intaaanid
intaaanid
Oreo Strawberry
61 posts
🤗
Don't wanna be here? Send us removal request.
intaaanid · 8 months ago
Text
Guys, aku mau sharing tentang Surat Al Mulk ya. Jadi tu pas aku baca Surat Al-Mulk, vibes-nya tu kayak lagi diajak ngobrol sama Allah langsung, serius. Di sini Allah ngasih tahu betapa kecilnya kita di hadapan kebesaran-Nya dan bikin aku mikir bahwa hidup tu lebih dari sekadar ngumpulin cuan atau ngejar pencapaian duniawi. Let’s deep dive, ya!
1. Allah, The Ultimate Boss (Ayat 1-2)
Di ayat pertama, Allah ngenalin diri-Nya sebagai yang pegang kendali atas semuanya di alam semesta. Dia ciptain hidup dan mati buat ngetes siapa yang amalnya paling baik. Pas baca ini, aku langsung mikir, hidup kita tuh kayak ujian atau project gitu, bukan soal seberapa banyak yang kita kerjain, tapi seberapa meaningful dan tulus kita ngerjainnya. Jadi, bukan cuma kuantitas tapi kualitas yang penting, guys 🥹
2. Langit yang Mind-Blowing (Ayat 3-5)
Allah ngajakin kita buat ngeliat ke atas, coba deh kamu perhatiin langit yang luas itu, ada enggak cacat atau ketidakseimbangan? Gak bakal nemu, kan? Setiap kali aku ngeliat langit, apalagi malam-malam pas lagi banyak bintang, aku jadi mikir, “Wow, ini keren banget sih.” Langit itu kayak reminder kalau ada kekuatan besar yang bikin semuanya berjalan sempurna. Jadi kita tuh kecil banget dibanding kebesaran alam semesta, seriously.
3. Reality Check Buat yang Ngeyel (Ayat 6-11)
Di sini Allah kasih semacam warning buat orang-orang yang ngeyel atau enggak percaya sama kebenaran yang Dia sampaikan. Buat yang cuek, ada ancaman neraka yang serem banget. Ini kayak reality check sih buat aku dan mungkin buat kamu juga, jangan sampai kita hidup asal-asalan terus baru nyesel pas udah di akhirat nanti. Better prepare dari sekarang, biar enggak kena mental di akhirat.
4. Bumi Itu Enggak Selalu Aman (Ayat 15-19)
Allah nanya ke kita, “Kamu ngerasa aman tinggal di bumi ini?” Padahal kalau Allah mau, bumi bisa aja tiba-tiba guncang dan kita enggak bisa apa-apa. Aku jadi mikir, selama ini kita ngira hidup aman-aman aja, tapi sebenarnya semua itu cuma karena Allah yang jagain. Ini reminder banget buat aku biar enggak sombong atau merasa aman secara berlebihan, karena semuanya bisa berubah dalam sekejap kalau Allah udah berkehendak.
5. Nikmat yang Sering Kamu Lupakan (Ayat 20-24)
Allah ingetin kita soal nikmat yang sering kita sepelekan, kayak pendengaran, penglihatan, dan hati. Bayangin deh, kalau kamu tiba-tiba kehilangan salah satunya, pasti hidup langsung terasa beda, kan? Kadang kita sibuk ngejar hal-hal besar sampai lupa bersyukur buat nikmat kecil yang udah kita punya. Ini bikin aku jadi lebih mindful buat selalu appreciate setiap nikmat yang Allah kasih, bahkan yang paling kecil sekalipun.
6. Siapa yang Bisa Balikin Air? (Ayat 25-30)
Di ayat terakhir, Allah ngasih pertanyaan yang simpel tapi deep banget, “Kalau air kamu tiba-tiba kering, siapa yang bisa balikin?” Jawabannya jelas, cuma Allah. Ini bikin aku sadar betul bahwa kita sebagai manusia enggak punya kuasa buat ngatur hal-hal basic dalam hidup. Kita semua totally bergantung sama Allah, dan tanpa Dia, kita enggak akan bisa apa-apa. Jadi ya, ini reminder buat selalu tawakal dan berserah diri.
Hikmah yang Aku Dapat
Dari tadabbur Surat Al-Mulk ini, aku jadi sadar bahwa hidup itu enggak cuma soal ngejar hal-hal duniawi. Kita harus inget buat siapin bekal buat akhirat juga. Hidup ini kayak project yang harus kita kerjain dengan hati-hati dan tulus, karena ujung-ujungnya kualitas amal kita yang bakal dinilai. Yuk, mulai sekarang lebih mindful dan fokus buat ngumpulin amal baik! 🥹 Bismillah bisa yuk 🥹
1 note · View note
intaaanid · 9 months ago
Text
Jika suatu saat aku diberi kesempatan yang begitu mulia untuk bertemu dengan Rasulullah ﷺ, rasanya tak ada kata yang mampu menggambarkan betapa besar rasa syukur dan haru yang mengalir dalam hatiku. Aku tak pernah membayangkan akan berada di hadapan manusia terbaik yang pernah diciptakan Allah, pembawa risalah kebenaran, sosok yang cintanya pada umatnya begitu besar hingga di akhir hayatnya, yang terucap dari bibir mulianya adalah "ummati, ummati"—umatku, umatku.
Dengan air mata yang mungkin tak terbendung, aku akan memulai dengan salam, "Assalamu’alaika ya Rasulullah, salam sejahtera bagimu wahai utusan Allah." Dalam hati, aku ingin menyampaikan betapa banyak yang ingin kukatakan, namun rasa takjub membuatku sejenak terdiam.
"Ya Rasulullah," aku akan memulai, "aku tidak tahu apakah aku layak untuk berdiri di hadapanmu, tetapi aku membawa rasa cinta yang begitu besar padamu. Aku ingin berterima kasih dari lubuk hatiku yang terdalam. Setiap kata yang kau sampaikan, setiap teladan yang kau tunjukkan, adalah cahaya bagi kami, bagi aku yang hidup dalam zaman penuh ujian ini. Engkau adalah rahmat bagi seluruh alam, rahmat yang terus menyentuh hati-hati kami meskipun jarak antara kita begitu jauh dalam waktu. Ajaranmu adalah pelita yang menerangi jalan kami dalam kegelapan kehidupan ini."
Dengan suara yang mungkin bergetar, aku akan melanjutkan, "Ya Rasulullah, meski aku tak pernah bertemu denganmu, aku merasa dekat denganmu melalui hadits-haditsmu, melalui kisah-kisah hidupmu yang menginspirasi. Setiap hari aku berusaha untuk mengikuti jalanmu, jalan yang engkau tempuh dengan penuh kesabaran, keteguhan, dan kasih sayang. Aku tak bisa membayangkan betapa berat perjuanganmu demi menyebarkan Islam, demi menyampaikan risalah Allah kepada umat manusia. Dan kini, kami semua bisa merasakan buah dari perjuanganmu."
"Jika engkau melihat umatmu hari ini, ya Rasulullah, mungkin hatimu akan tersayat melihat begitu banyak dari kami yang tersesat, terpecah belah, dan terombang-ambing dalam fitnah dunia. Tetapi ketahuilah, ya Rasulullah, di setiap sudut dunia, masih ada orang-orang yang berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan ajaranmu. Kami berjuang untuk menjaga iman kami, meski tantangan dan godaan semakin besar di zaman ini. Kami belajar untuk tetap berpegang pada sunnahmu, mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya."
Aku akan berkata dengan penuh harap, "Doakan kami, ya Rasulullah, agar kami termasuk dalam golongan umatmu yang kelak akan engkau kenali di hari kiamat, dari bekas wudhu kami yang bersinar. Doakan kami agar bisa menjadi umat yang kau banggakan di hadapan Allah, menjadi umat yang selalu mengingat ajaranmu dan berusaha mengamalkannya dengan ikhlas."
"Ya Rasulullah, terkadang aku merasa lemah dan tak cukup kuat untuk menghadapi berbagai cobaan dalam hidup ini. Dunia modern ini begitu penuh dengan tipu daya, dan sering kali kami lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya. Namun, ketika kami mengingatmu, mengingat perjuanganmu, rasa itu berubah menjadi kekuatan. Kekuatan untuk terus berjalan di jalan yang benar, meski berat, meski penuh rintangan. Engkau telah menunjukkan kepada kami bahwa dengan keyakinan yang teguh, semua kesulitan bisa diatasi."
Aku akan menundukkan kepala dengan perasaan yang semakin mendalam, "Rasulullah, aku ingin kau tahu bahwa meskipun zamanku jauh dari zamanmu, aku berusaha sebaik mungkin untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaranmu. Aku ingin menjadi salah satu dari mereka yang engkau sebut sebagai 'ikhwani'—saudara-saudaraku, yang beriman kepadaku meskipun mereka tak pernah melihatku. Aku ingin kelak di hari akhir, aku bisa bertemu denganmu dan engkau mengenaliku sebagai salah satu umat yang mencintaimu, yang mengikuti jejak langkahmu."
Dalam pertemuan itu, aku juga akan meminta nasihat, nasihat yang begitu berharga dari sosok manusia terbaik pilihan Allah. "Ya Rasulullah, apa yang harus kami lakukan agar tetap kuat di akhir zaman ini? Bagaimana caranya agar hati kami tidak terseret oleh dunia yang penuh dengan godaan ini? Bagaimana agar kami bisa tetap istiqomah dalam mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan menjalani hidup yang diridhai oleh-Nya?"
Di akhir pertemuan itu, aku akan memohon doa, "Doakan kami ya Rasulullah, agar kami bisa hidup dengan iman yang kokoh, agar kami bisa terus memperbaiki diri dan menjadi hamba-hamba Allah yang diridhai. Doakan agar kami kelak bisa berjumpa denganmu di surga, di tempat yang telah Allah janjikan untuk orang-orang yang beriman dan bertakwa."
Dan akhirnya, dengan penuh cinta dan rasa harap, aku akan berkata, "Semoga aku, keluargaku, dan seluruh umatmu, ya Rasulullah, senantiasa berada dalam naungan rahmat Allah, dan semoga engkau senantiasa meridhai kami sebagai umatmu."
0 notes
intaaanid · 9 months ago
Text
[Hidup yang tak sempurna]
Kali ini aku bercerita tentang salah seorang guruku. Kalau dilihat dari kacamata manusia, pasti ada banyak sekali hal yang perlu kita sedihkan dalam hidupnya.
Sejak sebelum aku lahir, beliau sudah ikut merintis TPQ dekat rumahku. Dengan nominal yang tak seberapa, beliau tetap bertahan mengajar sampai sekarang, di saat banyak guru lain silih berganti keluar masuk merasa tak sesuai gaji yang didapat. 
Ilmu-ilmu beliau yang masyaallah sekali, besar kemungkinan dapat memilih fokus dengan pekerjaan lain. Tetapi, beliau tetap menyempatkan mengajar, di sebuah kampung dari kabupaten kecil. 
Jauh dari sorot mata dunia, jauh dari harta berlimpah, jauh dari lingkungan yang kondusif.
Sudah tak terhitung sesering apa beliau dimaki oleh orangtua murid yang merasa berat dengan SPP yang sebenarnya sangat kecil dibanding TPQ TPQ di sekitarnya, 
Sudah tak terhitung sesering apa beliau memberikan saran masukan yang begitu menguras emosi dikarenakan itulah tantangan dakwah terhadap orang yg awam dg pendidikan,
Sudah tak terhitung sesering apa beliau memberikan motivasi belajar dan bersabar mendengarkan curhatan murid muridnya.
Tetapi, dengan semua track record beliau, ternyata selama 10 tahun lebih menikah belum juga Allah karuniakan anak.
Apakah kurang cukup ilmu untuk mendidik seorang anak? Sudah sangat cukup, bukan?  Tetapi, Allah katakan "belum saatnya". Sungguh, begitulah hidup yang kata orang-orang tak sempurna.
Tetapi, bagi beliau, hal itu tidak lantas membuatnya cemas berlebih. Setiap kali saya dan suami berkesempatan mendatangi rumah beliau, justru kata-kata keikhlasan yang sarat keilmuan yang selalu kami dapat. 
Padahal, rumah itu pun bukan miliknya, hanyalah sebuah rumah titipan dari orang baik yang mengamanahkan rumahnya sebagai tempat mengaji. Rumahnya pun lebih dari cukup dikatakan nyaman.
Darisini kita belajar tentang definisi cukup dan tenang. Ketaksempurnaan dalam hidup menurut orang lain, tak selalu berkorelasi dengan rasa tak cukup dan rasa tak tenang dalam diri. 
Smoga Allah berkahi kehidupan beliau selalu, Aamiin.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِمَشَايِخِنَا وَلِمَنْ عَلَّمَنَا وَارْحَمْهُمْ، وَأَكْرِمْهُمْ بِرِضْوَانِكَ الْعَظِيْمِ، فِي مَقْعَد الصِّدْقِ عِنْدَكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
1 note · View note
intaaanid · 9 months ago
Text
Ada, aktivis dakwah perempuan yang dengan mudahnya menyingkap lengan, tanpa memakai handsock. 
Menjadi pembicara didepan membicarakan tentang pelatihan kepemimpinan Islam. Barangkali memang tak ada korelasi langsung antara apa yang dibicarakan dengan ketaksempurnaannya menutup aurat. Tetapi, aurat itu adalah wajib, mutlak, tak ada tawar menawar bagi muslimah.
Terlebih jika sudah membicarakan tentang kepemimpinan islami. Yang terlihat saja (aurat) susah mengontrolnya, apalagi yang tidak terlihat (?) semacam management hati, dll. Bagaimana mungkin akan memengaruhi org lain dengan pengaruh kebaikan sebagaimana layaknya seorang pemimpin, jika yg terlihat saja tak patut dicontoh? 
"Barangkali ada amalan-amalan lain yang gak kita tau yang lebih bernilai di sisi Allah?"
Itu urusan berbeda. Wajib tetap wajib. Tidak melakukan 1 kewajiban tetapi melakukan kewajiban yang lain tidak lantas membuatnya berlepas dosa.
Gapapa banget tulisan ini jadi teguran buat aku ketika nanti tiba-tiba misalkan aku menyingkapkan lengan dengan sengaja tanpa memakai handsock. Gapapa, tegur aja. Tapi semoga tidak yaa, smoga Allah jaga kita selalu.
Maaf apabila agak keras mungkin (?) mari terus menjadi pribadi yang lebih baik, dalam dekapan ukhuwah, sesungguhnya kita upayakan untuk terus saling mengingatkan dan menguatkan dalam kebaikan.
0 notes
intaaanid · 9 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Smoga Allah berikan kita keluarga yang penuh keberkahan,
"Ya Allah, berkahilah aku di dalam keluargaku dan berkahilah mereka di dalam diriku. Berilah aku rezeki dari mereka dan berilah mereka rezeki dariku. Ya Allah, kumpulkan kami menuju kebaikan dan pisahkan kami bila Engkau pisahkan menuju kebaikan."
"Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, dan kasihanilah keduanya sebagaimana beliau berdua merawatku ketika aku masih kecil, begitu juga kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat."
"Semua orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, dan ikutkanlah diantara kami dan mereka dengan kebaikan. Ya Allah, berilah ampun dan belas kasihanilah karena Engkaulah Tuhan yang lebih berbelas kasih dan tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan-Mu."
#parenting #parentingislami #fitrahbasededucation #tarbiyatulaulad
0 notes
intaaanid · 1 year ago
Text
Tumblr media
Bahkan karakter diri seringkali tergerus karena harus berusaha menyesuaikan sistem. Atau setidaknya, kebanyakan orang akan menyesuaikan dengan karakter orang-orang di sekitarnya.
Memaklumi semua hal yang terjadi, dengan dalih demi kedamaian bersama. Padahal bertahan atau mencukupkan diri pada lingkungan tersebut tak ada bedanya. Tak menghilangkan ada yang tidak beres dengan sistem yang ada.
Kecenderungan dalam organisasi untuk memaklumi setiap anggotanya yang minim kontribusi bahkan sangat jauh dari standard tupoksi amanah yang dipegang, menjadi warisan turun menurun, berasa menjadi sebuah kesalahan besar ketika ada anggota yang keluar/dikeluarkan, yang bisa jadi kebanyakan berpikir akan merusak citra kaderisasi.
Justru sebenarnya letak keberhasilan kaderisasi jika dapat menghasilkan pribadi yang unggul, setidaknya sesuai dengan standard-standard minimum yang dijadikan acuan untuk naik tingkat. So, Keberhasilan kaderisasi, bukan terletak pada bertahannya anggota-anggota pasif.
Baiklah anggap saja memang itulah budaya yang sudah mengakar, lantas apa yang harus kita perbuat? Memang terkadang menjadi PR tersendiri mengapa sebagian kader bisa jadi sangat militansi dan sebagian lainnya justru dibawah garis minimun.
0 notes
intaaanid · 1 year ago
Text
Mari menyelami hikmah ketauhidan melalui secuil insight dari buku Al Hikam Karya Ibnu Atha'illah ~
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
intaaanid · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Teruntuk kamu yang memiliki banyak kebingungan mengekspresikan emosi, maka sadarilah bahwa itu wajar terjadi! Teruslah berproses dalam menyembuhkannya.
Nggak perlu menyalahkan diri sendiri! Hal itu ada andil orangtuamu yang cukup besar dalam membentuk pribadimu.
Sadarilah bahwa pola asuh orang tuamu memang perlu diperbaiki pada bagian-bagian yang menimbulkan luka bagimu. Bagian lainnya lagi silakan jadikan tauladan untuk diimplementasikan kembali.
1 note · View note
intaaanid · 1 year ago
Text
Kecerdasan dan Kebahagiaan dari Perspektif Neurosains
Insight by Pak Ryu Hassan & Pak Gita Wirjawan : https://youtu.be/iFghbhtpcUI?si=P34UXzvYHo-KfmlM
DISCLAIMER : Untuk setiap yang beragama, perlu belajar lebih terkait Aqidah Ketauhidan sebelum menonton podcast ini ~
Kecerdasan : bagaimana individu mmpertahankan keberlangsungan hidupnya. Makin cerdas emosi, makin bahagia, makin rasional. Emosi terlalu sering membajak rasionalitas hidup kita. Orang yang bahagia akan lebih produktif, meskipun terlihat santai. 
Orang yang tidak cerdas secara emosi akan kesulitan bekerjasama. Dan akan semakin sulit menghasilkan sesuatu yang efektif dan efisien.
Manner does matter itu adalah hasil evolusi kognitive. Kita mengembangkan bahasa sehingga kita bisa bekerjasama meskipun kita tidak saling suka. Direktur boleh aja benci sama anak buahnya, anak buahnya juga boleh aja benci, tp faktanya di hadapan orang lain harus selalu menerapkan manner.
Itulah mengapa manner disebut fiksi. Tidak selamanya sesuai dengan isi hati. Tetapi itu penting. Bahkan kadang dibilang munafik. Karena pada dasarnya manusia tidak bisa selalu dalam keadaan stabil moodnya, sehingga terkadang saat lagi kurang stabil moodnya akan berakibat pula mudahnya memberikan penilaian buruk terhadap orang lain. Dan itu tidak akan bertahan lama, melainkan selalu hilang muncul selama perjalanan hidup kita. 
Pemimpin tidak akan jadi pemimpin tanpa adanya fiksi.  Perlu diciptakan fiksi untuk mengikat kelompok dan menciptakan trust terhadap pemimpin. Tidak selamanya yang diucapkan benar tetapi selagi tidak menimbulkan mudharat, bahkan justru jadi penyemangat untuk merealisasikan tujuan bersama, itu justru penting. Yang dimaksud fiksi disini adalah semisal ada kalimat, "Ketua kita pinter banget loh negosiasinya". Satu aja orang yang kedudukannya satu tingkat lebih tinggi dari kita mengucapkan hal demikian akan mempengaruhi psikologis kita dalam memandang pemimpin. 
Cognitive Immunity : Bahwa kemampuan kita membedakan fiksi dan fakta memiliki gap yang makin melebar. Hal ini disebabkan oleh ilmu pengetahuan yang makin banyak. Sehingga orang yang tau banyak dan orang yang tau sedikit perbedaannya akan jauh lebih terlihat. 
Selama ini manusia cenderung diajarkan untuk berkompetisi. Namun ternyata konsep berkompetisi sesungguhnya justru menghasilkan pribadi yang jauh dari kata bahagia dan menurunkan tingkat produktifitas. Maka pentingnya manusia untuk melawan entropi ini dengan menekankan aspek kerjasama sejak kecil. Saat anak mulai bisa memegang barang dan bisa duduk, maka saat itu pula dimulai membiasakan untuk makan dengan memegang sendok sendiri dan di meja makan.
Kebahagiaan dalam komunitas tidak akan bisa tercapai ketika salah seorang masuk ke urusan pribadi orang lain. Variabel utama masyarakat bahagia itu tidak saling rese urusan pribadi, tapi saling peduli dalam urusan sosial. 
Sebenarnya bisa saja kita memaksimalkan potensi keilmuan untuk menciptakan alat yang bisa mentrasnfer isi kepala seseorang ke orang lain. Tapi sayangnya, tiap orang pasti punya privasi. Sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan.
Sejatinya kita melakukan aktivitas apapun itu adalah dalam rangka untuk menunda kematian. Seperti halnya bernafas, kita mau bernafas karena kita masih ingin hidup. Seperti halnya makan, kita makan karena masih ingin hidup. Seperti halnya kita bekerja, kita berkerja karena masih ingin membeli kebutuhan untuk dapat melangsungkan hidup.
Kita hidup di zaman yang mana informasi lebih banyak dibanding pengetahuan. Pengetahuan lebih banyak dibanding kebijaksanaan. 
Derajat entropi dunia ini akan terus meningkat. Kita tidak bisa menahan lajunya perkembangan pengetahuan. Maka dari itu, kita tidak selalu bisa memegang value. Yang lebih tepat adalah harus memahami konsekuensi dari setiap keputusan.  
Kalau hobimu ngasih nasehat, suka menggebu membicarakan suatu hal yang menurutmu inspiring, jangan dekat-dekat dengan orang depresi. Why? Ya makin depresi dia.
Sekarang ini, banyak sekali hal terlihat luar biasa. Sesungguhnya itulah kekuatan marketing. Fiksi yang diciptakan membuat adanya ilmu marketing itu. Pada akhirnya tujuan marketing adalah emosional. Semakin dapat menyentuh sisi emosional seseorang, suatu hal akan terlihat luar biasa bagi orang tersebut.
Tidak ada Artificial Inntelegencia yang bisa dikalahkan oleh keakuratan manusia, tapi sebaliknya, tidak ada komputer yang bisa mengalahkan wisdomnya manusia. Maka idealnya, manusia dan AI bekerjasama agar menghasilkan kebaikan yang lebih banyak bagi manusia. 
Tubuh kita terdiri dari biologi, kimia, fisika, jadi tubuh kita terdiri dari bahan-bahan alam yang bekerja berdasarkan hukum alam. Tidak ada tahayyul dalam tubuh kita.
Jika kita menyadari segala sesuatu bekerja berdasarkan hukum alam, maka hidup kita akan lebih bahagia. Karena apapun yang terjadi sebenarnya bukan kendali kita. Sebab akibat yang tercipta adalah respon alami tubuh kita. Misalpun manusia mampu menjelaskan sedemikian rupa kenapa ini bisa terjadi, kenapa itu bisa terjadi, itu hanyalah teori yang dibuat manusia sendiri, padahal faktanya tubuh kitalah yang memiliki respon otomatis atas hukum alam yang ada.
#endgame
1 note · View note
intaaanid · 1 year ago
Text
[Sungguh Membingungkan.....]
Tak jarang manusia terjebak dalam hubungan yang membingungkan. Hingga terciptalah konsep berpikir yang membingungkan pula. Batas antara salah dan benar begitu samar. 
Self esteem rendah adalah impact dari adanya hubungan ini. Terkesan afirmasi positif yang tercipta begitu tinggi bukan karena dirinya luar biasa. Melainkan tingginya kebutuhan akan adanya energi positif berlebih sebagai upaya netralisir banyaknya energi negatif yang terserap.
Jelas, tak semua orang dapat memahaminya. Abstrak. Memang akan semelelahkan itu. Orang-orang yang terjebak di dalamnya selalu menganggap rumit segala hal. Peremehan berkelanjutan adalah sebab semua ini terjadi.
Terlebih jika pelaku ialah orang terdekat. Akan makin banyak  yang tak bisa memahami apapun yang kamu lakukan. Terus menerus berada dalam lembah manipulatif tentu akan menciptakan jarak yang kian hari kian jauh dari dirimu yang sebenarnya. Yap, benar. Satu kata yg tepat untuk mempresentasikannya adalah manipulatif. 
Hingga tibalah masa dimana kamu tak bisa melihat dirimu sendiri. Semua yang kamu lakukan pada akhirnya atas kendali sang pelaku. Jika tak berani memutus hubungan dengannya, semua ini akan makin menyiksa. Dan akan terus lebih menyiksa jika sudah sampai berakibat jauhnya ikatan dengan Allah Rabb Semesta Alam. 
Ternyata Allah sudah memperkirakan berbagai hal yang memungkinkan terjadi pada hambaNya. Teruntuk para korban manipulatif, mari kita lihat QS Al Mujadalah : 22.
"Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya...."
Jelas tersebut bahwa bahkan hubungan darah sedekat apapun bukanlah sebab timbulnya saling berkasih sayang kelak di Akhirat. Oleh karena itu kamu tak perlu terus menerus menjelaskan kepada semua orang apa yang sebenarnya terjadi, percuma saja. Jadilah kuat untuk dirimu sendiri. Bertanggung jawablah terhadap kebahagiaan dirimu sendiri. Dan pegang erat orang yang membuatmu bahagia. Terutama dengan orang-orang yang mendekatkanmu denganNya.
Terakhir, doakan. Tak berkurang nikmat cinta yang telah kau dapat hanya karena mendoakan orang yang tak sejalan denganmu. Justru untaian doa baik yang terpanjat akan berbalik pada diri sendiri.
4 notes · View notes
intaaanid · 2 years ago
Text
Allah memang maha adil.
Berbagai luka yang ada perlahan Allah pulihkan lewat suami hebatku. Perlahan Allah tunjukkan bukti nyata bahwa sabar akan membuahkan hasil.
Tapi, jika disuruh memilih, barangkali aku akan memilih berada di posisi ini saat sedang sendiri. Sehingga justru aku yang dapat berperan sebagai pembawa cahaya bukan yang membutuhkan cahaya.
Smoga Allah mudahkan diriku untuk Ridha terhadap apapun yang sedang dan telah terjadi ataupun yang akan terjadi di masa depan.
(Q.S. Al Fajr : 27 - 30)...
Hai Jiwa yang tenang! Aku merindukanmu.
Aku mendambakan menjalani kehidupan yang penuh dengan optimisme. Yang senantiasa percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin dari sebuah kemustahilan.
Hai Jiwa yang tenang! Aku merindukanmu.
Aku mendambakan menjalani kehidupan yang penuh dengan keridhaan. Yang tidak langsung bertumpah air mata ketika mengingat perkataan dan perbuatan orang lain yang menyakitkan.
Dan bismillah... kelak saat masa itu datang kembali, tolong jangan cabut nikmat penuh cinta ini. Kondisi yang baru aku rasakan sejak 31 Maret 2022. Mudahkan kami mengkolaborasikan semua nikmat yang ada dengan seoptimal mungkin. Merasakan perasaan aman dan nyaman dicintai dengan cara yang tepat. Dan dapat mengekspresikan sepenuhnya rasa mencintai.
0 notes
intaaanid · 2 years ago
Text
Jiwa yang special itu adalah ketika yang datang adalah hal-hal yang melelahkan, namun bagi dirinya justru melalui hal-hal yang melelahkan itu, ia sedang berproses, sedang dibentuk menjadi sesuatu yang baru dan pasti baik.
Ia tau serangkaian kejadian yang sedang terjadi padanya akhir-akhir ini adalah bentuk terkabulnya doa untuk menjadi seseorang yang baik.
@terusberanjak
319 notes · View notes
intaaanid · 2 years ago
Text
Setiap ada masalah, sejak dulu selalu diajarkan untuk tidak mengatakan, “Allah, aku punya masalah besar” tapi harus mengatakan, “Wahai masalah, aku punya Allah yang Maha Besar”. Semakin kesini, saya semakin yakin bahwa kalimat itu punya kekuatan besar; mengafirmasi sisi positif pada diri kita, menjadi booster bagi hati yang melemah, memberi pengingat bahwa selama kita masih beriman maka Allah akan menjamin hidup kita.
Semakin dimaknai, kalimat “Wahai masalah, aku punya Allah yang Maha Besar” akhirnya tak lagi menjadi pemanis belaka, tapi ia menjelma menjadi api yang mengobarkan semangat yang sempat terputus sebab dinamika hidup yang kita lalui. Tangis kita sebab kesulitan hidup berubah menjadi tangis sebab keyakinan Allahu Ma’ana semakin memeluk relung hati kita.
Akhirnya saya mulai paham mengapa guru saya mengajarkan kalimat itu pada saya, ia kalimat sederhana, tapi istimewa.
271 notes · View notes
intaaanid · 2 years ago
Text
Hanya karena kamu berbeda,
bukan berarti kamu salah
Tiap orang itu Allah ciptakan unik
Sepaket dengan permasalahan kompleks yang berbeda-beda
Sebaik-baik manusia memang yang pandai mengambil hikmah,
Tapi proses pencarian hikmah tak saat itu juga muncul,
Nyatanya butuh jeda waktu untuk pulih,
dan gak semua orang dapat memahami itu
Bukan tanpa sebab Allah ciptakan manusia dg permasalahan yg berbeda, barangkali itulah maksud Allah agar kita bisa saling menguatkan
Kata "Seharusnya" yang terus dijadikan label diri, menuntut manusia untuk selalu tampil sempurna
Ternyata, kamu lupa, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna,
jadi untuk apalagi mencari kesempurnaan?
Saat kamu melakukan kesalahan, itu perbuatanmu yang salah, dan saat itu saja, bukan berarti kamu salah
"Saya melakukan kesalahan" dengan "Saya salah" adalah dua hal yang berbeda
"Saya melakukan kesalahan" mengindikasikan diri melakukan suatu kesalahan dalam suatu waktu tertentu
"Saya salah" mengindikasikan diri selalu melakukan kesalahan tanpa ada hal benar sedikitpun
Hanya karena 1 orang menganggapmu salah, bukan berarti seluruh dunia menganggapmu salah
Hanya karena kamu gak dianggap berguna oleh orang yang kamu suka, bukan berarti kamu gak berguna bagi orang yang menyukaimu
Hanya karena kamu merasa butuh energi, bukan berarti kamu tak pantas untuk berbagi energi
Barangkali, energi yang kamu bagikan saat kamu sendiri membutuhkannya adalah energi terampuh untuk saling membuat hidup kita lebih bermakna
Barangkali, saat kamu berbagi dengan niat yang tulus justru jadi sarana untuk mengisi energi diri
3 notes · View notes
intaaanid · 2 years ago
Text
Kamu merasa hampa? Merasa kehilangan makna hidup dan kebahagiaan? Jangan-jangan kamu belum mengenal betul definisi Fitrah dalam dirimu.
Karena sesungguhnya makna diri, kebahagiaan, dan tugas langit atau misi hidup kita telah Allah karuniakan dalam Fitrah yang dibawah sejak lahir.
Tugas kitalah merawat Fitrah itu dengan sebaik-baiknya dan memandunya dengan kitabullah sehingga menjadi kehidupan yang berbahagia dan pada puncaknya menemukan alasan kehadiran kita di dunia yang harus dituntaskan sampai akhir hayat,
sehingga tercapailah maksud Allah menciptakan kita untuk beribadah, dan tercapailah juga peran Khalifah Allah di muka bumi.
Ada ayat yang sangat familiar
...إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ...
Artinya : “...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” [Q.S. Ar - Ra'd : 11]
Ternyata asbabun Nuzul ayat tersebut adalah menjelaskan bahwasannya makna perubahan dalam Islam bukanlah menuju yang baru, tetapi menuju kepada fitrahnya.
Sekitar tahun 1990an, Havard University mengadakan riset terhadap 19 lulusan terbaiknya. Riset dilaksanakan selama 15 tahun. Saat dipublish, ternyata mengejutkan. Terdapat 10 orang yang menyebabkan perusahaan bangkrut karena manipulasi keuangan. Dan dari 9 orang itu sebagian merusak alam dengan melakukan eksploitasi besar-besaran, dan sebagiannya lagi melakukan bunuh diri.
Hal itu menandakan bahwa orang-orang yang jenius di kampus tidak menjamin dunia/peradaban lebih baik.
Ketika ditarik garis besarnya, maka bisa dikatakan riset tadi menyimpulkan bahwa dari 19 orang itu terbagi menjadi 3 kluster.
1. Tidak Beradab pada Masyarakat
2. Tidak Beradab pada Alam
3. Tidak Beradab pada Diri
Mengapa hal itu bisa terjadi?Karena sistem pendidikan modern hanya melahirkan "Human Thinking (Cerdas Berpikir)" dan "Human Doing (Terampil). Tapi tidak melahirkan "Human Being (Insan Kamil)".
Apa itu Human Being? Atau dalam Islam kita Sebut Insan Kamil?
Insan Kamil adalah manusia yang tumbuh paripurna sesuai dengan fitrah penciptaannya.
Kita ambil contoh, salah seorang Sahabat Nabi.
Yaitu Usamah bin Zaid RA (615 - 673 M)
• Ditarbiyah sejak lahir oleh Rasul
• Sahabat muda saat Rasulullah sudah tua
• 14 tahun dinikahkan oleh Rasul
• 16 tahun menjadi panglima perang Tabuk
Kenapa yang ditunjuk jadi panglima perang bukan senior-seniornya? Padahal ada Khalid bin Walid juga disitu.
Ternyata hal itu terjadi karena Rasul ingin menunjukkan pada dunia bahwa itulah sebenarnya definisi Pendidikan.
Kalau Kata Ibnu Khaldun, Pendidikan yang benar adalah mengantarkan anak dari Fitrahnya, dipandu dengan Kitabullah, Lalu mencapai yang disebut Peran Peradaban.
Oleh karenanya, bertahun-tahun setelah itu, muncul orang-orang hebat sepanjang sejarah untuk melanjutkan model pendidikan Rasul. Dan terbukti tercetak berbagai Pemuda Islam yang sudah tampil di Kontes Peradaban.
Seperti:
Imam Syafi'i (767 - 820 M)
• 11 Tahun : Jadi Mahasiswa
• 14 Tahun : Kehabisan Dosen
• 16 Tahun : Jadi Mufti (Ahli Fatwa)
Muhammad bin Musa Al Khawarizmi (780 - 850 M)
• 18 Tahun : Penemu Aljabar & Guru Besar MTK
• 10 Tahun : Menciptakan Rumus ABC
Abu Hamid Muhammad Al Ghazali (1058 - 1111 M)
• Belajar Fiqih secara mendalam sejak remaja
• 19 Tahun : Merantau ke berbagai negeri untuk mendalami pengetahuan
• Ada 50 lebih karya masterpiece yang masih dibaca oleh orang sampai saat ini
Muhammad Al Fatih (1432 - 1481 M)
• 21 Tahun : Menaklukkan Konstantinopel
• Usia Belasan : Mulai memimpin pasukan perang (Melanjutkan kepemimpinan ayah dan kakeknya)
Sentot Alibasya (1807 - 1855 M)
• 17 Tahun : Jadi Panglima Perang saat Perang Diponegoro
• Kata Alibasya dalam namanya adalah Gelar militer tertinggi yang diadopsi oleh pangeran Diponegoro dari angkatan perang turki.
Hasan Al Banna (1906 - 1949 M)
• 21 Tahun : Mendirikan Ikhwanul Muslimin di Mesir (1928 M) yang memiliki member 20 ribu orang aktif. Gak kayak followers IG biasanya loh ya, ini bener-bener anggota aktif.
• 16 Tahun : Mulai pergerakan
Mohammad Natsir (1908 - 1993 M)
• 15 Tahun : Ketua Jong Islamiten Bond (1928 - 1930 M)
Lalu bagaimana dengan anak-anak sekarang? Kebanyakan lambat dewasanya. Pendidikan jaman sekarang diromantisasi melalui revolusi Industri dan orientasi Bisnis.
Sehingga menghasilkan manusia yang sibuk bekerja tapi tidak sanggup memegang peran dalam Peradaban.
2 notes · View notes
intaaanid · 2 years ago
Text
a love letter to my future children...
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
intaaanid · 2 years ago
Text
how to maintain a tahajjud routine
Tumblr media Tumblr media
trying to wake up for tahajjud + fajr is something that i've been trying to do consistently, especially as it's winter and the days are shorter. this can be hard with my uni studies/lectures and other commitments when I just want to sleep for longer and not wake up. however, these are some things that help me form a routine:
sleep early this means that you're getting enough sleep to not be as tired when you wake up. try and go to sleep around the same time every night so that when you do wake up for tahajjud, your body adjusts over time to this new routine. i tried to be asleep by 11pm and my body naturally started to wake me up around 5-5:30am because of this, alhamdulillah.
setting multiple alarms i am that girl who will wake up her whole house with alarms before it even wakes her up. if i want to wake up at 5:45, i set them for 5:40, 5:45, 5:50, 6:00 and eventually i get tired of snoozing them all and just get out of bed.
repeating 'prayer is better than sleep' in my head sometimes it is so tempting to say 'i'll get up in 5 minutes...' and then that 5 minutes turn into 2 hours. when having the urge to say this to myself and close my eyes, i try and battle it by repeating that phrase in my head which reminds me the blessings of salat and helps me get out of bed.
waking up 30 minutes before fajr by the time i finish praying tahajjud, it is fajr time and i get to complete the first prayer on time as well. this will make it feel easier as you're not waking up in the middle of the night and then going back to sleep and missing fajr or having to wake up for it again - you get to pray both around the same time.
doing something after fajr before a nap sometimes it's hard to go back to sleep after fajr on the days where I start university late/it's the weekend but i still want some rest. i started to do some reading after fajr to make me sleepy so that in an hour or two, i'd go back to sleep for another 2 hours and wake up feeling well rested and continue with the rest of the day. i'm always the most productive on these days. of course, it depends on your life schedule and what is going on in your life as well.
reading about the blessings of tahajjud understanding this makes me want to pray tahajjud even more as i know the benefits and beauty of waking up in the middle of the night when everyone else is asleep and Allah has descended to the lowest heaven in the third part of the night. it makes me want to wake up and be close to Him.
these are just what work for me. if these do not work for you, try and see what does and Insha’Allah you will form your own routine. may Allah make it easy for us all, Ameen.
2K notes · View notes