Tumgik
kooyumii · 6 days
Text
Hari ini lagi banyak pikiran, hidup juga agak berantakan, dikejar waktu. Pengen banget ngobrol sama seseorang, soalnya my roomate orangnya pendiem kaya aku jadi gabisa diajak ngobrol, sama-sama males cari topik obrolan. Akhirnya buka laptop, lanjut ngerjain tugas. Tiba-tiba ditelpon bapak yang nanya cara beli paketan pake dial, akhirnya aku bimbing beliau untuk membeli paket data meskipun luama pol sampai setengah jam. Harus bersabar kalo ngobrol dengan bapak yang sudah sepuh. Ternyata beliau juga nggatau cara ngaktifin hotspot, harus ngarahin per step literally yang harus didekte. Bagiku itu guampang pol, tapi bagi beliau itu harus dipelajari dari awal.
Karena aku di rumah jarang ngobrol sama bapak, pas di telpon entah kenapa lumayan akrab. Walaupun cuma bisa nanya kabar orang rumah sama konsultasi masalah motor, tapi lumayan mengobati kangen rumah.
Abis telponan yang aku inget bagaimana dulu beliau ngajarin belajar main komputer, ngajarin ngetik yang baik, ngajarin ngeprint pas masih sd dulu. Bagaimana beliau sabar ngajarin step by stepnya meskipun aku ngangong gamudengan. Sekarang giliran aku yg ngajarin beliau. Hua, kenapa memoriku jadi tiba-tiba inget semua kasih sayang beliau. Sekarang beliau sudah sepuh, meskipun begitu masih mau belajar. Aku sebagai anak merasa gagal menuruni sifat sabar dan kerja keras beliau. Aku yang masih rapuh dan perlu banyak belajar, banyak yang perlu dipersiapkan, bersiap untuk kemungkinan terburuk menurut kita tapi baik menurut Allah.
0 notes
kooyumii · 2 months
Text
setelah lama kurenungkan dengan otakku yang terbatas ini. kadang berpikir semua orang sama, mereka punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. bahkan sekelas profesor pun. jadi jangan bersedih, satu per satu akan terbuktikan apa yang Allah firmankan. bahwa tolak ukur yang sebenarnya karena ketaatan, bukan yg lain. titik no koma
0 notes
kooyumii · 5 months
Text
"Di sisi lain, rencana itu benar benar sampah. Bahkan tidak pernah terpikirkan untuk mengalami sakit mental yang berkepanjangan. Sungguh pilu. Tetapi itulah skenario Allah yang terbaik. Tanpa itu kamu tidak bisa dewasa seperti saat ini. Mungkin sekarang tidak ada yang bisa dibanggakan, pun juga semakin banyak ujian yang menimpa. Saling kejar mengejar dengan umur orang tua, masih harus menyaksikan jerih payah orang tua di usia senja dan luka batin mereka dikhianati orang terdekat. Rasa rasanya aku tidak mampu bertahan, saat pertama kali aku mengalami derita ini kupikir aku tidak bisa bertahan. Saat itu otakku sangat rumit, hatiku khawatir aku tidak bisa bertahan, tapi rencana Allah berkata lain. Aku bisa melalui itu semua, semua berjalan baik baik saja, ketika kamu butuh maka akan ada kemudahan. Meski uang hanya cukup untuk hidup dari hari ke hari, tapi masih banyak hal yang harus disyukuri. Aku mencari cari potongan rasa syukur di tumpukan penderitaan ini. Dan kesimpulannya adalah, aku beruntung, dengan adanya ujian ini aku bisa semakin dekat dengan keluarga, lupakan luka batin. Ambil hikmah terbaik yang ada, jangan lewatkan pelajaran kehidupan dari kisah kisah ini."
-Merangkai Serpihan Kaca-
1 note · View note
kooyumii · 5 months
Text
kini kupahami menjadi manusia dengan kualitas baik bukan tentang pencapaian yang tinggi, tetapi tentang menjadi versi lebih baik dari kita yang sebelumnya.
1 note · View note
kooyumii · 5 months
Text
Derasnya hujan pasti ada redanya, dan teriknya matahari pasti hilang dengan terbenamnya. Setiap yang ditunggu pasti tiba waktunya bertemu, dan setiap kepiluan hidup pasti akan ada akhirnya. Tuhan adil, tak pernah menguji di luar batas kemampuan ciptaan-Nya.
630 notes · View notes
kooyumii · 6 months
Text
Belajarlah menikmati waktumu sendiri, karena semua orang punya kehidupan yang tak selalu bisa kamu usik hanya untuk menemanimu dalam sepi.
• November hari keempat
131 notes · View notes
kooyumii · 7 months
Text
Teguran
Sebisa mungkin tancapkan kesadaran pada diri meski awalnya harus memaksa. Karena ketika kesadaran itu datang dari teguran Allah, maka ketahuilah akan jauh lebih menyakitkan. Pada saat itu juga hati kita milik Allah sepenuhnya. Kita akan berada di titik terlemah manusia, hanya bisa menangis seperti bayi yang baru terlahir di dunia. Tidak ada daya dan upaya apalagi memutar waktu, hanya bisa tersadar dan memohon pertolongan dari Allah semata.
Mumpung masih di dunia, teguran itu masih bisa kita ambil hikmahnya. Kita masih ada kesempatan untuk merubah diri setelahnya. Jadi, ketika itu adalah kebaikan maka bersegeralah untuk melaksanakan. Paksa diri untuk berubah, setidaknya dari usaha kita masih ada pertolongan dari Allah. Sebelum kesempatan itu habis dan teguran itu datangnya di akhirat kelak, rasa sakitnya tak akan terbayangkan.
1 note · View note
kooyumii · 1 year
Text
Tidak ada dosa besar selama ditaubati. Dan tidak ada dosa kecil selama diistighfari.
7 notes · View notes
kooyumii · 1 year
Text
Pembaca yang baik harus melewati fase menjadi pendengar yang baik. Orang yang mendengar dengan baik belum tentu menjadi pembaca yang baik. Tetapi pembaca yang baik sudah pasti pendengar yang baik. Dan orang yang menyampaikan dengan baik pastilah ia penulis yang baik. Tahapannya yaitu mendengar, membaca, menulis, lalu menyampaikan.
1 note · View note
kooyumii · 1 year
Text
Belajar itu memperkecil kemungkinan gagal, karena manusia tidak bisa meng-nol-kan kemungkinan gagal. Belajar itu meminimalisir persentase gagal.
Jangan takut mencoba, karena orang yang mencoba masih punya 2 kemungkinan, yaitu kalah atau menang. Sedangkan orang yang takut mencoba hanya mempunyai 2 kemungkinan, yaitu kalah dan kalah.
0 notes
kooyumii · 1 year
Text
Ketika melihat kemaksiatan dan dosa yang pernah aku lakukan, aku mulai tersadar. Setidaknya kalau aku belum bisa membahagiakan dan bermanfaat bagi orangtuaku di dunia, maka jangan sampai aku mempersulit mereka untuk masuk surga-Nya Allah. Semoga bisa istiqomah memperbaiki diri, Aamiin.
3 notes · View notes
kooyumii · 1 year
Text
Ragu-ragu
Pernah aku tenggelam dalam rasa ragu, menjadi orang yang bimbang dan buntu seribu jalan. Sulit sekali rasanya untuk yakin, dan sangat berat untuk mengambil sebuah keputusan. Aku tumbuh menjadi orang yang tidak punya jati diri, merasa tersesat. Merasa tak berguna dan takut sejadi-jadinya akan dunia yang kuanggap sudah gila. Dunia sudah mulai hancur begitu pula manusia, pikirku. Kemudian muncullah perasaan sesal, ketika aku melihat ke belakang. Rentetan memori ketika aku mengambil keputusan dan aku merasa tidak puas dengan hasilnya. Alih-alih bangga dengan diri sendiri. Aku rasanya ingin kabur dari konsekuensi keputusanku dulu, dan tidak bertanggung jawab. Rasanya telah hilang rasa untuk bertanggung jawab, seperti orang tanpa dosa yang serampangan menjalani hidup. Let it flow, kataku, aku menjalani dengan dalih mengikuti standar dunia, ya sudah jalani aja, ga ada motivasi ataupun ambisi. Tidak ada semangat yang menyala dalam hidupku. Dan seperti yang telah diduga, hasilnya tidak pernah memuaskan, sungguh mengecewakan. Lalu aku menyalahkan diri sendiri. Sungguh ironis.
Kemudian satu per satu cahaya muncul, aku disadarkan perlahan. Aku adalah jiwa yang tersesat. Tidak tahu makna hidup. Kudengar serentetan pertanyaan, mengenai dari mana kita berasal, kita hidup untuk apa, dan ke mana kita akan kembali. Pertanyaan dasar yang tidak pernah sekalipun terpikirkan dalam hidupku, berarti selama ini akalku buntu. Aku mulai menggali lebih dalam lagi jawaban atas itu semua, dan hasilnya sungguh luar biasa, sangat memuaskan akal. Bahkan lebih dari yang di cari-cari. Banyak hal yang menampar dan menggetarkan jiwa. Terlintas pertanyaan, Dimana aku saat itu? kenapa baru sadar? Batinku perlahan berubah, perlahan menjadi yakin, keraguanku selama ini menjadi hilang. Keadaan berbalik arah, aku menjadi kasihan pada diriku sendiri, yang pernah kuzalimi. Aku meminta maaf pada diriku yang selalu kusalahkan. Bahwa benar adanya, musuh paling besar adalah diri sendiri, dan solusinya adalah berdamai dengan diri sendiri.
Kuputuskan untuk berubah, dari keraguan yang sudah mendarah daging, dari kebiasaan untuk kabur. Maka aku yakinkan niatku, untuk kembali pada rumah, pada fitrah, Islam. Dimana tidak ada keraguan di dalamnya.
1 note · View note
kooyumii · 1 year
Text
Pada hakikatnya manusia adalah hamba, dia akan senantiasa mencari tempat untuk menghamba. Setelah menggunakan akalnya, ia akan mencari konsep atau sistem yang pantas digunakan sebagai prinsip hidupnya, dan bergantung kepadanya. Maka, rugilah bagi manusia yang menghamba pada tempat yang salah, yang berbau dunia. Dimana tidak akan menghantarkan pada ketenangan dan rasa cukup. Yang akan menutupi hatinya. Dan berujung pada kesesatan.
Maka Islam hadir sebagai kebutuhan. Sebagai prinsip yang paling terbaik, hukum yang paling tinggi, yang hanya menyembah pada satu dzat yaitu Allah SWT. Sebaik-baiknya tempat untuk bergantung dan dimintai pertolongan.
Tapi lihatlah, dunia ini. Begitu asing dengan Islam. Begitu banyak orang yang terjerumus kepada dunia. Islam hanya sebagai agama yang dijadikan formalitas, tidak dijalankan dengan semestinya. Begitu banyak muslim yang tersesat, yang dibutakan oleh standar dunia saat ini, uang, uang, dan uang. Yang menganggap Islam terlalu suci untuk dunia saat ini, untuk politik saat ini. Dunia sudah menuju kehancuran, lain hari lain masalahnya. Terlalu banyak masalah yang tidak berkesudahan. Tidak akan ada solusi jika dilihat dari kacamata dunia. Dunia enggan memilih Islam sebagai solusinya. Karena manusia sudah menghamba pada satu sistem dan ideologi, kapitalis. Ideologi yang sudah mengakar, akhir akhir ini. Menggiurkan, dan memberikan kenikmatan sesaat, namun konsekuensinya jauh lebih mengerikan.
Terbukalah matamu wahai ummat Islam, terbukalah hatimu. Engkau menggenggam Islam seperti bara api. Semakin panas. Dengan dunia yang enggan mendukungmu. Yang enggan berpihak kepadamu. Tapi keyakinan itu tetap ada, pasti akan selalu ada. Bahwa Islam pasti akan bersatu, dan menyadarkan jiwa-jiwa yang tersesat. Pasti.
0 notes
kooyumii · 1 year
Text
Iri
Sebagai manusia, pasti kita tidak luput dari rasa iri. Terlebih lagi ketika sedang jauh-jauhnya dengan yang maha pencipta, Allah. Entah itu iri dengan harta atau pencapaian duniawi orang lain. iri mengantarkan kita pada rasa tidak tenang, dan senantiasa berpikir tertinggal dari standar-standar yang diciptakan dunia. Standar kecantikan, trend, fashion, pendidikan, dan bahkan pekerjaan. Apakah mereka yang menghamba pada dunia selalu merasa cukup dan tenang? Tentu saja tidak. Rasa iri membuat kita selalu haus. Dan akan menjalar ke sifat-sifat buruk yang menghantarkan pada kebuntuan dan minim solusi, bahkan kemaksiatan. Tentu saja hal terdekat dari rasa iri adalah insecure. Merasa rendah diri, tidak mampu, tidak memiliki motivasi, dan paling terburuknya adalah menyalahkan diri sendiri. Semua itu adalah akar dari penyakit hati dan akar dari dosa.
Tahukah kamu kalau iri adalah dosa pertama yang dilakukan iblis. Dari sifat iri tersebut, iblis merasa dirinya lebih baik daripada adam. Merasa bahwa api lebih baik daripada tanah. Dan tentu saja itu tidak benar. Iblis senantiasa mencari alasan untuk menjatuhkan adam, bahkan dengan memutarbalikkan fakta dan kebenaran setipis mungkin. Jika sifat iri iblis menuju pada sifat sombong, angkuh dan dengki. Maka kini iblis sudah bertransformasi, dengan memanfaatkan jiwa-jiwa yang sedang lemah dan jauh dari Allah, menyudutkan manusia dengan rasa insecure, kamudian menggoyahkan kestabilan hati dan pikiran, sehingga manusia merasa hina dan menyalahkan diri. Lalu iri yang tidak berkesudahan itu membuat manusia tidak mau melakukan action dan hanya ingin pasrah, mengurung diri, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan berujung pada sifat individualis. Semuanya serba buntu, bahkan tidak ada solusi, sifat iri akan membuat siklus yang tidak berkesudahan.
Solusinya adalah dengan kembali ke rumah, yaitu kepada Allah. Karena Allah memberikan bonus spesial pada manusia yang mau bertobat, yaitu dengan menghapus dosa-dosanya. Sifat iri hanya bisa dilawan dengan rasa syukur yang akan menghantarkan pada ketenangan. Karena Allah adalah sumber dari ketenangan. Sedangkan orang yang iri, tidak akan pernah merasa tenang, selalu khawatir, cemas, dan ketakutan. Bahkan kini rasa insecure tersebut dijadikan isu hangat, dan mewajarkan tanpa ada perubahan. Ratusan bahkan ribuan pemuda masuk ke jurang ke-iri-an, dan enggan untuk berubah, sulit untuk bangkit. Maka bersyukurlah dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan jangan takut untuk bertaubat. Karena sesungguhanya Allah berfirman pada hadis Qudsi, ''Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati- Ku satu jengkal, Aku akan mendekatinya satu hasta.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Tapi ada juga sifat iri yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu iri dengan dua tipe orang. Pertama adalah orang yang dikaruniai Allah untuk bisa rajin membaca Al-Qur'an, serta mengajarkan ilmu kepada orang lain. Kedua adalah tipe orang yang diberikan harta lalu bersedekah . Sifat iri tersebut menjadikan motivasi untuk ikhlas berbuat kebaikan. Amalan kedua tipe orang itu InsyaAllah menjadi obat dari penyakit iri.
23 notes · View notes
kooyumii · 1 year
Text
Masa Transisi
Aku pernah mendengar kalau Allah akan menguji kita dengan apa yang paling kita cintai. Tapi di sini aku sedang dalam titik dimana aku diuji bukan karena itu, tapi untuk menguji niatku. Apakah aku benar-benar bisa Istiqomah untuk berubah atau akan berhenti di tengah jalan. Dan jujur itu berat banget, penuh dengan konflik batin.
Hari ini aku sedang tidak baik-baik saja, pikiran dan hatiku sedang tidak tenang. Berkecamuk. Kepala dan dadaku rasanya berat. Sudah sebulan ini aku memutuskan untuk berubah, aku sadar kalau habitku itu buruk. Kadang aku masih berada di lingkaran setan, rasa malas, mager dan ketakutan yang tidak berkesudahan. Aku ingin keluar dari lingkaran itu, aku mencoba semampuku. Aku berdoa agar bisa berubah, tapi kenyataannya tidak semulus itu. Pasti ada saja hal-hal yang ngedistract saat menjalani masa transisi itu. Mungkin benar bahwa aku harus memperbaiki niat dan strategi yang lebih kuat lagi, but how?
Ketika masuk di usia kepala dua, dan baru sadar untuk berubah. Aku sedang berada di fase dimana aku merasa kembali menjadi anak kecil lagi, sadar bahwa banyak hal harus diperbaiki, tertinggal banyak hal dari yang semestinya, tidak bisa melaksanakan tugas2 dengan baik, dan banyak pemikiran yang menusuk kepalaku secara bersamaan. Aku berpikir bahwa dunia ini udah gilaa, aku udah ga tahan lagi, aku gakuat dan rasanya pengen tidur terus dan kaburr. Ya Allah, aku ini makhluk kecil yang skillnya belum cukup untuk menghadapi dunia ini, aku takut, aku merasa kecil dan hampa. Aku merasa tidak berguna. Rasanya udah give up luar dalam. Aku ingin menyetop waktu tapi gabisa, rasanya ingin bilang "dunia pliss stop bentar aja sampe aku siap dan baik-baik saja". Tapi ya begitulah, waktu harus tetep berjalan entah kita siap atau engga. Dan hanya ada dua opsi, hadapi atau kabur. Dan hari ini aku memilih untuk kabur, ya, aku memang pengecut. Aku akui aku sedang berada di fase terburuk secara mental, rasanya semua pikiran negatif masuk aja ke kepalaku. Entah yang mikir takut lah, menyalahkan diri sendiri lah, merasa gagal lah, putus asa lah, dan masih banyak lagi. Semua itu membuat aku jauh dari kata tenang, dimana kata Allah tenang itu adalah kenikmatan yang paling-paling hakiki. Tapi hari ini aku drop, mental dan fisik. Rasanya jadi ga fit lagi. Bahkan untuk melakukan semua aktifitas pun rasanya lelah, bahkan tidur sekalipun. Rasanya tidur itu bukan istirahat lagi.
Dan yah, aku berharap segera baik baik saja, tidak ada waktu lagi untuk beristirahat. Besok harus kembali bekerja dan banyak kerjaan yang harus dilakukan. Walaupun aku ga yakin gimana cara ngerjainnya. Cukup sekian ya dunia, aku mau prepare dulu untuk menghadapi kamu, aku gaboleh kabur lagi, semoga aja bisa menghadapi kamu, entah gimana caranya.
16.01.23/19.49
1 note · View note
kooyumii · 1 year
Text
Perihal menunda-nunda
Kemarin kamu bergumam pada diri sendiri "Saya akan memulainya besok".
Tapi hari ini kamu masih ditempat yang sama, dan mengulang kalimat yang sama seperti kemarin.
Ribuan motivasi tidak akan bisa merubah hidup, jika masih berbaring diatas rasa malas dan masih merasa nyaman dengan hal yang sia sia. Seolah olah kita masih memiliki banyak waktu dan kesempatan
@hasniarsym
184 notes · View notes
kooyumii · 1 year
Text
Sangat ssangat menampar, hari ini juga aku tersadar kalau aku sering lari dari masalah dengan kesenangan kesenangan itu. Hingga sudah jauh di belakang sana nikmat ketenangan yang lebih mulia T_T
Aku biasa berkata pada diriku;
Bagaimana mungkin kamu mencari ketenangan dari makanan favoritmu, tontonan yang seru, atau pemandangan yang indah. Itu memang membuatmu senang tapi tidak mendatangkan ketenangan. Sebab ketenangan itu ada di sujud-sujud panjang. Di bibir-bibir yang basah dengan dzikir. Justru kesenanganmu itu akan menjauhkanmu dari ketenangan.
Ah diriku memang masih butuh diseret lagi, lagi dan lagi untuk bisa taat.
Semangat bertumbuh wahai jiwa yang becita teduh
121 notes · View notes