Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Namun bahkan,
Nadimu tak kau rasakan
Darahmu tak kau kenali
Denyutmu tak kau akui
Padahal jiwamu adalah titipan
Pegangan kini kau jadikan permainan
Phobia bukan dr orang luar
Namun terjadi pada jiwa kita sendiri yang mulai buyar
Terhadap apa yg seharusnya menjadi pedoman kehidupan
Apakah itu yg kau sebut kebenaran?
Bandung, 5 Desember 2017 | Isalsyahri | Tebar Manfaat Lewat Aksara
Puisi : Kebenaran
Dahulu datang asing
Kelak kan kembali menjadi asing
Kini pun terasing
Dahulu terasing di tengah kejahilan
Kelak terasing di tengah kejahilan
Kini?
Pembenaran menjadi sahabat karib
Kebenaran masih menjadi asing
23 notes
·
View notes
Text
….jangan khawatir kalau memang kita ditakdirkan untuk bertemu, mudah bagi Tuhan untuk mempertemukan.
Pukul 06.23 Pagi ini sesuai janji, Reza akan menemaniku untuk berangkat ke bandara, menemui Nirmala. Dia selalu menjadi kawan terbaik, walau segudang rasa kesal padanya, sahabat tetaplah sahabat. “Siap ketemu Nirmala?” tanyanya menggoda “Kenapa harus ga siap?” “Selama ini kan lu cuman beraninya lewat surat, gimana kalo ketemu beneran? mau pingsan di tempat? hahaha” “Itulah gunanya lu nanti, buat nelponin ambulan pas gue pingsan” Kami pun tertawa lepas dalam perjalanan menuju Bandara. Depok-Soetta perjalanan yang harus ditempuh lebih dari dua jam, berangkat lebih awal menjadikan diri ini harus lebih siap dengan waktu yang lebih untuk mempersiapkan diri. Rupanya mentalku yang belum siap. Entah apa yang akan disampaikan olehnya padaku. Aku yang menjadi pengagum rahasianya selama ini.
Sudah ku siapkan kemungkinan terburuk. Pertemuan ini menjadi pertemuan terakhir, dan dia cukup menjadi pengoleksi produk perasaanku, surat-surat merah jambuku. Atau mungkin bisa saja dia memiliki perasaan yang sama denganku? dan diam-diam dia pun mengincarku, memperhatikanku dari jauh, ah sudahlah, imajinasiku terlalu jauh. “Sadar Tam, kau sedang bermain dengan cinta, kau harus siap dengan rasa sakit yang ada” hati kecilku berteriak-teriak lantang mengingatkanku. Pukul 07.15 Jakarta tetaplah Jakarta, jam tujuh sudah bukanlah pagi yang indah, kepadatan sudah terasa, klakson sudah terdengar nyaring dipenjuru sudut kota, mobil pinjaman Reza sudah tak berdaya. Tak bergerak di tengah mobil-mobil lainnya. “Yakin ga nih sampe bandara sebelum jam 10?” keluhku, padahal masih 3 jam menuju jam 10 “Mending lu ngedoa deh Tam, lu ngeluh juga gakan merubah keadaan. Laut aja bisa Allah belah pake tongkatnya Musa, macet gini doang mah perkara kecil buat Allah” “Kesambet apa lu pagi-pagi udah bijak?” Tapi kekuatan doa itu nyata. Begitu keyakinanku. Hanya saja terlalu gengsi untuk membenarkan perkataan Reza barusan. Doa agar macetnya dihilangkan, namun ku kira tak cukup jika hanya berdoa untuk hal ini, kulanjutkan berdoa agar selamat sampai tujuan, berdoa agar dapat bertemu dengan Periku, berdoa agar Periku mencintaiku, berdoa agar Periku menjadi istriku, memiliki anak, hidup bersama, dan bahagia selama-lamanya. Namun sayang, ini bukan fairy tale. Hanya untuk bertemu dengannya saja sudah kebahagiaan untukku, mengenalkan diriku, siapa aku, sudah lebih dari cukup. Jika ada lebihnya, anggap saja bonus. Pukul 08.50 “Rezaa, buruan dong, ini udah mau jam sembilan, kalo terlambat gimana?” “Lu marah-marahnya ke mobil yang laen dong, ngapain juga bikin macet!” Hampir pukul 9 dan perjalanan masih jauh, Sedkit demi sedikit asa ini mulai sirna, ah apakah harapan ini akan sirna terhimpit oleh realita? Peri Cantikku, mohon tunggu aku, perasaan ingin bertemu ini sudah tak kuasa kupendam sejak lama. Hari ini puncaknya, hari ini yang kutunggu. Sebelum kau terbang jauh ke negeri kangguru, sebelum banyak hal yang terjadi padamu, aku harus bertemu denganmu. Ya, harus. Pukul 09.05 Allah perjelas RahmatNya hari ini dengan meloloskan kami dari kemacetan. Padahal 10 Menit yang lalu aku dadaku masih sesak karena seakan sudah sirna asa harapan itu. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. 120 Km/jam. Jalan layang yang entah mengapa sangatlah renggang, tak ada suasana macet seperti sebelumnya. Jantung ini benar-benar beradrenalin. Bukan karena ngebut, tapi sebentar lagi aku akan bertemu dengan Nirmala, Membayangkannya saja sudah tak kuasa, tersenyum sendiri, mungkin ini kenikmatan sebagai pengagum rahasia. Pertemuan memiliki citarasa tersendiri. Dan ini adalah pertemuan pertama, saat kau benar-benar bertemu denganku. Tunggu saja. Masih dalam laju yang kencang, beberapa km sebelum bandara. Kurasa ada yang tak beres dengan laju mobil ini. “Za, ko ini mobil jalannya ga stabil ya?” “Kayaknya bannya bocor deh” “Ah jangan becanda!, Kita minggir dulu deh” “Ga bisa Tam, ini di jalan layang, mobil-mobil lain kenceng bawanya” “Gapapa, aman deh yang penting bener dulu bannya, lu bawa serep kan?” “Bawa sih” Perlahan mobil mencoba menepi, dari kaca spion Reza memperhatikan laju mobil dari arah belakang, meyakinkan kondisi aman. Namun, belum sampai sisi jalan, terlihat sebuah truk melaju kencang dari arah belakang, truk besar tersebut seakan tidak mengindahkan lampu sign dari mobil Reza, dan truk itu masih melaju kencang ke arah mobil akan menepi! “Za, hati-hati itu ada Truk!” Reza hanya terdiam mencoba mengendalikan mobilnya agar tidak terkena badan truk, minimal tidak terserempet. Namun truk semakin mendekat dan membunyikan klakson-klaksonnya berulang kali, tiada henti seakan dalam kondisi yang tidak bisa dikendalikan. Dalam persekian detik hati ini berdegup kencang, berdoa kembali agar diberi keajaiban, sungguh tidak ada dalam rencana hari ini akan bertemu dengan truk yang melaju kencang dan akan menabrak mobil Reza. “Ya Allah, apa rencanaMu sekrang? Reza membanting stir, lalu mobil pun berputar-putar diatas tanah, truk semakin mendekati mobil! Setengah sadar dalam athmosfir kepanikan dalam mobil aku berteriak “Nirmalaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……!”
Pukul 09.15 Nirmala masih menunggu. Hingga ada satu hal yang tersirat dalam benaknya, bahwa Tama adalah Tama, seorang tokoh khayalan yang hanya dapat ditemui dalam surat, tak perlu ia menemuinya dalam dunia nyata. Kurang dari satu jam lagi pesawat akan berangkan, namun Tama, “Dimana kamu, Tama���.” “Nirmala” Seseorang memanggilnya, ia berharap itulah Tama, dan ia yakin, itulah ia. Nama yang selama ini menjadi misteri, kini terwujud nyata. Suara yang terdengar jelas dari arah belakangnya, Nirmala tersenyum, tersipu malu, seakan belum siap untuk bertemu dengannya. Ia menghela nafas, lalu membalikkan badan, menyambut sang pemilik suara dengan senyum andalannya. “Mario..?” Bukan Tama, Bukan yang selama ini menjadi teman khayalannya, teman yang selalu ada dengan kata-kata romantisnya, teman yang selalu ingin ia temui tatkala membaca setiap bait dari surat-suratnya. Tapi dia, orang yang datang dari masalalunya. Nirmala, masih dengan teriakan hati yang sama. Hatinya bertanya, “Dimana kamu, Tama…? Bandung, 9 Maret 2017 | isalsyahri | Tebar Manfaat Lewat Aksara
Cerpen: Cinta yang Nirmala
Peri cantik, apa kau sedang sakit?
Hari ini aku tak bisa melihat wajahmu di tempat biasa
Layaknya sebuah handphone yang tidak menemukan pengisi dayanya
Aku, mulai melemah
Karena merindu
Aku selalu meminta pertemuan indah untuk kita
Setidaknya aku tau namamu saja, dengan berkenalan secara nyata
Hingga aku bisa sampaikan surat-surat ini kepada yang ku tuju
Karena Pak Pos bukanlah dukun
Dia tak bisa mengirimkan suratku, jika tak kuberi alamat dan nama penerimanya
- 29 Februari 2012
Tumpukkan kertas di atas meja kerjaku semakin banyak saja. Surat yang belum memiliki nama penerimanya. Sudah dua bulan ini aku setia dengan rutinitas sore hariku. Memandangi kaca dibalik kedai kopi yang tak jauh dari Universitas Indonesia. Aku selalu duduk di tempat yang sama. Juga memesan kopi yang sama. Hanya berteman laptop dan kamera. Jaga-jaga, jika aku harus pergi meliput, sembari menulis laporan hasil wawancara kemarin. Namun setiap pukul lima sore aku pastikan, pandanganku tak lepas dari kaca besar dihadapanku.
Pertemuan pertamaku denganmu tak direncanakan. Bahkan kamu tak benar-benar bertemu denganku. Hanya aku yang bertemu denganmu. Namun sepertinya kamu memiliki kandungan kafein yang membuat aku mengikrarkan diri menjadi pelanggan setia di kedai ini. Aku seorang jurnalis. Sebenarnya, bisa saja aku mencari informasi banyak tentangmu. Jika ku mau. Tetapi aku lebih mau, kita bertemu dengan cara-Nya. Dipertemukan. Bukan dengan sengaja keluar dari kedai, berlari, dan meminta berkenalan. Sepertinya, akan ada cara yang lebih indah. Dan aku menunggu waktu itu.
“Halo” aku mengangkat panggilan masuk dari temanku, Naya.
“Ada apa Nay?”
“Lo dimana Tam?”
“Lagi di café.”
“Cepetan ke kantor. Ada meeting sama Pimred malam ini. Jangan matung di café mulu. Sama titip hazelnut dingin ya. Ntar gua bayar di sini.”
“Alah, alibi lo meeting. Awas aja kalo ini cuma menuhin kemauan lo yang gak bisa ditunda itu.”
“Hahahahaha serius meeting Tam.”
***
Chandra Wira Pratama
Aku memandangi tanda pengenal diri yang ku kenakan. Sejenak terlintas untuk memanfaatkannya untuk menciptakan pertemuan yang aku tunggu. Karena aku tak pernah bisa tahu, sampai kapan aku harus menunggu.
“Apa aku datang saja ke kampus, lalu mewawancarainya sebagai target random surveyku?” aku bertanya kepada diriku
“Ah, jangan. Itu terlalu resmi.” Jawabku sendiri. Seperti perang batin.
“Tapi kalo hanya namanya saja yang aku perlukan saat ini, kurasa itu bisa saja.”
“Atau aku meliput acara internal kampus aja ya, biar bisa sambil ku lihat-lihat sekeliling sana.”
DAAAAAAAAAAAR!!
“Ngelamun terusssss. Lo lagi mikirin utang Tam?” Reza menepuk bahuku, lalu duduk di sampingku.
“Utang lu ke gua tuh yang belum lunas.” Ku jawab sekenanya.
“Gua salah nanya nih. Senjata makan tuan. Bulan depan ya Tam. Hehehe”
“Bulan depan terussssssss.” Sambil kurapikan laptop dan kamera. Ini sudah pukul empat sore.
“Lu kan temen gua. Mau kemana lu?”
“Pergi ke tempat yang gak ada lu nya. Bye, gua cabut dulu.”
“Akhirat aje Tam. Di sana gak ada guanya. Gua masih di dunia. Hahahahaha”
“Hahahahahahaha”
Aku berjalan menuju parkiran. Seperti biasa. Untuk menunggumu, dibalik kaca besar. Kali ini aku sudah isi baterai kameraku. Aku bisa menambah koleksi foto untuk album yang ku beri nama “Peri Cantik”.
“Sampai jumpa di petang ini, peri cantik.” Gumam hatiku.
Bandung, 05 Maret 2017 | ashriati | Tebar Manfaat Lewat Aksara | MenulisSinergi
48 notes
·
View notes
Quote
Halo hati, apakabar?
Maka hati jadilah raja yang baik
4 notes
·
View notes
Text
Langit
namaku bukan Erza tapiku suka dengan ketinggian, melihat dunia dari sudut pandang burung-burung yang berterbangan, berlalu lalang. hinggap dari satu titik, ke titik lainnya. perjalanan hidupnya bersama awan dan angin, menjadi pembelajaran. setinggi-tingginya burung terbang, pasti ia mati dan jatuh ke tanah. ah apalah daya kita, manusia yang selalu berpijak diatas bumi. tak bisa terbang, mampu dengan burung besinya saja. ingin angkuh? sekali sentil, hancur sudah perjalanan manusia diatas langit oleh sang Maha Kuasa. sekali-kali mengadah lagi ke atas, ada apa ya disana? yang katanya ada 7 lapis. dengan puncak arsy. jutaan bintang kerlipnya tiada henti menghiasi malam. jaraknya jutaan tahun cahaya, yang luar biasa besarnya, hanya terlihat kecil dari bumi ini. kebesaranNya sungguh nyata terlihat, sekecil itulah kita. ingin angkuh? apa yang akan diangkuhkan? jika sejatinya kita benar-benar kecil dan tak memiliki apa-apa. aurora, belatrix, sirius, nebula, apakabar kalian dan keluargamu yang lainnya? aku yakin, dzikirmu selalu terjaga di siang dan malam. ketaatanmu terpatri, tak diragukan lagi untuk beribadah, bertasbih padaNya. ah langit, selalu banyak pelajaran yang bisa difikirkan, kita dapatkan untuk dapat berbenah diri. setelah isra miraj menjadi episode penting dalam sejarah Islam, rahasia Ilahi apa lagi yang kau sembunyikan disana? bandung, 2 Maret 2017 | Tebar Manfaat Lewat Aksara | isalsyahri
11 notes
·
View notes
Text
Kalah
Namaku Bukan Chandra. Menurut banyak motivator, kehidupan harus berasaskan semangat optimistis yang tinggi. Yakin dapat mendapatkan apa yang diinginkan. Tidak boleh pesimis. Tidak boleh! Mungkin demikian kaliam motivasi yang menggugah semangat hidup manusia-manusia untuk bertahan hidup Padahal kekuatam kehidupan tak seindah apa kata motivator. Untuk menjadi yg terbesar. Cukup dengan menjadi orang yang tau besarnya jasa oranglain pada kita. Dan mampu membalasnya. Untuk menjadi yg tercerdas. Cukup dengan yg paling mempersiapkan kematiannya. Karena mati itu yg terdekat dengan nafas kita. Untuk menjadi yg terkuat. Cukup dengan yang paling sabar menahan amarah. Emosi. Nafsu yang ada. Satu dari sekian pernyataan, Terdapat pertanyaan. Sudahkah kita memenangkan peperangan dalam diri kita dendiri? Peperangan melawan hawa nafsu. Asyaddul jihad, jihadul hawa. Perjuangan yang sesungguhnya, yang terberat, adalah memerangi hawa nafsu. Namun Nyatanya pedang kebangganku masih tergeletak di tanah, tamengku hancur lebur, tubuhku jatuh tersungkur. Sungguh, betapa hebatnya musuh yg satu ini. Namun ini bukan detik2 terakhir. Masih ada nafas2 yg masih bisa diperjuangkan. Semangat :) Bandung, 1 Maret 2017 | Tebar Manfaat Lewat Aksara | isalsyahri
6 notes
·
View notes
Text
:')
Paradoksal Abu Bakar dan Umar
Dari dulu saya sebenarnya bertanya-tanya, mengapa kisah hidup Abu Bakar jauh lebih sedikit yang kita temukan daripada kisah Umar?
Lalu, tiap membaca kisah mereka dari hadist, ada sensasi aneh dan unik yang muncul. Misalnya, saat kita membaca kisah Umar, beliau selalu tampil sebagai seorang yang kuat, tegas, dan cenderung keras.
Abu Bakar sebalknya, tidak menonjol dan tidak mau menonjol. Abu Bakar selalu meringkuk di pojokan dan tidak nyaman jika diminta tampil. Namun, saat ia tampil, jawaban dan tindakan-tindakannya membelalakkan mata.
Abu Bakar jelas adalah seorang phlegmatis murni. Jika ia tak harus muncul, ia takkan mau muncul. Ketika harus muncul, Abu Bakar pun bicara dengan kerendahan hati luar biasa. Kata-katanya singkat, tindak-tanduknya mencerminkan “siapa sih saya, bukan apa-apa”. Wajahnya merah saat dipuji. Ia tidak suka dipuji. Gambaran fisiknya pun makin menguatkan asumsi itu, “kurus, tinggi, berkulit putih, terlihat ringkih, agak bungkuk, berjenggot putih, dan pendiam”, begitu gambaran umum fisik Abu Bakar.
Abu Bakar beramal dalam diam, tapi amalnya luar biasa. Amalnya adalah yang terbaik. Hanya beberapa amal yang sempat Umar pergoki. Namun, saat Umar berhasil “menangkap basah”, ia hanya bisa kicep melihat kualitas amal Abu Bakar.
“Sungguh, engkau telah membuat kesulitan tiap pemimpin yang menggantikanmu, wahai Abu Bakar”, keluh Umar. Umar memberikan pernyataan itu saat memergoki Abu Bakar tiap pagi datang ke rumah janda tua di pinggir Makkah. Abu Bakar memberishkan rumah janda tersebut dan memasakkan makanan untuknya. Ia mengurus janda itu tiap hari. Padahal, saat itu Abu Bakar adalah khalifah.
Begitu pula saat Nabi bertanya kala bincang setelah subuh. Saat ditanya siapa yang hari ini sudah bersedekah, menengok orang sakit, dan bertakziyah, tak ada satupun sahabat yang sudah melakukannya kecuali Abu Bakar. Ia mengangkat tangan, mengaku dalam malu, sementara sahabat lain terbengong.
Abu Bakar, jangan main-main. Masih jam 5 pagi dan Anda sudah bertakziyah, bersedekah, dan menjenguk orang sakit? Seperti apa Anda menjalani hari-hari Anda? Jam berapa Anda bangun? Dan Anda malu-malu dalam mengaku kepada nabi? Duh, apalah kami dibandingkan Anda.
Dengan karakter Abu Bakar yang seperti itu, wajar saja tak banyak kisah yang kita dapatkan.
Umar, dalam berbagai segi, adalah kebalikan Abu Bakar. Umar adalah potret sejati dari karakter Koleris murni. Keras, tegas, raksasa, pemaksa, dan cenderung keras. Fisik Umar digambarkan sebagai, “tinggi-besar, berotot, botak, keras, kasar, pandangan matanya tajam, garang - semua orang takut padanya”.
Kata-kata khas yang ia pakai kadang mirip preman pasar, “penggal saja!”, “aku akan membunuhmu!”, “kita harus melawan mereka!”, “wahai Rasululah, kenapa kita harus takut kepada Quraisy?”
Kenyataannya, Umar memang mantan preman pasar Ukazh. Sebelum masuk Islam, ia adalah tukang berkelahi dan jagoan Ukazh.
Sikapnya yang berani mengambil resiko memang luar biasa. Dan seperti karakter Koleris lainnya, kita melihat seorang yang menonjol. Koleris banyak sekali mengambil inisiatif untuk perubahan - dan bagi mereka, itu adalah sesuatu yang biasa mereka lakukan. Saat kau menginginkan ketenangan, panggil phlegmatis. Namun, saat kau merasa buntu, panggil Koleris. Koleris akan memecahkan kebuntuan-kebuntuanmu dengan cepat.
Dan itu pula yang dilakukan Umar. Saat jamaah muslim ketakutan di Makkah, Umar mengajak mereka berthawaf dan sholat di Ka'bah. Saat muslim yang lain hijrah diam-diam dalam malam, cuma Umar seorang yang menenteng pedang di bahunya sambil berteriak menantang di siang bolong, “Bagi yang mau menghadang aku untuk hijrah, silahkan!” Tak ada satupun orang yang menghadang Umar.
Makanya, dengan karakter Umar yang seperti itu, kisah tentang Umar membanjiri sirah nabawiyah Islam. Tidak heran.
Namun, ada satu hal yang unik, dan ini membuat kekaguman saya bertambah-tambah. Saat memilih pemimpin di Tsaqifah, mereka tidak memilih pemimpin yang menonjol. Mereka memilih pemimpin yang terbaik.
Abad 21 adalah abad ekstrovert. Saya yakin, andaikata ada pemilihan pemimpin antara Abu Bakar dan Umar tahun 2015 ini, Umar lah yang akan menang. Abad ini, orang yang lebih menonjol, lebih banyak berbicara, lebih banyak mengambil inisiatif, dia lah yang dipandang lebih baik. Setidaknya begitulah kata Susan Cain dalam bukunya Quiet. Pernahkah kamu berada dalam ruangan dan terpesona oleh orang yang banyak bicara dan aktif memberi ide, tapi kemudian kecewa karena ia tak bisa memimpin tim dan memberi hasil yang diharapkan?
Padahal, kepemimpinan bukan diukur dari seberapa baik ia bicara di depan publik. Ia bukan diukur dari keberaniannya untuk berorasi di depan orang-orang. Gandhi bukanlah orang yang jago pidato. King George X dari Inggris pun gagap saat coba bicara di depan rakyatnya (dan kemudian dibuatlah film King’s Speech untuk memotret fenomena itu).
Kepemimpinan, menurut saya, adalah lebih pada kemampuan membawa orang yang dipimpin untuk sampai ke tujuan. Jika demi sampai ke tujuan si pemimpin harus bagus bicara di depan publik ya bisa jadi. Tapi bukan itu fokusnya.
Makanya, ketika Utsman menjadi khalifah, ia jarang sekali pidato. Dan sekalinya pidato, ia cuma berpidato begini, “Sesungguhnya pemimpin yang terbaik adalah yang paling banyak kerjanya, bukan yang paling banyak bicaranya”. Lalu ia turun dari mimbar, meninggalkan jamaah muslimin yang bengong.
Peristiwa Tsaqifah - pemilihan pemimpin setelah wafatnya Nabi - tiba. Dari sinilah saya melihat cerminan karakter Abu Bakar dan Umar dengan sangat jelas dan kontras.
Abu Bakar dengan karakter phlegmatisnya benci tampil menonjol. Sebagai phlegmatis, Abu Bakar berpikir ia bukan apa-apa. Ia tak mau orang memandang dirinya. Kalau bisa, ia selalu ingin di pojokan saja.
Namun, hari ini berbeda. Situasi Tsaqifah sangat panas dan perlu keputusan. Walaupun Abu Bakar tak suka menjadi pusat perhatian, akhirnya ia maju dan memberikan usul. Ia meminta hadirin memilih antara Umar dan Abu Ubaidah sebagai pemimpin. Dalam kondisi biasa, kawan, seorang phlegmatis tak mau menonjol, tak mau memimpin. Namun, dalam kondisi terdesak dan kritis, saat ia melihat ia harus memimpin dan tak ada orang lain yang bisa, ia akan (terpaksa) tampil.
Dan di sinilah briliannya Umar. Ia tahu ia lebih menonjol dibanding Abu Bakar. Perawakannya lebih meyakinkan daripada Abu Bakar. FYI, menurut riset, orang dengan karakteristik tubuh tinggi besar dan kelihatan tegas lebih didambakan untuk menjadi pemimpin dibanding orang yang perawakannya kecil dan terlihat tidak tegas. Dan, tebak, kalau Umar memilih mengangkat diri menjadi pemimpin, takkan ada yang protes. Umar memang layak!
Tapi Umar menolak.
Ia tahu secara perawakan dan kasat mata, ia lah yang lebih cocok menjadi pemimpin. Tapi soal manusia terbaik, Abu Bakar lah orangnya. Saat itu adalah saat krisis, secara logika Koleris lah yang perlu mengambil alih. Tapi tidak, ia yang perawakannya “kurus dan ringkih” itulah yang dipilih sebagai pemimpin. Sang phlegmatis murni.
Selanjutnya adalah kisah tentang paradoksal. Abu Bakar yang dikenal pendiam dan tidak menonjol langsung tampil menjadi pemimpin yang luar biasa tegas, bahkan mengalahkan ketegasan Umar.
Saat Umar protes mengapa Abu Bakar memerangi kaum yang tidak membayar zakat, Abu Bakar balik menghardik Umar bahwa mereka memang harus diperangi. Saat Umar memprotes bahwa pasukan Usamah harus mundur, Abu Bakar menghardik Umar bahwa ia takkan menghentikan apa yang telah diperintahkan Rasulullah.
Ya, inti kepemimpinan adalah soal kemampuan membawa orang yang dipimpin demi mencapai tujuan. Dan Abu Bakar jelas orang yang paling memiliki kompeten di bidang itu. Maka, ketika dihadapkan sebuah tanggung jawab kepemimpinan, seorang phlegmatis akan mentransformasikan dirinya menjadi seorang -yang kadang- jauh berbeda. Seorang phlegmatis memang tak suka muncul, tapi ketika ia harus muncul, maka ia akan muncul.
Abu Bakar dan Umar. Kedua orang ini selalu saya pelajari kisah hidupnya dengan pendalaman yang jauh lebih mendalam dibanding kisah sahabat yang lain. Bagi saya, mereka adalah kisah persahabatan paradoks sekaligus unik luar biasa. Radiallahu Anhu (semoga Allah ridha kepada mereka)
Akhir kata, saya cuma bisa mengutip syair Imam Syafii untuk mengakhiri tulisan ini,
“Ya Allah, tempatkanlah aku bersama orang-orang saleh walaupun aku bukan termasuk bagian dari mereka”
1K notes
·
View notes
Text
Tebar Manfaat Lewat Aksara
kubukan ahli merangkai kata, menulis dengan alur yang indah, majaz yang yang nyentrik, atau apapun itu. yang jelas bukan jagonya. karena menulis ternyata seni, bukan hanya sekedar hobi. ada jiwa yang dititipkan dalam setiap kata, agar hidup dan menyentuh setiap insan dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan. bermanfaat, mungkin itu salah satu motivasi dalam tulisan. berdakwah, mungkin itu yang menjadi landasan, agar manfaatnya menjadi ajakan untuk berbuat kebaikan, fajazaaul ihsan illa ihsan~ menjadi orang yang terbaik, dengan yang terluas manfaat yang bisa disebarkan. Jika engkau bukan seorang yang dapat memberi pengaruh yang baik dengan jabatanmu, dengan hartamu, atau dengan kekuatanmu, maka menulislah. sesungguhnya setiap tulisan yang kau tulis, terdapat jutaan peluru yang dapat menembus kepala-kepala manusia di dunia ini. untuk mempengaruhi mereka, untuk bersama-sama berbuat kebaikan. seseorang pernah berkata seperti itu.. kubukan pemilik jabatan, kubukan ahli hartawan, kubukan orang yang punya kekuatan pula. namun forum ini sangat luar biasa, seakan menghidupkan kembali tanga-tangan yang sempat mati suri untuk berbagi kebaikan dengan tulisan. mencoba berikhtiar setiap harinya untuk menulis dengan tema yang ada. bukan membatasi kreatifitas dengan penentuan tema, namun agar terarah dan melatih kita untuk memiliki writing society yang apik. terimakasih kesempatannya untuk dapat mengenal kembali dunia ini. semoga manfaatnya terasa sampai hati, menjadikan kita berbuat lebih baik lagi, bermanfaat lebih luas lagi. mari membumikan hati, melangitkan cita dan mimpi bandung, 28 Februari 2017 | Tebar Manfaat Lewat Aksara | isalsyahri
��
9 notes
·
View notes
Text
Diorama
Sakit hatimu karena aku Sakit membekas dalam, jadi bagian sejarah Tak ada kesempatan untuk berkilah Untuk selamanya masa itu menguasaimu
Harusnya cerita ini bisa berakhir lebih bahagia Tapi kita dalam diorama Harusnya sisa masa ku buat indah menukar sejarah Tapi kita dalam diorama
entah mengapa suka sekali dengan bait-bait itu. mungkin karena ketulusan seorang Tulus menjadikannya hidup. aku membaca, syair itu berbicara tentang kehidupan yang fana. banyak yang yang tersembunyi, tak terkira, dan tak terduga. salahkah, jika didefinisikan Allah itu Maha Romantis? karena kufikir, banyak sekali skenario Allah yang begitu indah Dia siapkan setiap detiknya, setiap masanya untuk menunjukan sifat Ar-Rahman yang dimilikiNya. setiap kesusahan, lalu merasa kita berada dalam keberuntungan. kalo kata orang sih, dewi fortuna bersamamu. entah siapa si dewi itu, mungkin temennya dewi kuan in. yang jelas cuman Allah yang ada bersama kita. dan yang aku percayai, setiap kita beruntung, bisa jadi ada doa orang tua kita yang didengar Allah, atau doa-doa rutin kita yang dipanjatkan padaNya, yang harus kita sadari, itulah hasil kekuata doa, kekuatan yang dapat menembus 7 lapis langit hingga dapat menggetarkan arsy. pernah berencana? dengan segala susunan ide dan peluang yang terbaik yang kita kira. yang segala sesuatunya tertumpah karena idealisma seorang cucu adam yang mendambakan kesempurnaan. namun apalah daya, diorama kehidupan Allah, selalu menuntun pada skenario terbaik. pernah bahagia hingga tak percaya, jika kebahagiaan itu terselip menjadi salah satu episode kehidupan kita? itulah nikmatNya yang patut kita syukuri, itulah nikmatNya yang menjadi salah satu DioramaNya yang begitu indah~ Bandung, 23 Februari 2017 | isalsyahri | Tebar Manfaat Lewat Aksara
6 notes
·
View notes
Note
apa yang kau cari di KARISMA? sudahkah kau dapatkan?
belom, doain biar gadapet dulu. biar ga cepet puas, biar ga cepet berhenti perjuangannya
0 notes
Text
Harmoni
sering banget Allah ngingetin dalam quran, bahwasanya setiap ciptaanNya pasti berhikmah, pasti memiliki ibroh, sesuatu yang ulul abshor harus fikirkan, ulul imli renungkan, ulul albaab tafakurkan. tapi sebenrnya adapakah dibaliik semuanya? di surat ar-rahman langit disimbolkan sebagai simbol keseimbangan. ada hal yang diseimbangkan oleh langit yang diciptakan Allah berlapis-lapis. tapi sebenarnya apakah yang diseimbangkan oleh langit? keseimbangan ini bagaikan ketampanan nabi yusuf dan kecantikan Sarahnya nabi ibrahim. yang yusuf menjadi simbol ketampanan dan standar tertinggi kesempurnaan sesosok laki-laki, dan sarah menjadi simbol kecantikan perempuan yang paling terindah yang pernah ada di dunia. dan sebenarnya bukan cleopatra, mahkota kecantikan itu milik sarah. sepertinya keduanya adalah keseimbangan yang fana. apakah ada keseimbangan yang lebih berarti? keharmonisan antara hati, raga, dan akal. untuk menjadi sebuah bukti nyata keimanan dan ketaqwaan pada Allah, dapat berdampak untuk hari ini, esok hari, bahkan selamanya. hingga di akhirat... semoga tulisan ini berharmoni bandung, 22 februari 2017 | isalsyahri | Tebar Manfaat Lewat Aksara #tebarmanfaatlewataksara
1 note
·
View note
Text
Berarti
jika kemarin kuceritakan tentang mereka para makhluk planet mars, dengan segala ke-mars-annya. mungkin makhluk venus punya cerita yang lain. ah mungkin ini cerita-cerita para makhluk mars yang merindukan venus-venusnya. namun terlilit keresahan dibalik rasa rindunya. melihat beberapa venus yang tersapu pandangan. yang kadang berjalan dengan indahnya, namun auratnya terbuka. melihat senyumnya manis tergurat namun sebatang tembakau terjepit diantara dua jarinya. melihat pandangannya yang teduh, namun menggenggam tangan seorang mars yang masih belum tentu menghalalkannya. ah sudahlah, entah ini kicauan macam apa, sepertinya para mars sedang beridealisme dengan syariat yang ada. venus sangatlah berharga. begitu bermaknanya arti kehidupan baginya. dari satu hal saja, menutup aurat. begitulah islam memuliakannya. seorang kawan dari london bertanya pada seorang mars tentang venus dalam pandangan islam. bagaimana venus diperlakukan dalam islam? mengapa harus menutup auratnya? bukankah rambut indahnya yang tergerai itu menambah keindahannya? mars menjawab dengan senyuman jika kutanya, apakah kau pernah bertemu dengan ratu elisabeth? tidak pernah mengapa? karena dia adalah seorang ratu, dan kita menghormatinya. tidak semua orang dapat bertemu dengannya. begitulah islam memuliakan venus maksudmu? mereka, semua venus dalam islam seperti ratu elisabeth. yang dengan setiap keindahannya, setiap kecantikannya, bukan untuk dikonsumsi oleh publik, tidak semua orang dapat menikmatinya. hanya mars yang menghalalkannyalah yang berhak atasnya. venus kami adalah venus yang berharga, mulia. tak kurang seperti engkau melihat keagungan ratumu. ..... begitu berharganya dirimu wahai venus, jaga kehormatanmu. jangan sampai lupa betapa bernilainya dan mulianya dirimu~ bandung, 22 februari | isalsyahri | Tebar Manfaat Lewat Aksara #tebarmanfaatlewataksara
1 note
·
View note
Text
Sederhana
harta bukan inti dari kebahagiaan. pernyataan itu bener ga sih? kadang pengen ngadain survey kecil-kecilan sama pemenang undian, atau pemenang hadiah yang besar dalam sebuah lomba dengan bentuk hadiah uang tunai, bahkan sampai barang berharga, seperti mobil mewah, apartemen, dsb. mereka yang mendapatkannya, apakah taraf kebahagiaannya meningkat? mungkin meningkat dalam beberapa saat, beberapa minggu, bahkan hari. namun, kebahagiaan apakah yang mereka dapatkan? pada nyatanya, bukan saja sang penerima hadiah, sang kaya raya dengan berbagai aset dan kemegahan yang ia miliki saja masih sering tertegun bertanya "Dimana kebahagiaan yang bisa kutemukan dari segala kekayaan ini" mungkin dia kurang bersyukur ya hal yang mengagumkan, yang mewah sekalipun, jika kebutuhan hati kita bukan itu semua, tak akan ada rasa puas. kebahagiaan hanyalah mitos. orangtua selalu mengajarkan idealisme kehidupan yang unik. pada awalnya kita akan menginginkan apa yang kita ucapkan. lalu pada saat realita membenturnya, kita sadari, kita sebenernya menginginkan apa yang kita inginkan. lalu pada akhirnya, setelah semua yang terjadi.. kita sejatinya menginginkan apa yang seharusnya kita butuhkan. hidup itu mudah, gengsi yang membuatnya sedikit, bahkan sangat susah iya ga? bandung, 22 februari 2017 | isalsyahri | Tebar Manfaat Lewat Aksara #tebarmanfaatlewataksara
2 notes
·
View notes
Text
Sepenggal Catatan Untuk Negeri
"aku ingin jadi presiden" sebuah mimpi anak sd yang sering sekali terlontar jika guru-gurunya menanyakan tentang mimpi apa yang ia akan wujudkan suatu saat nanti. menjadi jawaban standar saat ditanya mimpi, karena terinspirasi dari foto presiden yang terpasang di setiap kelas di sekolah. atau mungkin menjadi dokter, karena dianggap keren dengan jas putih dan membawa stetoskop, dapat membantu orang sakit, atau bahkan cuman pengen nyuntik orang sakit doang. tapi jadi presiden, kufikiir tu lebih keren, dan aku memilih untuk memiliki mimpi seperti itu. ah celoteh masa lalu selalu indah, dan saat sudah beranjak dewasa, celotehan tersebut terbentur banyak realita, tak lepas juga kondisi negeri ini yang begitu pelik. politik yang diartikan sebagai urusah kenegaraan, urusan masyarakat banyak, negara, dan rakyatnya. padahal hanya sebuah tipu daya muslihat untuk mendapatkan apa yang diinginkan. dalam bahasa arab, politik diartikan menjadi sebuah kata yaitu siyaasah. tak jauh berbeda dengan arti kata dalam bahasa indonesia, siasat. siasat kehidupan untuk mendapatkan kemenangan. atau bisa jadi siasat kehidupan untuk mendapatkan keuntungan, tidak peduli korban dan orang lain yang menderita karenanya. naudzubillahimin dzalik. dari segala kepolosan diri ini, ada harap yang tak kunjung tercipta. merindukan pemimpin-pemimpin yang adil seperti pada zaman Rasul. yang kepeduliannya seperti Umar, yang bahkan jika ada unta yang sakit di ujung wilayah kekuasaannya saja, ia akan sangat begitu merasa bersalah. yang dengan kecerdasannya, dapat memberikan inovasi-inovasi dalam pemerintahan, yang jika umar ada pada saat ini, mungkin ia akan memberikan banyak produk-produk pemerintahan yang sangat dahsyat, dan seraya berkata "Jika Rasulullah mengetahui hal ini, aku yakin ia akan sangat setuju, karena hal ini baik" begitu tegasnya ia dengan segala kebathilan dan begitu lembutnya ia dengan segala kebaikan. ah, ini baru Umar bin Khattab, masih banyak pemimpin-pemimpin lainnya yang sangat kurindukan. hanya membayangkan, jika seorang anak sd sudah mengetahui banyak hal tentang permasalahan sosial, penyakit KKN yang sejatinya belum sembuh di senayan, hingga di istana. apakah masih menginginkan impian menjadi presiden? ku kira iya. mereka tetap akan bermimpi seperti itu untuk membersihkan apa yang ada, untuk memperbaiki keadaan untuk menjadi lebih baik, untuk Tuhan, Bangsa, dan Agama. menjadi Umar-umar selanjutnya. Indonesia negeri yang kaya raya, kaya dengan alamnya, bahkan dianggap seperti negeri yang hilang, apakah benar ini atlantis yang dilegendakan itu? Namun mungkin moral kami belum sekaya itu. akhlak kami belum semulia itu, cinta kami pada bangsa ini masih digerogoti oleh kepentingan-kepentingan lain. masih ada jalan, selagi kita ingin berubah. dari rintihan hati pasca pilkada rasa pilpres kemarin. Bandung, 22 Februari | isalsyahri | Tebar Manfaat Lewat Aksara #tebarmanfaatlewataksara
2 notes
·
View notes
Text
Tak Lagi Sama
Kau tau hitam? Warna yg tidak diciptakan untuk menyempurnakan indahnya ketujuh warna pelangi.
Namun aku menyukainya. Karena ia adalah warna yg diciptakan untuk menyempurnakan gelapnya langit malam. Segelap itu malam, maka seterang itulah cahaya bintang dan rembulan yang tampak menelisik dibalik awan2 yang berarak.
Kufikir. Sekelam masalalu seseorang, seindah itu pula saat ia berhijrah. Karena Allah menyukai orang2 yg berdosa, orang2 yg bersalah, mereka yg dengan masalalunya dapst mengambil hikmah dan berubah dengan ketaatan yang luarbiasa.
Allah saja menyukai proses perubahan itu, sebuah transformasi kebaikan yang sejatinya didambakan oleh setiap hambaNya.
Lalu kita? apa hak kita untuk mencemooh dan mencela setiap perubahan?
Satu hal hikmah yang mungkin harus kita ingat.
Setiap orang dapat berubah. pilihannya adalah. menjadi lebih baik, atau sebaliknya.
Mari bertafakkur
Bandung, 17 Februari 2017 | isalsyahri | Tebar Manfaat Lewat Aksara
#tebarmanfaatlewataksara
6 notes
·
View notes
Text
Perjalanan
kemarin lusa aku menaiki sebuah kereta. melakukan perjalanan jauh ke ujung pulau jawa. berniat napak tilas ke tanah rantau. duduk di dekat jendela adalah favoritku. agar bisa melihat suasana perjalanan diluar sana. melihat sawah yang terbentang luas, terkadang melihat alur kabel listrik yang terbentang, mengikutinya seperti melihat arah gerak naik turun yang dibatasi oleh tiang listrik. yang paling aku suka adalah ketika melihat orang-orang yang berbaris menunggu di ujung jalan, dengan palang keamanan yang menghadang di sisi rel kereta. aku senang saat mereka menunggu palang itu terbuka ketika kereta melintas. bukan berarti aku suka seseorang menungguku. tapi aku suka dengan rasa sabar. karena sejujurnya aku sedang belajar untuk menyempurnakan perintah Allah tersebut. untuk bersabar dan sholat saat menghadapi kesulitan, saat dalam keadaan memohon pertolongan.
Sekali-kali aku mengadah keatas jendela, lalu sebuah pesawat melintas. begitu tinggi, hingga pesawat yang berbentuk besar, yang tempat parkirnya adalah sebuah hanggar besar, mungkin sebesar 10 kali lapang futsal, terlihat kecil seujung jari tangan saja. tapi setinggi apapun pesawati tersebut, pasti harus mendarat, karena tak mungkin terus mengangkasa. mungkin begitu pula diri kita, setinggi apapun angan kita, idealisme kita, cita-cita kita, hati ini harus terus membumi, menjadi rakyat dunia yang harus menginjakkan kakinya, dan menyentuh bumi ini dengan keningnya, tanda sujud dalam beribadah padaNya.
ah, begitu menariknya perjalanan ini, banyak hal yang dapat membuat kita berfikir. semoga perjalanan selanjutnya kita dapat berjalan bersama sama. sendiri mungkin bisa, namun bersamamu, akan menjadi luar biasa~
Mari berjalan bersama :)
Terimakasih!
bandung, 16 februari 2017 | isalsyahri | Tebar Manfaat Lewat Aksara
#tebarmanfaatlewataksara
2 notes
·
View notes
Text
Memiliki?
Ada sesuatu yg ingin kuberi tahukan padamu. Aku tak akan berteriak maupun berbisik. Aku hanya mengatakan padamu sekali saja. Hal ini terjadi saat aku duduk di bangku sekolah dasar. Dengan segala memori indah dan celotehan dan jajanan khas anak kecil tahun 90an. Mulai dari pembicaraan tajos, tontonan spacetoon, jumanji, cardcaptor sakura, samurai x, mie anak mas,coklat koin, dan lain sebagainya. berbeda keadaannya yang zaman sekarang permainan lapangan sudah ditinggalkan, tidak ada petak umpet dan ucing jibeh. game online terdengar lebih menarik, hingga mungkin membuat anak-anak apatis. namun bukan berarti masalalu ini adalah sebuah masa yg terbaik, aku yakin dengan kondisi seperti ini, teknologi yang sangat canggih, dapat mengetahui banyak hal dengan mudah, tak ada batasan dengan internet, tak ada alasan untuk tidak tahu, dan tidak belajar. aku harap mereka lebih baik~ namun kuberitahu satu hal padamu, aku merasa senang memiliki kenangan masa kecil seperti ini rasa memiliki ini tak bisa kuberikan pada siapapun, kecuali mereka yang sama-sama memiliki kenangan seperti ini. kepemilikan seperti ini adalah tanggungjawab. yang sejatinya harus dijaga. entah menjadi bumerang, atau jadi bagian dari sejarah pribadi yang membanggakan.
begitulah bagaimana kita menyikapi masalalu. kenangan pasti terukir. setiap orang pasti memiliki masa kelam. namun bijak menyikapinya, tak semua orang dapat melakukannya. apa yang kau miliki adalah amanahmu, tanggungjawabmu. yang sejatinya semuanya hanya titipan.
seperti tempat penitipan anak. jika anakmu hilang, pasti kau tanyakan ke petugasnya.
bukan hanya kenangan, segalanya adalah titipan. maka… selamat menjaga apa yang telah Allah titipkan :)
Bandung, 16 feb 2017 | Tebar menfaat lewat aksara | isalsyahri
#tebarmanfaatlewataksara
2 notes
·
View notes