Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Meminimaliskan Pikiran

Jika ada sebuah periuk lalu kita harus mengisinya dengan pasir, batu besar dan kerikil. Bagaimana caranya supaya semuanya bisa masuk dan muat dalam periuk itu?
Coba kita pikirkan apa yang seharusnya pertama kita masukkan?
Untuk bisa memasukkan semua batu, pasir, dan kerikil tersebut maka kita harus memasukkan batu besar dahulu baru kemudian kerikil dan yang terakhir pasir. Mengapa bisa begitu? Ketika kita masukkan batu lebih dahulu maka akan ada celah-celah kosong. Kerikil yang yang dimasukkan akan mengisi celah-celah tersebut. Pasir pun begitu. Ia akan mengisi celah-celah kecil diantara batu-batu dan kerikil-kerikil tersebut.
Sama halnya dengan otak kita. Sebagai manusia yang memiliki akal dan kemampuan berpikir selalu membuat kita memikirkan banyak hal. Terlebih saat ini berbagai macam informasi dengan mudah kita ketahui. Namun, itu semua ternyata membuat kita tidak fokus. Kita malah disibukkan dengan informasi-informasi yang tidak penting. Dan hal yang seharusnya menjadi titik perhatian kita justru malah terabaikan.
Nah, karena itulah kita perlu meminimaliskan pikiran kita dengan membatasi informasi-informasi yang masuk ke dalam kepala kita. Lalu bagaimana caranya? Mungkin tips dari @iqbalhape ini bisa membantu kita.
Kita pasti tahu kan bahwa informasi yang kita terima hampir semuanya berasal dari media sosial seperti instagram dan twitter juga masih banyak media sosial lainnya. Hingga tak jarang kita sering menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk meng-scroll media sosial kita. Coba kita cek akun apa saja yang kita ikuti. Adakah akun-akun dengan informasi yang tidak bermanfaat yang kita ikuti? Informasi yang tidak bermanfaat tidak hanya membuat waktu kita terbuang sisa-sia, tetapi juga bisa berakibat fatal terhadap kondisi psikologis kita. Banyak kasus dimana orang-orang justru menjadi depresi akibat informasi yang diterimanya.
Maka dari itu langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan menentukan akun-akun yang memang menyediakan informasi yang kita butuhkan. Misalnya jika kita menginginkan lebih banyak informasi seputar agama, maka, kita boleh mempertahankan untuk tetap mengikuti akun-akun dakwah. Atau teman-teman merasa sangat terganggu dengan unggahan teman-teman kita yang jujur saja terkadang kurang bermanfaat dan justru malah menimbulkan rasa iri dalam diri kita, kita boleh saja berhenti mengikuti akun teman kita itu. Kalau memang akan lebih banyak menimbulkan mudharatnya. Dan jika kita takut mereka justru tersinggung, maka coba hubungi mereka dan jelaskan alasan kita melakukan itu adalah untuk menjaga pikiran kita.
Nah, berani mencoba?
1 note
·
View note