Text
La, umurmu sudah 25 tahun.
Semangat dan sabar samhil mengais pelajaran yah!
Kehidupan dewasa memang berat, katanya.
Pikiranmu akan bercabang, memikirkan ini itu.
0 notes
Text
Hari ini, hari dimana dulu aku memiliki keinginan yang berbeda dari apa yang realita berikan.
Banyak pikiran "seandainya", tumpukan memori itu terulang kembali di hari ini.
Masih sama, semoga aku bahagia di hari ini dan kamu pun begitu.
17 Agustus 2025
0 notes
Text
“Be strong enough to let go, and wise enough to wait for what you deserve.”
— Unknown
5K notes
·
View notes
Text
Setelah dia pergi, kenapa aku semakin sering bermimpi tentangnya :((
0 notes
Text
Kembali merenungi perasaan aneh ini.
Dibalik itu, semoga kamu baik-baik saja!
Kamu suses dengan impian besar yang pernah kamu ceritakan, sehat yah!
Sore hari, 5 Agustus 2025
0 notes
Text
Setelah dia benar-benar beranjak, sudah dua hari berturut-turut dia muncul di dalam mimpi.
Alam bawah sadar memang tidak bisa bohong.
0 notes
Text
Merelakan seseorang yang kamu cintai, adalah proses panjang yang perlahan mengikis bahagia dalam dirimu.
Bukan karena cintamu kurang kuat, tapi karena semesta seolah tak pernah berpihak. Kamu mencintainya sepenuh hati, kamu pernah berdoa dengan air mata yang jatuh diam-diam di malam hari, kamu pernah berharap setiap harinya hanya tentang dia, tapi pada akhirnya kamu harus sadar, bahwa tidak semua rasa layak diperjuangkan sampai habis-habisan.
Akhirnya, kamu mulai belajar menerima, walau hatimu menolak. Kamu mulai berjalan menjauh, walau jiwamu ingin tetap tinggal. Kamu mulai belajar tersenyum, di tengah luka yang tak pernah bisa kamu sembuhkan sendiri. Setiap hari kamu berpura-pura tidak apa-apa, walau di dalam kepalamu namanya masih berisik, suaranya masih terngiang, senyumnya masih kamu ingat dengan jelas.
Kamu mencoba menghapus kenangan, tapi kenangan tak bisa kamu buang begitu saja. Kamu mencoba mencintai orang lain, tapi tak ada yang mampu menggantikan tempatnya. Kamu mencoba membenci, tapi hatimu tetap lembut jika bicara tentang dia.
Dan di antara semua itu, kamu tetap mencintai dalam diam, dalam jarak, dalam rindu yang tak bisa kamu tunjukkan. Kamu belajar mengikhlaskan tanpa menghapus rasa, belajar menerima tanpa benar-benar rela, dan belajar berjalan sendiri.
Dan mungkin inilah bentuk paling sunyi dari cinta, ketika kamu harus melepaskan seseorang yang kamu tahu, adalah satu-satunya yang ingin kamu genggam selamanya. Kamu tetap berdoa agar dia bahagia, walau bukan denganmu. kamu tetap berharap dia baik-baik saja, meski kamu sendiri tidak pernah benar-benar baik semenjak kehilangan dia.
Akhirnya, kamu sadar, bahwa cinta bukan selalu soal memiliki, tapi soal keberanian untuk melepaskan.
0 notes
Text
KITA
sudah tidak ada (?)
Mari ikhlas, semoga kita berdua bahagia.
0 notes
Text
mari ikhlaskan yang memang bukan takdir, mari lepaskan untuk segala hal yang menyakitkan, mari pergi dari cerita yang telah usai.
—storyteman.
252 notes
·
View notes
Text
Sisa
Kadang, berakhirnya cerita dua orang itu nggak kayak di film—nggak ada pelukan selamat tinggal, nggak ada pintu yang dibanting, nggak ada kata-kata menyakitkan.
Enggak.
Justru, kita selesai kayak gerimis yang pelannnnn banget redanya, sampai-sampai kita baru sadar udah nggak hujan lagi pas langitnya terang.
Satu waktu kita masih merasa “kita”, tapi besoknya udah kayak dua orang asing yang lupa gimana caranya ngobrol. Nggak ada perpisahan yang formal. Nggak ada kopi terakhir sambil cari penjelasan.
Kita cuma... berhenti aja—pelan-pelan, benang demi benang, terurai kayak baju sweater yang mulai lepas jahitannya melonggar tapi terlalu halus untuk disadari sejak awal.
Yang lucu, yang paling sering kita inget bukanlah bagian akhirnya. Tapi bagian di antaranya.
Yang nggak penting, tapi kok ya justru nyisa.
Cara kamu manggil nama aku sambil senyum kecil. Cara kamu hafal aku suka Earl Gray Milk Tea with extra caramel pudding. Tawa kamu yang nggak ikhlas tapi tetap kamu keluarin pas aku maksa ngelucu.
Nggak ada yang megah dari itu semua. Tapi... ada.
Kamu juga begitu. Nggak pernah jadi segalanya, tapi pernah jadi cukup.
Tapi, kayaknya dari awal kita udah sama-sama tahu, deh: hubungan ini nggak akan selamanya.
Seperti yang aku bilang, kita tuh kayak hujan sore yang turun cepet, heboh sebentar, lalu hilang secepat datangnya. Tapi meskipun gitu, rasanya tetap nyaman. Hangat. Nggak lama, tapi cukup buat bikin kita sadar bahwa ternyata kita masih bisa merasa. Masih bisa sayang. Masih bisa nyimpen kangen, walau cuma sementara.
Sekarang kita udah jalan masing-masing. Nggak ada yang jahat. Nggak ada yang salah. Cuma dua orang yang tumbuh ke arah yang beda. Tapi nggak apa-apa. Karena meski akhirnya nggak ke mana-mana, perasaan itu pernah ada. Dan itu cukup.
Kadang cinta tuh emang nggak harus dibungkus dengan janji atau dirayakan pakai pesta. Cukup dikenang dalam diam. Disimpan rapi dalam hati, kayak surat yang nggak pernah dikirim—tapi kamu tahu isinya berarti.
Tapi hei, menyenangkan juga, ya, selama momen itu masih ada.
254 notes
·
View notes
Text
Halo, apa kabar?
Semoga baik-baik saja. Sehat dan walaupun mungkin bahagia masih sukar, jangan sedih-sedih!
0 notes