Tumgik
kristalndaru · 4 years
Text
Menarik, sudut pandang lain yang mungkin diperlukan :)
ceklis tidak
adik-adik senang bertanya, mengapa akhirnya saya memilih pasangan saya sekarang. jawabannya selalu sama: saya bisa hidup bersamanya--yang lama-lama konsep ini menjadi saya merasa tidak bisa hidup tanpanya.
tapi maksudnya begini. orang-orang bilang, marry somebody you can't live without. don't only marry somebody you can live with. bagi saya, either way, don't marry somebody you can't live with. that's it. jangan menikah dengan seseorang yang kita jelas-jelas tidak bisa hidup dengannya.
oleh karena itulah, saat mencari jodoh, yang paling penting bukanlah membuat ceklis tentang hal baik apa saja yang harus ada pada dirinya, melainkan tentang hal-hal apa saja yang tidak boleh ada (atau tidak boleh tidak ada) pada dirinya. sebab, hal yang positif itu bisa tak terhingga nilai ukurnya. akan tetapi, hal yang nilainya negatif itu selalu jelas. maka, di mana titik nol kita harus jelas. di mana batas toleransi diri kita harus jelas.
jika ditarik mundur lagi, proses ini pun sejatinya tak hanya soal mencari dan menemukan jodoh yang tepat, tetapi juga soal mengenal diri sendiri dengan sebenar-benarnya. kalau kita tak bisa jujur kepada diri sendiri akan batasan-batasan itu--dan jika ternyata seseorang yang bersama kita kelak adalah yang di luar batasan, diri kita sendirilah yang akan kerepotan.
dalam banyak diskusi, saya menemukan sebuah pola. yang ada di daftar ceklis itu letaknya tak hanya pada orangnya, tetapi juga pada caranya menjalani hubungan. misalnya, apakah dia dapat mendukung karier atau cita-cita kita--dengan kata-kata dan dengan tindakan nyata. apakah dia dan kita memiliki kesamaan prinsip tentang pengelolaan keuangan. apakah dia menganggap perempuan sebagai objek alih-alih subjek. daftar ini bisa panjang sekali dan ya, kalau dipikirkan matang-matang akan lebih dalam daripada sekadar "harus mapan" atau "harus sholeh".
perlu berapa banyak yang menjadi ceklis tidak-nya, diri kita sendiri yang mengetahui. memang sih, semakin banyak ceklis-nya, semakin sedikit orang yang bisa masuk ke dalam kriteria. tapi, kita hanya akan menikah dengan satu orang. kita tidak perlu banyak calon. kita hanya perlu satu calon yang paling tepat. maka, ceklis itu harus apa adanya.
jujurlah pada diri sendiri. berkenalanlah kembali dengan diri sendiri. buatlah ceklis tidak-mu. jika kamu bertemu seseorang yang punya begitu banyak kebaikan namun ada satu saja dari daftar tidak itu yang tertandai, kamu tahu bahwa mungkin itu isyarat tidak. dan jangan lupa, tetaplah minta petunjuk kepada Allah Swt. Allah-lah yang memiliki semua kemungkinan.
1K notes · View notes
kristalndaru · 4 years
Text
Let You Go
“Puncak dari mencintai seorang makhluk adalah mengikhlaskan”
Begitu ucap salah satu kawan baikku. Sepulang dari perjumpaan dengannya aku merenung. Benar juga ucapnya, dahulu ku merasa bahwa hanya kau yang mengetahui tentangku dengan baik, maka ku mau hanya kau. Lima tahun lebih sudah berlalu, banyak yang telah terjadi, banyak orang lalu-lalang di kehidupan kita, banyak proses yang sudah kita tempuh.
Akhirnya, setelah percakapan panjang kita, aku menyadari. Aku butuh “telinga” yang lebih baik, yang ambil peduli juga dengan ku, bukan hanya sibuk berbicara tentang dirinya sendiri. You deserve better than me, and I deserve better than you. At the end (finally this is the end), I can let you go :)
Yogyakarta, 11:43 AM
0 notes
kristalndaru · 4 years
Text
Mencuri Mimpimu
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Sudah lama ingin menuliskan ini, pada akhirnya malam ini memberanikan diri untuk menulis setelah perenungan ini berputar-putar dalam angan selama beberapa hari terakhir. Terlebih dengan kejadian terakhir, membuat hati ini kembali terngiang pesan salah seorang teman yang sudah menikah:
“Kalau kamu sudah memutuskan untuk menikahi seseorang, berarti kamu harus siap pula untuk menikahi mimpi-mimpinya”
Bagi saya hadis di atas sudah seyogianya menjadi alarm yang kuat untuk para lelaki kelak jika menjadi seorang suami agar benar-benar memuliakan istrinya. Saya menjadi teringat akan novel Love Sparks in Korea tulisan Bunda Asma Nadia yang pernah saya baca beberapa tahun silam
“Kau mencuri mimpi-mimpiku dan aku suka” - Hyun Geun pada Rania Timur Samudra
Bayangkan saja, seorang wanita yang mungkin baru mengenalmu, masih menganggapmu sebagai orang asing dan orang lain dalam kehidupan, memberanikan diri menerima tawaranmu untuk hidup bersama, setelah sudah tentu melalui istikharah panjang. Dia yang selama ini hidup bersama mimpi-mimpinya, dia yang selama ini memiliki kebebasan untuk beraktivitas layaknya manusia lainnya pada akhirnya harus mengabdikan diri dalam kehidupan rumah tangga. Dia yang selama ini hidup nyaman bersama keluarganya, memilih keluar untuk berjuang bersamamu. 
Pada praktiknya memang sering demikian, pun ketika diskusi dengan ayah beberapa hari terakhir. Beliau berkata, dari pengalaman teman-temannya, kebanyakan adalah seorang istri yang nanti akan mengikuti suaminya. Jika nanti suaminya bekerja terlebih dahulu, maka setelah ritme kehidupan stabil dan menyesuiakan, istri baru bisa mengikutinya. Jika nanti suaminya melanjutkan pendidikan terlebih dahulu, dan menuntaskan semuanya, maka di situlah nanti istri menyusulnya mungkin baru beberapa tahun silam. Hal inilah yang cukup lumrah di kalangan teman-teman beliau, dan mungkin juga di kehidupan rumah tangga yang sudah terjadi pada umumnya. 
Dalam Buku Men are from Mars, Woman are from Venus, John Gray menuliskan bahwa memang salah satu karakter penduduk venus adalah nantinya ia akan banyak memberi selama hidupnya. Hingga bisa jadi sampailah nanti pada suatu fase bahwa penduduk venus sadar bahwa ia sudah terlalu banyak berkorban dalam hidup. Demikian pula penduduk mars akan sampai pada fase sadar bahwa ia selama hidupnya sudah banyak menerima, kebalikan dari penduduk venus. 
Barangkali sempat merasakan hidup di Swedia yang menjunjung tinggi equality, sedikit mengubah pola pikir saya tentang kesetaraan, bahwa kelak seorang istri pun berhak untuk berkarya bersama di masyarakat, mereguk pendidikan setinggi-tingginya, bertumbuh bersama-sama suaminya agar sama-sama menjadi orang yang bermanfaat. Bahkan Sayyidah Khadijah r.a. pun setelah menikah dengan Rasulullah tetap menjalankan semua bisnisnya yang kesemuanya dipergunakan untuk perjuangan dakwah Rasulullah. Namun sudah tentu tidak melupakan perannya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. 
Hal inilah yang barangkali menjadi perenungan, sekaligus mungkin sempat menjadi ketakutan jika kelak kita menikah, apakah kita hanya sekedar menjadi pencuri mimpi-mimpinya, ataukah kita justru membantu melangitkan mimpi-mimpinya? 
Pertanyaan ini terus terngiang mengingat betapa besarnya pengrobanan istri kita kelak di awal pernikahan, terlebih nanti saat sudah memilki anak, bagaimana ia harus menjalankan perannya sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, membagi waktu dengan urusan rumah tangga, melayani suaminya, juga jika ia beraktivitas di luar harus mampu menyeimbangkannya. Barangkali sebab inilah Allah menciptakan wanita sebagai makhluk yang multi-tasking, yang terkadang saya sendiri masih dibikin takjub melihatnya, tidak usah jauh-jauh yaitu ibu saya sendiri. 
Semoga tulisan ini senantiasa menjadi pengingat bagi para lelaki khususnya, agar kelak jika terbersit keinginanmu untuk menyakiti istrimu, jika kelak ternyata ada konflik antara dirimu dan pasanganmu, ingatlah tentang bagaimana saat kamu mengajaknya keluar dari istana nyamannya utnuk membersamaimu. Ingatlah bagaimana ketulusan dan keikhlasannya menunda mimpi-mimpinya untuk mewujudkan mimpi-mimpi baru bersamamu. Ingatlah, bahwa bilamana ketaatan istri adalah surga baginya, namun itu bukan menjadi alasanmu untuk bertindak semena-mena. 
Jika dalam kitab Raudhatul Muhibbin, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menulskan bahwa:
Hanya dengan cinta yang dapat menjadikan setiap permulaan menuju pada penyelesaian.
Maka semoga kelak dalam pernikahan:
Hanya dengan cinta yang dapat menjadikan apa-apa yang telah terlihat selesai, kembali menjadi awal untuk memperjuangkan dalam mahligai ikatan
Selamat berkontemplasi, Selamat berefleksi. Semoga kita semua tidak henti dan lelah-lelahnya untuk selalu mengukir sabar. Untuk selalu mengukir prasangka yang baik kepadaNya. 
Malang, 25 April 2020 02.20
2K notes · View notes
kristalndaru · 5 years
Text
Bertepuk Sebelah Tangan
“Kalau cinta bertepuk sebelah tangan, lepaskan tanganmu. Terbang dan kepakkan sayapmu, seluas angkasa biru,” kata Kahlil Gibran.
Sayangnya, seringkali kita tak pernah benar-benar tahu perihal bertepuk sebelah tangan atau tidaknya perasaan jatuh cinta yang membuncah di dalam dada kita, sebelum kita sungguh-sungguh mengungkapkannya. Sementara mengungkapkan cinta mengandung tanggung jawab yang besar. Sangat besar.
Menyatakan cinta tentu tak semudah berkata ‘Apa kabar?’ atau ‘Terima kasih’. Sebab, bersamanya ada sebuah janji untuk terus menjaga, merawat, dan menumbuhkan orang yang dicinta menuju derajat kehidupan yang lebih tinggi.
Menyatakan cinta, dan upaya untuk membuktikannya selalu membutuhkan dua syarat penting: kemantapan hati dan kemampuan. Dua hal yang tidak sederhana.
Sementara itu, hati yang jatuh cinta seolah tak pernah berhenti bertanya: adakah ia juga memiliki perasaan yang sama?
dari buku Cinta Adalah Perlawanan SInopsis: nurunala.blog/cap
285 notes · View notes
kristalndaru · 5 years
Text
Hadir Tanpa Diminta
Kita banyak protes perihal doa-doa yang belum juga terkabul, sambil sering lupa bersyukur atas kebaikan-kebaikan yang hadir tanpa diminta. Padahal, boleh jadi kebaikan yang hadir tanpa diminta itulah yang benar-benar kita butuhkan, sementara yang sering kita ucap dalam doa hanyalah keinginan berlandaskan nafsu.
30 Januari 2020
551 notes · View notes
kristalndaru · 5 years
Text
“Pie ndhar?”
Kamu
Aku jatuh cinta pada waktumu. Pada kesediaanmu menjadi pundak saat aku butuh sandaran. Pada luang yang selalu kau sediakan untuk sekedar mendengar ocehanku meski kaupun tahu : tidak semuanya penting.
Aku jatuh cinta pada pertanyaanmu. Saat kata “apa” mulai keluar,
Apa kamu sakit? Apa ada cerita? Apa ada masalah? Apa kamu sudah pulang?
Kamu selalu memiliki berbagai “apa” untuk mewakili perhatian, kecemasan, pengertian, dan segala perasaan yang aku tunggu-tunggu hadirnya.
Aku jatuh cinta pada bijakmu. Yang selalu menjadi air tenang saat aku membuat riak-riak. Yang selalu menjadi jernih saat aku mencipta keruh. Layaknya air, kamu selalu mengalir memenuhi segala ruang.
aku jatuh cinta padamu, kau tahu?
64 notes · View notes
kristalndaru · 5 years
Text
Ketenangan Hati
Selepas punya anak kedua, suami meminta saya untuk lebih fokus kepada anak-anak. Saya diminta berhenti berjualan online. Saya sih denial, ngakunya ikhlas dan baik-baik saja. Padahal mah takut juga nggak punya pegangan di tengah bulan kalau mau beli sesuatu yang peruntukannya untuk saya sendiri--yang biasanya saya beli pakai uang hasil jualan. Haha. Ngakunya enteng-enteng aja ngelepas, padahal saya berusaha cari 'income' lain selain jualan.
Sampai kemarin saya ditegur sama Allah sewaktu datang ke sebuah kajian. Kehilangan harta adalah sesuatu yang paling ringan ujiannya, ada yang lebih berat dari itu yaitu kehilangan ketenangan hati.
"Ketenangan hati itu datangnya dari Allah, mintanya ke Allah. Bukan minta pada materi. Apakah setelah punya banyak uang menjamin ketenangan hati? Kalian pikir orang kaya banyak uangnya pasti bahagia? Kalau kita sandarkan kebahagiaan itu pada harta, hati-hati syirik."
Jleb. Jleb buat saya yang kelimpungan ini.
Mintanya ke Allah. Saya masih takut sama nggak punya uang. Padahal segala sesuatu sudah dijamin sama Allah. Saya masih takut aja...takut banyak hal, ternyata Allah sedang mencabut nikmat ketenangan hati itu dari saya.
Sedih sih. Menerima kenyataan bahwa diri ini sungguh sudah salah meletakkan persepsi akan lebih tenang dan enak hidup ini kalau ada 'uangnya'. Siapa yang menjamin?
Haha terngiang kata-kata ayahku kalau saya lagi suka ndableg : "kaya ndak punya Tuhan aja kamu itu!"
Hehe. Hehehehehehhee.
Dear aku, sadarlah :))))
492 notes · View notes
kristalndaru · 5 years
Text
Pernah Tulus
Beberapa dari kita pernah tahu rasanya menyayangi. Merasakan bagaimana bisa begitu sayang terhadap orang lain, dengan perasaan yang takkan pernah bisa terlukiskan. Menyayangi penuh dengan ketulusan. Meski ia tidak peduli, kita tetap tulus. Bahkan kapanpun ia butuh, kita berusaha tetap selalu ada untuknya. Meski ia lebih memilih yang lain, kita masih saja tetap tulus menyayanginya.
Tampak begitu sederhana, namun terasa begitu berat. Mereka yang sekadar melihat bisa saja mengatakan bodoh. Malah boleh jadi suatu hari nanti kita sendiri yang merasa begitu bodoh pada masa itu.
Meski begitu, pada akhirnya perlahan kita pasti mulai paham, bahwa mencintai seseorang dengan tulus belum tentu bisa mengetuk hatinya, apalagi membuatnya jatuh kembali pada kita. Sebab kita pernah merasakannya, maka jangan pernah sekalipun kita kehilangan ketulusan itu pada orang lain.
Dari persoalan yang tampak sepele itu, kita pernah tahu bahwa sebuah ketulusan itu mahal sekali harganya, dari sana kita bisa belajar melihat orang-orang yang menyayangi kita, serta tidak perlu terlalu buta untuk melihat siapa yang sungguh menyayangi.
Paling tidak, jangan pernah sekalipun kita kehilangan ketulusan itu pada siapapun mereka yang nanti hadir. Jangan sampai.
Jakarta Pusat, 15 Januari 2020 | Pino G Bastian
171 notes · View notes
kristalndaru · 5 years
Text
Persimpangan
Sudah berganti tahun, menjadi tahun yang baru dan ku kira ku sudah berhasil untuk lari menjauh darimu, menetralkan hati yang selalu saja condong ke arahmu. Ku pikir, ku berhak atas kebahagiaanku sendiri bersama dengan orang lain yang dapat menerimaku apa adanya, tanpa harus membebankan ekspetasi-eskpetasi yang harus ku penuhi.
Hingga pada akhirnya ku menemukan seseorang yang mampu menjadi telingaku, yang bersedia untuk mengorbankan waktunya, yang tak memaksaku untuk memikirkan topik pembicaraan, yang selalu menjadi orang terakhir berbalas pesan, yang bersedia untuk menunggu hingga waktunya tepat, yang sudi untuk memberikan ku sebuah runway 1 agar ku bisa mendarat kapan saja.
Namun, bayanganmu datang lagi. Seakan-akan menghantuiku bahwa kemanapun aku berlari akan selalu kembali lagi pada dirimu. Seakan-akan kau muara dari segalanya. Beraninya hati ini berbolak-balik seperti itu? Bagaimana dia dapat menjadi sebuah muara, bahkan untuk berkabar saja seakan-akan terdapat sekat tak kasat mata, bahkan untuk saling menyapa saja membutuhkan alasan, bahkan untuk memulai percakapan saja terasa berbeda dan canggung. Namun, hati ini masih berdebar dan bibir ini masih bisa tersenyum ketika kita bertukar kabar. 
Ironis bukan?
Rumah, 09:49 PM
0 notes
kristalndaru · 5 years
Text
“Mungkin kita tidak benar-benar berpisah. Hanya dijauhkan sebentar, diperbaiki oleh orang lain, belajar untuk jauh lebih dewasa, lalu kemudian dipertemukan lagi nanti untuk memperbaiki apa yang sempat tak tuntas kemarin.”
— I’ll wait. (via mbeeer)
2K notes · View notes
kristalndaru · 5 years
Text
Selamat Tinggal (?)
Sudah lebih dari dua pekan semenjak pertemuan kita pertama kali di Istanbul kala itu. Kau tau, Istanbul Airport dan Turkish Airline menjadi salah satu yang memili arti lebih untukku sejak pertemuan kita. Jika ku diperkenankan untuk mengulang waktu, ku akan menjadi orang pertama yang membuka percakapan. Sehingga ku tidak perlu menyesal seperti ini. 
Sudah lebih dari dua pekan semenjak pertemuan kita kala itu, dan ku masih belum juga menemukan siapa dirimu. Satu-satunya yang dapat ku temukan adalah potret dirimu dari travel agen hajimu. Sudah ku cari ke penjuru sosial media, sudah ku cari dengan berbagai macam cara, sudah ku sabar menanti selama dua pekan ini. Apakah mungkin ku memerlukan lebih banyak sabar? Apakah ku memerlukan lebih banyak waktu?
Ku sudah kehabisan akal harus mencarimu dimana dan bagaimana lagi. Sedangkan rasa ini sudah mulai memudar. Ku tiada kuasa untuk mengontrol hati ini. Inginku, ku masih tetap bisa mengingat dengan jelas parasmu. Inginku, ku masih tetap bisa memelihara rasa ini. Sehingga ku masih bisa bertahan untuk mencarimu dan bertekad untuk menemukanmu.
Namun, realita semakin menamparku dengan keras. Memang benar, bertemu denganmu bagaikan perbandingan 1:1.000.000, seperti yang ku tulis waktu itu. Pada akhirnya, seorang temenku mengatakan mungkin ini sudah waktunya untukku mengikhlaskanmu, mengucapkan selamat tinggal padamu. Mungkin percakan singkat namun bermakna itu hanya perlu ku kenang saja. Karena hidupku harus terus berjalan. Pada intinya, terima kasih sudah menjadi ‘obat’ rasa sakitku lima tahun ini. 15 menit untuk 5 tahun.
Yogyakarta, 10:31 PM
1 note · View note
kristalndaru · 5 years
Text
Orang Asing, Ale-ku
Perjalanan kembali pulang dan mengucapkan selamat tinggal, ku selalu membenci hal itu. Dan penerbangan panjang, hampir 24 jam, ditambah dengan entah drama apalagi yang akan terjadi. Ku sudah pasrah.
Namun, satu hal yang patut ku syukuri. Sebuah perjalanan dari Oslo menuju Istanbul, ku tidak pernah menyesal untuk bertukar kursi karena pada akhirnya ku menemukan Ale-ku.
Kau berwajah bukan Timur Tengah, bukan juga Kaukasian. Kau berpakian sangat kasual dengan kaos putih, celana olah raga hitam, sandal, serta topi hitam bertuliskan NY. Hampir saja ku tidak mengetahui bahwa kau akan pergi haji, kecuali dari ID Card yang kau gunakan.
Penerbangan tiga jam yang sangat ku sesali, sampai-sampai ku merutuki diri sendiri. Mengapa sepanjang perjalanan itu ku hanya sibuk mendengarkan soundtrack Aladdin dan menonton Infinity War?! Namun pada akhirnya, kita berbicara di akhir penerbangan, tepat ketika landing. Lucu sekali.
Kita berbicara banyak hal dalam waktu singkat. Mulai dari luas Bandara Istanbul yang belum selesai dibangun, sungguh absurd bukan? Tapi ku suka. Lalu berlanjut ke topik sudah berapa lama ku di Norway dan apakah aku bahagia tinggal di Oslo. Namun, dari perbincangan itu ku tahu bahwa kau bosan hidup di Norway, terutama kalau kau tinggal di kota kecil dan selalu melakukan rutinitas yang sama setiap hari. Dan kita juga berbicara tentang Fjord yang sungguh ku ingin pergi kesana, serta tentang satu-satunya gunung yang ku daki selama di Norway, Jotunheimen. Tak lupa ku mendoakanmu untuk punya waktu yang baik untuk berdoa selama di Mekah. Lalu kita berbicara tentang sistem keberangkatan haji di Indonesia dan Norway, yang jauh lebih mudah di Norway. Ditambah lagi dengan betapa rindunya kita dengan adzan dan masjid, ku ceritakan pula pengalamanku mencari masjid di Stockholm. Kau juga mengatakan bahwa kau menyukai Turki karena masjid ada dimana-mana dan harga makanan yang lebih murah jika dibandingkan dengan di Norway. Kau juga bertanya suhu di Indonesia, dan kau berkata “you must be freezing in Norway” :) Lalu kita juga berbicara tentang penerbangan, kau harus transit selama enam jam dan kau akan menghabiskan waktumu di masjid, hampir saja ku lupa kalau kita sudah mendarat di Istanbul dan masjid menjadi bagian dari public places. Dan tak lupa kau juga menanyakan tentang apa yang ku pelajari serta tentang beasiswa ISS.
Saat kita harus turun dari pesawat, ku bingung bagaimana kita akan keluar dari kursi karena banyak orang yang tidak mau berhenti untuk mempersilahkan kita keluar, dan aku mensyukuri itu. Lalu ku bertanya, kapan kita bisa keluar. Lantas jawabmu, “we should wait in one hour”. Well, you were making a joke with me and I was laughing. Dan ketika ku bingung kehilangan teman, kau menenangkanku “Don’t be nervous, you won’t get lost”. Terima kasih sudah mengatakan hal itu.
Lantas, ketika kita sudah berada di bandara, kau tetap berada di belakangku. Hingga saat ku berjalan menuju transfer gate, ketika ku sengaja menengok ke belakang, kau tetap menatap ke arahku. Pada saat itu ku menyesal, mengapa ku tidak mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kali. Dan mengapa kau tidak menanyakan kontakku.
Sekarang sudah sejauh ini ku terbang, ku masih saja memikirkanmu di benakku. Entah, kemungkinan kita bisa bertemu kembali adalah 1:1.000.000 kemungkinan. Namun tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Aku berharap dan akan berusaha untuk menemukanmu, karena ku rindu.
NB: Selama perjalanan kau membaca buku panduan haji, menonton animasi Islam, membaca Al-Qur’an, bermain freezing fish, dan sudoku. Oh ya, menu makan malam kita juga sama, beef dan lemonade :)
Di atas langit Timur Tengah,
3 Agustus 2019, 04:29 AM
0 notes
kristalndaru · 5 years
Quote
Beberapa orang sering tidak sadar bahwa ia sedang sangat dicintai, hingga kemudian harus dibuat sadar dengan cara ditinggal pergi.
(via mbeeer)
Dan itu saya yang memutuskan untuk meninggalkan :)
1K notes · View notes
kristalndaru · 5 years
Text
Titik Kesendirian dan Kerinduan
Hi, kurang dari seminggu ku tinggal di Oslo, 6 hari lebih tepatnya. Yang kurasakan sangat tidak bisa terdefinisikan. Ada sedih, bahagia, excited, dan rindu.
Disaat ku menulis hari ini, ku mengalami yang namanya titik kesendirian. Dimana teman-teman dekatku sibuk dengan tugasnya, dan pada akhirnya ku hanya berakhir menghabiskan malam ahadku di dalam kamar sembari menonton film Keluarga Cemara. Ketika film sudah berkahir, kesedihan semakin melingkupiku, aku rindu rumah dan segala isinya. Aku teringat bapak dan ibu, apakah ku sudah cukup membahagiakan beliau berdua, apakah ku sudah cukup membanggakan beliau berdua, ataukah ku bisa menjamin surga untuk beliau berdua kelak?
Lalu, teman sekamarku kembali dari liburannya dan mengingatkanku akan perpisahan yang sudah di depan mata. Sanggupkah aku melepaskan rutinitas yang sudah terbentuk? Sanggupkah aku berpisah dengan teman-teman baik disini? Ini persis seperti ketika kau sudah jatuh cinta dan memutuskan untuk menetap, tapi kau dipaksa untuk pergi. 
Ku masih mengingat dengan jelas, ku datang dengan perasaan yang biasa saja, bahkan tanpa semangat yang menggebu-gebu. Namun, ironis sekali ketika ku harus meninggalkan hatiku disini. 
Ah, namun hidup harus tetap berjalan dan masih ada segudang pekerjaan rumah yang menanti untuk ku selesaikan di tanah air. Semoga, ku tidak perlu meninggalkan terlalu banyak perasaan disini, sehingga akan lebih ringan nantinya. 
Blindern, 00:05 AM
0 notes
kristalndaru · 5 years
Text
Hujan dan Renungan
Oslo mendung sore ini, sudah diterpa hujan sejak dini hari tadi. Namun anehnya, ku suka. Mungkin banyak sekali di luar sana yang membenci hujan ketika memang waktunya untuk menikmati sinar matahari. Namun diri ku lebih menyukai hujan di pertengahan musim panas ini. Ketika setiap akhir pekan orang-orang selalu mengeluh karena langit akan berubah abu-abu dan pucat, tapi ku bahagia. Dingin memang, tapi itu kebahagiaanku. Ku bahagia karena bisa makan mi kuah dengan menatap hujan dari jendela kamar sembari merenung. 
Banyak sekali hal yang ku renungkan, termasuk salah satunya sudah semakin sedikit waktuku tinggal di Oslo. Ini,  sedikit menyedihkan. Setelah sekian minggu hidup dengan kenyamanan dan hanya mempunyai tugas untuk belajar serta jalan-jalan. Lalu harus kembali pulang dan melanjutkan hidup. Banyak sekali pekerjaan rumah dan kewajiban yang perlu diselesaikan di tanah air. Meskipun aku tidak jatuh cinta dengan kota ini, tapi kota ini berhasil memberikan kenangan yang kuat, bukan hanya tentang ilmuNya yang ku pelajari disini, tetapi dengan teman yang baik, lingkungan yang nyaman, dan makanan yang selalu tak bisa ku nikmati. 
Termasuk dengan seseorang yang selalu setia “menemaniku” meskipun hanya dari dunia maya. Entah mengapa, selama tinggal di Oslo, dia tetap bisa menjadi pendengar setiaku dan selalu siap memberikan jokes yang receh tapi toh bisa membuatku tertawa. Salah seorang sahabat berkata, jika nanti kamu merindukan atau hanya sekedar mengingat Oslo, kau juga akan merindukan seseorang yang setia “menemaniku”. Entahlah, bisa jadi.
Namun yang pasti, mungkin akan sedikit sulit untuk ku mulai mengikhlaskan seseorang disini. Seseorang yang ingin ku jadikan teman baik, tetapi tranformasi menjadi teman baik tidak sesederhana kau menekan sebuah tombol lalu, voila perasaan mu berubah. Bukankah hati itu sukar untuk dipahami, bahkan untuk si pemilik hati itu sendiri (manusia). Jadi biarkan ku berproses untuk mentrasformasi isi hati ini seiring dengan berjalannya waktu yang hanya dengan hitungan hari. 
Semoga ku berhasil :)
Blindern, 4:33 PM
0 notes
kristalndaru · 5 years
Text
Jatuh Cinta Pada Pelarian
Kau tahu, ku datang ke Oslo dengan membawa cinta lama, yang terlalu lama dipendam kepada seseorang yang mungkin juga belum sadar bahwa ada aku yang selalu ada menjadi telinganya. Dan setelah ku hanya berada di lingkungan yang itu-itu saja, tidak ada kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang baru. Akhirnya, salah satu mimpiku untuk studi ke luar negeri tercapai dan berkesempatan untuk bertemu orang-orang baru, lingkungan baru.
Dan ku menemukannya, di hari pertama ku menjejakan kaki di Bandara Gardermoen. Ku masih ingat dengan jelas bagaimana stigma pertamaku terhadapmu. Lelaki India berbadan tinggi, rambut terurai panjang, kulit gelap, dan terkesan kasar. Siapa yang menyangka bahwa kau begitu baik hati, lembut, dan selalu siap membantu. Mulai dari hal kecil menahan pintu lift, membantu membawa koper, menyiapkan bekal makan malam jika ku tidak sempat makan malam, hingga membantu ketika di lost and found ketika daypack ku tertinggal di kereta bandara.  
Semua mengalir begitu saja, dan banyak lagi kisah yang ku rekam dalam ingatan. Seperti saat kau menyapaku dengan ucapan selamat pagi, bukan dengan good morning. Lalu janjimu ketika opening ceremony (ketika itu kau mengenakan setelan jas abu-abu) untuk main bulu tangkis keesokan harinya pada pukul 7 malam, namun batal karena hujan. Atau ketika kau tiba-tiba datang bke perpustakaan asrama dan menghilang tiba-tiba. Lalu perjalanan kita ke Pulau Hovedoya, dimana kamu mengambil gambarku diam-diam dan ku menyukainya. Lalu percakapan kecil kita ketika kau mengatakan bahwa kau sudah menggunggah gambarku di facebook dan memintaku untuk mengeceknya. Atau sesimpel kau bertanya apakah ku sudah makan dengan menggunakan bahasa melayu. Dan nasehatmu-nasehatmu sebelum ku melakukan pendakian ke Jotunheimen. Lalu tantanganmu untuk spontan pergi ke Swedia serta harapan kosongku untuk bertemu dirimu di Stockholm. Namun ternyata malah bertemu di stasiun metro Gronland. Lalu bertepatan dengan SDGs Discussion, ketika kau menggenakan sarung dan bertanya “bagaimana sarong ni?” dengan bodohnya ku jawab itu hal biasa di Indonesia. Dan pada hari Senin yang sama, ketika malam itu hujan lebat dan ku mengambil air panas di gedung utama lalu kau bertanya “making coffe?” lalu ku menjawan bahwa itu susu, dengan herannya kau berkata “I like you, you’re different.” 
Ya, setelah seluruh kenangan itu terjadi, ku merasa perasaan ini semakin tidak sehat dan memang tidak akan menemukan masa depan. Bagaimana bisa keluarga ku menerima seorang Hindu yang taat dengan beberapa tato di badannya? Aku tidak sanggup berjuang sejauh itu dan mungkin begitu juga denganmu. Maka ku meminta kepadaNya, jika memang dia adalah teman hidupku sampai tua, maka dekatkan. Jika memang bukan, maka jauhkan dengan cara yang baik. Lalu apa hasilnya? Tidak sampai 24 jam doaku terjawab, entah bagaimana dia menjauh begitu saja dan seakan-akan ku tidak terlihat. 
Entah aku harus besyukur bahagia atau sedih. Namun ku mulai tersadar dan kembali ke dunia nyata, bahwa program ini akan segera berakhir dan ku harus bersiap melangkah, entah melangkah ke cinta yang dahulu atau melangkah ke cinta yang baru. Namun, terima kasih kepadanya, karena dia sudah mewarnai hari-hari ku selama di Oslo dengan membuatku tersenyum tanpa alasan. Ku mengakhiri ini dengan bahagia dan keikhlasan.
Perpusatakaan Asrama Blindern, 8:12 PM
0 notes
kristalndaru · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Doa Para Nabi (‘alaihimussolatu wassalam)
8K notes · View notes