Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Alasan Terpaksa "Kamu mulai kapan mau daftarin ijazah kamu ke tempat kerjaan?" Dua, tiga ah.. bukan sudah hampir ratusan kali kalimat itu keluar dari mulut mama. "Sayang gelar dokter kamu, sekolahin mahal - mahal bukannya langsung kerja malah magang gak jelas" Iya setiap hari sarapan kalimat itu, aku sudah terbiasa sambil menamatkan video games yang ada di komputerku. "Seaaan Jukok Jeon!!" teriak mama disampingku, ah iya namaku Sean Jukok Jeon. Tampan, banyak penggemar rahasia, pintar, ekonomi berkecukupan. Hampir sempurna, kekurangannya hanya aku cuma pengangguran menumpang dengan orang tua dan masih single. Tidak ada niatan aku bekerja karena ya semuanya sudah cukup bagiku. Tapi saat sudah muak mendengar teriakan dari mama. Akhirnya kalimat sakral keluar dari mulut ini. "Yaudah, cariin tempat kerjanya kan mama banyak koneksi tuh" Wah gila benar - benar gila, kalau beneran mama cari rumah sakit yang nerima gelar doctorku, aku harus kabur. Pengecut memang, aku diam - diam membeli sebuah apartemen studio. Tempat khusus ku untuk menenangkan diri, saat yang tepat untuk kabur dari rumah. ⁂ Dua hari kemudian mama kebingungan, terus menghubungi ponselku. Seperti biasa aku hiraukan lanjut menyibukan diri dengan game onlineku. Sepertinya mama sudah siap - siap membawaku ke calon rumah sakit tempatku bekerja. Sambil tersenyum - senyum senang menang dari mama, bel pintu berbunyi. Buset tidak biasanya bel apartemenku berbunyi, langsung aku bangkit dari kursi gameku. cklak Bodohnya tanpa dilihat dulu siapa yang ada diluar dari smart window, aku langsung membuka pintu. Dan yaaa… Mama Mama berdiri di depan pintu apartemenku dengan Asistennya, menyeretku keluar dari pintu. "aaah mama, ampuun sakit" Jeritku karena mama menjambak rambutku. "bagus yaa, diam diam beli apartemen. Mama takut kamu kemana tau nya disini, kamu gak bisa kemana mana selama kartu kredit kamu masih atas nama mama" Aaah iya bodoh, kartu kredit barusan aku membeli voucher game dengan itu. Lemas, pasrah kemana aku dibawa nantinya. ∝didalam mobil pun aku melirik keluar jendela, menghela nafas seperti ada beban hidup. "apa kamu sok sok an tertekan, pakai ini. Kita langsung ke rumah sakit survey" Mama langsung melempar setelan jas dengan celana bahan, dan juga ikat rambut. Aku melirik mama. "ikat rambutmu, Calon dokter itu harus rapi" aku mengangguk daripada semakin panjang ocehannya. sudah terpasang semua atribut yang mama siapkan, tepat juga mobil mama terparkir didepan lobby rumah sakit. Aku melirik keluar jendela, agak mewah ya tempatnya. Aku keluar sambil merapihkan jas dan helai rambutku yang tak terikat. Orang sibuk berlalu lalang didepan pintu igd, aku melihatnya risih. Cara kerja rumah sakit ini agak kurang tepat dengan tampilannya yang mewah. Saat aku terfokus dengan petugas rumah sakit, mama berbincang dengan temannya. Aku yakin dia direktur pengelola rumah sakit ini. Aku hanya mengangguk, tersenyum ramah. Hey kau tau kan first impression itu penting. "Ini anakku Jukok, aku mohon bantuannya ya. Dia cukup handal ko urusan medis" Ujar mama membanggakan aku, padahal semenit yang lalu mama selalu menganggapku manusia malas. "Tampan ya, iyaa pasti tenang saja rumah sakit ini juga perlu dokter baru untuk posisi yang emang agak sulit pasti nanti terbiasa ko" haah… Basa basi lagi, tak lama mama pamit aku ditinggal dirumah sakit ini dengan temannya. Katanya sih untuk mengenal pertama sebelum besok trainning sesungguhnya. "Jukok, nama saya Yiren. Panggil Bu atau tante itu terserah kamu, tapi biasanya pegawai rumah sakit sini terbiasa memanggil ibu" aku mengangguk lagi, sambil melihat sekitar. "Jukok saya dengar dari mama mu dulu kamu berprestasi di ruang bedah, apa benar?" mama sepertinya sudah sengaja ya pikirku. “ya, karena tuntutan universitas juga. Saya hanya ikut serta" jawabku dengan singkat, mataku masih terfokus dengan lorong - lorong rumah sakit. "perawat disini juga ada yang menginap, nanti setiap dokter khusus kami sediakan ruangan untuk beristirahat atau urusan admin
kantornya. Bagaimana Jukok?" aku sih tidak masalah, malah bagus aku punya zona sendiri sehabis bekerja. "baik, saya terima apa yang rumah sakit sediakan" "Bagus, Jukok besok kamu mulai trainning ya. Jam 8 kamu temui suster Oci namanya, nanti dia yang mengarahkan kamu besok seperti apa" ah akhirnya aku tidak pengangguran lagi, ku jabat tangan ibu direktur atau teman mama ku "baik, terima kasih bu Yiren".
1 note
·
View note