kalcatra
kalcatra
Kalcatra
2 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
kalcatra · 3 years ago
Text
Meski 'misteri' merupakan genre yang 'berdiri sendiri', pada kenyataannya unsur misteri terdapat dalam semua kisah genre lainnya. Lebih tepatnya pada plot. Misteri terkait dengan kata 'rahasia', 'mencari', 'menyelidiki', 'mengungkap', dsb.
Misteri tidak harus menceritakan pembunuhan, penculikan, pencurian, dan sepupu-sepupunya. Kasus sepele seperti mencari informasi, mengungkap kepribadian seseorang pun juga.
Dalam novel "7 Divisi" karya Ayu Welirang diceritakan sebuah kelompok pendaki yang memiliki tujuh keahlian ditugaskan untuk mencari artefak kuno.
Dalam novel "Efek Jera" karya Tsugaeda diceritakan petualangan sang tokoh menyelidiki kasus pembunuhan seorang pilot di Semarang hingga menyelamatkan seorang wartawati dari incaran pembunuh.
Genre fiksi kriminal sendiri terbagi menjadi beberapa subgenre. Mari kita ungkap satu per satu, Dimulai dari legal thriller, police procedural, hard boiled, cozy mystery, dan detectives.
Legal Thriller Legal thriller itu salah satu subgenre dari misteri-fiksi kriminal. Yang jadi karakter protagonisnya pengacara, jaksa, dll. Legal thriller berfokus pada kasus-kasus yang berkaitan dengan keadilan dan persidangan. Salah satu novel dengan subgenre ini yaitu The Reckoning karya John Grisham. Dalam novel ini diceritakan kejadian menegangkan dalam persidangan kasus pembunuhan yang diakukan seorang veteran tentara Amerika. Ia pun didakwa bersalah lalu dihukum mati. Beberapa kisah kehidupan sang pelaku juga diungkap melalui flashback.
Police Procedural Sesuai dengan namanya, dalam subgenre police procedural tokoh utama atau protagonisnya merupakan oknum atau anggota kepolisian yang mengungkap beberapa kasus berbeda dalam suatu cerita.
Salah satu novel yang termasuk dalam genre ini yaitu novel V as in Victim karya Lawrence Treat. Subgenre ini juga biasa dijadikan film dokumenter atau semi dokumenter. 86 misalnya.
Hard-boiled Subgenre hard-boiled atau yang biasa disebut fiksi noir ini mengedepankan sosial realita yang penuh kritik sosial. Fokus subgenre ini tidak pada tokoh 'detektif'-nya, tapi lebih ke korban kejahatan atau pelaku kriminal (sebagai korban). Berbeda dengan subgenre/kisah detektif lainnya yang menonjolkan sisi misteri dan pemecahannya, hard-boiled berfokus bagaimana keadilan dapat ditegakkan. Salah satu novel yang masuk kategori ini yaitu The Big Sleep karya Raymond Chandler.
Cozy Mistery Cozy Mystery ini kebalikannya subgenre hard-boiled. Cozy mistery dicetuskan oleh beberapa penulis cerita misteri dan kriminal pada awal abad ke-20. Berbeda dengan kisah/subgenre misteri lainnya, dalam cozy mystery tidak ada adegan kekerasan atau aksi yang dilakukan oleh sang protagonis. Tokoh utama atau protagonisnya juga bukan para profesional seperti detektif atau pengacara, melainkan hanya 'warga biasa', seperti remaja, anak-anak, pegawai non pemerintah, ibu rumah tangga (yang berusaha mengungkap pelakor, wkwk), dll. Kasus dan motif pelakunya pun cenderung ringan, seperti kecemburuan, racun, dll. Setting-nya pun biasanya di kota-kota kecil. Salah satu novel yang masuk dalam kategori ini yaitu The Murder at the Vicarage karya Agatha Christie.
Dalam novel "Misteri Terakhir" karya S. Mara Gd diceritakan catatan terakhir prestasi pasangan dwi-penegak hukum yang telah mendedikasikan hidup mereka bagi keadilan dan kebenaran. Mengungkap rangkaian dua kasus pembunuhan ber-setting tahun 1997. Kisah ini masuk dalam ketegori Whodunnit. Dalam Whodunnit, pembaca akan digiring untuk menebak siapa pelakunya.
Dalam novel "Nostalgia Merah" karya M. Fadli, diceritakan seorang kriminolog menelusuri satu demi satu petunjuk terkait kasus pembunuhan yang melibatkan sahabatnya dalam acara reuni. Kisah ini masuk dalam kategori Inverted/Howcatchem. Dalam inverted/howcatchem, sang pelaku sudah diketahui identitasnya, termasuk motif dan triknya di awal cerita. Selanjutnya, sang tokoh akan mengajak pembaca mengetahui bagaimana ia mengungkap kasus tersebut.
Dalam novel "Misteri Patung Garam" karya Ruwi Meita, diceritakan seorang penyidik muda ditugaskan untuk menyelidiki kasus tubuh korban pembunuhan yang dibaluri garam, sehingga terlihat seperti patung bewarna putih. Kisah ini masuk dalam kategori seriall killer. Dalam serial killer, pembaca bukan digiring untul menebak siapa pelakunya, melainkan digiring untuk memahami pola pikir pelaku, pembunuh misalnya. Seperti, kenapa ia melakukannya? Kenapa harus menggunakan cara itu? Dll.
Dalam novel "Pemburu Halimun" karya Rezawardhana diceritakan upaya para detektif mengungkap rangkaian kasus pembunuhan misterius di Surabaya. Salah satu kasus dalam kisah ini masuk dalam kategori locked room, tapi trik penyelesaian kasusnya sendiri memakai 'metode' serial killer. Sesuai namanya, locked room (ruangan tertutup) berkaitan dengan kasus yang mustahil dilakukan. Disebut 'mustahil dilakukan' karena kasusnya 'tidak masuk akal'. Namun, dapat diungkap dengan hal yang rasional. Contoh novel subgenre/plot locked room lainnya yaitu The Moonstone karya Wilkie Collins, The Mystery of the Yellow Room karya Gaston Leroux, dll.
Artikel ini pernah kupublikasikan melalui grup WhatsApp seminar online di komunitas @helloauthor pada tanggal 8 Mei 2020.
Penjelasan lebih lengkap dapat dibaca di website https://detectivestoryid.wordpress.com/
1 note · View note
kalcatra · 5 years ago
Text
Tumblr media
99 Cara Berpikir Ala Sherlock Holmes.
Penulis : Monica Anggen.
Penerbit : Grasindo.
Tebal : 220 halaman.
Hal pertama yang membuat saya tertarik untuk membaca buku tersebut yaitu fokus pembahasannya, yaitu Sherlock Holmes.
Sherlock Holmes merupakan tokoh detektif fiktif yang diciptakan oleh Sir Arthur Conan Doyle yang dalam dalam setiap petualangan dan aksinya menangani dan menyelesaikan kasus-kasus yang pelik dan menarik.
"Hal-hal paling rumit biasanya sangat bergantung pada hal-hal yang paling sepele."
-Sherlock Holmes-
Terkadang, hal-hal kecil lah yang justru berdampak besar bagi kehidupan kita maupun kehidupan orang lain.
Sesuai dengan judul bukunya, buku ini berisi 99 bab yang di setiap babnya dibahas dengan singkat, tetapi padat. Hal tersebut mungkin dimaksudkan agar pembaca dapat menangkap penjelasan yang telah ditulis dan dituntut untuk dapat berpikir secara kritis.
Buku tersebut juga dilengkapi dengan beberapa kutipan, teori-teori anslisis, dan contoh-contoh kasus yang ditangani oleh Sherlock Holmes. Sehingga cukup membantu pembaca untuk memahami pola dasar pemikiran Sherlock Holmes.
Ketidaktersediaannya daftar isi mungkin membuat pembaca kesulitan untuk menemukan informasi secara cepat. Namun, menurutku justru di situlah letak tantangannya. Dengan begitu secara tidak langsung pembaca diarahkan untuk mengikuti dan mengingat alur isi buku dan dilatih untuk mengandalkan daya ingat untuk menrmukan poin-poin penting dalam suatu buku. Hehehe.
"Jika kau telah menyingkirkan hal yang mustahil, apa pun yang tersisa, betapa pun mustahilnya, adalah suatu kebenaran."
-Sherlock Holmes-
Memang tidak semua permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan menggunakan metode deduksi dan eleminasi. Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana cara kita menghadapidan menyelesaikan masalah menggunakan metode deduksi dan eleminasi.
Buku ini cocok dimiliki oleh para Sherlockian (penggemar Sherlock Holmes) yang ingin bernostalgia dengan pembahasan kasus-kasusnya disertai dengan tips berpikir ala Sherlock Holmes.
1 note · View note