Tumgik
kopihitamsenja · 9 months
Text
“The worst distance between two people is misunderstanding.”
— Law of Attraction
20K notes · View notes
kopihitamsenja · 4 years
Text
đź’Ż
“Please don’t expect me to always be good and kind and loving. There are times when I will be cold and thoughtless and hard to understand.”
— Sylvia Plath
2K notes · View notes
kopihitamsenja · 4 years
Text
Tumblr media
Mereka siapa coba? Orang tua bukan. Pasangan bukan. Sahabat bukan. Psikolog juga bukan. Punya pandangan bijak, juga belum tentu.
Tentu tak semua cerita bisa kita pendam sendiri. Ada waktu di mana kita perlu menumpahkan semuanya.
Jika perlu bantuan makhluk untuk mendengarmu, carilah yang benar-benar peduli padamu. Yang mendengarmu bukan cuma karena sungkan. Yang betul-betul tahu kalau kamu cuma perlu didengar. Dan yang gak mengada-adakan solusi hanya agar terlihat jadi teman curhat yang tahu segalanya.
Namun jika kamu hanya perlu didengar Allah, ini sudah sangat tepat. Bahkan jika kamu simpan di dalam hati, Allah sudah lebih dulu mendengarnya sebelum sempat kamu utarakan. Namun tetaplah berdoa, agar dihitung sebagai ibadah bagimu.
Apapun bentuknya luka, entah lebam atau luka menganga, selalu ada obatnya. Kompreslah lebam-lebam itu dengan dzikir, tilawah, dan ibadah harianmu. Dan perban lukamu dengan balutan tawakal yang sempurna.
Selebihnya, sembuh dari luka hanya soal waktu, bukan?
© Taufik Aulia 2020
503 notes · View notes
kopihitamsenja · 4 years
Text
telan saja
saya pernah punya cita-cita bekerja di perusahaan besar. ingin sekali mencicipi bagaimana rasanya menjadi “budak korporat” yang sesekali dapat tugas sulit nan banyak sampai lembur, lalu bisa misuh-misuh di media sosial tentang betapa rumitnya pekerjaan saya, betapa susahnya–sambil mengisyaratkan betapa hebatnya diri saya bisa mempunyai pekerjaan semacam itu.
selang dua tahun saya lulus kuliah dan bekerja, saya semakin sadar bahwa ternyata mengeluh tentang pekerjaan tidak elit sama sekali. norak dan malu-maluin malah.
“telen aja,” begitu pesan mas uta kepada kami adik-adiknya. di dalam dunia yang mengembangkan diri kita, baik sekolah, kuliah, maupun bekerja bahkan berkeluarga, selalu ada hal yang tidak enak, tidak sesuai keinginan dan harapan, tidak pas menurut kita. terhadap hal-hal seperti itu, kata mas uta, telan saja.
pertama, apapun pekerjaan yang kita miliki, sadar nggak sadar, pekerjaan kita juga adalah jawaban dari doa diri kita sendiri, diri yang sebelumnya. pekerjaan kita juga adalah buah dari upaya-upaya kita yang sebelumnya. misalnya, seseorang yang berprofesi sebagai dokter tentunya telah melalui pendidikan menjadi dokter. menjadi dokter itu doanya sendiri, hasil usahanya sendiri.
kedua, percayalah di luar sana ada banyak sekali manusia yang menginginkan, berusaha dan berdoa, untuk bisa memiliki pekerjaan yang kita miliki.
ketiga, daya juang dalam bekerja–dalam hidup–itu pentingnya luar biasa. setiap kali kita menelan ketidaknyamanan, kita sedang menjadikan diri kita lebih kuat, lebih hebat. tapi yang terutama, seharusnya ketidaknyamanan bisa menjadikan kita lebih bijak, lebih baik dan dewasa. masa iya daya juang kita segitu-segitu saja. di dunia ini ada banyak sekali orang yang tidak kunjung berkembang karena terhadap masalah yang segitu-segitu saja, cara dirinya merespon juga begitu-begitu saja. jangan jadi yang demikian.
keempat, menjadi bermanfaat itu artinya menyelesaikan masalah, bukan menjadi bagian dari masalah atau nambah-nambahin masalah. semakin banyak dan besar masalah yang bisa kita selesaikan, semakin bermanfaat diri kita artinya. kita bekerja, dibayar orang, intinya adalah untuk menyelesaikan masalah. itulah mengapa kita tidak boleh mengecilkan diri di depan masalah. yap, jadilah lebih besar daripada masalah yang ada!
kelima, diri kita di hari ini memang merupakan akumulasi dari diri kita yang sebelumnya. tapi, diri kita di masa yang akan datang ditentukan oleh diri kita di hari ini pula. semua prestasi kita di masa lampau, termasuk gelar atau di mana kita sekolah, hanyalah nilai yang berharga sesaat saja. saat kita ikut kontes mahasiswa berprestasi, misalnya. saat kita baru pertama kali mendaftar kerja, misalnya. kalau sudah bekerja, semua itu berkurang nilainya. yang terus bernilai adalah kecakapan nyata diri kita. plus, attitude bekerja kita, sikap dan perilaku kita.
keenam, prinsip ke-aku-an hanya boleh berlaku kalau kita sudah menjadi orang besar. definisi orang besar? silakan diartikan sendiri. yang jelas, masih muda begini, nggak perlulah kita gengsi apalagi malas untuk melakukan hal-hal yang menurut kita kurang berkelas. jadi, tinggalkanlah semua cara berpikir “ya kali gue bla bla bla”. anggaplah selalu bahwa diri kita ini masih belajar, masih remah-remah, masih belum ada apa-apanya.
disuruh nunggu dosen sampai bosen? telen aja. bikin laporan capek-capek eh cuma dibaca gitu doang? telen aja. udah gaya-gaya magang di perusahaan keren nggak taunya cuma disuruh motokopi? telen aja. harus kerja di pabrik, kotor-kotoran, becek-becekan? telen aja. intinya, terhadap apapun yang menurut kita nggak enak (apalagi yang enak), telen aja!
ketujuh nih, nggak ada pekerjaan yang remeh atau kecil. yang ada, orang yang melakukannya, yang meremehkan atau mengecilkan. segala sesuatu yang dikerjakan sungguh-sungguh selalu akan bermakna besar, dan sungguh-sungguh dapat membuat seseorang menjadi besar.
terharu nggak sih sama Allah. ada dosa-dosa yang hanya bisa terhapus atau terampuni dengan lelahnya mencari nafkah. jadi, kalau lelah bekerja atau berupaya apapun dalam hidup, ingat saja itu sambil tagih janjinya Allah. berdoa, minta diampuni dan dihapus dosa-dosa kita. bukannya misuh-misuh di media sosial. yang begitu, ternyata norak kan.
dan jangan lupa, telen aja. sambil ngetawain semuanya juga boleh. mendingan kita yang ngetawain hidup daripada hidup yang ngetawain kita. bersyukur dan berbahagialah!
2K notes · View notes
kopihitamsenja · 4 years
Text
telan saja
saya pernah punya cita-cita bekerja di perusahaan besar. ingin sekali mencicipi bagaimana rasanya menjadi “budak korporat” yang sesekali dapat tugas sulit nan banyak sampai lembur, lalu bisa misuh-misuh di media sosial tentang betapa rumitnya pekerjaan saya, betapa susahnya–sambil mengisyaratkan betapa hebatnya diri saya bisa mempunyai pekerjaan semacam itu.
selang dua tahun saya lulus kuliah dan bekerja, saya semakin sadar bahwa ternyata mengeluh tentang pekerjaan tidak elit sama sekali. norak dan malu-maluin malah.
“telen aja,” begitu pesan mas uta kepada kami adik-adiknya. di dalam dunia yang mengembangkan diri kita, baik sekolah, kuliah, maupun bekerja bahkan berkeluarga, selalu ada hal yang tidak enak, tidak sesuai keinginan dan harapan, tidak pas menurut kita. terhadap hal-hal seperti itu, kata mas uta, telan saja.
pertama, apapun pekerjaan yang kita miliki, sadar nggak sadar, pekerjaan kita juga adalah jawaban dari doa diri kita sendiri, diri yang sebelumnya. pekerjaan kita juga adalah buah dari upaya-upaya kita yang sebelumnya. misalnya, seseorang yang berprofesi sebagai dokter tentunya telah melalui pendidikan menjadi dokter. menjadi dokter itu doanya sendiri, hasil usahanya sendiri.
kedua, percayalah di luar sana ada banyak sekali manusia yang menginginkan, berusaha dan berdoa, untuk bisa memiliki pekerjaan yang kita miliki.
ketiga, daya juang dalam bekerja–dalam hidup–itu pentingnya luar biasa. setiap kali kita menelan ketidaknyamanan, kita sedang menjadikan diri kita lebih kuat, lebih hebat. tapi yang terutama, seharusnya ketidaknyamanan bisa menjadikan kita lebih bijak, lebih baik dan dewasa. masa iya daya juang kita segitu-segitu saja. di dunia ini ada banyak sekali orang yang tidak kunjung berkembang karena terhadap masalah yang segitu-segitu saja, cara dirinya merespon juga begitu-begitu saja. jangan jadi yang demikian.
keempat, menjadi bermanfaat itu artinya menyelesaikan masalah, bukan menjadi bagian dari masalah atau nambah-nambahin masalah. semakin banyak dan besar masalah yang bisa kita selesaikan, semakin bermanfaat diri kita artinya. kita bekerja, dibayar orang, intinya adalah untuk menyelesaikan masalah. itulah mengapa kita tidak boleh mengecilkan diri di depan masalah. yap, jadilah lebih besar daripada masalah yang ada!
kelima, diri kita di hari ini memang merupakan akumulasi dari diri kita yang sebelumnya. tapi, diri kita di masa yang akan datang ditentukan oleh diri kita di hari ini pula. semua prestasi kita di masa lampau, termasuk gelar atau di mana kita sekolah, hanyalah nilai yang berharga sesaat saja. saat kita ikut kontes mahasiswa berprestasi, misalnya. saat kita baru pertama kali mendaftar kerja, misalnya. kalau sudah bekerja, semua itu berkurang nilainya. yang terus bernilai adalah kecakapan nyata diri kita. plus, attitude bekerja kita, sikap dan perilaku kita.
keenam, prinsip ke-aku-an hanya boleh berlaku kalau kita sudah menjadi orang besar. definisi orang besar? silakan diartikan sendiri. yang jelas, masih muda begini, nggak perlulah kita gengsi apalagi malas untuk melakukan hal-hal yang menurut kita kurang berkelas. jadi, tinggalkanlah semua cara berpikir “ya kali gue bla bla bla”. anggaplah selalu bahwa diri kita ini masih belajar, masih remah-remah, masih belum ada apa-apanya.
disuruh nunggu dosen sampai bosen? telen aja. bikin laporan capek-capek eh cuma dibaca gitu doang? telen aja. udah gaya-gaya magang di perusahaan keren nggak taunya cuma disuruh motokopi? telen aja. harus kerja di pabrik, kotor-kotoran, becek-becekan? telen aja. intinya, terhadap apapun yang menurut kita nggak enak (apalagi yang enak), telen aja!
ketujuh nih, nggak ada pekerjaan yang remeh atau kecil. yang ada, orang yang melakukannya, yang meremehkan atau mengecilkan. segala sesuatu yang dikerjakan sungguh-sungguh selalu akan bermakna besar, dan sungguh-sungguh dapat membuat seseorang menjadi besar.
terharu nggak sih sama Allah. ada dosa-dosa yang hanya bisa terhapus atau terampuni dengan lelahnya mencari nafkah. jadi, kalau lelah bekerja atau berupaya apapun dalam hidup, ingat saja itu sambil tagih janjinya Allah. berdoa, minta diampuni dan dihapus dosa-dosa kita. bukannya misuh-misuh di media sosial. yang begitu, ternyata norak kan.
dan jangan lupa, telen aja. sambil ngetawain semuanya juga boleh. mendingan kita yang ngetawain hidup daripada hidup yang ngetawain kita. bersyukur dan berbahagialah!
2K notes · View notes
kopihitamsenja · 5 years
Text
“Stop breaking your own heart by trying to make a relationship work that clearly isn’t meant to work. You can’t force someone to care about you. You can’t force someone to be loyal. You can’t force someone to be the person you need them to be. Sometimes the person you want most is the person you’re best without. You got to understand some things are meant to happen, but just not meant to be. Some things are meant to come in your life, just not meant to stay. Don’t lose yourself by trying to fix what’s meant to stay broken. You can’t get the relationship you need from someone who’s not ready to give it you . And you might not understand WHY NOW, but I promise you your future will always bring understanding of why things didn’t work out. TRUST ME. Don’t put your happiness on hold for someone who isn’t holding on to you.”
— Trent Shelton
2K notes · View notes
kopihitamsenja · 5 years
Text
"Nak, kalau sudah beranjak remaja nanti, usahakan lapang dada dalam hal kesabaran dan keikhlasan ya ketika bertemu dengan berbagai macam karakter manusia", pesan Ibu kepada anaknya.
Typu
103 notes · View notes
kopihitamsenja · 6 years
Text
Terimakasih
“Terimakasih telah menerima dengan lapang segala kekuranganku. Terimakasih telah memaklumi keanehan-keanehanku. Terimakasih telah dengan super sabar memperbaiki keburukan-keburukanku. Aku sadar dengan seluruh kekacauanku, tapi kamu jauh lebih sadar untuk merapikannya. Tentu saja dengan cinta :)”
— (via nailymakarima)
582 notes · View notes
kopihitamsenja · 6 years
Text
Terimakasih orang baik
Terkadang orang baik datang dalam hidup kita hanya sebatas ujian, aku suka cara mereka pergi sekalipun terasa sesak tapi mereka meninggalkan sejuta kebaikan untuk ku, aku suka cara mereka memperlakukan setiap hati yang ia singgahi, terkadang aneh tapi caranya yang membuatku merasa berbeda. ~
8 notes · View notes
kopihitamsenja · 6 years
Text
👧
“Tuhan, Jika ia baik bagiku. Baik bagi agamaku. Baik bagi kehidupanku. Baik bagi masa depanku. Maka dekatkanlah ia kepadaku. Mudahkanlah jalannya menujuku. Dan berkahilah seluruh cara yang kami tempuh untuk mendapatkan restuMu.”
— Amin (via mbeeer)
4K notes · View notes
kopihitamsenja · 7 years
Text
Kata ibu, jangan berdebat dengan orang yang tak mengenal dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa mendengar omonganmu, jika saja dia tak paham bagaimana bentuk matanya. Dia akan terus bicara, menjelaskan dirinya, tanpa belajar bahwa orang lain juga punya kelebihan.
–boycandra
5 notes · View notes
kopihitamsenja · 7 years
Text
Ini bukan cerita novel yang bisa kamu karang sesuka hatimu, yang bisa kamu rubah semau mu, yang bisa kamu atur jalan cerita nya,kapan pun yang kamu mau, ini nyata, kamu melibatkan perasaan orang lain, kamu membuat orang lain menunggu tampa kamu beri kabar sedikit pun, Ini bukan hanya melibatkan hatimu, tapi aku pun sama.menunggu tampa ada kabar dari mu, tampa ada kepastian. Dan itu ~
-zaa
@13, februari, bantul, jogja
0 notes
kopihitamsenja · 7 years
Quote
One day, I will be happy without you by my side. One day, I can smile happily without having you in my life. One day, I can walk away easily and just let go of what we had before. One day, I will meet new people and discover new things with them. One day, I will stronger and nothing will break me anymore. One day, I will develop new feelings for someone else. One day, I will stop crying for stupid reasons. One day, I will stop crying for missing you. One day I will be okay. I will be fine. But not today — Lucaspeebo
(via tipikalgeek)
128 notes · View notes
kopihitamsenja · 7 years
Quote
My brain knew, but my heart just wasn’t ready.
runaway-disaster  (via wordsnquotes)
:(
42K notes · View notes
kopihitamsenja · 7 years
Quote
This is why I left: I saw a life with you. Not in a romantic way, but the way where when I looked at the future I saw you sitting at my dining table, confessing your worries for the 1,800th time. I saw you meeting the love of my life and introducing me to yours. I saw you loving my kids like they were your own and I saw us loving each other - platonically, simply. But through our late night conversations about the world and about our futures - mere kids aspiring to be something great in a city that was always so poor - you spoke more about the way my smile lit your world up instead of what you’d do to create your own. You stopped fantasizing about meeting the love of your life and insisted that I was already in it, despite the fact that I said it wasn’t what I wanted. That this wasn’t how it was supposed to be. I caught the lingering stares and the subtle comments. More than anything, I noticed how we changed; how you tried to force something on me that I didn’t want, and how you kept getting hurt in the process - silently blaming me for not reciprocating feelings that I didn’t harbor in the first place.  Three years later and I feel the hatred steam off of you when you see me on the corner of my block. I ripped you off of me like a dying limb because I knew that if I held on to you, you’d  cling for dear life - never looking forward to another version of your own future again. I left because I’d rather hurt you now and have you move on in due time, as opposed to not at all. I didn’t want you meeting the love of my life with a cold smile and tension wrapped around your first handshake. I didn’t want you to go home at night with no one beside you. I didn’t want you to look at my kids and wish they were ours. I didn’t want you to look backwards. I needed you to look forward. I broke your heart for your own good. But believe me when I say that you broke mine, too.
Fri[end]zoned // n.b. (via 21silverlinings)
6K notes · View notes
kopihitamsenja · 7 years
Quote
Real love is always chaotic. You lose control; you lose perspective. You lose the ability to protect yourself. The greater the love, the greater the chaos. It’s a given and that’s the secret.
Jonathan Carroll, White Apples (via wordsnquotes)
3K notes · View notes
kopihitamsenja · 7 years
Quote
I ignored you, and you ignored me, and we never knew the truth.
burningbridgets (via wordsnquotes)
3K notes · View notes