Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Revolusi China
Apa?
Awal mula terjadinya Revolusi Tiongkok tidak lepas dari berbagai masalah yang menumpuk selama pemerintahan Dinasti Qing. Dinasti ini menghadapi ketidakpuasan rakyat, terutama dari mayoritas etnis Han, yang merasa tidak terwakili oleh pemerintahan yang dipimpin oleh etnis Manchu. Korupsi yang merajalela di kalangan pejabat dan kegagalan pemerintah dalam menjalankan reformasi semakin memperburuk situasi. Selain itu, kekalahan Tiongkok dalam Perang Candu dan Perang Tiongkok-Jepang membuat negara ini kehilangan kedaulatan atas banyak wilayah strategis, memicu sentimen anti-penjajahan di kalangan rakyat. Di sisi lain, pengaruh ide-ide Barat tentang demokrasi, modernisasi, dan nasionalisme menginspirasi gerakan intelektual muda, dengan Sun Yat-sen menjadi tokoh utama yang memimpin perjuangan untuk menggulingkan Dinasti Qing. Krisis internal juga melemahkan kekuasaan Qing, terutama setelah naik takhta Kaisar Puyi yang masih berusia dua tahun, sementara proyek pembangunan yang gagal, seperti kereta api, memicu ketegangan di berbagai wilayah. Semua faktor ini memuncak pada Pemberontakan Wuchang pada 10 Oktober 1911, yang menjadi titik awal Revolusi Tiongkok. Dalam waktu singkat, pemberontakan menyebar ke berbagai provinsi, yang kemudian menyatakan kemerdekaannya dari Qing. Dengan berdirinya Republik Tiongkok pada awal 1912, kekuasaan Dinasti Qing berakhir, membawa Tiongkok menuju era baru.
Mengapa?
Revolusi Tiongkok dimulai pada awal abad ke-20 untuk mengakhiri kekuasaan Dinasti Qing yang telah memerintah selama lebih dari 260 tahun. Pada masa itu, Tiongkok mengalami banyak masalah, termasuk korupsi, lemahnya pemerintahan, dan pengaruh penjajahan asing yang semakin kuat. Kondisi ini memicu lahirnya gerakan nasionalis yang menginginkan perubahan besar.
Bagaimana?
Revolusi Tiongkok dimulai dengan Pemberontakan Wuchang pada 10 Oktober 1911. Dipimpin oleh Li Yuanhong, seorang komandan militer, pemberontakan ini berhasil merebut kota Wuchang dari pasukan Dinasti Qing. Keberhasilan ini memicu pemberontakan di berbagai provinsi, dan hanya dalam dua hari, sebanyak 18 provinsi menyatakan kemerdekaan dari Qing dan bergabung Republik Tiongkok.
Kapan?
Pada 1 Januari 1912, Sun Yat-sen diangkat sebagai presiden sementara Republik Tiongkok di Nanjing. Sun kemudian menunjuk Yuan Shikai, seorang jenderal Qing yang mendukung revolusi, sebagai perdana menteri. Pada 12 Februari 1912, Kaisar Puyi resmi turun takhta, menandai berakhirnya kekuasaan Dinasti Qing. Sun Yat-sen kemudian menyerahkan jabatan presiden kepada Yuan Shikai pada 10 Maret 1912, untuk meyakinkan pasukan Qing agar tidak melawan revolusi.
Setelahnya, pemerintahan Sun Yat-sen berlangsung hingga 1924, sebelum digantikan oleh Chiang Kai-shek. Chiang berhasil menyatukan Tiongkok bagian utara dan selatan. Namun, ia menghadapi perlawanan dari Mao Zedong, yang berpaham komunis. Pada 1949, Mao berhasil mengalahkan Chiang dan mendirikan Republik Rakyat Tiongkok. Chiang kemudian memimpin di Taiwan, sementara paham komunis berkembang pesat, terutama di Asia.
Dampak Revolusi Tiongkok: Akhir Kekuasaan Dinasti Qing Setelah lebih dari 260 tahun, Dinasti Qing runtuh, dan Republik Tiongkok berdiri sebagai negara demokrasi pertama di Asia.
Meningkatnya Kesadaran Nasionalisme: Revolusi memicu lahirnya berbagai gerakan politik seperti Kuomintang (Partai Nasionalis) dan Partai Komunis Tiongkok.
Penentangan terhadap Penjajahan Asing: Gerakan anti-imperialisme memunculkan peristiwa penting seperti Pergerakan Empat Mei (1919), Perang Saudara Tiongkok (1927–1950), dan Perang Tiongkok-Jepang II (1937–1945).
Inspirasi untuk Asia: Revolusi Tiongkok menjadi contoh bagi perjuangan kemerdekaan di negara-negara lain seperti Indonesia, Vietnam, India, dan Korea.
Pada masa Dinasti Qing, Tiongkok terpecah-belah. Setiap daerah memiliki tradisi sendiri dan tidak saling terhubung. Upaya melawan Dinasti Qing sering gagal karena kurangnya semangat kebangsaan. Namun, beberapa pemimpin tetap berusaha mengusir kekuasaan asing, dan akhirnya muncul kelompok-kelompok yang mencintai nasionalisme.
Siapa?
Sun Yat-sen (1866–1925) adalah pemimpin revolusioner dan tokoh penting dalam sejarah Tiongkok modern. Ia dikenal sebagai "Bapak Tiongkok Modern" karena perannya dalam menggulingkan Dinasti Qing dan mendirikan Republik Tiongkok pada tahun 1912.
Lahir di Guangdong, Sun belajar kedokteran di Hong Kong, tetapi kemudian beralih ke politik untuk memperjuangkan reformasi. Ia merumuskan Tiga Prinsip Rakyat: Nasionalisme, Demokrasi, dan Kesejahteraan Rakyat, yang menjadi dasar visinya untuk Tiongkok.
Sun mendirikan partai Kuomintang (KMT) dan memimpin gerakan revolusioner, meskipun masa jabatannya sebagai presiden singkat. Ia tetap menjadi simbol persatuan dan modernisasi Tiongkok hingga akhir hayatnya pada tahun 1925.
Sun Yat-sen, yang menjadi presiden pertama Republik Tiongkok, menyerahkan jabatan kepada Yuan Shikai. Yuan dipilih karena memiliki kekuatan militer yang diperlukan untuk melawan Dinasti Qing. Namun, setelah menjadi presiden, Yuan justru berusaha membangun kembali sistem kekaisaran. Rakyat yang sudah menolak kekaisaran akhirnya melawan Yuan. Setelah meninggalnya Yuan Shikai, Tiongkok mengalami ketidakstabilan hingga Perang Dunia I.
Revolusi ini menjadi titik balik sejarah Tiongkok, membawa perubahan besar dalam struktur politik dan semangat nasionalisme rakyatnya.
Sumber :
youtube
1 note
·
View note