Text
Peranan Wanita Dalam Islam.
Wanita dalam islam memiliki peranan penting baik yang di luar maupun di dalam rumah. Artinya seorang wanita mampu mengemban tugasnya dalam menjalankan rumah tangganya dengan baik ataupun dalam berinteraksi dengan publik sebagai orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
Oleh karenanya seorang wanita di dalam Islam memiliki beberapa perana pokok, yakni :
1. Peran wanita sebagai seorang ibu
Sebagai seorang ibu wanita harus mampu berbicara, dalam arti seorang ibu mampu mengisi kekosongan waktunya bersama si anak dengan berbagai ajaran dan teladan. Oleh karena itu peran wanita Muslimah sebagai ibu sangatlah penting, karena dengan terpenuhinya peranan tersebut secara baik, maka akan menghasilkan generasi-generasi Muslim yang setiap pemikiran, pandangan hidup, tindakan serta semangat juangnya berorientasi kepada tujuan untuk mencapai ridha Allah.
Sebagi sekolah utama, tentu saja seorang ibu harus mempersiapkan diri demi memenuhi kebutuhan sebagai kriteria sekolah pertama bagi anak-anaknya. Bagaimanapun kesepian bekal seorang ibu sangat mempengaruhi proses pembelajaran anak yang diasuhnya. Untuk itu seorang ibu perlu selalu belajar dan menambah ilmu yang bermanfaat. Maka, sangat wajar jika di dalam sebuah hadits disebutkan, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR Bukhari dan Muslim).
2. Peran wanita dalam mendampingi suami
Suami shalih biasanya di belakangya ada isteri shalihah. Laki-laki dalam menjalankan tugasnya, baik di dalam atau di luar rumah sering mendapat kendala ujian dan cobaan. Kegoncangan jiwanya kadang-kadang tidak mampu mengendalikannya sendiri. Nah, saat-saat seperti inilah peran dan bantuan isteri sangat dibutuhkan. Isteri yang shalihah selalu memberi dorongan untuk terus maju memberi siraman ruhiyah agar tetap semangat dalam menapaki duri-duri jalanan, memberi bensin untuk tetap berjalan di atas rel Islam.
Dalam sebuah hadits dijelaskan : “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi)
3. Peran wanita dalam dakwah
Di samping wanita sebagai ibu rumah tangga dan pendidik generasi, ia dalam satu waktu juga berperan sebagai da’i dalam mengajak dan pendidik pemudi-pemudi dan ibu-ibu dalam mengamalkan Islam.
Terdapat sebuah kisah dari seorang Ummu Syarik, setelah ia masuk Islam, ia mendakwahi wanita-wanita Quraisy secara diam-diam dan mengajak mereka menerima Islam.
Zainab Al-Ghazali adalah di antara figur wanita modern penerus Ummu Syarik. Meskipun wanita dibolehkan keluar rumah khususnya untuk berdakwah, namun tetap ada batasan-batasannya dalam keluar dari rumah.
Jadi, seorang muslimah tidak hanya mendedikasikan diri di rumahnya saja, tapi dia juga perlu keluar dan memberi manfaat pada orang banyak. Aktif di kegiatan sosial, organisasi kemasyarakatan, majelis taklim dan sebagainya. Untuk ini tentu saja disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing.
4. Peran wanita dalam peperangan dan Jihad
Peperangan pada hakikatnya diwajibkan atas laki-laki, kecuali pada waktu-waktu darurat. Tapi tidak menutup kemungkinan perempuan ikut andil di dalamnya. Di antara perannya dalam hal ini adalah memberikan minuman, mengobati yang luka-luka akibat perang, menyiapkan bekal dan lain-lain. Bila para wanita melakukan hal ini dengan ikhlas, pahalanya sama dengan orang yang berjihad.
Ketika perang Yarmuk, Khalid bin Walid sebagai panglimanya menugaskan wanita, di antaranya Khansa, untuk berbaris di belakang barisan laki-laki, tapi jaraknya agak jauh sedikit. Tugas mereka adalah menghalau prajurit laki-laki yang melarikan diri dari medan perang. Mereka dibekali pedang, kayu dan batu. Shafiyah binti Abdul Muthalib juga pernah membunuh seorang Yahudi pengintai.
5. Peran wanita dalam masyarakat dan bangsa
Wanita di samping perannya dalam keluarga, ia juga bisa mempunyai peran lainnya di dalam masyarakat dan suatu bangsa. Jika ia adalah seorang yang ahli dalam ilmu agama, maka wajib baginya untuk mendakwahkan apa yang ia ketahui kepada kaum wanita lainnya. Begitu pula jika ia merupakan seorang yang ahli dalam bidang tertentu, maka ia bisa mempunyai andil dalam urusan tersebut. Namun dengan batasan-batasan yang telah disyariatkan dan tentunya setelah kewajibannya sebagai ibu rumah tangga telah terpenuhi.
Banyak hal yang bisa dilakukan kaum wanita dalam masyarakat dan Negara, dan ia punya perannya masing-masing yang tentunya berbeda dengan kaum laki-laki. Hal ini sebagaimana yang dilakukan para shahabiyah nabi.
Pada jaman nabi, para shahabiyah biasa menjadi perawat ketika terjadi peperangan, atau sekedar menjadi penyemangat kaum muslimin, walaupun tidak sedikit pula dari mereka yang juga ikut berjuang berperang menggunakan senjata untuk mendapatkan syahidah fii sabilillah, seperti Shahabiyah Ummu Imarah yang berjuang melindungi Rasulullah dalam peperangan.
Sehingga dalam hal ini, peran wanita adalah sebagai penopang dan sandaran kaum laki-laki dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Jika kita melihat akan keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah untuk kaum Muslimah, maka jelaslah bahwa Muslimah merupakan tumpuan dasar kemuliaan suatu masyarakat. Masyarakat yang baik dapat terlihat dari baiknya wanita di dalam masyarakat tersebut dan begitupun sebaliknya.
Karenanya, peran Muslimah, baik dalam keluarga atau masyarakat merupakan peran yang sangat agung yang tidak sepantasnya kaum wanita untuk menyepelekannya.
2 notes
·
View notes
Text
Tujuan Hidup Manusia
Coba kalau kita lihat dunia, begitu indah ya? Hijau, ranum, membuat kita ini tertipu dalam kehidupan dunia. Kita seringkali terbuai oleh kesenangan hidup di dunia. Melihat pemandangan indah, kita lupa kepada penciptanya. Diberikan kenikmatan, malah banyak berpaling daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan kenikmatan.
Maka dari itulah, kita sebagai seorang hamba Allah tentunya kita harus berpikir apa sih dunia itu? Bagaimana sih dunia? Kita hidup di dunia itu buat apa? Nah di sini tentunya sebagai seorang hamba Allah, sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah, kita harus banyak berpikir tentang itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan dunia dengan isinya, dimana manusia Allah menciptakannya untuk memakmurkan kehidupan dunia, demi kemaslahatan-kemaslahatan yang ada dalam kehidupan dunia. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan dalam Al-Qur’an tentang hakikat dunia. Allah berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tidaklah kehidupan dunia, kecuali kesenangan yang menipu” (QS. Al-Hadid: 20).
Iya, memang sangat menipu. Namun tentunya bagi seorang mukmin, ketika ia melihat dunia ternyata kesenangan menipu, dunia fana, bahkan Al-Qur’an dan Hadits tidak pernah memuji dunia, tak pernah sekalipun dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji dunia. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pun juga tak pernah memuji dunia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an memberikan pemisalan tentang kehidupan dunia. Allah berfirman:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَب�� الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
“Ketahuilah, kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, demikian pula perhiasan, berbangga-bangga dengan banyaknya harta, berlomba-lomba memperbanyak anak dan keturunan, perumpamaannya seperti air hujan yang turun lalu kemudian tanaman-tanaman itu membuat kagum para petani, tapi kemudian tak lama tanaman itu menjadi kuning,lalu kemudian tanaman itu menjadi hancur“. (QS. Al-Hadid: 20).
Subhanallah, itulah dunia.
Takkan lama, fana! Kesenangan dalam kehidupan dunia tak lepas dari keletihan dan kelelahan. Untuk mendapatkan kesenangan dunia harus letih, banting tulang, berbagai macam kesedihan terkadang harus dirasakan ketika seseorang mengincar kehidupan dunia. Ketika seseorang telah mendapatkan apa yang ia inginkan, meraih dunia dan kesenangan, ternyata juga menimbulkan kegelisahan dan ketakutan, takut kehilangan apa yang ia dapatkan. Gelisah, bagaimana ia akan menjaga harta yang begitu banyak melimpah ruah.
Itulah dunia.
Maka seorang mukmin sadar bahwa dunia memang bukan tempatnya dia beristirahat, bukan. Tapi tempat ia bercocok tanam. Karena ia tahu bahwa setelah ia hidup di dunia ia akan menuju sebuah kehidupan yang lebih panjang. Maka dari itulah seorang mukmin ketika memandang dunia, dia melihat dunia, “Kau sangat menipu, dunia. Aku tidak ingin tertipu oleh dirimu. Ah dunia, kesenanganmu membuat aku lalai untuk berdzikir kepada Allah.”
Maka seorang mukmin kemudian segera menginginkan yang lebih baik daripada dunia. Di pandang kehidupan akhirat, ternyata ia lihat kehidupan akhirat panjang sekali tak pernah ada henti-hentinya. Kesenangan surga yang luar biasa. Dimana penduduk surga diberikan oleh Allah kenikmatan yang tak ada henti-hentinya, penduduk surga tak pernah sakit, penduduk surga senantiasa nikmat dalam kesenangan, penduduk surga tak pernah ada henti-hentinya diberikan kenikmatan. Mereka selalu muda dan tak pernah tua, mereka selalu cantik dan tampan, dan bahkan selalu bertambah ketampanan dan kecantikannya. Apa yang mereka inginkan selalu diberikan, ia kekal selama-lamanya.
Seorang mukmin kemudian berpikir, buat apa ia mengejar dunia kemudian ia menggadaikan akhirat? Buat apa ia mengejar sesuatu yang fana kemudian ia merusak akhiratnya yang akan terus-menerus? Sangat aneh sekali orang yang begitu mengejar dunia demi untuk mendapatkan sedikit daripada kehidupan dunia lalu akhirnya merusak kehidupan akhiratnya, dimana akalnya? Seakan ia akan hidup di dunia selama-lamanya.
Kita tentunya tidak boleh menjadi orang-orang yang merasa tentram dengan dunia. Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan kami, dan ridho dengan dunia, dan merasa tentram dengan dunia“. (QS. Yunus: 7).
Mereka itu orang-orang yang merugi kata Allah. Seorang mukmin tak akan pernah berhenti untuk terus mencari akhirat, dunia ia jadikan sebagai wasilah menuju kehidupan akhirat.
Kalau dahulu Imam Ahmad pernah ditanya, sampai kapan kau akan terus-menerus bersungguh-sungguh beribadah wahai Imam Ahmad? Kata Imam Ahmad, sampai kakiku aku letakkan dalam tanah surga. Masya Allah, oleh karena itu ya akhi, mari kita berlomba kepada kebaikan, jadikan dunia sebagai wasilah untuk mendapatkan akhirat. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:
نِعْمَ الـمَالُ الصَّالِـح مَعَ الرَّجُل الصَّالِـح
“Sebaik-baik harta adalah harta yang berada di tangan orang sholeh.” (HR. Ibnu Hibban).
Kenapa? karena harta itu digunakan untuk apa, untuk kebaikan, untuk ketakwaan. Sebaliknya ketika harta itu dimiliki oleh orang-orang yang tidak sholeh, hanya merusak dalam kehidupan dunia ini. Maka Sadarilah, kita pikirkan baik-baik tentang hakikat dunia, agar kita kemudian tidak tertipu dengan kehidupan dunia, agar kita jadikan dunia sebagai jalan menuju kehidupan akhirat. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa tidak tertipu dengan kehidupan dunia.
0 notes
Text
8 Dasar Kepemimpinan Dalam Islam
( 30 November 2020 )
Islam merupakan agama yang paling sempurna yang selalu memberikan pengaturan akan hidup dan segala hal yang akan dilakukan oleh umat Islam. Bahkan Islam merupakan ajaran agama yang selalu memberikan pengajaran terbaik di dalam kehidupan di dunia salah satunya adalah tentang dasar kepemimpinan dalam Islam.
Karena semua hal yang dibutuhkan ummat NYA di dunia ini sudah diatur dengan baik dialam kitab suci Al-Qur’an bserta hadis dan sabda Rasullulah. Oleh karena itu, dasar kepemimpinan dalam islan akan kita bahas kali ini. Agar bisa mengetahui hal apa saja yang menjadi pondasi kepemimpinan di dalam agama Islam.
1. Bertaqwa Kepada Allah SWT
Untuk menjadi seorang pemimpin maka kita harus ditanamakan etika dan dasar kepemimpinan dalam islam yang kuat yakni sikap bertaqwa kepada Allah SWT. Seperti yang tercantum di dalam QS.Ali Imran [3] : 102.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan memeluk agama Islam.”
Sama dengan cara menguatkan iman dan taqwa, dasar atas taqwa disini memiliki unsur takut kepada larangan Allah SWT hingga nantinya ia selalu menjaga bagaimana ia berbuat dan menjaga perilakunya dengan baik. Selalu mengamalkan tentang hari akhir dan selalu memiliki rasaQinaah atau rela dengan sesautu walaupun hanya terlihat sedikit dimata manusia.
2. Tanggung Jawab
Kepemimpinan adalah dasar dari sebuah tanggung jawab. Seperti yang dinyatakan di dalam Surat An-Nahl Ayat 93-96 :
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan”. (16: 93)
Seperti yang dinyatakan di dalam ayat al-qur'an akan tanggung jawab, maka menjadi pemimpin berarti akan memikul tanggung jawab tidak hanya di dunia namun di akhirat kelak. Karena setiap pemimpin nantinya akan dimintai pertanggung jawaban mereka nantinya.
3. Musyawarah dan Istiqarah
Pemimpin harus pandai dalam mengajak para bawahan atau orang-orang yang ia pimpin untuk tetap bermusyawarah dengan baik. Dan selalu menerapkan sifat istiqarah atau berserah diri atas pilihan yang ditentukan oleh Allah SWT nantinya Ini tercantum di dalam surat Asy-Syura ayat 38:
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”
4. Adil
Pemimpin yang bertaqwa maka akan selalu berlaku adil terhadap apapun. karena sikap ini adalah sikap yang terpuji dan sangat disukai oleh Allah SWT seperti yang tercantum di dalam Surat An-Nahl Ayat 90-92:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (16: 90)
5. Tidak membebani orang lain
Sifat dasar kepemimpinan lain yang seharusnya dimiliki pemimpin dalam ajaran islam adalah tidak memberatkan apapun kepada orang lain apalagi diluar kemampuan orang tersebut. Seperti yang dinyatakan dalam surat Al Baqarah : 287
لاَ يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَاْنَاۚ رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَه عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَاۚرَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِه ۚ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلٰنَا فَانصُرْنَا عَلَىالْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti Engkau telah bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan ma’afkanlah kami dan ampunilah kami serta kasihanilah kami kerana Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.”
6. Amanah (dapat dipercaya)
Pemimpin yang seharusnya memenuhi dasar syariat islam adalah dia yang amanah dan tidka munafik seperti yang digambarkan di dalam ayat-ayat al quran tentang amanah, salah satunya adalah di dalam QS. An-Nisa’: 58
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا﴿٥٨
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”
7. Taat Kepada perkara yang baik
Pemimpin yang baik akan selali mengetahui mana ajaran yang layak di ikuti sesuai dengan syariat islam dan mana yang tidka boleh diikuti. Dan Pemimpin yang baik akan selalu mengetahui serta taat pada perkara yang baik seperti yang dinyatakan di dalam dasar agama Ismal.
8. Suri Tauladan
Pemimpin yang sesuai dengan ajaran islam adalah dia yang bisa dijadikan sebagai sang suri tauladan yang baik. Seperti yang tercantum di dalam QS. Al-Ahzaab: 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
1 note
·
View note
Text
Kepemimpinan Dalam Islam
( 23 November 2020 )
Saat ini, semakin ramai dan banyak orang berlomba dan berebut untuk mengejar yang namanya jabatan, dan menjadikannya sebagai sebuah obsesi atau tujuan hidup semata.
Pengertian dan pemahaman mereka yang menganut paham atau prinsip ini, tidaklah lengkap rasanya selagi ada kesempatan, kalau tidak pernah (meski sekalipun) menjadi orang penting bagaimanapun caranya, agar dihormati dan dihargai oleh masyarakat.
Munculnya pemahaman ini tidak terlepas dari kenyataan, bahwa pangkat dan atau jabatan dipandang sebagai sebuah “aset”, oleh karena baik langsung maupun tidak langsung berakibat kepada adanya keuntungan, fasilitas, kelebihan, kemudahan, kesenangan, dan setumpuk keistimewaan lainnya.
Oleh karena itu, tidaklah heran banyak yang mencalonkan diri untuk menjadi pejabat ekskutif maupun legislatif dan sebagainya sebagai sebuah impian dan obsesi semua orang.
Mulai dari kalangan politikus, purnawirawan, birokrat, saudagar, tokoh masyarakat, artis bahkan sampai kepada kondektur bus dan tukang ojek.
Mereka berebut mengejar jabatan tanpa mengetahui siapa sebenarnya dirinya, bagaimana kemampuannya, dan layakkah dirinya memegang jabatan tersebut.
Parahnya lagi, mereka kurang (tidak) memiliki pemahaman yang benar tentang hakikat pemimpin dan kepemimpinan itu sendiri.
Oleh karena menganggap jabatan adalah keistimewaan, fasilitas, kewenangan tanpa batas, kebanggaan dan popularitas. Padahal jabatan adalah sebuah tanggung jawab, pengorbanan, pelayanan, dan keteladanan yang dilihat dan dinilai oleh banyak orang.
Dalam konsep Islam kepemimpinan itu wajib adanya, baik secara syar’i maupun secara ‘aqli. Adapun secara syar’i tersirat dari firman Allah tentang doa orang-orang yang selamat : “Dan jadikanlah kami sebagai imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertaqwa” [QS Al-Furqan : 74]. Demikian pula dalam firman Allah : “Taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian kepada Rasul dan para ulil amri diantara kalian” [QS An-Nisaa’ : 59].
Bahkan, Rasulullah SAW sendiri bersabda dalam sebuah hadits yang sangat terkenal: “Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya”.
Terdapat pula sebuah hadits yang menyatakan wajibnya menunjuk seorang pemimpin perjalanan diantara tiga orang yang melakukan suatu perjalanan. Adapun secara ‘aqli, suatu tatanan tanpa adanya kepemimpinan pasti akan menjadi rusak dan porak poranda jadinya.
Selain itu, makna kepemimpinan dalam islam adalah sebuah amanah, titipan Allah SWT, dan bukanlah sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan.
Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab melayani rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah swt di akhirat kelak, bukanlah berupa kekayaan dan kemewahan di dunia.
Kepemimpinan dalam islam juga menuntut adanya penegakan keadilan. Keadilan adalah lawan dari suatu bentuk penganiayaan, penindasan dan pilih kasih. Keadilan harus dirasakan oleh semua pihak dan golongan.
Diantara bentuknya adalah dengan mengambil keputusan atau kebijakan yang adil di antara dua pihak yang sedang berselisih, mengurus dan melayani semua lapisan masyarakat tanpa memandang agama, etnis, budaya, dan latar belakang atau tidak boleh berlaku diskriminatif.
Bahkan, dalam kepemimpinan islam kriteria menjadi seorang pemimpin sangatlah penting. Hal itu sekaitan dengan istilah yang digunakan dalam Islam dimana pemimpin itu disebut sebagai Khalifah. Khalifah adalah wakil, pengganti atau duta).
Sedangkan secara istilah Khalifah adalah orang yang bertugas menegakkan syariat Allah SWT, memimpin kaum muslimin untuk menyempurnakan penyebaran syariat Islam dan memberlakukan kepada seluruh kaum muslimin secara wajib, sebagai pengganti kepemimpinan Rasulullah SAW .
Kriteria pemimpin menurut Islam adalah, beriman dan beramal shaleh, memiliki niat yang lurus, tidak meminta jabatan, berpegang teguh pada hukum Allah, memutuskan perkara dengan adil, tidak menerima hadiah, tegas dalam memimpin dan bersifat lemah lembut.
Dari pengertian tersebut jelas bahwa pemimpin menurut pandangan Islam tidak hanya menjalankan roda pemerintahan begitu saja, namun seorang pemimpin harus mewajibkan kepada rakyatnya untuk dapat melaksanakan apa saja yang terdapat dalam syariat Islam walaupun bukan beragama Islam.
Seorang pemimpin islam haruslah memiliki sifat-sifat, seperti : shiddiq (selalu berkata dan bersikap jujur dan benar). Bukan hanya perkataannya yang benar, akan tetapi perbuatannya juga harus benar yang artinya, harus sejalan dengan ucapannya.
Shiddiq sebagai modal dasar dalam memimpin sebab kalau tidak maka akan merusak semuanya. Selain itu, bersifat amanah (dapat dipercaya) : Jika satu urusan diserahkan kepadanya, maka niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Tidak pernah menggunakan wewenang dan otoritasnya sebagai pemimpin untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan kelompok dan keluarganya. Kemudian, bersifat fathonah (cerdas dan bijaksana) maka seorang calon pemimpin haruslah memiliki kecerdasan, baik secara emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ).
Dan terakhir bersifat tabligh (penyampai) dapat berkomunikasi dengan baik : artinya menyampaikan kebenaran kepada masyarakat sebagai bentuk tanggungjawab untuk menunjukkan jalan kebenaran agar masyarakat terhindar dari fitnah dan dengki.
Akhir dari persoalan tersebut di atas, maka mari kita lebih cermat dan berhati-hati dalam menentukan setiap yang akan menjadi imam atau pemimpin kita.
Karena apapun akibat yang dilakukannya, maka kita pun akan turut bertanggung jawab terhadapnya. Jika kepemimpinannya baik, maka tentu saja kita akan merasakan pula kebaikannya. Sebaliknya, apabila kepemimpinannya menjadi buruk, maka tentu saja kita pun akan merasakan kerusakan dan keburukan dari kepemimpinannya tersebut.
1 note
·
View note
Text
Tanggung Jawab Seorang Pelajar
( 16 November 2020 )
Terdapat dalam kitab “ta’limul muta’allim” bahwa ada enam kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para pelajar yang sedang menuntut ilmu. Tanggungjawab dan kewajiban adalah memiliki arti yang sama, memiliki arti yang satu.
Rasulullah SAW bersabda: “menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim” tanpa menyebutkan “muslimah”, ini bukan berarti muslimah tidak wajib belajar, akan tetapi muslimah sudah termasuk kedalam lafadz “muslim”, yakni menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim dan muslimah.
Ketahuilah, tidak wajib atas kalian menimba semua ilmu, akan tetapi wajib bagimu mempelajari ilmu hal, hal ini sebagaimana dikatakan bahwa sebaik-baik ilmu adalah ilmul hal, dan sebaik-baik pekerjaan adalah menjaga hal. Apa itu ilmul hal? Yaitu ilmu agama, yang di maksud dari hal disini adalah hal-hal yang terjadi dalam kehidupan manusia berupa inkar, iman, sholat, zakat, puasa, dan lain sebagainya. Akan tetapi mempelajari ilmu formal juga penting, karena itu adalah jalan untuk berhasil dalam mencari ilmu agama. Barangsiapa menginginkan akhirat maka gapailah dengan ilmu, barangsiapa menginginkan akhirat maka gapailah dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kedua-duanya maka gapailah dengan ilmu. Oleh karena itu, mari kita mencari ilmu agama sebanyak mungkin dan mempelajari ilmu formal.
Syarat yang kedua adalah niat yang baik dan benar, di dalam proses belajar kita harus memiliki niat yang baik, karena niat adalah dasar utama dalam segala hal, rasulullah saw bersabda: “sah tidaknya amal adalah tergantung pada niat …” apabila niatnya baik, maka perbutannya pun akan menjadi baik, dan apabila niatnya rusak, maka amalnya pun akan rusak, maka bersihkanlah niat kita semata2 karena Allah. Dan seyogyanya pelajar meniatkan belajarnya untuk mencari ridha Allah, menghilangkan kebodohan, menghidupkan agama islam, dan sebagai rasa syukur atas nikmat aqal dan sehatnya badan. Apabila kita berniat dengan demikian, maka insyaAllah Allah akan memudahkan kita dalam menuntut ilmu, dan mendapatkan ilmu yang manfaat, Aamiin..
Adapun syarat yang ketiga adalah ikhtiyar yaitu memilih dan memilah. Yang pertama pilihlah ilmu yang manfaat untuk kita, keluarga kita, agama kita, negara kita dan orang-orang disekitar kita, Oleh karena itu, utamakanlah ilmmu tauhid untuk lebih mengenal Allah. Kemudian yang kedua pilihlah guru yang memiliki banyak ilmu, yang menjaga diri serta sepuh, agar bisa ngalap berkah dan ngalap manfaat. Kemudian yang terakhir, pilihlah teman belajar yang sungguh-sungguh dalam belajar, disiplin dan tidak malas, agar kita bisa ikut menjadi pelajar yang cerdas, penyabar, jujur dan hasil ilmu.
Di dalam syair ulama menjelaskan :
Ingatlah, engkau tidak akan hasil ilmu kecuali dengan 6 hal
Perinciannya akan saya terangkan kepadamu dengan jelas
Cerdas, haus akan ilmu, sabar, dan bekal yang cukup
Petunjuk dari guru, dan waktu belajar yang lama
Syarat yang ke-empat adalah menghormati ilmu dan pemiliki ilmu. Kenapa harus demikian? Karena ketahuilah wahai para pemuda! Sejatinya seorang pelajar tidak akan hasil ilmu dan tidak akan manfaat ilmu kecuali dengan menghormati ilmu dan pemilik ilmu. Di katakan: “tidaklah sukses orang yang sukses kecuali dengan hormat, dan tidaklah gagal orang yang gagal kecuali karena meninggalkan hormat” sebagai mana pada ungkapan “penghormatan itu lebih baik dari pada patuh, apakah kamu tidak tahu bahwa manusia itu tidakah kufur karena ma’shiat, akan tetapi ia menjadi kufur karena meninggalkan hormat”.
Syarat yang kelima adalah memiliki tekad dan bersungguh-sungguh. Karena menuntut ilmu itu memerlukan kesungguhan dari tiga unsur, yaitu kesungguhan dari pelajar, guru dan orang tua. Sebagaimana yang kita ketahui, barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil, dan barang siap yang menanam benih maka akan memanen hasilnya, tekad dan kesungguhan itu membuka setiap pintu yang tertutup.
Dan syarat yang terakhir adalah hendaknya bermusyawarah keudian bertawakkal kepada Allah.
Allah meninggikan derajat orang yang beriman diantara kamu, dan orang-orang yang di beri ilmu.
1 note
·
View note
Text
KEHIDUPAN SOSIAL
( 9 November 2020 )
Dirasa amat penting sekali jiwa sosial untuk diterapkan dilingkungan keluarga, saudara, bahkan juga di masyarakat luas. Karena dengan jiwa sosial, maka terjalinlah di antara kita saling peduli, tolong menolong, gotong royong dan kasih sayang. Sehingga orang-orang yang butuh akan pertolongan kita, akan mendapatkan kemudahan dan jalan keluar. Maka, mulailah dari sekarang kita tumbuhkan jiwa sosial dari keluarga kita.
Seseorang yang mempunyai jiwa sosial maka akan tertanam rasa senasib dan jiwa yang peduli akan sesama. Bila kita berada dalam keadaan yang berlebih, maka hendaklah menjadi orang yang murah tangan. Sedekah yang kita berikan kepada fakir miskin dan kepada saudara muslim kita yang sangat membutuhkan dengan rasa ikhlas, niscaya perbuatan seperti ini akan mampu mengurangi dosa-dosa kita.
Suka memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan sama halnya bagaikan air memadamkan api begitu peribahasanya. Dalam hal tersebut, Nabi Muhammad SAW., dalam sabdanya berkata:
“Apakah engkau ingin saya tunjukan pintu-pintu kebajikan kepadamu? Sabahat Nabi menjawab: Baik ya Rasulullah. Nabi berkata: Ketahuilah bahwa puasa itu sebagai perisai dan sedekah itu memadamkan kesalahan, bagaikan air memadamkan api. (HR. Turmudzi)
Tentang pemberian sedekah hendaknya terlebih dahulu diberikan kepada orang-orang yang kita nafkahi, seperti memberikan nafkah kepada keluarga. Sedekat sangat diutamakan meskipun kita hanya memiliki harta yang sedikit, tetapi dahuukan untuk orang-orang yang dinafkahi.
Sehubungan dengan ini pula, Nabi SAW. bersabda:
“Sedekah yang diberikan kepada orang miskin hanya merupakan shadaqah saja, sedang yang diberikan kepada kerabat karib itu merupakan sedekah dan penghubung silaturahmi”.
1 note
·
View note
Text
Pentingnya Pendidikan Moral Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
( Senin, 2 November 2020 )
Kita harus mengetahui bahwa sebuah bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh moralitas masyarakatnya. Bisa dikatakan sebuah bangsa dan negara akan menjadi lemah apabila perilaku masyarakatnya tidak didasari oleh moral yang baik dalam setiap tingkah lakunya.
Oleh karena itu wajib hukumnya bagi seluruh lapisan masyarakat dari sebuah bangsa dan negara untuk senantiasa menjaga moralitasnya. Yang mana beberapa pengaruh maupun efek buruk dapat merusak nilai kearifan kita semua sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Hal tersebut haruslah kita cegah dan tanggulangi bersama agar tercipta sebuah bangsa dan negara yang kuat di mata dunia serta disegani oleh negara-negara lain.
Terlebih lagi di era globalisasi yang semakin mempermudah siapapun untuk melakukan aktivitas apa saja. Baik itu kemudahan dibidang teknologi informasi maupun komunikasi misalnya, sehingga banyak media-media seperti televisi maupun internet yang memberikan informasi secara cepat tentang peristiwa apapun yang terjadi di seluruh belahan dunia.
Namun, kita semua tidak sepatutnya tidak terbuai dengan berbagai kenyamanan dan kemudahan yang diciptakan tersebut untuk digunakan dengan berleha-leha saja, karena bisa jadi semua yang kita dapat secara mudah dan instan itu malah secara tidak langsung akan merusak moral kita. Maka ada baiknya pula apabila kita semua yang ada di sini untuk lebih bijak dalam menggunakan kemudahan-kemudahan atau sarana prasarana yang telah tersedia tersebut dan dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang baik.
Salah satu cara untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang memiliki moralitas yang baik demi menciptakan bangsa yang tak hanya kuat namun juga bermartabat adalah dengan membentuk generasi muda yang unggul dalam segala bidang dan bisa bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain.
Yang sesungguhnya kita tahu bahwa anak-anak merupakan aset generasi muda yang peranannya sangatlah penting dalam membangun kemajuan sebuah negeri. Untuk itu, peran orang tua sangat dibutuhkan dalam hal ini, agar dapat mendidik putra-putrinya agar menjadi pribadi yang unggul dan berakhlak mulia.
Orang tua sudah sepatutnya harus senantiasa melakukan pemantauan terhadap anak-anaknya agar terhindar dari pengaruh buruk yang dapat merusak moralitas mereka. Seperti melalui tayangan televisi maupun internet yang tak patut ditonton oleh anak-anak yang bisa memberi pengaruh buruk pada mereka.
Selalu memberikan nasihat yang mendidik dan mengarah pada kebenaran merupakan suatu kewajiban yang sangat penting dilakukan oleh setiap orang tua. Sebaiknya pilihlah tayangan yang bisa membawa ke arah positif dan membatasi tontonan yang berkonten kedewasaan atau bahkan kekerasan dimana hal itu sendiri dapat membentuk karakter dari seorang anak untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang telah ditonton.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membentuk moral yang baik pada anak-anak. Misalnya saja dengan memberikan pendidikan agama sejak usia dini, serta para orang tua juga dapat memberikan berbagai macam informasi serta motivasi sehingga membuat anak-anak mereka lebih bersemangat dan termotivasi untuk belajar lebih giat.
Sungguh penting arti sebuah moral bagi negara kita tercinta“Indonesia” agar mampu untuk menopang motto bangsa yaitu Bhinneka Tunggal Ika, di saat budaya ketimuran yang ramah dan santun serta menjunjung tinggi nilai toleransi antarumat perlahan mulai hilang dan berganti menjadi budaya kebarat-baratan yang semakin lama semakin merajalela karena dampak dari globalisasi.
Maka oleh sebab itu, hendaknya kita perlu untuk menjunjung tinggi nilai moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan juga bernegara.
Selalu budayakan gotong royong,hilangkan nuansa tenggang rasa dan upayakanlah untuk bisa menghargai perbedaan yang ada.
2 notes
·
View notes
Text
Pemuda Harapan Negeri, Pemuda yang di Cinta Nabi
( Senin, 26 Oktober 2020 )
Maulid tahun ini harus jadi momentum para pemuda harapan negeri untuk meneladani Nabi.
Setiap pemuda adalah permata bagi negrinya. Harapan tinggi untuk para pemuda agar mereka menjadi sosok generasi yang unggul dan mampu menjadi tokoh dimasa yang akan datang. “Syubanu al-yaum rijalu al-ghaddi”.
Karena itulah Islam memberikan perhatian besar kepada mereka, bahkan sejak dini. Di masa lalu, banyak pemuda hebat, karena generasi sebelumnya adalah orang-orang hebat. Karena itu, negara memberikan perhatian besar pada generasi muda ini.
Pemuda adalah masa dimana mereka memiliki kepekaan yang tinggi, berpikir kritis dan mampu mengoptimalkan setiap potensinya. Pemuda sebagai tonggak estafet bangsa, pewaris peradaban dunia, maka hancur makmurnya sebuah bangsa di masa depan tergantung kondisi pemuda sekarang.
Namun, melihat kodisi remaja sekarang. Harapan itu menjadi sirna. Remaja seolah kehilangan identitasnya, kehilangan jati dirinya sebagai muslim yang memiliki karakter islam.
Remaja menjadi sosok yang keras mental, kering jiwanya, jumud dalam mencari solusi, dan seringkali jalan pintas yang dicari. Atas nama kebebasan berekspresi remaja ugal-ugalan di jalan dengan alasan mencari jati diri, pacaran, free sex menjadi kegiatan sehari-hari.
Lebih mudah mencari pemuda pandai menyanyi daripada pemuda pandai mengaji, lebih mudah mencari pemuda yang meniru Song Joong Ki daripada meniru Nabi.
Fitrah manusia memiliki gharizah tadayyun, yaitu menjadi hamba yang senantiasa taat kepada Allah SWT. Begitu pula para pemuda, dimasa transisi mereka lebih cenderung untuk senantiasa totalitas dalam ketaatan kepada Allah SWT, Namun dengan diterapkannya sistem kapitalis sekuler (memisahkan agama dari kehidupan), negara telah mencabut fitrah yang ada dalam diri mereka.
Masa-masa berkualitasnya tidak diarahkan/di atur oleh aturan Islam, bingung mencari sosok panutan. maka lahirlah dari rahim kapitalis sekuler ini pemuda yang kering identitas, bingung, dan jumud. Mereka tidak tahu dari mana mereka berasal, untuk apa mereka ada di dunia, dan tidak memahami bahwa setiap tindakan yang mereka lakukan akan di hisab oleh Allah SWT.
Melihat sejarah di masa kegemilangan islam, yang menerapkan aturan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Assunah, lahir pemuda-pemuda unggul yang bersyakhsiyyah Islam, menjadi sosok ulama sekaligus ilmuan, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Khawarizmi, Al Zahrawi, Jabir Ibn Hayyan. Mereka Memiliki tujuan hidup yang jelas yaitu untuk beribadah.
Ketaatan yang totalitas adalah bentuk pengembalian fitrah manusia yang sesungguhnya, menemukan jati diri dengan mengabdikan diri kepada Allah SWT, menerapkan hukum-hukum-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya.
“Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shobwah”. [HR. Ahmad] Shabwah adalah kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran.
Bulan Maulid ini adalah bulan lahirnya Rasululloh tercinta, momentum yang tepat bagi kita untuk meneladani Beliau. Banyak aktivitas yang bisa kita lakukan untuk membuktikan betapa besarnya cinta kita kepada Beliau. Salah satunya dengan menerapkan aturan Islam dalam setiap sendi kehidupan.
Wallahu`alam bish-showab
1 note
·
View note
Text
SEJARAH SINGKAT ASAL MULA SEMBILAN NAMA WALISONGO
( 19 Oktober 2020 )
Wali Songo terkenal sebagai penyebar agama Islam pada abad ke 14 di tanah Jawa.
Mereka tinggal di Pantai utara Pulau Jawa, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Mereka berdakwah di Nusantara dengan cara mengajak masyarakat untuk masuk agama Islam tanpa paksaan.
Selama berdakwah mereka punya wilayah masing-masing dan meninggalkan bukti terhadap perannya dalam penyebaran Islam di Negeri ini. Sembilan wali Allah tersebut dijuluki sebagai Sunan karena telah berjasa dalam Islam.
Masyarakat muslim di Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan wali songo. Wali artinya wakil atau menurut agama islam memiliki istilah waliyullah yaitu wali Allah/sahabat Allah. Sedangkan songo artinya sembilan. Jadi secara keseluruhan berarti sembilan wali Allah.
Wali Songo yang telah membawa perubahan terhadap masyarakat Jawa yang mayoritas saat itu beragama Hindu-Budha. Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam mengajarkan agama Islam.
Dikutip dari Buku Pintar Seri Junior, H.M Iwan Gayo (2006) berikut asal mula sembilan nama Walisongo:
1. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Salah seorang wali songo yang bernama Syarif Hidayatullah. Sangat berperan dalam penyebaran islam di jawa barat. Khususnya di daerah Cirebon yang bernama Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati merupakan pendiri dinasti kesultanan Banten, yang dimuali dengan putranya, Sultan Maulana Hasanudin dan atas prakarsa itulah Sunan Gunung Jati melakukan penyerangan kepada Sunda Kelapa pada tahun 1527 dibawah pimpinan Fatagillah panglima perang kesultanan Demak yang juga membantu Sunan Gunung Jati.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Ampel atau yang memilki nama asli Raden Rahmat beliau memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan di Ampel Denta (dekat Kota Suarabaya). karena itu beliau dikenal sebagai pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat adalah murid-muridnya Sunan Ampel.
3. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Selain dikenal dengan nama Maulana Malik Ibrahim, Sunan Gresik juga dikenal dengan nama Maulana Magribi (Syekh Magribi). Karena beliau diduga berasal dari wilayah Magribi (Afrika Utara).
Namun hingga kini belum diketahui secara pasti sejarah tempat dan tahun kelahiranya, beliau diperkiarakan lahir sekitar pertengahan abad ke 14, Beliau merupakan guru para wali, Sunan Gresik termasuk orang pertama yang masuk ke pulau Jawa dan berasal dari keluarga muslim yang taat, belajar agama Islam sejak kecil namun juga masih belum di ketahui sipa gurunya, hingga beliau menjadi seorang ulama.
4. Sunan Bonang (Raden Makhdum)
Sunan Bonang menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuaikan diri terhadap corak kebudayaan masyarakat Jawa yang menggemari wayang dan musik gamelan. Hal tersebut beliau menciptakan gending-gending yang memilki nilai-nilai keislaman. Setiap bait-bait lagu diselingi dengan ucapan dua kalimat syahadat (syahadatain) sehingga musik gamelan yang mengiringinya kini dikenal dengan istilah sekaten.
5. Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Giri yang bernama asli Raden Paku adalah putra Maulana Ishak. Beliau ditugsakan oleh Sunan Ampel untuk menyiarkan agma Islam di Blambangan. Sunan Giri pernah belajar di pesantren Ampel Denta lalu setelah dewasa, melalukan perjalanan haji bersama Sunan Bonang.
Setelah pulang dari haji singgah di Pasai untuk lebih memperdalam ilmu agama saar itu Sunan Giri mendirikan sebuah pesantren di daerah Giri lalu beliau mengirinkan banyak mengirimkan banyak juru dakwa ke berbagai daerah di nusantara untuk menyiarkan agama Islam.
6. Sunan Drajat (Raden Qasim)
Sunan Drajat dikenal sebagai seorang wali yang berjiwa sosial tinggi. Beliau banyak memberikan pertolongan kepada yatim piatu, fakir miskin, dan orang sakit. Perhatianya yang sangat besar terhadap masalah sosial.
Sunan Giri pada masa itu hidup saat zaman kerajaan Majapahit yang runtuh pada sekitar tahun 1478 dan rakyat ketika itu mengalami suasana kritis serta dalam keadaan prihatin.
7. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria adalah seorang Wali Songo yang sangat berjasa bagi penyebaran islam di nusantara pada daerah pedesaan. Tapi putra Sunan Kalijaga ini dikenal suka menyendiri dan tinggal di desa bersama rakyat biasa demi menyiarkan agama Islam.
8. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Sunan Kudus atau Jafar Sadiq di beri gelar dengan nama Wali al ilmi artinya orang yang berilmu luas oleh para Wali Songo karena memiliki keahlian khusus dalam bidang agama. Beliau juga dipercaya memegang pemerintahan di daerah kudus.
9. Sunan Kalijaga (Raden Sahid)
Sunan Kalijaga dikenal sebagai budayawan dan seniman seni suara, seni ukir dan seni busana beliau menciptakan aneka cerita wayang yang bercorak keislaman.
Sunan Kalijaga memperkenalkan bentuk wayang yang terbuat dari kulit kambing (wayang kulit), karena pada masa itu wayang populer dilukis pada semacan kertas (wayang beber) dalam seni suara beliau adalah pencipta lagu Dandang gula.
3 notes
·
View notes
Text
Keutamaan Sedekah di Waktu Subuh
( 12 Oktober 2020 )
Nah, di antara sekian banyak waktu dalam sehari, subuh merupakan saat yang paling utama untuk bersedekah. Sedekah subuh, begitu orang-orang biasa menyebutnya. Keutamaan sedekah pada waktu subuh tertuang dalam hadis yang artinya:
“Tidak ada satu subuh pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa, ‘Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak’, sedangkan yang satunya lagi berdoa ‘Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan hartanya.” – HR. Bukhari & Muslim
1. Didoakan Malaikat
Dari hadis di atas diketahui bahwa siapa pun yang melaksanakan sedekah subuh, maka baginya kemudahan rezeki. Sebaliknya, malaikat mendoakan kebinasaan dan kebangkrutan pada siapa saja yang tidak mau berinfak dan menyumbangkan sebagian hartanya.
2. Dilipat Gandakan Hartanya
Berbagi tidak akan membuat kamu miskin. Begitu juga jika kamu rutin melakukan sedekah subuh. Membiasakan diri bersedekah justru akan mendatangkan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka, dengan jumlah yang berlipat banyaknya. Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah: 261 yang artinya, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui.”
3. Menghapus Dosa
Sedekah adalah amalan tambahan yang dapat menghapus dosa. Kalau kamu ingin diampuni dari segala dosa dan kesalahan, banyak-banyaklah bersedekah, terutama saat subuh. “Sedekah dapat menghapus dosa sebagimana air memadamkan api.” (H.R. Tirmidzi)
4. Menolak Bala dan Su’ul Khotimah
Tak ada seorang pun yang ingin mati dalam keadaan su’ul khotimah. Pun semua orang pasti mendambakan hidup yang penuh ketenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan. Namun, musibah dan hal buruk lain bisa datang kapan saja.
Dengan melakukan sedekah subuh rutin, kamu akan terhindar dari segala macam kemalangan dan akhir yang buruk (su’ul khotimah). Kematian mendadak juga bisa dicegah dengan bersedekah secara rutin. Nabi bersabda, “Obatilah orang-orang yang sakit dari kalian dengan sedekah. Sesungguhnya sedekah itu dapat meredam murka Allah, dan menolak kematian yang buruk.” (HR. Tirmidzi)
Mengapa Harus Perbanyak Sedekah Subuh?
Sedekah subuh memiliki keutamaan dibandingkan sedekah pada waktu lainnya. Saat sebagian orang masih terlelap, kita sudah sibuk meraih ridha Allah SWT dengan bersedekah. Tak selalu berupa uang, sedekah subuh juga bisa dilakukan dengan berzikir, membagi makanan, mengajar ngaji, atau melakukan kebajikan lain yang bersifat sosial. Sedekah subuh dimulai sejak azan subuh sampai terbit fajar. Lakukan sedikit demi sedikit sampai kita bisa konsisten setiap hari.
2 notes
·
View notes
Text
Dakwah Nabi Muhammad SAW
( 5 Oktober 2020 )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengawali dakwahnya dengan rahasia (sirriyyah).
Sudah merupakan suatu hal yang lumrah dan alami apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan rahasia itu kepada orang yang paling dekat dengannya dari keluarganya dan teman-teman dekatnya. Selain itu, kepada orang yang diharapkan darinya kebaikan melalui pertimbangan dan cara memilih orang yang bisa dijadikan sebagai teman berkomunikasi, hingga munculah orang-orang yang memenuhi panggilan tersebut. Yang paling utama di antaranya adalah:
1. Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha Ummul Mukminin, istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Waraqah bin Naufal, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jangan ada yang mencemooh Waraqah bin Naufal, karena saya telah melihat sebuah surga atau dua buah surga untuknya.”
Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang diutus Allah. Adapun mengenai ciri-ciri umum Dakwah Rasulullah SAW di Mekkah adalah:
a. Dakwah terfokus pada upaya menyampaikan dakwah dengan sirriyah maupun jahariyyah, dimulai dari orang paling dekat, dalam rangka untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju alam terang benderang.
b. Memerhatikkan aspek tarbiyah bagi penerima dakwah.
c. Berusaha untuk tidak terjadi kontak fisik dengan musuh (Kaum Quraisy)
d. Selalu aktif bermanuver dalam dakwah dan tidak terpaku di tempat mulai tumbuhnya.
e. Melakukan kegiatan dan menentukan strategi berkesinambungan untuk dakwah Rasulullah SAW kedepan.
Kemudian turunlah ayat yang memerintahkan dakwah secara terang-terangan, yaitu QS. Al-Hijr
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِینَ
"Maka sampaikan olehMu secara terang-terangan apa yang diperintahkan dan berpalinglah dari orang-orang musyrik" (QS. Al-Hijr ayat 94)
Dakwah Nabi Muhammad SAW secara terang-terang pertama kali dilakukan di Bukit Shafa. Dalam dakwahnya itu Nabi Muhammad SAW menjelaskan "Bahwa tidaklah aku diutus oleh Allah SWT, melainkan untuk mengajak mereka menyembah Allah SWT dan meninggalkan berhala". Kaum kafir Quraisy yang mendengar dakwah Nabi Muhammad SAW tidak percaya sama sekali, bahkan mereka mendustakannya, mengejek, bahkan Nabi dilempari batu dan kotoran. Yang mendustakan Nabi pada saat itu adalah Abu Lahab dan istrinya, dan Abu Jahal.
Dakwah Nabi Muhammad SAW secara terang-terangan untuk kedua kalinya dilakukan dengan mengumpulkan keluarganya di Bukit Shafa, waktu itu diikuit oleh 40 orang termasuk Abu Lahab. Isi dakwah Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya secara terang-terangan untuk kedua kalinya adalah:
a. Peringatan dan ancaman Allah SWT bagi orang-orang yang tidak beriman
sebaliknya, kenikmatan surga bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh
b. Disebutkannya pada hari akhiran kelak beliau tidak dapat memberi
pertolongan, kecuali amal perbuatan sendirilah yang dapat menyelamatkannya
c. Pertolongan kepada kelkeluarganya supaya dapat membantu dan dapat memelihara Islam.
Dakwah Madinah dianggap sebagai kelahiran baru agama Islam setelah ruang dakwah di Makkah terasa sempit bagi kaum muslimin. Jadi, kesimpulannya adalah sebagai seorang muslim harus mengetahui pentingnya berdakwah. Lebih baik lagi jika kita melakukan dakwah kepada orang lain, karena ilmu yang kita sampaikan kepada orang lain akan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi yang menerimanya.
Semoga kita termasuk orang yang gemar berdakwah dalam kebaikan serta dapat mencegah keburukan.
Amin ya rabbal alamin.
2 notes
·
View notes
Text
IKHTIAR DAN TAWAKAL
( 28 September 2020 )
Dalam firman allah di surat Ar-Ra'du ayat 11 menjelaskan bahwasabnya "Sesungguhnya allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" ( QS. Ar-Ra’du 11 )
Tetapi sebelum kita urai lebih lanjut, perlu kita ketahui terlebih dahulu,
Apa itu ikhtiar dan tawakal?
Ikhtiar adalah berusaha sungguh-sungguh dengan menempuh jalan yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu yang berlaku dalam bidang yang diusahakan, dengan disertai doa kepada Allah agar usahanya itu berhasil.
Dalam ikhtiar terkandung pesan taqwa, yakni bagaimana kita menuntaskan masalah dengan mempertimbangkan pertama-tama apa yang baik menurut Islam, dan kemudian menjadikannya sebagai pilihan, apapun konsekuensinya dan meskipun tidak popular atau terasa berat.
Al-Qur’an surat Yusuf (12) ayat 87:
ﻳَﺎ ﺑَﻨِﻲَّ ﺍﺫْﻫَﺒُﻮﺍ ﻓَﺘَﺤَﺴَّﺴُﻮﺍ ﻣِﻦ ﻳُﻮﺳُﻒَ ﻭَﺃَﺧِﻴﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻴْﺄَﺳُﻮﺍ ﻣِﻦ ﺭَّﻭْﺡِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ۖ ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻴْﺄَﺱُ ﻣِﻦ ﺭَّﻭْﺡِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡُ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥ
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
Dari ayat di atas bahwa jelah sekali kalau ikhtiar itu begitu penting bagi kita karna untuk mendapat kan rahmat allah SWT.
Kemudian selanjutnya adalah tawakal.
Apa itu tawakal?
Tawakal secara bahasa, berarti bersandar atau mempercayai diri. Dalam agama, tawakal adalah sikap bersandar dan mempercayakan diri kepada Allah, atau menyerahkan sepenuhnya hasil ikhtiar tersebut kepada Allah SWT
ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗُﻀِﻴَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻓَﺎﻧْﺘَﺸِﺮُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻭَﺍﺑْﺘَﻐُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ * ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ 10
Artinya : Apabila telah di tunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia allah dan ingatlah allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. ( QS. Al-Jumu’ah 10 )
Banyak kasus yang terjadi di sekitar kita. Seperti banyak caleg atau calon bupati yang menjadi stres bahkan menjadi salah satu penghuni Rumah Sakit Jiwa karena gagal mewujudkan harapan mereka. Inilah bukti jika ikhtiar tanpa diiringi dengan tawakal kepada Allah swt.
Selain ikhtiar dan tawakal maka harus ada doa, karena doa tanpa usaha adalah omong kosong, sedangkan usaha tanpa doa adalah sebuah kesombongan.
Banyak yang merasa bisa melakukannya tanpa bantuan orang lain saja itu sudah merupakan bagian dari arogan. Apalagi jika sudah menghapuskan do’a dalam kamus usahanya maka dia sudah tidak mengakui keberadaan Allah, jatuhnya menjadi musyrik. Na’udzubillahi mindzalik.
Putus asa bukan hal yang dilarang, namun jangan sampai seseorang terbuai dan terjerumus dalam keputus-asaan, hingga dia lupa untuk bangkit kembali, dan membangun kembali harapan-harapan baru dan lebih berusaha lagi. Rasulullah saw juga pernah mengalami keputus-asaan, namun beliau langsung bangkit dari keputus-asaannya.
Ingat, keberhasilan seseorang bukan dilihat dari berapa banyak dia berhasil, tapi dilihat dari berapa banyak dia bangkit dari kegagalannya.
#Semangat #janganputusasa
1 note
·
View note
Text
SYUKUR
( 21 September 2020 )
Syukur dalam penerapannya mempunyai banyak dimensi dan warna yang berbeda. Syukur dalam agama Islam mempunyai peranan yang penting dalam mengatur tindakan yang berangkat dari hati.
Kalau kita mau melihat fenomena kekacauan yang terjadi pada akhir zaman ini, kita akan mendapati bahwa salah satu akar masalah dari kekacauan tadi adalah kurangnya rasa syukur yang dimiliki oleh manusia dan jauh dari mengingat kematian. Syukur yang benar pasti akan melahirkan perilaku yang baik dan tepat.
Allah berfirman tentang keharusan bersyukur dalam surat Al-Baqarah ayat 152 dan 172, artinya seperti ini:
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar”
Dalam ayat satunya Allah berfirman yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya”
Dua ayat diatas secara jelas memerintahkan kita untuk bersyukur atas apa saja yang Allah beri.
Selain itu, Rasulullah SAW bersabda: ” “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan pula baginya.” (HR. Muslim)
Dalam ayat yang lain surat An-Nisa’ dan Ibrahim Allah juga berfirman yang artinya:
“Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui”
Pada surat Ibrahim bunyinya seperti ini :
“Dan ingatlah ketika tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”
Dari dua dalil Al-quran diatas, jelas bagi kita pelajaran yang dapat dipetik, yaitu untuk selalu bersyukur disetiap keadaan yang menimpa kita. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang mengingkari nikmat, sehingga mendapatkan azab dari Allah.
#Janganlupabersyukur
3 notes
·
View notes
Text
SABAR
( 14 September 2020 )
Kata sabar berasal dari bahasa arab sabaro yasbiru yang artinya menahan. Menahan dapat diartikan secara luas seperti ketika bulan ramadhan kita menunaikan ibadah puasa dimana kita harus menahan rasa nafsu, lapar, haus dan rasa ingin makan sampai waktu magrib datang untuk berbuka.
Tidak semua orang bisa memperoleh kemenangan dan kenikmatan dari rasa sabar tersebut Sangat sulit melatih kesabaan karena kita harus menjaga diri dari lingkungan sekitar kita, hawa nafsu dan kezaliman yang pernah dilakukan. Oleh karena itu saudara-saudaraku sekalian, senantiasalah untuk kita mendekatkan diri dengan sang pencipta Allah SWT. Agar kelak kita mendapatkan syafaat-Nya di akhirat dan perlindungan-Nya.
Sebagai mana firman Allah SWT. Q.S Albaqarah 153 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jadikan shalat dan sabar sebagai pelindungmu, sesungguhnya Allah SWT. senantiasa bersama orang-orang yang sabar.”
Berdasarkan penjelasan ayat diatas kita seharusnya menjaga iman, shalat dan sabar kita agar selalu dilindungi dan diberikan pertolongan oleh Allah SWT. Allah SWT. selalu bersama hambanya yang senantiasa beriman kepada Allah SWT.
Sabar merupakan ujian dan memang tidak mudah, akan tetapi dengan ketidakmudahan tersebut Allah SWT. sedang menguji hambanya yang beriman. Allah akan menguji seberapa kuat hambanya menahan godaan dan ujian tersebut sampai lolos dalam ujian kesabaran tersebut. Jika kita lolos dari ujian yang diberikan oleh Allah, dengan selalu beristigfar dan berfikir positif terhadap segala ketentuan Allah niscaya kita akan mendapat kemuliaan.
Itulah gambaran jika kita selalu memelihara sifat sabar dan keuntungannya di sisi Allah SWT.
Semoga kita selalu diberikan kesabaran dalam hal apapun aamin yarobbal a'alamiin😊🙏
5 notes
·
View notes
Text
Menasehati Diri Sendiri
( 07 September 2020)
Berbicara tentang nasihat, aku melihat diri ini tak pantas untuk memberikannya karena orang yang tak memiliki cahaya tidak mungkin dijadikan alat penerang oleh yang lainnya, bagaimana bayangan akan lurus bila kayunya saja bengkok, dan bagaimana akan menasehati jika sipenulis ini adalah orang yang belum tentu mampu menjalankan atau melakukan apa yang dikatakannya sendiri, disini penulis akan mencoba menuliskan sebuah tulisan tentang “ Menasehati Diri Sendiri” .
Pengertian nasihat dalam Islam adalah suatu cara yang bertujuan untuk mengingatkan seseorang bahwa segala macam bentuk perbuatan pasti ada sanksi serta akibatnya.
Secara terminologi nasehat berarti melarang, memerintah atau menganjurkan suatu hal tertentu yang juga disertai dalil motivasi dan ancaman.
Nasehat terbaik ada 4 :
1. Pemberi nasehat yang bicara adalah al-Qur’an karena didalamnya terdapat petunjuk yang tidak ada keraguan samasekali didalamnya, al-Qur’an adalah merupakan pemberi nasihat yang berbicara tentang semua aspek kehidupan dan juru nasehat yang tidak ada keraguan sama sekali didalamnya,serta merupakan kalam Allah yang diturunkan tanpa ada kebatilan didalamnya dalam segi apapun dan dimanapun.
Allah SUBHANAHU WA TA’ALA, Berfirman, “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Huud: 15-16)
2. Pemberi nasihat yang baik itu adalah As-Sunnah karena Sunnah adalah perkataan Nabi Muhammad yang dibimbing oleh tuhan pencipta alam semesta, tuhan yang maha mengetahui lagi maha menunjukkan , sunnah juga merupakan tindakan Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam yang menjadi suri teladan bagi kita semua, akhlaqul karimah yang dicontohkan nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam adalah nasihat bagi kita,
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : “Agama itu adalah nasihat.” Orang-orang bertanya, “Kepada siapa?” Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam, menjawab, “Kepada Allah dan Kitab-Nya dan kepada Rasul-Nya dan kepada para pemimpin Muslim dan rakyat biasa.” [Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dan sabda Nabi Shallahu ‘alaihi wassalam,. “saya melihat dimalam Isra’ku orang laki laki yang lidahnya dipotong dengan dengan alat potong yang terbuat dari api neraka, lalu aku bertanya , “ ya Jibril “ siapakah mereka ?” Jibril menjawab’ mereka adalah khotib khotib dari umatmu wahai Muhammad , mereka menyerukan kebaikan kepada manusia dan mereka melupakan dirinya ( tidak mengerjakan apa yang diserukanya tentang kebaikan , tidak mengamalkannya ) padaha;l mereka berpegang , berdalil pada al-kitab , apakah mereka tidak berakal budi ?” ( HR. Imam Ahmad )
Memahami hadist diatas bahwasanya ketika kita menasehati orang lain sebenarnya kita telah menasehati dirinya sendiri dan jika tidak mengamalkannya sesungguhnya dirinya sendiri yang paling bertanggung jawab atas nasehat itu.
3. Sebaik baiknya nasihat adalah kematian karena dengan menginggat kematian maka bagi orang yang percaya akan adanya hari dibangkitkan akan mempersiapkan bekal untuk mati, semua yang bernyawa pasti akan mengalami kematian, dan tak akan ada yang mengetahui kapan kematian itu akan datang, mati bisa menjemput siapa saja tidak memandang tua, yang mudapun tak akan lepas dari takdir kematiannya, tidak hanya yang sakit orang yang sehat pun bisa seketika ditumbangkan oleh kematian, hendaklah kematian itu menjadi pengingat bagi yang hidup, oleh karenannya kita dinasehati untuk banyak menginggat mati
Dari Ibnu Umar RA berkata “Aku pernah bersama Rasullullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu seorang angsor mendatangi beliau baginda Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam, ia memberi salam dan bertanya pada Nabi; wahai Rasullullah mukmin manakah yang paling baik ?, beliau bersabda; yang paling baik akhlaqnya, lalu orang ansor itu bertanya lagi; mukmin manakah yang paling cerdas?, beliau bersabda; yang paling banyak menginggat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas .” (HR. Ibnu Majjah no. 4259., ini merupakan Hadist hasan menurut Syaikh Al Albani )
4. Sebaik baiknya nasihat adalah menasehati diri sendiri.Didalam menjalani hidup ini tentunya setiap manusia tidak akan luput dari kesalahan kesalahan yang pernah diperbuat dimasa yang sudah dilewatinya dan tentunya itu adalah suatu hal yang sudah terjadi karena manusia adalaah tempatnya lupa dan berbuat kesalahan, akan tetapi jika selalu mengulangi kesalahan yang sama tanpa ada upaya untuk memperbaikinya maka sungguh jika dalam keadaan seperti itu ia akan sangat merugi, ingatlah apapun kesalahan yang kamu perbuat dimasa yang lampau, semua akan berlalu dan jika kamu ingin menjadi orang yang tidak merugi maka segeralah bertaubat dan memperbaiki diri kita sesuai petunjuk dari tuhan yang maha memberikan petunjuk yang diberikan kita, sehingga perbuatan kita akan menjadi berkah dan rahmat bagi orang yang ada disekitar kita, ingat ketika seseorang sudah memperbaiki dirinya jagan pernah merasa sudah lebih baik dari dirinya sebab seseorang yang memuji dirinya sendiri, maka akan hilang kemulyaan yang dimilikinya, sesekali cobalah untuk tidak menjadi orang sukses buat diri sendiri, tapi berusahalah untuk menjadi orang yang bernilai bagi orang lain, jangan pernah mengeluh ketika kehidupan dilanda musibah, karena dengan musibah tersebut kita bisa belajar yang namanya kuat dalam menghadapi cobaan, karena sebuah harapan yang optimis itu akan menguatkan untuk terus meningkatkan kebaikan kebaikan, jangan pernah berputus asa ketika kita dalam keadaan terpuruk, karena kita tidak akan pernah akan mendapat hal yang akan kita gapai dihari esok, sesulit apapun masalah yang kita hadapi cobalah untuk selalu sabar dalam menghadapinya, karena dengan kesabaran dan berdoa maka dibalik kesulitan itu ada kemudahan kemudahan, dan yang terakhir jangan kamu menilai orang lain sebelum kamu menilai seperti apa dirimu sendiri, karena tidak semua yang kita lihat itu benar adanya dan tidak semua yang kita sangkakan itu benar smuanya karena belum tentu dimata tuhan kita lebih baik daripada orang yang kita sangka tersebut, Salah satu hak orang Islam satu dengan yang lainnya adalah hendaklah saling menasehati dalam kebaikan jika saudara kita melakukan kesalahan nasehatilah dia dan janganlah kalian mencela dia atas perbuatannya, hendaklah nasihat itu dengan lembut dan dengan kata yang menyejukkan penuh hikmah , hendaklah seorang muslim berhati hati jangan sampai ketika menasehati menyinggung hatinya orang yang diberi nasihat, karena segala prasangka adalah seburuk-buruknya pembicaraan .
“ Jadilah baik tanpa harus menjelekkan , Jadilah benar tanpa harus menyalahkan, dan lakukanlah kebaikan dengan terus berbuat baik”
4 notes
·
View notes
Text
Nilai Diri
Ketika menjadi ramah dinilai tebar pesona.
Ketika mencoba bergaul dinilai tidak bisa menjaga izzah dan mura'ah.
Ketika tertawa dinilai tidak selayaknya muslimah yang cukup tersenyum.
Ketika bersikap biasa saja dinilai jual mahal.
Lalu, apa yang tersisa selain aku disini yang masih terus merutuk betapa rendahnya aku?
Lantas, salah siapa? salahmu yang berucap begitu padaku?
Oh, bukan.
Kan kamu hanya menyampaikan karena mau aku menjadi lebih baik.
Jadi salah siapa?
Tentu saja salahku.
Aku yang tidak bisa memperbaiki karena terlalu biasa.
Aku yang tidak bisa menempatkan diri sebagai muslimah yang harusnya punya akhlak terjaga.
Bagaimana bisa kamu menjadi mutiara kalau bersikap layaknya bocah yang tidak pernah dewasa?
Dewasalah, wahai muslimah. Katamu.
Jaga tertawamu.
Jaga mura'ah dan izzahmu sebagai muslimah.
Lantas aku disini, masih menatap nanar, apakah penilaian Tuhan kepadaku begitu juga?
Pipi sudah basah.
Mata sudah perih dan kabur.
Nafas terengah-engah,
Menahan suara geru tangis yang ingin lampias dan amarah.
5 notes
·
View notes
Text
Anak Bermalasan
Minggu adalah hari libur yang ditunggu kaum rebahan, malas beraktivitas. Ada yang hanya ingin rebahan dirumah menghilangkan penat selama satu minggu beraktivitas dan ada pula yang berencana akan berlibur. Banu memilih opsi pertama, Banu memilih bersantai rebahan dirumah, dan parahnya Banu aka selalu merasa kurang dengan liburnya.
“Banu bangun sudah siang, nanti kamu terlambat.” Tanya ibunya.
“Bu Banu masih capek, banu bolos sehari ya.” Banu memelas pada ibunya.
“ Jangan begitu, bayaran sekolahmu mahal jangan menyepelekan menuntut ilmu” Jawab ibunya menyanggah.
“Sehari saja bu, Banu tidur lagi.”
Melihat kelakuan Banu Ibunya geram, hingga ibunya mengajak Banu melihat anak keterbelakangan di suatu panti asuhan.
“Nah sekarang coba kamu buka mata kamu, mereka ingin sekolah sepertimu, namun tidak ada orang tua yang akan membiayai mereka bersekolah” Jelas ibunya, mereka masih di dalam mobil.
Dengan kejadian itu Banu tersadar dan mau berangkat sekolah walau terlambat. Diperjalanan menuju sekolah Banu melihat seorang anak yang pincang berseragam sekolah sama dengan nya, dalam hati Banu berkata, aku bersyukur masih punya fisik yang sempurna untuk bisa menuntut ilmu.
#Cerpensingkat #anakbermalasan
5 notes
·
View notes