ksatriakata
ksatriakata
knightword
477 posts
another side of me
Don't wanna be here? Send us removal request.
ksatriakata · 3 years ago
Text
are you willing to deal with me?
8 notes · View notes
ksatriakata · 3 years ago
Text
Tumblr media
0 notes
ksatriakata · 3 years ago
Text
Di antara 15 hari dengan suhu tubuh yang fluktuatif, ada satu hari yang masih membekas dalam ingatan. Pagi itu aku mencoba menjadi agak berguna, lalu kutanyakan apa yang bisa kulakukan? Ibu memintaku mengupas bawang, toh pekerjaan itu bisa dilakukan sambil duduk jadi tak terlalu membebaniku. Pekerjaan lain belum bisa kulakukan karena kakiku sakit bila dipakai menapak.
Duduklak di kursi meja makan. Mengupas bonggol demi bonggol, tanpa kendala.
Kemudian datang saudara laki-laki yang masih mahram. Sebenarnya selama aku sakit entah berapa kali ia keluar masuk rumah ini sesuka hati. Aku tak nyaman dengan kehadirannya karena bau rokok dan seenaknya keluar rumah tanpa bicara, sedangkan rumah kami di pinggir jalan besar jadi harus selalu terkunci demi keamanan.
Aku melanjutkan pekerjaanku. Kemudian tiba-tiba ia membawa laki-laki asing masuk, sampai melewatiku di ruang makan dengan kepentingan hendak ke kamar mandi.
Aku marah, karena auratku terlihat. Pastilah tergambar jelas di wajahku. Saudara itu tiba-tiba meceracau soal wajahku yang masam, sok alim tapi tidak tercermin dalam kelakuan ketika ada tamu. Setelah orang asing itu melewatiku, dengan menahan nyeri aku bergegas ke kamar mengambil kerudung. Kemudian kembali ke tempat semula.
Orang itu masih berceracau soal menampilkan Islam yang damai. Emosiku masih di puncak, kukatakan keras-keras, "SAYA YANG DIRUGIKAN KARENA AURAT TERLIHAT OLEH ORANG LAIN!"
Aku sangat marah karena prinsipku (yang sudah semestinya dipegang erat oleh setiap muslimah) dianggap hal yang remeh oleh orang itu.
Lalu orang itu kembali ke dapur dan berdebat dengan Ibuku. Aku diam, tapi badanku begetar hebat menahan amarah. Akhirnya karena Ibuku tau orang itu memang eror cara berpikirnya, beliau mencoba mengakhiri perdebatan yang sangat tidak nyambung itu dengan, "Nya hampura mun salah. Engke deui ngomong heula."
Setelah itu masih perlu beberapa menit untuk mengembalikan emosiku ke kondisi netral.
Apakah mengupas bawangnya tuntas? Ya.
24 Muharram 1444 / 21 Agustus 2022
0 notes
ksatriakata · 3 years ago
Text
12 Muharram 1444
Hari ke-4 sakit (kemungkinan) pencernaan
yang berakibat napas terbatas.
Duhai Allah,
terima kasih atas episode ini
mohon ampuni belum dilalui sebagaimana harapan
mohon ampuni masih salah dalam menjalani hidup
mohon ampuni masih keliru dalam menjaga amanahMu.
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
tiga tahun bersama
bukan sebentar
tidak akan mudah
kuyakin itu
tapi tidak juga
mustahil
kita perlu jeda
jarak
ruang
untuk kembali pada fitrah
kelak jika memang
takdir milik kita
kita bisa berkenalan lagi
tak apa..
kita cuma butuh waktu
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
O, Allah..
bilapun Engkau lebih suka
ia tak bersamaku
sungguh..
jangan lepaskan
aku dari Mu
jangan biarkan aku
menjauh dariMu
O, Allah
ampuni kami
yang mengawali ini
dengan cara
yang tak Engkau senangi
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
Tumblr media
di antara angin,
sayup percakapan,
dan degup
yang kehilangan ritme
sejak tadi malam
ia titipkan
segala asa
angan
pilihan-pilihan
ke tempat
yang tak pernah
patahkan harapnya
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
duhai, diri..
kumohon,
jangan berharap
||
pada menit 20
ia masih menunggu
sembari mencoba berdamai
dengan detak yang tak lagi
mengenal tempo dan ritme
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
Tumblr media
18 kilometer dalam 2 jam
menunggu di enomalet hampir separuh jam
ternyata ia menuntun asetnya menuju bengkel
entah bagaimana bila tanpa ponsel
yang jadi kamuflase atas jengah
rodanya sedikit menabrak rodaku
kemudian mulai berceracau
tentang sepeda dan ponselnya yang terlindas mobil
makan yuk
di rumah? hahaha
percakapan dilanjutkan di kios bubur ayam
yang ternyata sering dibuatnya, tanpa ayam
untuk kesekian kalinya, ia kembali bertanya
soal kapan mulai bekerja
namun jawabanku masih sama
sebelum beranjak,
boleh nanya?
kualihkan pandangan kepura-puraan ke jalanan
pada parasnya
yang serius
sudah ada yang melamar?
membuatku kehilangan napas
hei, wajahku pasti tak sekedar merah
akibat mengayuh pedal
lantas hanya mampu kujawab
dengan sebuah gelengan
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
Tumblr media
sebagai anak seorang EM
yang berjuang sendiri teh
pas ada yang bilang mau ke rumah
ya mikirnya,
hmm dari mana yaa..
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
Tumblr media
fix
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
Tumblr media
siang tadi, kakakku melamar gadis pujaannya
tanpa kabar apapun
tapi denganmu hadir di sana,
sudah lebih dari cukup
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
Tumblr media
dalam 48 jam
alasan akan hilang
untuk bulan-bulan selanjutnya
yang bahkan entah sampai kapan
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
Tumblr media
how can I ask for more?
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
Tumblr media
setelah sekian lama
akhirnya bisa
bersama
di kehidupan nyata
sebab hal-hal sederhana
seperti perkara ukuran berkas
tawaku
tawamu
lepas
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
Tumblr media
Tuhan,
maafkan aku
yang lebih banyak ingat pada
makhlukMu..
0 notes
ksatriakata · 5 years ago
Text
Hikayat Tiga Dokter di Tengah Pandemi
Kita membaca kabar tentang penderitaan para tenaga kesehatan yang bertarung di garis depan melawan pandemi COVID-19. Mereka berduel dengan virus tanpa peralatan yang memadai, beberapa di antaranya sudah tumbang karena kelelahan, bahkan ada yang terpapar, dan yang tersedih: sudah ada yang gugur.
PB IDI mengonfirmasi nama-nama dokter yang gugur itu. Mereka adalah: dr. Hadio Ali SpS, dr. Djoko Judodjoko SpB, dr. Laurentius P, SpKj, dr. Adi Mirsaputra SpTHT, dr. Ucok Martin SpP, dr. Tony D Silitonga.
Saya teringat beberapa dokter yang lain. Izinkan saya memulai cerita ini dengan kutipan milik salah satu dari mereka yang paling terkenal: “Aku mengalami kontak yang sangat dekat dengan kemiskinan, kelaparan, dan penyakit, dengan ketidakmampuan untuk mengobati anak-anak yang sakit karena kekurangan uang… sampai pada titik [menyaksikan] bagaimana seorang ayah dengan pasrah menerima kematian anaknya seakan sebagai suatu kecelakaan yang tidak penting. Aku mulai menyadari bahwa ada hal yang sama pentingnya dari sekadar menjadi terkenal: Aku ingin membantu banyak orang.” Kalimat-kalimat yang menggugah itu diucapkan oleh Che Guevara pada 19 Agustus 1960 di hadapan para milisi Kuba. Dalam edisi Inggris terjemahan Beth Kurti, pidato itu dijuduli “On Revolutionary Medicine”. Che, kita tahu, pernah melakukan perjalanan mengelilingi Amerika Latin di masa mudanya. Seperti yang bisa kita saksikan dalam film sangat populer, “The Motorcycle Diaries”, Che bukan hanya mengalami petualangan-petualangan seru nan mendebarkan, tapi juga pengalaman-pengalaman pedih berjumpa dengan orang-orang sakit yang tak terurus. Perjumpaan-perjumpaan itu menjadi dasar sangat penting  yang kelak membimbing pilihan hidupnya untuk menjadi seorang revolusioner yang tak bisa diam melihat penindasan.
Di salah satu titik perjalanannya, ia pernah tinggal selama beberapa waktu bersama para penderita lepra di Peru. Mereka diasingkan di sebuah tempat yang menyerupai sebuah koloni. Che berada di tengah para penderita itu tepat saat ia sedang berulang tahun yang ke-24. 
Keep reading
147 notes · View notes