Blog pribadi Uul untuk berbagi kreatifitas dan keresahan.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo

Gak tidur semalaman, keluar rumah habis subuh. Sesepedahan kesawah. Cuman buat ngucapin selamat pagi sama jamur dan embun di rumput. Hidup kadang se unfaedah itu untuk orang lain, tapi maknanya kamu sendiri yang paham. . . . . . #nocturnal #lookaround #homesweethome #village #gintungtengah #kalangkah #jamur (di Gintung Tengah) https://www.instagram.com/p/BxP9FdNh6RO/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=jtqq1x5mh9pi
0 notes
Text
Tentang Luka (5)
Bandung, 2013
Hana tengah berbincang seru dengan temannya, meski sesekali melirik kebelakang. Kursi jajaran belakang meski bukan yang paling belakang. Seseorang dengan rambut gondrongnya dan tas ransel yang masih melekat dipunggungnya tidur telungkup. Kemeja flanelnya lusuh dan jinsnya sudah robek-robek. Hanya sepatu sneaker yang masih terlihat baru. Hana heran sendiri kenapa lelaki seperti dia yang membuatnya tergila-gila. Hingga mencintainya diam-diam dari tiga tahun lalu ketika awal menyandang status sebagai mahasiwa.
“Doni, tugas bagian kamu sudah beres belum?” Astri gadis dengan kacamata lebar dan celana kodoknya menghampiri dan membangunkan Doni. Doni mengangkat kepalanya beberapa senti dengan tubuh yang masih membungungkuk, untuk kemudian matanya samar-samar mencari sosok Hana. Barulah ia bangun dan menghampiri Hana.
“Hana, tugas bagian aku sudah beres?” tanya Doni memecah keseruan diskusi diantara hana dan kawan-kawannya.
“Iya, sudah beres ko Don.” Jawab Hana.
“Loh ko kamu yang ngerjain Na?”
“Iya gak apa-apa, soalnya aku yang punya bukunya. Doni Ibunya kan lagi dirawat di RSHS.” Ujar Hana dengan polos. Setelah diskusi kelompok dan pembagian tugas, Doni mendekati Hana dan meminta Hana mengerjakan juga bagiannya. Hana simpati, dengan mudahnya memeberikan bantuan.
“Oh iya? Ya sudah final makalah kamu yang beresin ya Na sekalian bikin PPTnya. Kamu kan ada bukunya.” Todong Astri. Hana terdiam, sebuah flasdisk di sodorkan padanya. “Siapin ya, minggu depan bagian kita yang presentasi.” Astri pergi.
“Kamu gak apa-apa Na?” tanya Doni. “Biar aku yang kerjain finalnya deh.” Tawar Doni. “Tapi aku masih harus ke RS. Jaga Ibu.”
“Iya gak apa-apa Don, biar aku yang ngerjain aja. Kamu Baik-baiklah jaga Ibu. Kamu juga harus jaga kesehatan diri kamu sendiri. Kayaknya kamu kurang tidur.” Ujar Hana.
“Makasih banyak Na. Nanti aku antar pulang ya..” Doni kembali kekursinya lagi melanjutkan tidur selama tidak ada dosen. Mengerjakan tugas Doni bukan kali ini saja, sebelum-sebelumnya Doni pun akan memilih satu kelompok dengan Hana.
Hana baru kembali dari kamar mandi untuk mengambil tasnya dikelas bersama Doni yang menunggunya untuk mengantar pulang. Dipintu kelas langkah Hana tertahan ketika samar-samar mendengar suara Astri dan Doni.
“Kamu pacaran sama Hana?” tanya Astri.
“Enggaklah, mana mau aku sama dia. Dia itu pintar tapi gak suka aja yang dia pakai itu gak pernah pantas dibadan dia.” Ucap Doni begitu enteng. Seketika hati Hana hancur, bagaimana kata-kata itu ia dengar langsung keluar dari mulut Doni yang ia pikir selama ini ia tulus berteman dan tidak keberatan dengan fisik dan penampilan Hana.
“Sayang aja kalau gak dimanfaatkan kepintaran dan kerajinannya dia. Kamu perlu juga berteman sama orang yang kayak Hana.” Ujar Doni.
“Terus kamu suka nganterin dia?”
“Soalnya kalau pulang bareng dia, diakan suka ngajak jajan atau makan dulu dan dia yang bayarin.” Ujar Doni lagi.
“Gila kamu don, oportunis banget sih. Udah deh Aku mau pulang.” Ujar Asri. Seketika Hana lari kembali ke toilet dan mencuci mukanya yang tanpa ia sadari menangis begitu saja.
Hana ingat bagaimana masa kecilnya yang sering dibully oleh teman-teman sekolah dan teman dilingkungan sekitar rumahnya karena memiliki tubuh yang gendut, berkulit hitam, dan rambut keriting. Hana tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan minderan karena fisiknya. Beranjak remaja ia baru memiliki kepercayaan diri dan tampil dalam debat bahasa inggris yang lalu mengantarkannya masuk perguruan tinggi negeri tanpa seleksi atau dikenal jalur prestasi. Hana pikir memasuki dunia perguruan tinggi akan memiliki lingkungan yang berbeda dan tidak melihat fisik.
Hana menarik nafas, mencuci mukanya dan mengatkan dirinya untuk menghampiri Doni dikelas.
“Don, aku gak enak badan. Kayaknya mau langsung pulang ke kosan.” Ujar Hana.
“Kamu sakit Na? Makan dulu dong, baru pulang ya..”
“Atau kalau kamu ada perlu, aku bisa pulang naik angkot aja Don.” Ujar Hana.
“Ya sudah aku antar kamu pulang ya..” Ujar Doni. *** Bandung lebih dingin dari biasanya dimusim kemarau ini. Terminal ledeng dimalam hari lebih sepi. Beberapa tenda kaki lima berjejeran di trotoar kampus, meskipun lewat tengah malam beberapa tenda mulai dirapihkan. Hana, Ara, dan Arlen berada disalah satu tenda kaki lima itu. Lebih tepatnya di tenda bubur kacang hijau.
“Kebiasaan deh lapar lewat tengah malam. Makin gendut deh gue. Aku mau susu aja deh.” Ujar Hana.
“Iya nih si Ara. Heran, Ara makan banyak dan gak beraturan tapi gak gemuk-gemuk. Cacingan apa kamu?” Timpal Arlen.
“Bukan cacingan, ini naga yang hidup diperut aku. Mang, susu hiji. Burcang tilu, nu make ketan hiji.” Pesan Ara.
“Aku kan gak makan Ra.” Ujar Hana.
“Dua mangkok jang aku.” Ara membuka toples roti dan mengambil beberapa potong roti. ”Sugan menghindari Mahmud teu make tenaga?” Ara penuh emosi. “aku sebel ya, kenapa sih orang PDKT itu klasik banget. Ngingetin makanlah, ngingetin solat lah. Please dong yang namanya manusia kalau lapar pasti makan, ya kali karena gak diingetin dia gak makan-makan sampai mati gitu?” Ara penuh emosi. “terus ya, ngingetin shalat. Ya kali suara adzan gak cukup jadi pengingat? Gini loh, kamu muslim? Sudah dewasa? Harusnya gak perlu diingetin juga sadar sendiri begitu masuk waktu shalat. Heran. Mereka tuh gak kreatif dikit ngingetin kentut kek? Atau ngupil gitu?”
“Heum.. Ra btw Mahmud siapa lagi?” tanya Hana heran “bukannya minggu kemarin si Rayan anak geografi itu? Mahmud siapa lagi Ra? Duh bener-bener ni anak, tiap minggu ada yang baru mulu.”
“Bukan yang baru Na, dia tuh tahun lalu jadi panitia satu divisi bareng aku. Anak Fisika.” Ara langung menyambar mangkok bubur kacang yang baru datang.
“Bismillah Ra.” Arlen mengingatkan Ara yang begitu bersemangat menyantap bubur kacang dua mangkok dengan tambahan beberapa potong roti sebesar batako. “Eh, aku kayaknya akhir bulan mau pergi liburan Bromo bareng Galih.”
“Ada yang bakal jadian nih kayaknya.” Ara
“Selamat deh, sama dedek gemes. Jangan lupa lu persiapan UAS sama siap-siap buat magang dan skripsi.” Hana.
“Iya dia dedek gemes. Sebenernya gimana ya, tapi dia tuh suka bela-belain datang ke Bandung dari Tangerang.” Ujar Arlen “kalau aku sama dia, kan bentar lagi aku lulus kuliah dia gak bisa langsung diajakin kawin.” Seketika Ara dan Hana tertawa.
“Sabar aja. Tungguin aja sih gak jauh juga kali jarak kamu sama Galih.” Ujar Ara. “btw Na, aku turut berduka soal Doni ya.. Gak nyangka.” “Iya, aku santai aja sih Ra. Soalnya udah biasa juga kali. Mana ada sih cowo yang mau sama perempuan jelek kayak aku.” Hana mengaduk susunya. “Enggaklah Na, kamu itu gak jelek. Lagian gak semua laki-laki menilai perempuan dari penampilannya. Kamu kan pintar dan kreatif. Masa iya, gak ada cowo yang gak mau sama kamu belum nemu aja. Iya gak Len?”
“Iya Na.”
“Aku kayaknya mau daftar relawan BIPA deh. Yang bantu bule-bule buat ngelancarin bahasa Indonesianya.” Ujar Hana.
“Bagus. Aku dukung!” Ujar Ara.
“Aku juga dukung.” Tambah Arlen.***
Bersambung
0 notes
Photo

Halo dini hari. Selamat menyelami makna hidup dan menua bersama. Pasrah ketika tak lagi punya cukup tenaga dan terlalu rentah untuk kesana kemari. . . . . #vintage #travelphotography #oldradio #xiaominote5 (di Museum Pos Indonesia Bandung) https://www.instagram.com/p/BwIELnTFol0/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1goryha6p7h4m
0 notes
Photo

Lepaskanlah ikatannya, kalau terlalu menjerat. atau gulung sekalian kalau terlalu kusut. . . . . . #belajarikhlas #mengejanikmat #kampungnelayan #humaninterest #xiaominote5 (di Glayem) https://www.instagram.com/p/BwHZ8kklH_w/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=lzgpjqk73wh6
0 notes
Text
Tentang Luka (4)
Suara lonceng pintu kafe pertanda pengunjung datang dan pergi tidak menyadarkan tatapan Ara dari layar handponenya.
“Sudah. Dia gakan ngasih kabar, Ra.” Ujar Hana sembari mengaduk kopinya. Ara tersadar, menyimpan handphonenya. “Untuk apa bertahan? Kaupun harus siap belajar melepaskan dan mengikhlaskan. Aku kasian ke kamu yang masih terus memikirkan, buang-buang waktu dan cape hati. Orangtua kamu juga kalau tahu pasti sedih. Bagaimana bisa ada laki-laki yang menghancurkan hati anak perempuannya. Kamu harus logis. Kalau dia memang cinta kamu, pasti dia gakan menyiksa kamu dan mencoba mengkomunikasikan juga mencari jalan terbaik bersama.”
“Kamu tahu apa yang selama ini aku takutkan Na?” tanya Ara yang mulai mencecap kopinya. “Katanya, dibalik wanita hebat ada cinta yang gagal. Aku belum jadi wanita hebat nyatanya cinta aku sudah gagal.” Ara tertawa sembari menahan tangis, sedang Hana hanya tersenyum.
“Kau tahu banyak hal yang aku kagumi dari Oki. Bersama dia aku hanya ingin jadi perempuan biasa saja, tak perlu berlari.”
“tapi sekarang yang terjadi kamu malah dibuat berlari buat ngejar-ngejar dia.” Ujar Hana yang memancing tawa Ara yang entah terpaksa atau tidak, namun yang jelas tawanya ditujukan untuk menertawakan dirinya sendiri.
“Na, gimana kabar Ibu kamu?” Ara teringat Ibu Hana yang tidak bisa ditinggalkan Hana lama-lama.
“Heum.. Baik. Namanya juga sudah tua, perlu istirahat dan perawatan ekstra. Kalau bukan aku siapa lagi sih yang mau ngurusin Ibu aku? Tapi tadi ada kakak aku yang jagain.” Ara memahami kondisi Hana yang meski inginnya pergi jauh, ada satu Ibu yang sudah tua harus ia jaga. Terlebih lagi setelah stroke dan diabetes yang menggerogoti tubuh Ibunya.
“Ibu aku lagi pengen nginep di Hotel buat ngerayain ulang tahunnya. Inget bulannya tapi gak ingat tanggalnya. Namanya sudah tua, ada-ada saja.” Hana tertawa.
Ara ingat ketika suatu hari mendapatkan pesan dari Ibunya Hana yang tiba-tiba menanyakan kabarnya yang jarang datang berkunjung lagi. Ara tengah menjalankan beberapa project serabutannya diluar kota. Ketika pulang Ara menyempatkan datang berkunjung. Ibu Hana tak lagi segesit dahulu semenjak ditinggalkan suaminya, ia sudah mulai melamban dan mulai repot dengan tubuhnya sendiri yang berjalan dibantu tongkat. Dulu ketika sekolah Ara pernah menginap dan disiapkan sarapan yang macam-macam oleh Ibunya Hana. Setiap kali Ara berkunjung Ibunya akan selalu menyugukan banyak makanan dan menawarkan makanan apa yang diinginkan Ara.
“Kamu katanya mau nikah Ra?”
“Ya maulah bu, tapi belum tahu sama siapa dan kapan.” Jawab Ara.
“Kamu katanya punya banyak teman laki-laki, kasih satulah buat bakal jodohnya Hana.”
“Iya bu, nanti Ara cobah tanya Hana.”
“Jangan ditanggepin serius Ra, Ibu aku becanda. Aku cuman cerita aja kalau kamu banyak yang naksir tapi kamunya gak mau mulu padahal kan bisa kasih aku satu.” Hana muncul dengan membaca nampan berisi beberapa gelas Air dan camilan.
Hana anak bungsu dari enam bersaudara. Kelima Kakaknya sudah dewasa dan bahkan usia ponakan Hana ada yang jauh diatas usia Hana. Hana pintar dalam bahasa Inggris dan mengambil studi sastra inggris. Dengan kemampuan bahasa Inggrisnya itulah Hana memiliki pergaulan lebih luas dalam wilayah International. Beberapa kali Ara dikenalkan pada sederet bule yang mengaku pacar Hana. Tapi menjalin hubungan serius dengan bule tidak mudah dalam perspektif budaya masyarakat terlebih keluarga Hana yang mau tidak mau dianggap tidak baik. Hana memilih mundur berlahan. Hubungan dua tahun yang sudah direncanakan berakhir dipelaminanpun kandas. Menjalin hubungan dengan pria Indonesia begitu canggung untuk Hana karena kebanyakan lelaki yang dikenalkanya melihat fisik yang menurut mereka Hana bukan tipe ideal dan menilai pemikiran Hana aneh, berbeda dengan lelaki bule yang suka dengan pemikiran Hana yang lebih terbuka.
Bersambung...
0 notes
Text
Tentang Luka (3)
Benar saja, beberapa bulan kemudian hidup Ara bahagia dipenuhi oleh Oki sang tour guide. Meski ada jarak diantara mereka dan sangat jarang bertemu. Dengan serius Ara membawa Oki ke rumah dan tak berapa lama juga Ara dibawa kerumah orangtua Oki. Baik Hana maupun Arlen yakin bahwa hubungan Ara dan Oki akan berjalan mulus dan berakhir bahagia di depan penghulu. Namun beberapa bulan setelahnya duka dimulai, setelah Ara mengatakan pada Hana secara khusus dan meminta Hana ambil cuti satu hari dibulan desember untuk pernikahannya yang sudah direncakan secara sederhana. Pada waktunya jangankan perihal hari pernikahan soal meminangpun Oki tak pernah kunjung datang.
Orangtua Ara tak pernah tahu apa yang terjadi pada anaknya setelah Oki tak kunjung datang yang hanya dijawab Ara masih sibuk dengan jadwal-jadwal kerjanya. Ara lebih banyak mengurung diri dikamar, mereka pikir Arapun punya banyak pekerjaan karena jarang tidur malam. Nyatanya Ara diam-diam menangis sepanjang waktu dibawah selimbut, kesulitan untuk tidur dan hilang selera makan. Hana tahu sahabatnya itu sedang dalam keadaan yang kurang baik.
“Na, aku bangun tidur ngerasa marah dan nangis terus.” Ara mengirimkan pesan melalui whatsapp.
“Aku pulang kerja siang, mau keluar?” tanya Hana dalam sebuah pesan untuk menghibur sahabatnya.
“Oke. Aku akan jemput kamu.” Jawab Ara singkat, namun tak berapa lama Ara mengirimkan pesan lagi. “Na kayaknya aku dirumah saja, aku dalam kondisi emosional yang tidak baik. Aku takut khilaf pas lagi bawa kendaraan.” Hana paham sahabatnya benar-benar berada dikondisi stress berat.
“Oke aku sama Arlen bakal kerumah kamu. Jangan lakukan hal-hal yang aneh-aneh, atau pikiran yang buruk. Terlebih bunuh diri!” Hana serius.
---
“Berapa berat badan kamu sekarang Ra?” Tanya Hana sembari matanya penuh selidik pada tubuh Ara yang makin kurus dan tak terurus, sembari menyiapkan makanan kesukaan Ara yang ia beli sebelum pergi kerumah Ara. Hana dan Arlen berhasil membuat Ara keluar dari bawah selimbut dan keluar kamar. Meski hanya sampai halaman rumah.
“Seminggu lalu turun 3kg.” Suara Ara serak. Matanya merah dan pipinya tampak sembab meski ia sudah tutupi dengan polesan foundation bukan untuk menyembunyikan dari Hana maupun Arlen tapi menyembunyikan dukanya dari kedua orangtuanya dan orang rumah.
“Penasaran seberapa cakep dan hebatnya Oki sih, sampai berhasil menakhlukkan Ara begini?” tanya Arlen. Ara belum pernah memperkenalkan Oki pada sahabat-sahabatnya.
“Dia gak cakep, gak hebat ataupun keren. Dia biasa saja, dari keluarga yang biasa saja bukan anak pejabat. Orangtuanya juga sekolahnya gak tinggi. Bapaknya pembuat kerupuk.”
“Tapi kaya?” serga Arlen yang langsung ditertawakan Hana, Ara menggeleng sembari tertawa pelan.
“Rumahnya dari bilik, ngingetin Ara sama rumah almarhum uyut yang di Singaparna.”
“Uyut kamu kan rumahnya bilik tapi tanahnya banyak.” Timpal Hana yang mulai menyodorkan makanan, namun sama sekali tak dilirik Ara. Arlen yang malah menyerobot duluan.
“Dia orang yang sederhana.” Ara sayu. Hana segera menyodorkan langsung makanan kedepan mulut Ara. Terpaksa Ara membuka mulut, meski ia ingin menolak. Tak ingin makan.
“Aku gak masalah sama kondisi keluarganya. Aku gak masalah sama perkerjaannya dia. Aku juga ikhlas dinikahi dengan cara sederhana. Toh untuk apa sih pernikahan mewah jika tidak berkah? Aku tidak mau menuntut atau memberatkan dia dan keluarganya. Orangtua aku juga bisa menerima itu. Karena ya dia laki-laki yang aku pilih.” Ara mulai berucucuran air mata. Tak ada kata yang keluar dari mulut Hana dan Arlen. Hanya duduk saling berangkulan, berharap bisa menjadi sandaran dari salah satu yang tengah melemah dan saling menguatkan.
Oki berubah tanpa kabar, sulit mendapatkan kabar. Balasannya pendek-pendek dan tak pernah menanyakan kondisi Ara. Tak ada lagi panggilan masuk dari Oki. Oki bahkan tidak menjawab setiap panggilan Ara yang beruntun maupun diwaktu yang berbeda. Tanpa kata Oki pergi. Dengan terpaksa Ara berlari dengan memeluk luka. Berlari pada kehidupannya sendiri yang sesungguhnya.
Bersambung...
0 notes
Text
Tentang Luka (2)
“Selamat datang Mbak Ara. Lama tidak terlihat?” Ujar pelayan kafe. “Kopi vietnam seperti biasa?”
“Iya, tapi gak pake sianida ya mas.” timpal Hana yang datang bersama Ara. “Saya mau moccacino aja. Sama roti pangang yang rasa coklat keju.”
“Oke. Ada lagi pesanannya?”
“Sudah saja mas.” Jawab Ara. “Ini soalnya saya yang bayar.” Hana tertawa yang diikuti tawa pelayannya.
“Hari ini ada janji dengan Mas Rizal?” tanya pelayan sebelum pergi. Ara menggeleng, Rizal adalah owner dari kafe ini. Beberapa kali pernah bertemu dan terlibat dalam project bersama dalam marketing kopi dan event.
“Mas Rizal cakep ya Ra?” tanya Hana, ini untuk pertama kalinya Hana datang di kafe yang biasa jadi tempat Ara numpang wifi untuk pekerjaan serabutannya.
“Iya.” Jawab Ara singkat. “Na, aku liat Instagramnya Galih. Dia posting photo tunangan dan undangan. Ko aku yang ngerasa sakit ya? Aku sedih. Malah aku yang pengen nangis. Arlen liat belum ya?”
“Aku gak tahu, tapi kayaknya mending dia gak tahu. Kita diem-diem aja.” Hana dan Ara bersepakat. Untuk kemudian mereka saling diam sibuk dengan pikiran masing-masing hingga pelayan datang membawa pesanan.
Hana memperhatikan lingkungan sekitar sedang Ara fokus pada layar handphonenya yang berharap seseorang mengirimkan pesan untuk memberi kabar. Seseorang berdiri dibalik grinder kopi mengenakan celemeknya, ia terlihat baru datang. Hana melihat gerak tubuh lelaki itu yang memperhatikan Ara dari jauh.
“Ra, Mas Rizal yang itu?” tanya Hana. Ara mengangkat kepalanya sebentar untuk melihat lelaki yang dimaksud Hana, sejenak pandangan mereka bertemu dan saling melempar senyum.
“Iya.” Ara kembali melihat layar handphonenya.
Kopi Ara belum turun sepenuhnya, kepulan-kepulan asap dan aroma kopi berbaur. Hana mengenal Ara sejak duduk di bangku SMP meskipun tak satu sekolah, mereka pertama kali bertemu di tempat les. Lalu dipertemukan kembali di sekolah SMA yang sama dan berkegiatan di eskul yang sama, memasuki perguruan tinggi yang sama meski beda jurusan dan beda tempat tinggal namun tetap saling berkunjung untuk sekedar menanyakan kabar atau makan malam bersama diperantauan.
Bagi Hana, Ara adalah perempuan yang sempurna. Cantik, punya tubuh ideal, berkarakter, berpendidikan tinggi, dari keluarga yang berkecukupan dan tentu saja jangan tanyakan karirnya sebagai dosen di perguruan tinggi negeri. Kepribadian Ara yang supel dan mudah bergaul membuat Ara populer. Hana ingat bagaimana ketika SMA banyak lelaki yang mendekati namun yang memenangkan hati Ara adalah salah satu ketua eskul yang juga populer, mereka adalah pasangan yang sempurna. Sama-sama pintar dan berprestasi, hanya saja hubungan itu tidak lebih dari sekedar cinta monyet. Setelahnya Ara tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun meski Hana tau banyak yang mencoba mendekati Ara. Ketika dibangku kuliah Hana pusing dibuat tingkah para fans Ara. Dimulai dari lelaki yang suka meneror dengan menelefon yang tidak hanya Ara tapi juga Hana, lalu yang sampai menyusul dan menggedor-gedor pintu kamar kosan Ara dan membuat keributan. Belum lagi laki-laki lainnya dari berbagai latar belakang yang datang dan pergi silih berganti. Menurut Hana, jika saja Ara menerima salah satu lelaki jadi kekasihnya mungkin mimpi buruk dikejar-kejar itu akan berakhir. Hana menginginkan Ara bahagia. Meski terlihat sempurna, sisi lain Ara menunjukkan diselimuti ketakutan meski Hana belum tau apa yang mambuat Ara takut.
Hana ingat bagaimana wajah Ara lebih ceria dari biasanya, sepulangnya dari project yang saling sambung menyambung ketika baru lulus kuliah masternya. Sepulangnya Ara project dari Bandung, Jogja, Surabaya, dan Sukabumi.
“I found someone.” Ujar Ara berseri-seri.
“Who”
“Someone I want for my future.” Ara dengan penuh kesungguhan. “Aku ketemu dia di Jogja. Tour guide, tapi dia orang Ciamis.”
“Really?” Ara mengangguk yakin. “baguslah Ra, kamu kuliah kan sudah beres. Kerjaan juga sudah pasti, ya apa lagi sih kalau bukan nikah?” Tambah Hana. Hana paham, selama ini mungkin Ara menjaga diri dari cinta yang salah. Ara menunggu waktu yang tepat pada orang yang tepat. “Siapa tahu dari tour guide jadi life guide.” Tambah Hana lagi. Seketika Hana melihat tidak ada garis ketakutan yang tersembunyi dari Ara.
Bersambung...
0 notes
Text
Tentang Luka
Kabar itu macam geledek yang menyambar tubuh Arlen. Mantan pacarnya melangsungkan pernikahan. Kabar itu didapatnya dari media sosial yang menayangkan secara langsung akad nikah Galih. Luka yang belum sepenuhnya kering itu kembali mengeluarkan darah segar.
Arlen masih mengingat dengan baik ketika hendak memberi kejutan ulang tahun untuk Galih. Dengan sisa uangnya sebagai lulusan sarjana yang belum mendapatkan kerja ia pergi ke Tanggerang. Arlen membayangkan senyum Galih ketika mendapatinya didepan pintu kosannya, namun yang ia dapatkan adalah wajah masam Galih yang beralasan tengah sibuk dengan tugas kuliah dan persiapan pimnasnya. Arlen mereschedule jadwal pulangya dengan membeli tiket pulang lebih cepat.
“Aku ingin jadi orang yang lebih baik lagi. Aku tetap mengusahkan kamu tapi aku juga tidak akan menghalangi orang lain yang hendak menghalalkanmu.”Ucap Galih. Alasannya untuk hijrah dengan mengakhiri hubungan dengan Arlen. Arlen dapat menerima, namun yang tak habis pikir tak berapa lama Galih malah memposting photo dengan perempuan baru. Perempuan baru yang lalu entah bagaimana memfolow media sosial Arlen juga entah untuk apa. Remuk redam sudah tentu. Berkali-kali Arlen meminta penjelasan yang hanya dibalas justru dengan dalil-dalil bagaimana wanita seharusnya, dan mengingatkan bahwa suara perempuan termasuk aurat.
“Sabar ya Len... Maafkan aku dan Ara.” Ujar Hanna mengusap punggung Arlen. Arlen sesegukkan. Ara duduk dengan prihatin, ia segera datang begitu mendapat panggilan dari Hana.
Kabar soal rencana pernikahan Galih sudah lebih dulu diketahui Ara dan Hana. Namun mereka menyepakati untuk menyembunyikannya dari Arlen. Hana yang rumahnya lebih dekat dengan Arlen sempat menghapuskan media sosial Galih dari media sosial Arlen agar tidak diketahui, nyatanya pada hari H kabar itu didapatkan dari adik Galih yang juga saling berteman dengan Arlen.
“Sakit ya Len? Kayaknya aku tahu gimana rasanya. Dia yang awalnya bilang mau mengusakan nyatanya justru pergi dengan yang lain. Kita ada buat kamu ko, kita sayang kamu. Kuat sama-sama ya..” Ara ikut mengusap Arlen yang masih sesegukkan dan menggenggam erat tissuenya.
“Aku yang seharusnya bilang makasih karena kalian sudah menyembunyikan itu. Kuat-kuat lah ya..” Arlen mengusap air mata dari sudut matanya. “Jangan ada lagi cerita luka untuk kita bertiga.” Ujar Arlen merangkul kedua temannya.
Ara ingat beberapa kali pernah berpapasan dengan Galih di jalanan gang ketika di Bandung. Membantu Arlen yang tengah repot menjalankan Praktek Lapangannya dan tugas akhirnya, atau sekedar memberikan kejutan ulang tahun Arlen. Ara juga ingat bagaimana Galih berusaha mendapatkan hati Arlen dengan melakukan trip bersama kejawa timur. Bagaimana cerita bahagia Arlen yang diajak mendaki gunung ciremai hingga duka Arlen yang harus kehilangan Ayahnya didampingi oleh Galih. ***
Bersambung...
0 notes
Photo

Jadi diri sendiri saja sudah cukup melelahkan. Apa lagi harus ngikut-ngikut kayak orang lain. Sudah berhenti membandingkan diri sendiri dengan pencapain orang lain, apa lagi membandingkan dari media sosialnya. Jelas beda! . . Nikmati hidup kamu ada di fase manapun atau ada dikondisi seperti apapun. Meski kadang ujian kesabaran bertubi-tubi, Tuhan tidak serta merta abai begitu saja. Tuhan tahu kapasitas kemampuan tiap-tiap hambanya. . . Berhenti menilai secara umum tentang seseorang dari media sosialnya, kamu hanya gak tau saja kehidupan sebenarnya. . . #selfreminder #travelphotography #travel #instatravel #photostreet #phototravel #humanphotography #humaninterest (di Stasiun Solo Balapan) https://www.instagram.com/p/Bv0lKy9lZgb/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1wnzwhosa21jl
#selfreminder#travelphotography#travel#instatravel#photostreet#phototravel#humanphotography#humaninterest
0 notes
Photo

Train of love. . . . #soloexpress #solobalapan #kai #photostreet #phototravel #travelphotography #instatravel #travelling #travelerindonesia (di Stasiun Solo Balapan) https://www.instagram.com/p/Bv0jcxDFQy3/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=yq6f2jkuqunc
#soloexpress#solobalapan#kai#photostreet#phototravel#travelphotography#instatravel#travelling#travelerindonesia
0 notes
Photo

Selamat malam dan selamat tidur nyenyak di bawah langit tanpa bintang. . . . . #traveler #phototravel #travelphotography #skynight #jakartamalam (di Jakarta) https://www.instagram.com/p/BuwEiYUFIDs/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=13xhup7brah47
0 notes
Text
Pengelana 1
“kamu nyadar gak sih? kita sibuk sendiri-sendiri.” Sekali waktu katamu dari sebrang telefon sana. Aku mengangguk yang sudah tentu takan kau lihat. Bagaimana aku di Purwakarta sedang kau di Jogjakarta. Kita saling diam untuk waktu yang lama. Untuk memulai bersama kita tidak tahu harus bagaimana sedang untuk mengakhiri kita tak mau.
Melewati satu tahun bersama dengan rajin bertanya “dimana?” kita semacam manusia yang berbeda planet yang sudah tentu berbeda rotasi. Sekali waktu kamu harus menebas jarak antar kota yang berbeda denganku. Jogja-Ciamis-Tasik-Solo dan belum lagi kota lainnya. Aku? Cirebon-Bandung-Purwakarta-Malang dan kota lainnya. Sekali waktu aku ke Solo dan tapi waktu yang tidak tepat sehingga tak bisa bertemu meski sebentar. Sekali waktu kamu ke Bandung tapi aku tak ada di tempat. Bersambung...
0 notes
Quote
Dunia jangan melemah, biar aku yang menguatkan. Aku takan meminta dimudahkan, hanya meminta agar dimampukan.
0 notes
Photo

Bandung bagiku macam pernah singgah tapi gak bisa memiliki. Cuman bisa mampir sesekali. . . . . . . . #analogphotography #analogfilm #rollfilm #iusefilm #kodakcolorplus200 #firstoftheroll #hungryforfilm (di Gasibu Bandung) https://www.instagram.com/p/BuiU4NXFUcQ/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1ln508v6mtgdj
0 notes
Photo

Takdir . Katanya cuman doa yang bisa merubah takdir. Entah berapa banyak namamu aku pintakan bersama derasnya air mata pada dini hari. Nyatanya perempuan lain yang bersanding denganmu di pelaminan sana. Ah Takdir, aku takan melawan lagi. . . . #uulphotograpy #uulpoem https://www.instagram.com/p/BubQd_eFYg0/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=y9mgjf07t9cf
0 notes
Photo

tentang entitas yang kemudian menjadi identitas. . . . #taritopengkelanacirebon #cirebonholic #cirebonjeh #cultureindonesia #wongcirebon (di Gegesik, Jawa Barat, Indonesia) https://www.instagram.com/p/BuRWDxzFLL9/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=xcboi485dhri
0 notes
Photo

Karena tak perlu ada rindu yang disandarkan jika tujuannya untuk pergi mengembangkan luka. . . . #firstoftheroll #35mmphotography #35mm #analogphotography #analogfilm #analogcamera #analog #iusefilm #rollfilm https://www.instagram.com/p/BuMQIxulRHd/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1sshw8iapnlfz
#firstoftheroll#35mmphotography#35mm#analogphotography#analogfilm#analogcamera#analog#iusefilm#rollfilm
0 notes