Tumgik
kadikadikadi · 5 months
Text
Ternyata aku menyayanginya
Sekitar hampir 8 tahun lalu, aku mengetahui namanya. Nama yang banyak diperbincangkan oleh hampir seluruh maba di angkatanku. Nama yang pada namaku, terdapat namanya.
Ia baik, amat baik. Darinya aku banyak belajar dan diajarkan. Seseorang yang membuat masa kuliahku berwarna dan banyak cerita. Entah apa jadinya jika saat awal perkuliahan aku tidak bertemu dan menjadi temannya, mungkin masa kuliahku hanya dipenuhi kisah kasihan seorang anak rantau yang disakiti pria dan tidak dipilih.
Rasanya baru kemarin kami bertemu. Rasanya baru kemarin kami menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman lainnya. Rasanya baru kemarin kami pergi ke Malaysia sama-sama, menyiapkan ini itu untuk lomba, saling berbagi cerita dan tawa. Kini, semuanya sudah tidak lagi ada.
Maafkan aku yang sejak kita lulus, tidak bisa sedekat dulu. Maafkan aku yang lupa merawat hubungan dengan orang lama setelah menemukan banyak orang baru. Maafkan aku yang sudah membuatmu bingung bagaimana caranya bisa dekat lagi seperti dulu. Maafkan aku..
Ada satu hal yang perlu kamu tau, walaupun kita sudah tidak sedekat dulu, namamu sering muncul di pikiranku. Saat kelas self development menawarkan free class dan memperbolehkan pesertanya mengajak orang lain yang dianggap "potensial", hanya namamu yang selalu ada di benakku. Ingin sekali mengajakmu mengikuti kelas itu, tapi lagi-lagi aku dikalahkan oleh pikiranku sendiri, "gimana ya kalo dia ngga mau". Tapi sudahlah, itu sudah berlalu dan itu tidak apa-apa.
Kejadian 3 Desember 2023 kemarin, jadi kejadian yang tidak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun. Hari dimana kamu pergi meninggalkanku, meninggalkan kami semua, untuk selamanya. Rasanya seperti mimpi bahkan sampai hari ini. Rasanya, sedih sekali.
Kemarin hari wisuda S1 sekaligus S2 mu. Sangat tidak menyangka, video-video yang sering aku lihat di media sosial, dimana wisudawan/ti hadir di wisudanya dengan diwakili orang tuanya, terjadi pada sahabat baikku. It's really like a dream..
Sahabatku, terima kasih untuk semuanya. Terima kasih sudah memberikan kesan yang tidak akan bisa aku lupakan. Selamat sudah meninggalkan akhiran yang baik. Namamu, jasamu, kisahmu, akan selalu abadi.
Kali ini aku telat menyadari, bahwa aku benar-benar menyayangimu. I am really your proud best friend, my Beautiful Soul🤍
2 notes · View notes
kadikadikadi · 8 months
Text
Lagi lagi, aku salah mengira.
Terlalu sering rasanya salah mengira seperti ini. Mengira tujuannya A, tapi ternyata B. Mengira kalau mungkin dia orangnya hingga sudah memikirkan bagaimana jika akhirnya akan hidup bersama. Telalu jauh, dan itu tidak sekali dua kali terjadi.
Kalau saat ini, merasa hal itu menyedihkan. Mengasihani diri sendiri karena sampai saat ini belum menemukan dan ditemukan. Mungkin, beberapa waktu yang akan datang, ketika membaca lagi tulisan ini, perasaannya sudah berbeda dan tidak bisa lagi merasakan rasa yang saat ini sedang dirasakan.
Pernah ditinggalkan dan tidak dipilih membuatku kadang merasa tidak diinginkan oleh laki2 manapun. Tapi, berulang kali aku tekankan pada pikiranku sendiri, bukan aku yang kehilangan mereka, tapi mereka yang kehilangan aku.
Aku yakin, penciptaku menyaksikan ini. Mengetahun bagaimana banyak kesedihan dalam perjalanan menemukan ini. Aku pun yakin, akan ada pelangi indah usai hujan datang.
Saat ini, sedang mengupayakan yang terbaik untuk diriku sendiri. Semoga semesta mendukung, semoga aku ditemukan oleh yang terbaik dari pilihanNya.
0 notes
kadikadikadi · 2 years
Text
Kalau memang sebenarnya masih kuat, mohon kuatkan yaRabb.. 
7 notes · View notes
kadikadikadi · 2 years
Text
Hari ini, saya bisa pastikan bahwa kamu sudah tidak ada lagi dalam hati saya.
Saya bisa pastikan kalau saya sudah tidak menyimpan perasaan apapun untuk kamu.
Saya bisa pastikan kalau saya tidak sedikitpun menaruh harapan kepada kamu.
Saya bisa pastikan kalau saya tidak akan lagi membayangkan indahnya hidup berdua hingga menua bersama kamu.
Saya bisa pastikan kalau saya bisa berhenti memikirkan kamu.
Semoga seterusnya rasa ketidakingintahuan saya terhadap hidup dan kondisi kamu, selalu ada.
Hati saya, tidak lagi ada untuk kamu.
0 notes
kadikadikadi · 2 years
Text
Sebelumnya, aku belum pernah merasakan pundak yang seberat ini
0 notes
kadikadikadi · 2 years
Text
Merelakan yang seharusnya direlakan
Ceila, ngeri banget ya judulnya wkwkwk
Iya, sekarang lagi ada di fase melepaskan seseorang yang kalo sama dia, semua obrolan rasanya menyenangkan. Ibaratnya, 1 kata pun bisa jadi berlembar lembar halaman.
Allah baik banget, ngebiarin aku ngelakuin ini. Ngelepasin gitu aja, tanpa ada kata kata perpisahan, orang yang buat aku lebih dari sekadar teman. Tau ngga rasanya gimana? Rasanya ngga enak hahahaha. Awalnya berat...bgt. Kepikiran terus apa yang aku lakuin ini bener ya? Kalo dia mikir yang aneh aneh gimana ya? Kalo sebenernya dia juga punya perasaan yang sama ke aku, gimana ya? Dan masih buanyakkkkk banget pikiran pikiran yang muncul di kepala ku.
Sempet ragu, tapi sama sekali ngga ada keinginan buat hubungi dia duluan. Aku tetap bersikeras megang prinsipku "aku gak mau nyari, tapi kalo dia hubungi, bisa aku bales pesannya".
Awalnya berat banget, ngerasa kosong, ngerasa jadi orang jahat juga. Tapi, udah jalan 3 minggu ini, pelan pelan mulai Allah ikhlaskan. Walaupun belum sepenuhnya, tapi aku yakin Allah pasti mampukan. Bukannya kalau jodoh itu, pasti akan saling menemukan? Hihihi, jadi, ayo habiskan waktu dengan hal yang bermanfaat. Lebih berbakti sama orang tua, lebih berperilaku baik ke adik, teman teman, tetangga, dan lain lain. Allah ngga tidur loh, nan. Tenang aja, serahin semuanya ke Allah ya.
0 notes
kadikadikadi · 6 years
Text
Halo, tumblr
6 notes · View notes
kadikadikadi · 6 years
Text
Allah benar-benar Maha Baik
0 notes
kadikadikadi · 6 years
Text
Terimakasih sudah diingatkan:)
Jangan pernah mengambil sesuatu yang bukan milikmu.
Akan ada masa, kau akan diuji dengan harta, kedudukan, nama baik. Dan seketika mendapatkannya, semoga kau bukan dari bagian mereka yang mendapatkannya dengan cara yang tidak baik, yaitu mengambil hak-hak orang lain agar memudahkan langkahmu.
Jangan. Jangan ya. Sebab itu tidak baik. Sebab akan ada hati yang terluka. Sebab itu menyakitkan.
Jika nantinya kau ingib berada dipuncak. Maka mendakilah dengan seluruh kekuatan yang kau miliki. Bukan dengan mensabotase jalan, atau mengambil jalan pintas yang kau anggap pantas. Janganlah, jangan.
Ingatlah, sesuatu yang diraih dengan jalan pintas, tidak akan pernah bertahan lama. Sebab ada hati yang kau dzalimi, dan mereka yang kau dzalimi, yang kau ambil haknya mungkin menerima kelihatannya. Tapi sampai kapanpun kau tidak akan paham dan mengerti jika diam-diam dia mengangkat tangannya seraya berdoa langsung pada Tuhannya.
Ingat, hati yang kau sakiti mempunyai Tuhan yang Maha Berkuasa, Maha Berkehendak. Dan ingat, kau akan dibuat paham dan mengerti kepedihan seperti apa yang nantinya akan kau rasakan.
Do'a-do'a orang terdzalimi itu tidak ada sekat antara dirinya dengan Tuhannya. Tidak ada. Do'a tersebut didengar dan dikabulkan langsung oleh Allah. Tuhan Yang Maha Adil pembalasannya..
Maka, jangan ya. Jangan lakukan hal itu. Jangan buat Allah tidak ridha atas hal-hal yang menyakitkan. Jika kau ingin berada dipuncak. Mendakilah dengan cara yang tangguh, dengan cara yang terhormat. Jangan memalukan dirimu…
Kepada hati yang dikuatkan (hatiku) || 11.29
124 notes · View notes
kadikadikadi · 6 years
Text
Terimakasih untuk pernah berkunjung ke rumah, walaupun aku tau tujuanmu hanya untuk jalan-jalan saja, tidak lebih. :)
0 notes
kadikadikadi · 6 years
Text
MashaaAllah...
Titip Dek. Titip ke Allah. Aku, aku serahkan perasaan aku ke Allah. Semuanya. Allah tu dak akan mengecewakan hambaNya. Allah tu…baik. Kau harus yakin tu. Harus, dek.
-Mbak.
613 notes · View notes
kadikadikadi · 6 years
Text
Demi Kalian, Nak
Belajar dari kisah Shalahuddin Al-Ayyubi, dulu doa saya dalam meminta jodoh adalah supaya Allaah beri saya jodoh yang dengannya dari rahim saya akan terlahir generasi terbaik yang menjadi pilar-pilar kejayaan Islam. Karena yang saya yakini, kami ini hanya estafet untuk kemudian melahirkan generasi terbaik yang akan memenangkan Islam di akhir zaman kelak. Saya ingin sekali punya andil dalam pembentukannya. Maka, yah,  dari do’a minta jodoh itulah ikhtiar saya dimulai.
Fahmi rupanya adalah jawaban do’a itu. Ia juga memiliki niatan yang sama. Tidak hanya niat bahkan, tapi sudah dalam taraf memperbaiki diri yang susah untuk saya sentuh. Dari niat yang sama itu, kami kemudian betul-betul menjadikan permulaan pernikahan kami sebagai sarana belajar dan memperbaiki diri demi dapat menjadi teladan untuk anak-anak kami kelak. Tapi, yeah, meski judulnya sarana belajar, tapi ujung-ujungnya sering kali saya yang belajar dan berjuang,  Fahmi tinggal bersabar. Karena di banyak hal, saya belajar, berguru, bertanya, mendebat, sedangkan Fahmi tinggal bertitah tanpa banyak berpikir karena semua sudah di luar kepala.
“Dek Zahra harus bagus bacaan Qur’an-nya, dan harus mutqin hafalannya. Karena besok jadi ibu yang ajarin anak-anak kita ngaji dan ngafalin Qur’an. Aku mau anak-anak kita bisa ngaji dan menghafal dari kita, karena itu ladang amal jariyah yang besar sekali,”
Di satu sisi, dibilang begitu saya jadi semangat. Tapi di sisi yang lain, hmmm, berat juga ya. Lantas saya membayangkan perjuangan saya menghafalkan Al-Qur’an. It’s really hard, dude. Terkadang saya sampai menangis karena setoran hafalan saya salah-salah terus. Fahmi begitu teliti dan strict kalau masalah hafalan. Kesalahan sekecil apapun tidak ditolerir dan harus mengulang dari awal. Tapi ketika air mata sudah tumpah, akan selalu ada kata-kata, “Semangat ya sayang. Perjuangan ini akan terbayar kalau udah selesai nanti. Sekarang berjuang dulu nggak papa, besok kita akan ngerasain bahagianya”. Yah, dibilang begitu saya mulai lagi deh dari ta’awudz.
Rasa-rasanya, menghafalkan Al-Qur’an ini jadi menghantui saya. Bahkan lebih menghantui daripada skripsi dan urusan akademik yang lain. Karena walaupun kami tidak menunda punya anak, tapi kami berdua benar-benar ingin kami sudah selesai dengan target perbaikan diri kami sebelum punya anak. Dan memang setelah berikhtiar selama beberapa lama, kami menyadari barangkali memang Allaah ingin saya mutqin dulu baru Allaah akan mengamanahkan keturunan pada kami. Maka, ikhtiar kami melipir dari yang tadinya mau punya anak segera, jadi melipatgandakan ikhtiar untuk menghafal dan belajar dulu :”””
Kami kini jadi lebih berpacu dengan waktu dan mengusahakan tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Kami jadi lebih banyak bersabar dan saling mengingatkan. Kalau salah satu sudah mulai lelah dan lemah, akan selalu ada yang bilang, 
“Semangat, sayang. Jangan menunda lahirnya generasi terbaik. Umat sudah menunggu”.
Ya Rabb, kuatkan kami :”””””
296 notes · View notes