Tumgik
istynooy · 9 months
Text
Seperti dulu Engkau titip hamba pada beliau. Sekarang, akupun ingin memohon...
YaRabbi... Titip Bapak... Dalam pengampunan dan kasih sayangMu.
Dalam duka. 2023
19 notes · View notes
istynooy · 2 years
Text
Bagaimana mungkin kamu mengaku cinta sementara kamu tidak terbukti merindukannya,bukankah orang yang mencinta akan merasakan kerinduan dan ingin sekali bertemu dengan yang dirindukan.
Tumblr media
Begitupun pada Allah,bagaimana mungkin kamu mengaku cinta sementara sholatmu selalu ditunda padahal kamu tahu saat sholat adalah saat kamu berjumpa dengan Robbmu,saat kamu berkomunikasi denganNya.
Lalu dengan apa kamu membuktikan cinta sedang perasaanmu tidak bertaut padaNya
Robbifirli warhamni yaa Robb.. ~HIRA
9 notes · View notes
istynooy · 2 years
Text
Tidak semua yang kita inginkan, harus kita dapatkan hari itu juga.
Nabi Zakaria dan Nabi Ibrahim berapa lama berdoa meminta keturunan baru Allah berikan?
Nabi Nuh pernah mendoakan Anaknya agar dapat hidayah, namun Allah tak mengijabah. Nabi Muhammad pun mendoakan ampunan bagi pamannya, namun Allah menolak syafaatnya.
Jika para Nabi saja demikian, maka bagaimana lagi dengan kita? Seorang hamba yang penuh dengan dosa-dosa.
Untuk itu, perbesar kesabaranmu dalam penantian pengabulan doamu. Jangan putus asa dan putus harapan. Berbaik sangkalah meski harus menunggu bertahun-tahun. Selama doamu itu untuk kebaikan, insyaallah akan Allah ijabah sesuai waktu ketetapan takdirNya. Jika bukan di dunia, pastilah di akhirat akan ada balasannya.
205 notes · View notes
istynooy · 2 years
Text
Sungguh, hanya Allah yang tahu rasa perih ini.
30 mei 2022
0 notes
istynooy · 3 years
Text
Bagaimanapun keadaannya, kekurangannya, keterbatasannya; orang tuamu tetaplah sosok yang mesti kamu muliakan dengan sebaik-baiknya. Sekalipun ada beberapa hal yang tidak kamu sukai dari keduanya. Memang di dunia ini tidak ada orang tua yang sempurna dan ideal. Pasti ada saja 'celah' yang mau tidak mau harus diterima adanya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa keduanya kamu tidak mungkin hadir di dunia ini. Maka wajar jika islam pun memerintahkan setiap anak untuk memperlakukan kedua orang tuanya dengan sikap dan perkataan yang baik. Berkata "ah" sedikit saja sudah berdosa. Jadi lebih baik diam daripada mengatakan sesuatu yang menyakiti hati keduanya.
Jangan lupa untuk senantiasa mendoakan mereka ya. Bagi mereka, anak sholih dan sholihah adalah investasi akhirat yang sungguh berharga nilainya. Anak-anak sholih dan sholihah juga dapat menjadi penyelamat mereka dari dahsyatnya siksa api neraka. Semoga Allah kumpulkan kita semua di surga-Nya kelak. Aamiin ya mujiib.
Bintara, 14 Juli 2020
25 notes · View notes
istynooy · 3 years
Text
301/365 days;
Banyak yang sudah terencana namun tidak tepat pada waktunya. Dibalik itu semua ada hal yang tidak terduga terjadi begitu saja, Maha baiknya Tuhan sudah memberi saat kami sudah berserah dan tidak lagi meminta.
Surabaya, 31 Oktober 2021
3 notes · View notes
istynooy · 3 years
Text
Kemewahan
Bersyukur punya istri yang bisa mengerti setiap keadaan. Kalau dipikir-pikir, mungkin ini yang dibilang rumah. Pulang dalam keadaan apa pun, selalu disambut dengan suasana hangat.
Mau capek, mau kesel, atau marah-marah. Ia selalu bisa tersenyum dan meredam semuanya. "Gpp, tenang aja, udah biarin" kata-kata sederhana, tapi dampaknya luar biasa menenangkan.
Ketika aku menyulut api, ia seperti air yang membasuh. Ketika aku menjadi kalut, ia laksana cahaya yang menerangi. Ketika aku menjelma badai, ia laksana hujan yang mereda.
Aku percaya siapapun yang merasa dirinya didengarkan, pasti mau bercerita. Siapapun yang bercerita, pasti ingin didengarkan. Dan ia memiliki keduanya, tempat cerita sekaligus mendengar.
Benar kata orang "dibalik laki-laki yang hebat, ada sosok wanita luar biasa disampingnya". Meski penampilannya sederhana, tapi aku bisa merasakan kemewahan pikiran dan kejernihan hatinya.
Apakah kamu tau apa yang paling membanggakan bagi seorang laki-laki? Tentu ketika ia merasa dihargai. Apakah kamu tau apa yang paling menguatkan bagi seorang laki-laki? ketika ia merasa dipercaya.
Bangga ketika mimpi-mimpinya dihargai dan dipercaya untuk diwujudkan. Walaupun saat memulainya, ia tau bahwa kamu masih jauh di penghujung jalan.
—ibnufir
177 notes · View notes
istynooy · 3 years
Text
Jangan sampai urusan dunia membuatmu lupa akan tugasmu sebagai seorang hamba. Sibuk yang kamu anggap menjadi jalan bahagiamu kini juga pemberian dari Allaah. Jadi seharusnya tidak ada alasan sibuk atau lelah untuk beramal baik dan beribadah kepada-Nya..
84 notes · View notes
istynooy · 3 years
Text
Definisi sehabis nikah "harus saling jaga" itu bener ya..
Ketika yang satu sedang sakit, ngga enak badan dan kecapean, yang satunya berperan untuk merawat, melayani dan membantu mengakomodasi kebutuhannya.
Ketika gilirannya tiba atau sebaliknya, peran tersebut berganti posisi. Jadi memang, patut disyukuri ketika yang sedang sakit atau kecapean itu hanya salah satunya, bukan dua-duanya.
Wallahu 'alam kalau keduanya sedang sakit atau repot, mungkin beda skenario bagaimana cara saling menjaganya.
Di titik ini lagi, berkali-kali, ketika saya memijati badan suami yang sedang kelelahan dan tak enak badan, rasa sayang dan rasa ingin memberikan pelayanan terbaik itu semakin meningkat. Saya elus dan doakan bagi kesembuhannya. Saya doakan kelancaran dan kemudahan bagi pekerjaannya.
"Maaf kamu jadi kerepotan gini Ay.."
"Gapapa.. Tenang aja"
Kuambilkan tisu atas permintaannya untuk mengelap dahi dan lehernya yang berkeringat.
Semoga Allah selalu menjagamu penuh dekapan—harapanku.
Bandung, 25 Agustus 2021 | 9.22 WIB
23 notes · View notes
istynooy · 3 years
Text
Sebab aku khawatir jika ada cinta yang terlanjur tumbuh sebelum kita bertemu, ia akan membayang-bayangi diriku, membuatku membanding-bandingkan sosokmu atau malah ada luka yang belum sembuh saat kamu telah bersamaku. Untuk itu, aku menahan diri untuk tidak jatuh cinta sebelum akad, karena aku tidak ingin membuat Robbku dan dirimu cemburu.
Tidak semua cinta mesti menuai sambutan, kadang ia datang hanya sebagai ujian keimanan, bukan untuk keseriusan.
81 notes · View notes
istynooy · 3 years
Text
Terkadang orang memandangmu sebagai orang yang paling bertaqwa, sebagiannya memandangmu sebagai orang yang berlumuran dosa, dan sebagiannya lagi memandangmu begini dan begitu
Pada hakikatnya, yang paling mengerti kualitas dan kapasitas dirimu adalah dirimu sendiri, satu rahasia yang tidak akan diketahui oleh orang lain selain dirimu ialah rahasia hubunganmu dengan Rabb-mu
Maka janganlah kamu terperdaya oleh orang yang memujimu dan jangan pula kamu resah dengan orang orang yang mencelamu
Sebab engkau akan menjadi saksi atas dirimu sendiri
Sebagaimana dalam firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam surah al qiyamah ayat 14
بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَىٰ نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ
“bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri”
— Tulisan seseorang yang tidak diketahui namanya, semoga Allah selalu menjagamu
100 notes · View notes
istynooy · 3 years
Text
Ketetapan soal rezeki itu sudah pasti, dijemputnya kamu dari dunia juga sudah pasti, bahkan soal pasanganpun sudah diatur serapih mungkin oleh Nya. Yang tidak pasti itu hanya hatimu mampu menerima atau tidak, dan yang sering membuat tidak nyaman adalah ketergantunganmu pada tangan manusia, padahal kamu sudah tau tentang semua ketetapan ini.
Melatih berprasangka baik, bahwa setiap apapun yang hilang pasti akan kembali jika memang ia ditakdirkan untukmu, semustahil apapun jika diukur dengan nalarmu.
Allah yang menghidupkanmu, maka Allah pula yang menjamin kehidupanmu, hanya saja kamu sering lari dari apa yang Allah beri, dan justru lebih mengharap bantuan manusia ketimbang bantuanNya.
Jika kamu sudah lelah, mari kembali :)
@jndmmsyhd
996 notes · View notes
istynooy · 4 years
Text
CATATAN RINGKAS, apabila ditanya anak/cucu tentang Al-Quran: (tanya jawab)
S : Berapa jumlah Surah dlm al-Quran? J : 114 Surah S : Berapa jumlah Juz dlm al-Quran? J : 30 Juz S : Berapa jumlah Hizb dlm al-Quran? J : 60 Hizb S : Berapa jumlah Ayat dlm al-Quran? J : 6236 Ayat S : Berapa jumlah Kata dlm al-Quran?, dan Berapa Jumlah Hurufnya? J : 77437 Kata, atau 77439 Kata dan 320670 Huruf S : Siapa Malaikat yang disebut dlm al-Quran?, J : Jibril, Mikail, Malik, Malakulmaut, Harut, Marut, Al-Hafazoh, Al-Kiromulkatibun HamalatulArsy, dll. S : Berapa Jumlah Sajdah (ayat Sujud) dlm al-Quran? J : 14 Sajdah S : Berapa Jumlah para Nabi yg disebut dlm Al-Quran? J : 25 Nabi S : Berapa Jumlah Surah Madaniyah dlm al-Quran?, sebutkan. J : 28 Surah, al-Baqoroh, al-Imron, al-Nisa" al-Maidah, al-Anfal, al-Tawbah, al-Ra’d, al-Haj, al-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hujurat, al-Rahman, al-Hadid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-Shaf, al-Jum'ah, al-Munafiqun, al-Taghabun, al-Thalaq, al-Tahrim, al-Insan, al-Bayinah, al-Zalzalah, al-Nashr. S : Berapa Jumlah Surah Makiyah dlm al-Quran? sebutkan. J : 86 Surat, selain surah tersebut di atas. S : Berapa Jumlah Surah yg dimulai dgn huruf dlm al-Quran? J : 29 Surah. S : Apakah yg dimaksud dgn Surah Makiyyah?, sebutkan 10 saja. J : Surah Makiyyah adalah Surah yg diturunkan di Makkah sebelum Hijrah, seperti: al-An'am, al-Araf, al-Shaffat, al-Isra’, al-Naml, al-Waqi'ah, al-Haqqah, al-Jin, al-Muzammil, al-Falaq. S : Apakah yg dimaksud dgn Surah Madaniyyah? sebutkan lima saja? J : Surah Madaniyah adalah Surah yg diturunkan di Madinah setelah Hijrah, seperti: al-Baqarah, al-Imran, al-Anfal, al-Tawbah, al-Haj. S : Siapakah nama para Nabi yg disebut dlm Al-Quran? J : Adam, Nuh, Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Musa, Isa, Ayub, Yunus, Harun, Dawud, Sulaiman, Yusuf, Zakaria, Yahya, Ilyas, Alyasa’, Luth, Hud, Saleh, ZulKifli, Syuaib, Idris, Muhammad Saw. S : Siapakah satu-satunya nama wanita yg disebut namanya dlm al-Quran? J : Maryam binti Imran. S : Siapakah satu-satunya nama Sahabat yg disebut namanya dlm al-Quran? J : Zaid bin Haritsah. Rujuk dlm surah Al Ahzab ayat 37. S : Apakah nama Surah yg tanpa Basmalah? J : Surah at-Tawbah. S : Apakah nama Surah yg memiliki dua Basmalah? J : Surah al-Naml. S : Apakah nama Surah yg bernilai seperempat al-Quran? J : Surah al-Kafirun. S : Apakah nama Surah yg bernilai sepertiga al-Quran? J : Surah al-Ikhlas S : Apakah nama Surah yg menyelamatkan dari siksa Qubur? J : Surah al-Mulk S : Apakah nama Surah yg apabila dibaca pada hari Jum'at akan menerangi sepanjang pekan? J : Surah al-Khafi S : Apakah ayat yg paling Agung dan dlm Surah apa? J : Ayat Kursi, dlm Surah al-Baqarah ayat No.255 S : Apakah nama Surah yg paling Agung dan berapa jumlah ayatnya? J : Surah al-Fatihah, tujuh ayat. S : Apakah ayat yg paling bijak dan dlm surah apa? J : Firman Allah Swt :“ Barang siapa yg melakukan kebaikan sebesar biji sawi ia akan lihat, Barang siapa melakukan kejahatan sebesar biji sawi ia akan lihat.. (Surah al-Zalzalah ayat 7-8) S : Apakah nama Surah yg ada dua sajdahnya? J : Surah al-Haj ayat 18 dan ayat 77. S : Pada Kata apakah pertengahan al-Quran itu di Surah apa? ayat no Berapa? J : وليتلطف Surah al-Kahfi ayat No. 19. S : Ayat apakah bila dibaca setiap habis Sholat Fardhu dpt mengantarkannya masuk ke dalam surga? J : Ayat Kursi. S : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 31 kali dlm satu Surah dan di Surah apa? J : Ayat فبأي آلاء ربكما تكذبانِ ) pada Surah al-Rahman. S : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 10 kali dlm satu Surah dan di surah apa? Apakah ayat ini ada juga disebut dlm surah lainnya? Di Surah apa? J : Ayat (ويل يومئذ للمكذبين) pada Surah al-Mursalat, juga ada dlm Surah al-Muthaffifiin ayat No. 10. S : Apakah Ayat terpanjang dlm al-Quran? pada Surah apa? Ayat berapa? J : Ayat No 282 hSurah al-Baqarah…
Silakan “Share” agar ilmu ini bermanfaat.
5K notes · View notes
istynooy · 4 years
Text
MAAF IBU
Tumblr media
Ya Allah sebagaimana ibuku telah mencintai aku dengan caranya, maka cintai dia dengan cara-Mu ya Allah
Ya Allah sebagaimana ibuku telah mengasihi aku dengan caranya, maka kasihi dia dengan cara-Mu ya Allah
Ya Allah sebagaimana ibuku telah menyayangi aku dengan caranya, maka sayangi dia dengan cara-Mu ya Allah
Ya Allah sebagaimana ibuku telah menghapus derita yang aku miliki dengan caranya, maka hapuslah derita yang dia miliki dengan cara-Mu ya Allah
Ya Allah sebagaimana ibuku telah membantu aku dengan caranya, maka bantulah dia dengan cara-Mu ya Allah
Ya Allah sebagaimana ibuku telah banyak menyelesaikan masalahku dengan caranya, maka selesaikanlah masalahnya dengan cara-Mu ya Allah
Karena sungguh ya Allah. Tiada wanita dengan hati; jiwa; dan niat yang tulus kepada aku selain ibuku. Tiada seorang wanitapun yang bisa membuatku tegar; membuat ku bahagia; menghapus luka dan berbagai derita di kala aku merasa susah, kecuali ibuku ya Allah.
Aku bersaksi atas nama-Mu ya Allah, karena sungguh demi Allah, ibuku lah yang paling pantas untuk mendapat kebaikan apapun; kebahagiaan apapun; kedamaian dan ketentraman apapun di dunia ini berkat kasih dan sayangnya yang selalu ada untuk buah hatinya.
Ibuku menyayangiku dengan tulus dari hatinya. Karena kasih sayang tulus yang dari hati dapat dirasakan di hati pula. Dan sungguh ya Allah aku bersaksi bahwa aku telah merasakan ketulusan atas kasih dan sayangnya di dalam hatiku.
Maka ya Allah jika ada hal yang bisa aku perbuat untuk membahagiakannya; bantulah aku; bimbing aku; beri aku kekuatan.
Karena ya Allah aku tak sekuat ibuku. Aku tak setegar dia. Aku tak sesabar dia. Aku tak setaat dia dalam menyembah-Mu; bersujud dan memohon kepada-Mu untuk kebaikan yang bahkan bukan untuk dirinya sendiri.
Ibu ku mencintaiku dengan caranya; maka aku berdalih selalu berselisih dan menganggap diri telah mencintainya dengan cara yang ku miliki. Cara yang ternyata salah. Maafkan aku ya Allah dan maafkan aku ibu. Maaf…
Sumber foto : Google
639 notes · View notes
istynooy · 4 years
Text
Perempuan
Di mana lagi aku temui perempuan semacammu? Tilawahmu tidaklah terlalu merdu, keimananmu pun seolah bersandar kepadaku.
Tapi, di mana lagi aku temui perempuan seikhlasmu? Wajahmu tak cantik melulu, masakanmu pun tidak lezat selalu.
Tapi, katakan kepadaku, di mana lagi aku jumpai perempuan seperkasamu? Kau bahkan tidak biasa berbicara mewakili dirimu sendiri, dan acapkali menyampaikan isi hatimu dalam bahasa yang tak berkata-kata.
Demi Tuhan, tapi aku benar-benar tidak tahu, ke mana lagi aku cari perempuan seinspiratif dirimu? Ingatkah lima tahun lalu aku hanya memberimu selingkar cincin 3 gram yang engkau pilih sendirian? Tidak ada yang spektakuler pada awal penyatuan kita dulu. Hanya itu. Karena aku memang tidak punya apa-apa.
Ah, bagaimana bisa aku menemukan perempuan lain sepertimu? Aku tidak akan melupakan amplop-amplop lusuhmu, menyimpan lembaran ribuan yang kausiapkan untuk belanja satu bulan. Dua ribu per hari. Sudah kauhitung dengan cermat. Berapa rupiah untuk minyak tanah, tempe, cabe, dan sawi. Ingatkah, Sayang? Dulu kita begitu akrab dengan racikan menu itu. Setiap hari. Sekarang aku mulai merasa, itulah masa paling indah sepanjang pernikahan kita. Lepas maghrib aku pulang, berkeringat sebadan, dan kaumenyambutku dengan tenang. Segelas air putih, makan malam: tempe, sambal, dan lalap sawi.
Kita bahagia. Sangat bahagia?.. Aku bercerita, seharian ada apa di tempat kerja. Kau memijiti punggungku dengan jemarimu yang lemah tapi digdaya. Kau lalu bercerita tentang tingkah anak-anak tetangga? Kala itu kita begitu menginginkan hadirnya buah cinta yang namanya pun telah kusiapkan sejak bertahun-tahun sebelumnya. Kita tidak pernah berhenti berharap, kan, Honey?
Dua kali engkau menahan tangismu di ruang dokter saat kandunganmu mesti digugurkan. Aku menyiapkan dadaku untuk kepalamu, lalu membisikkan kata-kata sebisaku, “tidak apa-apa. Nanti kita coba lagi. Tidak apa-apa.” Di atas angkot, sepulang dari dokter, kita sama-sama menangis, tanpa isak, dan menatap arah yang berlawanan. Tapi, masih saja kukatakan kepadamu, “Tidak apa-apa, Sayang. Tidak apa-apa. Kita masih muda.” Engkau tahu betapa lukanya aku. Namun, aku sangat tahu, lukamu berkali lipat lebih menganga dibanding yang kupunya. Engkau selalu bisa segera tersenyum setelah merasakan sakit yang mengaduk perutmu, saat calon bayi kita dikeluarkan. Kaumemintaku menguburkannya di depan rumah kita yang sepetak. “Yang dalam, Kang. Biar nggak digali anjing.”
Jadi, ke mana aku bisa mencari perempuan sekuat dirimu? Kaupasti tak pernah tahu, ketika suatu petang, sewaktu aku masih di tempat kerja, hampir merembes air mataku ketika kauberitahu. “Kang, Mimi ke Ujung Berung, jual cincin.” Cincin yang mana lagi? Engkau sedang membicarakan cincin kawinmu, Sayang. Yang 3 gram itu. Aku membayangkan bagaimana kau beradu tawar menawar dengan pembeli emas pinggir jalan. Bukankah seharusnya aku masih mampu memberimu uang untuk makan kita beberapa hari ke depan? Tidak harus engkau yang ke luar rumah, melawan gemetar badanmu, bertemu dengan orang-orang asing. Terutama ? untuk menjual cincinmu? Cincin yang seharusnya menjadi monumen cinta kita. Tapi kausanggup melakukannya. Dan, ketika kupulang, dengan keringat sebadan, engkau menyambutku dengan tenang. Malam itu, tidak cuma tempe, cabe, dan lalap sawi yang kita makan. Kaupulang membawa uang. Duh, Gusti, jadi bagaimana aku sanggup berpikir untuk mencari perempuan lain seperti dirinya?
Ketika kondisi kita membaik, bukankah engkau tidak pernah meminta macam-macam, Cinta? Engkau tetap sesederhana dulu. Kaubelanja dengan penuh perhitungan. Kauminta perhatianku sedikit saja. Kau kerjakan semua yang seharusnya dikerjakan beberapa orang. Kaucintai aku sampai ke lapisan tulang. Sampai membran tertipis pada hatimu.
Ingatkah, Sayang? Aku pernah menghadiahimu baju, yang setelah itu kautak mau lagi membeli pakaian selama bertahun-tahun kemudian. Baju itu seharga kambing, katamu. Kautak mau buang-buang uang. Bukankah telah kubebaskan kau mengelola uang kita? Kautetap seperti dulu. Membuat prioritas-prioritas yang kadang membuatku kesal. Kau lebih suka mengisi celengan ayam jagomu daripada membeli sedikit kebutuhanmu sendiri.
Dunia, kupikir aku tak akan pernah menemui lagi perempuan seperti dia. Sepekan lalu, Sayang, sementara di rahimmu anak kita telah sempurna, kaumasih memikirkan aku. Menanyai bagaimana puasaku, bukaku, sahurku? Siapa yang mencuci baju-bajuku, menyetrika pakaianku. Bukankah sudah kupersilakan engkau menikmati kehamilanmu dan menyiapkan diri untuk perjuanganmu melahirkan anak kita? “Kang, maaf, ya, dah bikin khawatir, gak boleh libur juga gak papa. Tadi tiba-tiba gak enak perasaan. Tau nih, mungkin krn bentar lagi.” Bunyi smsmu saat kudalam perjalanan menuju Jakarta. Panggilan tugas. Dan, engkau sangat tahu, bagiku pekerjaan bukan neraka, tetapi komitmen. Seberat apa pun, sepepat apa pun, pekerjaan adalah sebuah proses menyelesaikan apa yang pernah aku mulai. Tidak boleh mengeluh, tidak boleh menjadikannya kambing hitam. Membaca lagi SMSmu membuatku semakin tebal bertanya, ke mana lagi kucari seorang pecinta semacammu.
Kaumencintaiku dengan memberiku sayap. Sayap yang mampu membawaku terbang bebas, namun selalu memberiku alamat pulang kepadamu. Selalu. Lalu SMS mu itu kemudian menjadi firasat. Sebab, segera menyusul teleponmu, pecah ketubanmu. Aku harus segera menemuimu. Secepat-cepatnya meninggalkan Bandung menuju Cirebon untuk mendampingimu. “Terus kamu kenapa masih di sini? Pulang saja,” kata atasanku ketika itu. Engkau tahu, Sayang, aku masih berada di dalam meeting ketika teleponmu mengabarkan semakin mendekatnya detik-detik lahirnya “tentara kecil” kita. Ketika itu aku masih berpikir, boleh kuselesaikan meeting itu dulu, agar tidak ada beban yang belum terselesaikan. Tapi, tidak. Atasanku bilang, tidak. “Pulang saja,” katanya. Baru kubetul-betul sadar, memang aku segera harus pulang. Menemuimu. Menemanimu. Lalu, kusalami mereka yang ada di ruang rapat itu satu-satu. Tidak ada yang tidak memberikan dorongan, kekuatan, dukungan.
Lima jam kemudian aku ada di sisihmu. Seranjang sempit rumah sakit dengan infuse di pergelangan tangan kirimu. Kaumulai merasakan mulas, semakin lama semakin menggila. Semalaman engkau tidak tidur. Begitu juga aku. Berpikir untuk memejamkan mata pun tak bisa. Aku tatap baik-baik ekspresi sakitmu, detik per detik. Semalaman, hingga lepas subuh, ketika engkau bilang tak tahan lagi. Lalu, aku berlari ke ruang perawat. “Istri saya akan melahirkan,” kataku yakin.
Bergerak cepat waktu kemudian. Engkau dibawa ke ruang persalinan, dan aku menolak untuk meninggalkanmu. “Dulu ada suami yang ngotot menemani istrinya melahirkan, lihat darah, tahu-tahu jatuh pingsan,” kata dokter yang membantu persalinanmu. Aku tersenyum, yang pasti laki-laki itu bukan aku. Sebab aku merasa berada di luar ruang persalinan itu akan jauh lebih menyiksa. Aku ingin tetap di sisihmu. Mengalirkan energi lewat genggaman tanganku, juga tatapan mataku. Terjadilah. Satu jam. Engkau mengerahkan semua tenaga yang engkau tabung selama bertahun-tahun. Keringatmu seperti guyuran air. Membuat mengilap seluruh kulitmu. Terutama wajahmu. Menjerit kadangkala. Tanganmu mencengkeram genggamanku dengan kekuatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kekuatan yang lahir oleh kesakitan. Engkau sangat kesakitan, sementara “tentara kecil” kita tak pula mau beranjak. “Banyak kasus bayi sungsang masih bisa lahir normal, kaki duluan. Tapi anak ini kakinya melintang,” kata dokter. Aku berusaha tenang. Sebab kegaduhan hatiku tidak bisa membantu apa-apa. Kusaksikan lagi wajah berpeluhmu,Sayang. Kurekam baik-baik, seperti fungsi kamera terbaik di dunia. Kusimpan lalu di benakku yang paling tersembunyi. Sejak itu kuniatkan, rekaman itu akan kuputar jika suatu ketika kuberniat mencurangimu, menyakitimu, melukaimu, mengecewakanmu.
Aku akan mengingat wajah itu. Wajah yang hampir kehilangan jiwa hanya karena ingin membuatku bahagia. “Sudah tidak kuat, Kang. Nggak ada tenaga,” bisikmu persis di telingaku. Karena sengaja kulekatkan telingaku ke bibirmu. Aku tahu, ini urusan nyawa. Lalu kumerekam bisikanmu itu. Aku berjanji pada hati, rekaman suaramu itu akan kuputar setiap lahir niatku untuk meminggirkanmu, mengecilkan cintamu, menafikkan betapa engkau permata bagi hidupku. Aku mengangguk kepada dokter ketika ia meminta kesanggupanku agar engkau dioperasi. Tidak ada jalan lain. Aku membisikimu lagi, persis di telingamu, “Mimi kuat ya. Siap, ya. Ingat, ini yang kita tunggu selama 5 tahun. Hayu semangat!”
Engkau mengangguk dengan binar mata yang hampir tak bercahaya. Aku tahu, ini urusan nyawa. Tapi mana boleh aku memukuli dinding, menangis sekencang angin, lalu mendongak ke Tuhan, “Kenapa saya, Tuhan! Kenapa kami?” Sebab, Tuhan akan menjawab, “Kenapa bukan kamu? Kenapa bukan kalian?” Aku mencoba tersenyum lagi. Mengangguk lagi kepadamu. “Semua akan baik-baik saja.” Maka menunggumu di depan ruang operasi adalah saat di mana doa menjadi berjejal dan bernilai terkhusyuk sepanjang hidup. Seandainya aku boleh mendampingi operasimu?. Tapi tidak boleh. Aku menunggumu sembari berkomat-kamit sebisaku. Aku sendirian. Berusaha tersenyum, tetapi sendirian. Tidak ? tidak terlalu sendirian.
Ada seseorang mengirimiku pesan pendek dan mengatakan kepadaku, “Aku ada di situ, menemanimu.” Kalimat senada kukatakan kepadanya suatu kali, ketika dia mengalami kondisi yang memberatkan. “Apa kepala bebalmu tidak merasa? Aku ada di situ! Menemanimu!” Lalu, tangis itu! Rasanya seperti ada yang mencabut nyawaku dengan cara terindah sedunia. Tangis itu! Tentara kecil kita. Menjadi gila rasanya ketika menunggu namaku disebut. Berlari ke lorong rumah sakit ketika tubuh mungil itu disorongkan kepadaku. “Ini anak Bapak?” Tahukah engkau, Sayang. Ini bayi yang baru keluar dari rahimmu, dan aku harus menggendongnya. Bukankah dia terlau rapuh untuk tangan-tangan berdosaku? Dokter memberiku dukungan. Dia tersenyum dengan cara yang sangat senior. “Selamat, ya. Bayinya laki-laki.” Sendirian, berusaha tenang. Lalu kuterima bayi dalam bedongan itu. Ya, Allah?.bagaimana membahasakan sebuah perasaan yang tidak terjemahkan oleh semua kata yang ada di dunia???
Makhluk itu terpejam tenang semacam malaikat; tak berdosa. Sembari menahan sesak di dadaku, tak ingin menyakitinya, lalu kudengungkan azan sebisaku. Sebisaku. Sebab, terakhir kukumandangkan azan, belasan tahun lalu, di sebuah surau di pelosok Gunung Kidul. Azan yang tertukar redaksinya dengan Iqomat. Mendanau mataku. Begini rasanya menjadi bapak? Rasanya seperti tertimpa surga. Aku tak pedul lagi seperti apa itu surga. Rasanya sudah tidak perlu apa-apa lagi untuk bahagia. Momentum itu berumur sekitar lima menit. Tentara kecil kita diminta oleh perawat untuk dibersihkan. Ingatanku kembali kepadamu.
Bagaimana denganmu, Sayang? Kukirimkan kabar tentang tentara kecil kita kepada seseorang yang semalaman menemani kita bergadang dari kejauhan. Dia seorang sahabat, guru, inspirator, pencari, dan saudara kembarku. “He is so cute,” kata SMS ku kepadanya. Sesuatu yang membuat laki-laki di seberang lautan itu menangis dan mengutuk dirinya untuk menyayangi bayi kita seperti dia merindukan dirinya sendiri. Sebuah kutukan penuh cinta. Setengah jam kemudian, berkumpul di ruangan itu. Kamar perawatan kelas dua yang kita jadikan kapal pecah oleh barang-barang kita. Engkau, aku, dan tentara kecil kita. Seorang lagi; keponakan yang sangat membantuku di saat-saat sulit itu. Seorang mahasiswi yang tentu juga tidak tahu banyak bagaimana mengurusi bayi. Tapi dia sungguh memberiku tangannya dan ketelatenannya untuk mengurusi bayi kita. Engkau butuh 24 jam untuk mulai berbicara normal, setelah sebelumnya seperti mumi. Seluruh tubuhmu diam, kecuali gerakan mata dan sedikit getaran di bibir.
Aku memandangimu, merekam wajahmu, lalu berjanji pada hati, 50 tahun lagi, engkau tidak akan tergantikan oleh siapa pun di dunia ini. Lima hari, Sayang. Lima hari empat malam kita menikmati bulan madu kita sebenar-benarnya. Aku begitu banyak berimprovisasi setiap hari. Mengurusi bayi tidak pernah ilmunya kupelajari. Namun, apa yang harus kulakukan jika memang telah tak ada pilihan? Aku menikmati itu. Berusaha mengurusmu dengan baik, juga menenangkan tentara kecil kita supaya tangisnya tak meledak-ledak. “Terima kasih, Kang,” katamu setelah kubantu mengurusi kebutuhan kamar mandimu. Lima tahun ini apa keperluanku yang tidak engkau urus, Sayang? Mengapa hanya untuk pekerjaan kecil yang memang tak sanggup engkau lakukan sendiri, engkau berterima kasih dengan cara paling tulus sedunia? Lalu ke mana kata “terima kasih” yang seharusnya kukatakan kepadamu sepanjang lima tahun ini? Tahukah engkau, kata “terima kasih” mu itu membuat wajahmu semelekat maghnet paling kuat di kepalaku. Mengurusimu dan bayi kita.
Lima hari itu, aku menemukan banyak gaya menangisnya yang kuhafal di luar kepala, agar aku tahu apa pesan yang ingin dia sampaikan. Gaya kucing kehilangan induk ketika ia buang kotoran. Gaya derit pintu ketika dia merasa kesepian, gaya tangis bayi klasik (seperti di film-film atau sandiwara radio) jika dia merasa tidak nyaman, dan paling istimewa gaya mercon banting; setiap dia kelaparan. Tidak ada tandingnya di rumah sakit bersalin yang punya seribu nyamuk namun tidak satu pun cermin itu. Dari ujung lorong pun aku bisa tahu itu tangisannya meski di lantai yang sama ada bayi-bayi lain menangis pada waktu bersamaan.
Ah, indahnya. Tak pernah bosan kutatapi wajah itu lalu kucari jejak diriku di sana. Terlalu banyak jejakku di sana. Awalnya kupikir 50:50 cukup adil. Agar engkau juga merasa mewariskan dirimu kepadanya. Tapi memang terlalu banyak diriku pada diri bayi itu. Hidung, dagu, rahang, jidat, tangis ngototnya, bahkan detail cuping telinga yang kupikir tidak ada duanya di dunia.
Ada bisik bangga, “Ini anakku? anak laki-lakiku. ” Tapi tenang saja, istriku, kulitnya seterang dan sebening kulitmu. Rambutnya pun tak seikal rambutku. Kuharap, hatinya kelak semembentang hatimu. Kupanggil dia Sena yang berarti tentara. Penggalan dari nama sempurnanya: Senandika Himada. Sebuah nama yang sejarahnya tidak serta-merta. Panjang dan penuh keajaiban. Senandika bermakna berbicara dengan diri sendiri; kontemplasi, muhasabbah, berkhalwat dengan Allah. Sedangkan Himada memiliki makna yang sama dengan Hamida atau Muhammad: YANG TERPUJI? dan itulah doa kita untuknya bukan, Sayang? Kita ingin dia menjadi pribadi yang terpuji dunia akhirat. Kaya nomor sekian, pintar pun demikian, terkenal apalagi. Yang penting adalah terpuji? mulia?dan ini bukan akhir kita, bukan, Honey?
Ini menjadi awal yang indah. Awalku jatuh cinta (lagi) kepadamu. (persembahan buat setiap perempuan, dan ibu yang hatinya semembentang samudra)
—— Cerpen by Tasaro GK
461 notes · View notes
istynooy · 4 years
Text
“Beberapa tahun dari sekarang kau akan melihat aku bahagia. Dan aku bersumpah, saat itu bagiku mendengar namamu tak lagi mengartikan luka.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
istynooy · 4 years
Text
“Dari semua hal buruk yang pernah terjadi di antara kita berdua hingga berpisah seperti ini, yang paling aku benci adalah kenyataan di mana aku sama sekali tidak bisa membencimu.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes