhati besar yang menjadikan politik sebagai caranya berkhidmat dan menebar manfaat.
Saya sudah sampai pada titik sakit hati berkali-kali melihat sosok yang saya kagumi pemikirannya berbalik jadi orang yang halalkan segala cara demi kepentingannya.
Tapi saya juga melihat orang sangat ikhlas yang tadinya tak mau dikenal, namun ia terpanggil untuk benahi keadaan.
Politik itu, berat. Seninya sulit.
Terlebih bagi orang yang idealis. Makanya tidak banyak orang yang tahan berkecimpung di dalamnya. Apalagi yang benar-benar hanya bisa bedakan hitam dan putih saja.
Tapi kalau kita tak peduli, maka ruang kosong itu selamanya akan tetap dikotori.
Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid dan sepintar-pintar siyasah. Begitu yang dipesankan HOS Tjokroaminoto.
Berpolitik, bersiyasah, adalah cara meluaskan manfaat dalam skala yang besar. Umat yang tak peduli politik, akan dipermainkan oleh politisi yang tidak peduli umat.
314 notes · View notes
iniuntukesok · 5 months
Text
Teladan yang Baik
Selalu pengen nulis tentang apapun yang didapat setelah bertemu dengan mereka; siswa-siswaku di sekolah. Mereka berkata dan bertindak dengan spontan berdasarkan apa yang ada di pikiran dan hati mereka, sebuah kejujuran yang selalu dianggap penting, setidaknya itu untukku.
Ada satu hari dimana harus mengajar 10 jam pelajaran alias full ngajar selama satu hari dari jam 07.30 - 15.40 WIB, masuk ke dalam 5 kelas untuk mengajar fisika. 5 kelas dengan jenjang yang berbeda. Bisa dibayangkan kerja kerasnya pikiran dan fisik? Wow! Haha
Tapi, masyaAllah... memang Maha Baik Allah, Maha Penyayang Allah, setiap di awal pagi diniatkan untuk mengajar lillahita'ala pasti saja walau fisik dan pikiran sangat lelah, tapi batinku terisi penuh.
Seperti hari ini, senang sekali mendengar curahan hati kakak-kakak kelas 12 yang sebentar lagi akan bertempur mempersiapkan ujian masuk PTN. Sesekali memberi pesan, dan hari ini ternyata juga dapat testimoni disela-sela cerita kami. Kata salah seorang siswa, "Bu selama 3 tahun kita udah ganti guru fisika empat kali dan dari empat itu, Ibu yang terbaik." Pada saat itu cuma berucap, "Biidznillah kak, semoga ilmunya bermanfaat ya." Padahal di dalem hati seneng banget dikasih testimoni seperti itu. Senang karena hadirnya aku jadi berkah untuk mereka, senang juga karena Allah senantiasa bantu aku yang berusaha tulus ngajarin mereka.
Setelah cerita dan pesan-pesan juga testimoni, di akhir salah seorang yang lain bilang, "Ibu selain suka ngasih tugas, materi, donat, ternyata suka kasih pesan juga. Terima kasih ya, Bu." Baru sadar, ternyata siswaku seperhatian itu ya dengan apa yang aku berikan ke mereka? MasyaAllah, sejujurnya belum pernah merasa "se-full tank" ini setelah mengajar. Keluar kelas, sampai di ruang guru inginnya tersenyum aja karena bahagia. Alhamdulillah ya Allah.
Dua sesi mengajar di kelas 12 pagi hari membuat semangat mengajar di kelas-kelas selanjutnya, dan masyaAllah masuk di kelas terakhir ada satu siswa di kelas 10 yang ternyata peka dengan kondisiku, katanya, "Buu, kita udah ngantuk banget di jam terakhir, tapi Ibu semangat banget. Saya jadi semangat lagi." Lagi-lagi bersyukur sama Allah...
Ternyata, sepenting itu peran guru di mata siswa. Guru, teladan mereka selama hidup di sekolah. Hari ini dan seterusnya, semoga Allah izinkan diri yang masih banyak kurangnya ini dapat menjadi teladan untuk siapapun yang kusebut, "siswa".
Guru; profesi yang sangat kucintai. Semoga bisa menjadi amal jariah, bukan hanya untukku tapi juga untuk Mama dan Bapak🖤
1 note · View note
iniuntukesok · 10 months
Text
Dulu download tumblr cuma gara-gara penasaran sama link di bio instagram salah satu manusia di muka bumi ini. Eh, pas udah berhasil download dan bisa buka link tersebut malah keterusan jadi pengguna tumblr wkwkw. Dan yaa, setuju banget!
Tumblr Bikin Nyaman Karena ....
1. Karena tidak ada konsep waktu pada kontennya. Buat saya ini ada sisi positifnya, sih, yaitu bikin saya enggak merasa fear of missing out (FOMO). Enggak merasa ketinggalan karena baru baca tulisan yang padahal udah dipos 14 jam yang lalu—seolah 14 jam itu waktu yang lama banget. Sampai sekarang, tulisan saya dari lima tahun yang lalu masih aja ada yang nge-like atau nge-reblog. Wkwkwkwk.
2. Jenis kontennya bukan konten yang muncul berdasarkan tren semata. Ini beda kayak Twitter yang tiap hari tren obrolannya berubah-ubah. Atau Instagram yang kalau ada filter baru, tantangan yang ngetren, atau fitur baru, semua langsung nyobain. Facebook juga sama, kayaknya. Intinya, kontennya seiring dengan isu atau fenomena yang lagi ngetren di dunia nyata. Dan, menurut saya, itu bikin cepet bosan (dan capek). Ya, bayangin aja kalau lagi rame soal nikahan Atta-Aurel, semua ngomongin. Prinsip abundance of information. Sebuah informasi kalau terlalu banyak diunjukin malah bikin yang liat ngerasa jengah. Kalau Tumblr, menurut pengalamanku isinya ya begini-begini aja. Ya, random aja. Mungkin dipengaruhi sama akun yang saya ikuti juga, ya. Buatku itulah yang bikin Tumblr jadi timeless. Enggak bikin cepat bosan.
3. Adem. Sejauh ini (sejak 2010), saya belum pernah lihat konten yang isinya ngajak ribut, spall-spill aib orang, atau komentar netizen yang akhlakless. Enggak tahu apa memang begitu atau perasaanku saja. Baca tulisan-tulisan di sini berasa lagi duduk-duduk di tengah perkebunan teh sambil minum teh kotak.
4. There's a boundary. Baca tulisan-tulisan di sini kayak nyimak buku diari. Tapi, saya hanya tahu ceritanya saja, saya enggak tahu orangnya. Jadi tetep kayak ada batas, tiap orang punya alam semestanya sendiri-sendiri. Dan, saya rasa kita sama-sama menghargai batas itu. Enggak berani masuk terlalu jauh ke semesta lain, kecuali sekadar lewat untuk say hello. Enggak pengin sok-sok ngerespons biar edgy, atau ngebantah pakai argumen enggak setuju biar beda. Gara-gara ini kali, ya, anak Tumblr enggak demen ribut.
5. Ini Tumblr banget. Tumblr itu enak buat ngomongin sesuatu yang deep. Apa karena di sini banyak filsuf? Hehehe. Yang saya rasakan, di Tumblr ada space pribadi yang luas buat para pengguna, engga sumuk. Beda dengan media lain yang padat merayap, bikin capek mikir dalem-dalem.
Eh, lagian, Tumblr emang bukan media sosial, sih, ya, melainkan hybrid antara blog dan media sosial. Jadi, maaf kalau perbandingan dariku ini tidak apple-to-apple. Hehe.
Btw, kalau menurutmu gimana? Ada yang mau berbagi?
1K notes · View notes
iniuntukesok · 10 months
Text
"Bagaimana menemukan dan yakin klo itu adalah visi hidup kita?" Salah seorang bertanya dalam forum kajian pra nikah saat itu
"Perhatikan sekitar dan apa yang kita kerjakan" begitu kata pemateri membuka jawaban "bisa jadi apa yang terjadi pada diri kita, bahkan masalah yang hadir, atau sekadar curhatan yang sampai kepada diri kita, itulah visi hidup kita, karena visi adalah bagian dari tujuan penciptaan. Dan tujuan penciptaan Allah yang menentukan"
Ya, tujuan penciptaan kita untuk beribadah. Tapi cara ibadah kita beda-beda. Ada yang ibadahnya masih belajar di sekolah, ada yang ibadahnya sudah bekerja di kantor, ada yang ibadahnya melayani orang di rumah sakit.
Maka sungguh segala hal yang kita lakukan itu bernilai ibadah; saat kita niati, bahkan sekadar nongkrong sekalipun bisa bernilai ibadah, niat nongkrong supaya terhindar dari tontonan yang kurang baik misalnya
MasyaAllah
181 notes · View notes
iniuntukesok · 11 months
Text
Orang-orang lihat aku bisa hidup tanpa mama. Bisa bangun pagi mengurusi hidupku dan orang lain. Tapi ma, aku gak pernah benar-benar bisa kuat hidup tanpa mama, tiap malam aku berdoa semoga setidaknya sekali aku bisa peluk mama walau dalam mimpi. Mimpi yang rasanya seperti nyata, bisa peluk dan liat senyum mama.
Setiap kali aku rapuh dan hampir nyerah, aku cuma berdoa meminta hal itu. Aku mau peluk mama dan kembali kuat.
2 notes · View notes
iniuntukesok · 11 months
Text
Tempatku mengajar saat ini adalah tempat yang ketika tahap wawancara aku ditanya,
"Ibu, orang tua masih lengkap?" Tanya pihak sekolah.
"Alhamdulillah masih, Pak."
"Baik, kalau gitu gimana cara Ibu berbakti kepada kedua orang tua Ibu?"
Dengan yakin aku menjawab, "Menuruti apa yang dikatakan mereka tanpa tapi." karena pada saat itu hanya itulah yang bisa kulakukan selain mendoakan kedua orang tuaku sebagai bentuk bakti. Sebab, sebanyak apapun materi yang kuberi pada akhirnya tak akan pernah benar-benar bisa membalas apa yang Mama dan Bapak berikan kepada diriku.
Pada saat itu dan sampai nanti, hal yang sangat sederhana namun bisa membuat mereka ridho akan diriku adalah menuruti semua "kata" mereka.
Ya, hari ini dan mungkin sampai nanti, aku akan selalu terbayang soal Mama. Mama yang mendorongku kuliah pendidikan, Mama yang mati-matian berusaha memenuhi kebutuhan kuliahku, Mama yang doanya tiada henti, Mama yang pada saat itu bilang, "InsyaAllah, semoga keterima ya."
Tapi... Mama malah jadi orang yang gapernah lihat aku berangkat pagi pakai seragam guru. Mama yang gapernah ngerasain dijajanin sama aku pakai upah mengajar.
Tapi meskipun begitu, aku selalu berdoa semoga jika bukan di dunia Mama akan dapat banyak atas apa yang kulakukan di akhirat kelak.
Semoga cukuplah aku jadi beban Mama di dunia, tidak dengan di akhirat. Semoga akulah amal jariah yang membawa Mama ke syurga-Nya, dan beristirahat tenang di kubur-Nya untuk saat ini.
Doaku masih sama Ma, semoga kita ketemu lagi di syurga-Nya. Semoga kita bisa tukar cerita tentang apapun itu, juga saling menguatkan dan memeluk.
0 notes
iniuntukesok · 11 months
Text
Tumblr media
Cinta itu tidak selalu terkatakan, ia seringkali menyublim menjelma doa-doa takzim dalam kesunyian.
Cinta itu tidak selalu adil dalam pandangan, kadang terlihat rumpang dan penuh pengorbanan.
Cinta itu tidak selalu sederhana, kadang kita perlu berlari untuk mendapatkan; berani untuk menerima kenyataan; menyatakan agar tidak berakhir penyesalan;
Namun cinta itu juga tidak tergesa-gesa, ia maju penuh persiapan, tanggung jawab dan perhitungan.
Cinta adalah perjalanan panjang perihal; keikhlasan tanpa pamrih, juga kesabaran yang berbalut simpati dan kasih.
Hujan lebat, 8 Juli 2023 09.00 wita
267 notes · View notes
iniuntukesok · 1 year
Text
Lagi, untuk yang kesekian kalinya...
Berusahalah untuk dipendam sedalam mungkin kalau mengingatnya kembali pun aku tidak berani. Semoga doa bisa menjadi penghantar yang hangat dariku untukmu, semoga doaku lah salah satu yang dikabulkan oleh-Nya di antara doa baik lain yang dikirimkan untukmu.
Semangat, ya! Nanti kita bertemu lagi dipersimpangan jalan, walau hanya sebentar. Selebihnya biarlah jarangnya pertemuan menjadi upaya penjagaan untuk setiap niat baik kita di jalan ini.
Selamat berjuang di pelayaran kita masing-masing, untuk yang kesekian kalinya.
1 note · View note
iniuntukesok · 1 year
Text
Untukmu...
Semoga riuh doaku kepada-Nya bisa menjadi penghantar yang hangat dariku untukmu, semoga doaku lah salah satu yang dikabulkan oleh-Nya di antara doa baik lain yang dikirimkan untukmu.
Teruslah berdiri tegap, walau duniamu sedang tidak baik-baik saja. Teruslah percaya bahwa usahamu hari ini akan membawa kebaikan untuk manusia-manusia yang kamu cintai suatu hari nanti.
Selamat memberi arti pada hidupmu dan hidup orang lain, nanti semoga masih kudapati senyummu merekah di bawah langit yang cerah.
4 notes · View notes