Tumgik
just-gul · 6 years
Text
undefined
youtube
Its definitely there. So basically, mukmin NEVER ever wish to have the jannah of the world bc they knew well that it will gonna make them having hard time in akhirat.
Plus, been given the jannah of the world is never a sign that youre beloved by Allah taala. Bc it also been given FREELY to the slave that Allah hate.
So, the real mukmin is the real mukmin. Not the fake one.
Subhanallah
Scary
0 notes
just-gul · 6 years
Text
I have nieces.
Theyre too busy spending time exposing themselves on the internet.
-rs.
🙄
1 note · View note
just-gul · 7 years
Video
youtube
0 notes
just-gul · 7 years
Photo
Tumblr media
0 notes
just-gul · 7 years
Photo
Tumblr media
0 notes
just-gul · 7 years
Video
youtube
0 notes
just-gul · 7 years
Text
PENYEBAB HATI TETAP GELISAH MESKI RAJIN BERIBADAH/ Reasons for
restless heart although diligent on doing ibadat.
Berikut ini sebuah cerita dari Abu Yazid Al-Busthami, yang insya Allah, dapat kita ambil pelajaran daripadanya;/ This is a story told from Abu Yazid al busthami, insyaAllah we can take some lessons from it.
Di samping seorang sufi, Abu Yazid Al Busthami juga adalah pengajar tasawuf. Di antara jamaahnya, ada seorang pelajar yang juga memiliki murid yang banyak./ despite of a sufi, abu yazid al busthami is a tasawwuf teacher. among his students, there is a student that has a lot of murid(student). Pelajar itu juga menjadi kyai bagi jamaahnya sendiri. Kerana telah memiliki murid, santri ini selalu memakai pakaian yang menunjukkan kesalihannya, seperti baju putih, serban, dan wewangian tertentu./the student is appointed to be a leader of his own jemaah. because of having murid, the madrasah(islamic school) always wear reflecting the soleh/piousity like white clothes, turban and some fragrances.
Suatu saat, muridnya itu mengadu kepada Abu Yazid, “Tuan Guru, saya sudah beribadat tiga puluh tahun lamanya. Saya shalat setiap malam dan puasa setiap hari, tapi anehnya, saya belum mengalami pengalaman rohani yang Tuan Guru ceritakan. Saya tak pernah saksikan apa pun yang Tuan gambarkan.”/ there was a time, the student whined to abu yazid, ‘oh my teacher, i have do ibadat for 30 years. i solat every night and fast everyday,, but the weird thing is, i never ever experience any spiritual experience as what you told us. i never experience any of that.’
Abu Yazid menjawab, “Sekiranya kau beribadat selama tiga ratus tahun pun, kau takkan mencapai satu butir pun debu mukasyafah dalam hidupmu.”/abu yazid answered, ‘if you have do ibadat for even 300 years, you will not gain even a grain of dust of mukasyafah in your life.’
Murid itu heran, “Mengapa, ya Tuan Guru?”/the student asked, ‘why, ya my teacher?’
“Kerana kau tertutup oleh dirimu,” jawab Abu Yazid./’because you have been covered by yourself.’ said abu yazid.
“Bisakah kau ubati aku agar hijab itu tersingkap?” pinta sang murid./’can you give me the cure for it so that the hijab will be lifted?’ said the student.
“Boleh ,” ucap Abu Yazid, “tapi kau takkan melakukannya.”/’sure. but you will not going to do it.’ answered abu zaid.
“Tentu saja akan aku lakukan,” sanggah murid itu./’for sure i will do it.’ the student replied.
“Baiklah kalau begitu,” kata Abu Yazid, “sekarang tanggalkan pakaianmu. Sebagai gantinya, pakailah baju yang lusuh, sobek, dan compang-camping. Gantungkan di lehermu kantung berisi kacang. Pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak-anak kecil di sana. Katakan pada mereka, “Hai anak-anak, barangsiapa di antara kalian yang mahu menampar aku satu kali, aku beri satu kantung kacang.” Lalu datangilah tempat di mana jamaah kamu sering mengagumimu. Katakan juga pada mereka, “Siapa yang mahu menampar mukaku, aku beri satu kantung kacang!”/’okay then. now, take off your clothes and wear your shabby clothe and hang a bag of nuts up on your neck. and go to market, gather children there as much as you can. and say to them,
‘Oh children, whoever want to slap me once, i give one of this nut.’ then go to places where the jemaah there amazed of you. say to them,
‘whoever want to slap me, i will give one nut!’
“Subhanallah, masya Allah, lailahailallah,” kata murid itu terkejut./’subhanallah, mashaAllah, lailahaillalah.’ said the student, shocked.
Abu Yazid berkata, “Jika kalimat-kalimat suci itu diucapkan oleh orang kafir, ia berubah menjadi mukmin. Tapi kalau kalimat itu diucapkan oleh seorang sepertimu, kau berubah dari mukmin menjadi kafir.”/abu yazid said, ‘if the holy words being recited by kafir, he will change to a mukmin. but if the kalimat being recited by someone like you, you will change from mukmin to kafir.’
Murid itu keheranan, “Mengapa  begitu?”/’why is that?’ asked the student, feel weird.
Abu Yazid menjawab, “Kerana kelihatannya kau sedang memuji Allah, padahal sebenarnya kau sedang memuji dirimu. Ketika kau katakan: Tuhan mahasuci, seakan-akan kau mensucikan Tuhan padahal kau menonjolkan kesucian dirimu.”/
abu yazid answered,
‘because physically, you are praising Allah. but actually, youre praising yourself. when you say, Allah is The Holiest, as if youre making yourself holy the God but in fact youre SHOWING OFF your holiness of yourself.’
“Kalau begitu,” murid itu kembali meminta, “berilah saya nasihat lain.”/’well then, give me some nasihat regarding that, oh my teacher.’ asked the student again.
Abu Yazid menjawab, “Bukankah aku sudah bilang, kau takkan mampu melakukannya!”/abu yazid answered, ‘is it not that i said that you will not capable to do it!’
Cerita ini mengandung pelajaran yang amat berharga. Abu Yazid mengajarkan bahwa orang yang sering beribadat mudah terkena penyakit ujub dan takabur. “Hati-hatilah kalian dengan ujub,” pesan Iblis./
this story has a very important lesson. abu yazid teach us that people who often do ibadat are VERY easy to be infected by disease of ujub and takabbur. 
‘Be careful of ujub.’ iblis advised.
Dahulu, Iblis beribadat ribuan tahun kepada Allah. Tetapi karena takaburnya terhadap Adam, Tuhan menjatuhkan Iblis ke darjat yang serendah-rendahnya.
Takabur dapat terjadi karena amal atau kedudukan kita. Kita sering merasa menjadi orang yang penting dan mulia. Abu Yazid menyuruh kita menjadi orang hina agar ego dan keinginan kita untuk menonjol dan dihormati segera hancur, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian. Hanya dengan itu kita bisa mencapai hadirat Allah swt.
Orang-orang yang suka mengaji juga dapat jatuh kepada ujub. Mereka merasa telah memiliki ilmu yang banyak. Suatu hari, seseorang datang kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, “Ya Rasulallah, aku rasa aku telah banyak mengetahui syariat Islam. Apakah ada hal lain yang dapat kupegang teguh?” Nabi menjawab, : ”Katakanlah: Tuhanku Allah, kemudian ber-istiqamah-lah kamu.”
Ujub seringkali terjadi di kalangan orang yang banyak beribadat. Orang sering merasa ibadat yang ia lakukan sudah lebih dari cukup sehingga ia menuntut Tuhan agar membayar pahala amal yang ia lakukan. Ia menganggap ibadat sebagai jual beli. Orang yang gemar beribadat cenderung jatuh pada perasaan tinggi diri. Ibadat dijadikan cara untuk meningkatkan statusnya di tengah masyarakat. Orang itu akan amat tersinggung bila tidak diberikan tempat yang memadai statusnya. Sebagai seorang ahli ibadat dan ahli zikir, ia ingin disambut dalam setiap majlis dan diberi tempat duduk yang paling utama.
Tulisan ini saya tutup dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad-nya;
Suatu hari, di depan Rasulullah saw Abu Bakar menceritakan seorang sahabat yang amat rajin ibadatnya. Ketekunannya menakjubkan semua orang. Tapi Rasulullah tak memberikan komentar apa-apa. Para sahabat keheranan. Mereka bertanya-tanya, mengapa Nabi tak menyuruh sahabat yang lain agar mengikuti sahabat ahli ibadat itu. Tiba-tiba orang yang dibicarakan itu melintas di hadapan majelis Nabi. Ia kemudian duduk di tempat itu tanpa mengucapkan salam. Abu Bakar berkata kepada Nabi, “Itulah orang yang tadi kita bicarakan, ya Rasulallah.” Nabi hanya berkata, “Aku lihat ada bekas sentuhan syaitan di wajahnya.”
Nabi lalu mendekati orang itu dan bertanya, “Bukankah kalau kamu datang di satu majlis kamu merasa bahwa kamulah orang yang paling salih di majlis itu?” Sahabat yang ditanya menjawab, “Allahumma, na’am. Ya Allah, memang begitulah aku.” Orang itu lalu pergi meninggalkan majlis Nabi.
Setelah itu Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, “Siapa di antara kalian yang mau membunuh orang itu?” “Aku,” jawab Abu Bakar.
Abu Bakar lalu pergi tapi tak berapa lama ia kembali lagi, “Ya Rasulallah, bagaimana mungkin aku membunuhnya? Ia sedang ruku’.”
Nabi tetap bertanya, “Siapa yang mau membunuh orang itu?” Umar bin Khaththab menjawab, “Aku.” Tapi seperti juga Abu Bakar, ia kembali tanpa membunuh orang itu, “Bagaimana mungkin aku bunuh orang yang sedang bersujud dan meratakan dahinya di atas tanah?” Nabi masih bertanya, “Siapa yang akan membunuh orang itu?” Imam Ali bangkit, “Aku.” Ia lalu keluar dengan membawa pedang dan kembali dengan pedang yang masih bersih, tidak berlumuran darah, “Ia telah pergi, ya Rasulullah.” Nabi kemudian bersabda, “Sekiranya engkau bunuh dia. Umatku takkan pecah sepeninggalku….”
Rupanya sudah disingkapkan kepada Rasulullah mengenai lelaki tersebut yang bakal menimbulkan fitnah untuk umat Islam.
Dari kisah ini pun kita dapat mengambil hikmah: Selama di tengah-tengah kita masih terdapat orang yang merasa dirinya paling salih, paling berilmu, dan paling benar dalam pendapatnya, pastilah terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin. Nabi memberikan pelajaran bagi umatnya bahwa perasaan ujub akan amal salih yang dimiliki adalah penyebab perpecahan di tengah orang Islam. Ujub menjadi penghalang naiknya manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Penawarnya   hanya satu, belajarlah menghinakan diri kita. Seperti yang dinasihatkan Abu Yazid Al-Busthami kepada santrinya.
Semoga jadi renungan yang bermanfaat. Amin
C&P
-ustaz iqbal zain al jauhari.
0 notes
just-gul · 7 years
Video
Zikir-zikir Mudah Harian Penenang Jiwa!! Ustaz Jafri Abu Bakar Mahmoodi
0 notes
just-gul · 7 years
Text
Berbahagialah jiwa-jiwa yang mentaati..
berbahagialah jiwa-jiwa yang mensyukuri..
berbahagialah jiwa-jiwa yang memahami......
Allahumma solli ‘ala sayyidina ,muhammad wa ‘ala alihi wasohbihi wasallam
0 notes