johnindandelion
johnindandelion
Ruang Kontemplasi
55 posts
Life long learner | Merangkai kepingan hikmah yang berserakan | Berkelana menyelami beragam makna dalam kehidupan
Don't wanna be here? Send us removal request.
johnindandelion · 11 months ago
Text
Tumblr media
6K notes · View notes
johnindandelion · 11 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media
134K notes · View notes
johnindandelion · 11 months ago
Text
Tumblr media
5K notes · View notes
johnindandelion · 11 months ago
Text
Tumblr media
"Faith and Confidence": a policeman patiently reasoning with a two-year-old boy trying to cross a street during a parade, 1958 - by William C. Beall (1911 - 1994), American
411 notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
17K notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
24K notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Green Path
31K notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media
21K notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
25K notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
23K notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media
by lhackett
33K notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
"A ceasefire should be imposed on Israel. There is no other way to stop this carnage in Gaza..."
- Francesca Albanese, UN Rapporteur
#I agree
#I volunteer
8 notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media
34K notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
8K notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
Tumblr media
🚨 A forensic investigation has revealed that an Israeli tank killed young Hind Rajab, and that the Israeli forces has a clear visual of the occupants of the vehicle in which Hind and her family were trapped in.
The vehicle had been hit with 355 bullets, and the investigation refutes the claim by Israel denying responsibility for the killing and that Israeli forces were not present in the area at the time of Rajab's death.
332 notes · View notes
johnindandelion · 1 year ago
Text
Plegmatis: orang-orang lambat
Rasanya baru kemarin saya lulus SMA. Rasanya baru kemarin saya mendaftar kuliah. Rasanya baru kemarin saya menjadi mahasiswa baru. Bahkan saya masih merasa ada jam kuliah nanti siang.
Saya masih bisa merasakan suasana lorong kelas, kaki-kaki mahasiswi menaiki tangga dan saling bercanda.
Saya masih ingat sepasang sahabat perempuan yang sering duduk di lantai luar kelas dengan netbook kecil dekat stopkontak saat pergantian jam kuliah.
Mereka punya banyak perbedaan. Dunia mereka berbeda. Tempat tinggal juga berjauhan. Bukan karena memiliki banyak kesamaan. Ruang dan waktu hanya tak sengaja mempertemukan mereka. Ada ruang kosong yang perlu ditempati. Ada waktu yang perlu diisi. Ada momen yang perlu dirasakan. Ada kenangan yang perlu dipintal.
Beberapa bulan lagi mungkin ruang dan waktu tidak lagi bersahabat dengan mereka. Beberapa bulan lagi mereka akan memiliki tempat mereka masing-masing.
Beberapa bulan lagi itu adalah beberapa bulan yang lalu.
Beberapa bulan yang lalu mereka mendapati masa perpisahan itu. Ruang dan waktu habis. Beberapa bulan yang lalu sebagian besar kawan-kawan akhirnya diwisuda.
Rasanya baru minggu lalu mereka sibuk mengajukan judul dan revisi berulang-ulang. Hari ini undangan demi undangan pernikahan berdatangan. Foto perihal lowongan pekerjaan, pengurusan SKCK dan inovasi-inovasi usaha mengisi lini masa.
Kawan saya ada yang terduduk di pojok kursi kampus. Hikmat merasakan lorong yang kosong. Sesekali melintas mahasiwa baru yang tak dia kenal.
Rasanya baru kemarin kawan-kawannya bergantian masuk ruang dosbing. Saling bercanda untuk menutupi cemas.
Dia ragu mengirim chat ke kawan-kawannya yang sudah lepas dari kampus. Mereka sudah pulang kampung. Menuju asing seperti awal perkuliahan.
Semua orang menjadi tokoh utama di hidup mereka masing-masing. Berjalan di lintasan masing-masing. Di keluarga masing-masing. Tidak ada lagi ikatan dengan kampus. Tidak ada lagi alasan untuk mengirim chat, seperti; "nanti ada kelas? PPT nya sudah jadi? Nanti makan di mana? Ikut seminar yuk."
Dunia yang sangat cepat membuat orang-orang lambat seperti dia dan sebagian kecil orang di luar sana seperti orang asing. Duduk di sudut peron, memperhatikan gerbong demi gerbong menurunkan dan menaikan penumpang. Orang-orang bergantian datang dan pergi. Sementara dia masih sibuk menghayati. Menikmati detik demi detik.
Rasanya semua seperti mimpi dan terlalu berharga karena ada tapi hanya sekedar melintas saja.
Semua orang berlari seperti dikejar usia. Semua orang mencentang list demi list mereka sebagai tanda keberhasilan demi keberhasilan. Mereka tahu hidup mereka hanya singkat, mereka harus buru-buru.
Sementara beberapa orang yang lain berjalan ringan seperti orang liburan di tengah padang rumput hijau. Menyesap dalam-dalam aroma bebukitan. Menikmati senti demi senti langkah kaki. Berjalam sesuka hati, kadang berjalan mundur sembari melihat jalan di belakang.
Tapak kaki yang tertinggal. Tapak kaki kawannya yang bernama A. Tapak kaki kawannya yang bernama B. Yang sekarang sudah jauh di depan. Bebatuan yang sudah terlewati seperti melambaikan tangan, "selamat jalan."
Orang-orang lambat seperti dia ini dan mungkin sebagian kecil orang-orang di luar sana yang saya yakin juga sama seperti dia memang sering tertinggal. Sebab sebagian besar orang-orang berlari seperti kuda yang memakai kacamata. Tak bisa menoleh ke kanan-kiri-belakang. Mereka fokus ke depan. Hanya ke depan. Seperti dikejar usia. Puncak bukit di depan harus segera didapat selagi sempat.
Ya. Tentu saja kadang orang-orang 'lambat' ini cemas dan ketakutan. Takut tertinggal dan tak ada pertolongan. Takut terlalu lama menikmati jalan. Takut terlalu lama menghayati tapak kaki yang tertinggal. Kadang mereka kerap menghibur diri sendiri, "tak apa. Hidup ini bukan perlombaan."
Beberapa yang usianya hampir menyentuh kepala tiga namun belum menghasilkan apa-apa mulai depresi. Kawan-kawan seangkatannya sudah memiliki anak. Sudah memiliki rumah. Sudah mapan. Sudah menempati suatu jabatan. Sementara dirinya sendiri masih belum beranjak dari tempatnya 5 tahun lalu. Masih duduk di peron yang sama.
Dunia berjalan terlau cepat untuknya. Orang-orang hanya butuh rata-rata 25 tahun untuk mengumpulkan mental dan mantap menikah, tapi dia merasa 25 tahun belum cukup. Bahkan dia merasa dia masih muda, masih anak yang baru saja lulus SMA.
Dia mulai bingung, apa yang salah dengan dirinya. Kenapa orang-orang bisa mengikuti irama dan kecepatan laju dunia sementara dia tidak.
Kadang dia tak punya waktu berfikir sebab lingkungan (red.keluarga) lebih dulu mendesak. Siap tak siap dia harus bisa mengikuti kecepatan orang lain. Beberapa orang mulai depresi di posisi tersebut. Dia tak bisa menyalahkan orang lain. Dia hanya bisa menyalahkan hidup dan dirinya sendiri. Akhirnya dia membenci dirinya. Memaki kelambanannnya sendiri.
Jalan di depan sangat kosong. Gerbong sudah habis. Dunia tak punya waktu menunggu orang yang lebih suka duduk-duduk di bawah pohon apel dan hanya melamuni apa yang orang-orang tinggalkan di belakang.
Jargon demi jargon motivator memenuhi telinganya, "kesuksesan hanya bisa diraih oleh mereka yang bekerja keras, cepat dan lincah mengambil celah"
Dia mengutuk dirinya sendiri yang lebih suka beristirahat dan menikmati kedamaian di tempatnya duduk. Kesuksesan seperti ditaruh di depan muka lokomotif yang tak mungkin bisa dikejar.
Apakah orang-orang lambat punya tempat di dunia ini?
Jawaban saya: ADA!
Dari awal penciptaan manusia hingga hari ini, waktu tidak berubah (kecuali beberapa detik saja sesuai perhitungan sains). 24 jam sehari. Semua orang tinggal dalam dunia yang isinya 24 jam sehari. Ada yang sadar waktu berjalan cepat sehingga ia ikut berjalan cepat. Ada yang sadar tapi ia enggan berjalan cepat.
Apakah ia akan tertinggal? Tentu saja. Dia akan tertinggal oleh kawannya yang berjalan cepat. Tapi apakah dia punya tempat? Tentu saja. Dia tetap memiliki tempat.
Yang perlu diingat adalah, tidak ada yang di belakang tidak ada yang di depan. Meskipun dia tertinggal, tapi dia tidak tertinggal di belakang, dia tertinggal di tempat yang lain. Di tempat yang sesuai dengan dirinya. Dia dan kawannya masih ada dalam satu waktu. 24 jam. Tapi berbeda tempat. Tidak di belakang juga tidak di depan. Hanya jalan yang berbeda.
Tak perlu takut dan cemas dunia akan meninggalkan kita, sebab dunia tidak akan kemana-mana. Kita masih akan hidup dengan berjalan cepat atau pun lambat. Usia bukan seperti serigala yang akan memangsa orang-orang yang lambat dan tertinggal. Usia bisa memangsa siapa saja. Yang berjalan lambat atau pun cepat.
Tak perlu takut dan khawatir kesuksesan akan menjauhi kita. Kesuksesan bisa didapat oleh siapa pun. Orang-orang lambat bisa meraih kesuksesannya dengan caranya sendiri. Orang-orang cepat bisa meraih kesuksesannya dengan caranya sendiri dan mungkin lebih cepat. Tapi tak masalah. Yang terpenting bukan kecepatan dalam meraihnya tapi bagaimana cara kita menikmati dan memanfaatkannya.
Tak masalah menjadi orang lambat karena kita tak dilahirkan hanya untuk berlari. Kita bisa duduk. Berbaring. Jalan santai. Tak masalah juga menjadi orang cepat. Mereka memilih berlari semampu mungkin, secepat mungkin lalu baru menikmati istirahat.
Tidak salah menjadi orang lambat. Mereka hanya terkadang kaget saja dengan kecepatan dunia. Kecepatan momen demi momen yang terus berganti. Mereka sangat menyayangi waktu. Mereka enggan membuang waktu seperti sampah yang sekali pakai.
Bedanya dengan orang cepat, orang cepat sangat menghargai waktu dengan cara mengisinya dengan penuh. Seperti gelas kaca kosong yang harus dihargai dengan cara mengisinya dengan susu hingga penuh. Setelah susunya habis, 'orang lambat' yang menyimpan gelasnya. Sementara 'orang cepat' pergi keluar, mengisi gelas lain.
Masing-masing memiliki tempatnya. Tidak ada yang di depan tidak ada yang di belakang.
Ada yang butuh 25 tahun untuk matang. Ada yang butuh 35 tahun dan itu tidak masalah.
Orang-orang lambat, kamu masih berhak hidup dengan baik. Kamu hanya berbeda. Kamu hanya menyayangi waktu sampai-sampai tak tega meninggalkannya.
Tak masalah orang-orang seangkatanmu sudah memenuhi CV mereka sementara kamu masih bingung bagaimana mengisinya.
Tak masalah orang-orang sudah menempati tempat yang umumnya di usia mereka sudah tempati. Tak masalah belum siap. Tak masalah belum berani. Setiap orang punya waktu yang berbeda dalam mengolah hati.
Yang terpenting, kamu menjadi dirimu sendiri. Daripada pura-pura cepat lalu kelelahan dan tersungkur di tengah jalan.
Tumblr media
Image from: Jamesaltucher.com
#nulisajadulu
295 notes · View notes
johnindandelion · 3 years ago
Text
Having hobbies, connecting w others, laughing and smiling and dancing and having a good time, reaching out in place of turning inward, being in love w a person and my friends and the world, nourishing my soul and heart and mind, eating good food, being part of this world—all these things really are so much better than digging my own grave and trying to make a home out of it
15K notes · View notes