Quote
I love you even when my eyes are closed. And I love you more when my eyes are open. But I love you most when I look into your heart.
Me to you.
4 notes
·
View notes
Text
Dear my future husband
These are things you should do to me
Instead giving me a fancy things Give me a simple sweet meaningful things
Instead giving me a jewelry Give me flowers or your own handicraft
Instead taking me to luxurious places Take me to enjoy a nature
Instead buying me an expensive food Ask me to cook a food for you or you can cook to me too Instead trying to give me a solution Just listen to my stories
Instead trying hard to make me happy I’ll love it if you try to make me laugh Even tough it will be such boring joke I’ll laugh with you
Instead trying to calm me when you make me angry Leave me alone and let me calming by my own And later you can hug me and tell me your true feeling I’ll listen and you should listen my feeling too
Instead always trying to be my best supporter Just don’t be an obstacle to me Let me become my best and don’t trying to change me Let me fly because in the end I’ll want we fly together
Instead leading me for everything Can you trust me and give me an option? Can we discuss for everything? In the end I’ll let you make a decision But I want you at least listen to my opinion
Instead showing an affection in public Just don’t show your embarrassed face when I’m doing a lame thing Don’t too loud and rude to me even tough you’re really angry
Give me a long and thight hugging everyday So I can recharge my energy Or kiss me in my forehead to comfort me
I don’t hope a perfect husband to be I want you as a good human being The one who want to try his best for me The one who want to try understand me The one who bring me to right path when I’m doing wrong The one who respect me a lot
And I’ll do the same thing to you So just let me know what do you expect from me Sure, I’ll try my best too
0 notes
Text
The Road I went through
It Was a Long Long Winding Empty Broken Bleeding Cold Tiring Road I Went Through
And Most of that time I feel lonely, lonely, an uneasy feeling
But yet, here I am finding a new road without a sign of turning.
Even there was a time I was looking back and contemplating, that road didn’t feel the same anymore. Now, I can see sunshine shining through but still I won’t coming back.
I just want to continue walking. Even though I know, there is no promises this road become easier and friendlier to me. At least, I have a confident that I will be going Ok. And yeah I become a cooler version now, thanks to the road I went through.
Jakarta, 13 Nov 2017
1 note
·
View note
Quote
What kind of feeling is this? It's feel relax and free. Yeee, I can start a new adventure!!
I'm moving on 💃
0 notes
Quote
Uuuh gampang banget sih gonta ganti idola yang di fans-in. Seandainya naksir orang segampang itu gonta-gantinya.
Sayangnya jatuh cinta sama ngefans itu beda.
0 notes
Photo
Aaaaaaaa~~~ gomawo yooo 😘😘



HAPPY BIRTHDAY!!
you know that i’d never forget your special day. you know that i’d wish you happy birthday everyday. after thousand birthdays it is the thought that counts not presents or surprises because at the end of the day you only want the simple thing, the one that you wanna share the day with. i hope there would be the day when we could share every single special days. you know i love you and wish you all the best of everything. HAPPY BIRTHDAY BEST FRIEND! @ksatriaputih
3 notes
·
View notes
Quote
Tapi mungkin manusia begitu kali yah... Ada yg memang punya tujuan hidup yang jelas dan hidup untuk itu, dan ada yang hidup karena hidup itu sendiri memang tujuan, jadi tinggal dijalani dan dinikmati apa yang datang ke kehidupannya.
Jakarta, 10 Oktober 2017
6 notes
·
View notes
Quote
Kenapa banyak orang takut untuk terikat dalam sebuah hubungan? Alasannya cuma satu: orang-orang takut untuk merasa tersakiti. Bahkan yang sudah memiliki pasangan kadang memiliki kekhawatiran ini. Bisakah pasangannya ini selalu membuat dia bahagia? Sampai kita terkadang lupa satu hal: bahwa kebahagiaan adalah tanggungjawab diri pribadi, bukan orang lain.
Jakarta, 9 Oktober 2017.
1 note
·
View note
Quote
Saat aku tanya teman-temanku baik sahabat dan teman organisasiku dulu tentang seberapa mandirinya aku? Mereka menjawab aku terlalu mandiri sampai mereka tidak bisa ingat kapan aku pernah minta tolong.
Dan orang semandiri aku menyadari dan mendapati diriku hanya sebagai beban di tempat kerjaku, sungguh bukan perasaan yang mudah untuk aku hadapi. Aku tahu tidak apa-apa menjadi beban orang lain sesekali. Membuat orang lain merasa dibutuhkan sesekali adalah baik. Tapi dalam konteks profesionalisme kerja, saat kau dibayar dengan gaji yang sama meski kau justru menambah beban sungguh hal lain yang menyedihkan.
1 note
·
View note
Text
Dear Mom
Ma, apakah aku kekanak-kanakan kalau aku sudah sedewasa ini tapi masih ingin mengeluh padamu? Apakah itu akan membebanimu kalau Mama mesti mendengar hal yang menyedihkan tentangku? Apakah aku sangat egois kalau aku menceritakanya padamu dan membuatmu cemas, padahal aku tahu kondisi Mama udah gak bisa dibuat lelah berpikir lagi? Tapi apa yang harus kulakukan kalau aku telah lelah menceritakan kondisiku kepada teman-temanku dan tak pernah merasa lega, aku hanya berpikir harus cerita ke Mama. Aku tahu kau mungkin akan memarahiku nanti, tapi tetap entah kenapa kurasa Mama orang yang paling penting mengetahui kondisiku. Ma, belakangan ini aku merasa mudah sakit Ma. Aku bukan orang yang gampang sakit kepala tapi belakangan aku sering sakit kepala. Tensiku juga sering tidak jelas. Padahal semenjak di sini makananku jauh lebih sehat daripada waktu aku SMA dan kuliah dulu, tapi aku justru terkena penyakit itu sekarang ini. Oh bahkan aku baru mulai olahraga semenjak di Jakarta ini. Benar-benar dibandingkan dulu pola hidupku sekarang jauh lebih sehat. Tapi anehnya, aku lebih sering sakit. Aku tahu penyebabnya. Aku hanya tak bahagia dengan lingkunganku sekarang. Seringkali aku menangis setiap bangun pagi dan berpikir harus ke kantor. Dan lebih sering lagi aku tidak bisa tidur sampai pagi seperti saat ini hanya karena stress membayangkan harus ke kantor. Setiap di kantor aku merasa tertekan, seolah-olah semenit terasa begitu lama, dan di pikiranku hanya ingin kabur segera, berlindung di kamarku. Aku tak pernah merasa tidak seberguna ini seumur hidupku selain di sini. Semua pekerjaaanku berantakan, banyak pekerjaan yang tak terselesaikan karena aku benar-benar tidak bisa. Kehidupan administrasi selalu membunuhku. Mama tahu bahkan membuat lemariku tertata rapi lebih dari dua hari pun aku tak sanggup. Jangan tanya kamarku, paling hanya bertahan sehari dalam seminggu untuk rapi. Apakah itu artinya aku benar-benar makhluk gagal hanya karena aku sulit menjadi orang yang ‘rapi’?
Ma, aku hanya bahagia saat aku sendiri di kamarku atau bertemu orang-orang baru atau teman lama tapi tak pernah dengan orang kantor. Tidak ada yang salah dengan orang kantor, tapi melihat mereka membuatku semakin tidak berdaya. Aku semakin merasa tertekan.
Aku bahagia saat harus bereksperimen dengan bumbu dan bahan masakan, mencoba membuat sebuah masakan, dan begitu bangga pada diriku ketika berhasil membuat masakan enak. Dan ya dari sekian banyak percobaan, lebih banyak yang berhasil. Aku bahagia saat mencoba membuat kerajinan tangan, walaupun hasilnya tidak rapi, tapi justru menjadi lebih berseni. Aku bahagia saat harus memikirkan konsep bisnis yang ingin aku jalani. Bahagia bisa membayangkan orang-orang bisa menikmati karyaku. Aku bahagia saat membuat kejutan yang tak diduga orang-orang dan membuat orang lain tertawa karena kelakuanku. Aku bahagia saat mendengarkan orang bercerita, berusaha mengerti mereka, mendukung mereka, dan membuat mereka merasa bahwa aku selalu ada untuk mereka. Ah ya aku juga bahagia kalau kata-kataku tidak hanya membuat hati mereka hangat tapi semakin termotivasi karenanya. Aku juga bahagia ketika aku mampu membuka perspektif mereka untuk hal-hal yang tak sanggup mereka lihat. Atau ketika menjadi jembatan orang-orang untuk saling berdamai.
Ma, dari semua hal yang bisa aku lakukan apakah aku benar-benar menjadi makhluk gagal hanya karena aku orang yang berantakan?
Apakah ada keharusan kalau seorang wanita apalagi seusiaku semua hal di sekelilingnya harus rapi?
Kalaupun aku memang makhluk gagal maka ya aku memang gagal. Jangan tanya seberapa keras usahaku untuk berubah, sekarang pun sudah jauh lebih baik, aku sudah tak seberantakan dulu lagi, tapi untuk jadi orang yang benar-benar rapi, sungguh aku sudah tidak bisa lebih dari ini.
Tapi pekerjaanku sekarang dinilai dari kerapian itu dan aku sudah berusaha menyukainya agar lebih santai menjalaninya. Sayangnya, aku sungguh tak bisa. Pekerjaanku begitu dingin.
Ma, aku adalah makhluk emosional. Pekerjaan yang tepat buatku adalah ketika aku mampu melibatkan emosiku. Tapi pekerjaanku yang sekarang tidak perlu itu. Yang aku hadapi hanya setumpuk data yang perlu kuolah menjadi informasi dan menyusunnya agar tertata rapi dan bisa dimengerti.
Aku merasa seperti robot. Tidak apa-apa kalau aku adalah robot yang berguna, maka aku rela. Sayangnya aku hanya robot gagal, dan keberadaanku di sini justru hanya menyulitkan timku. Itu faktanya.
Jadi begitulah Ma, aku hanya ingin Mama tahu. Kalau suatu hari mentalku sudah semakin gak sanggup, dan terjadi apa-apa padaku. Mama perlu tahu apa yang sebenarnya jadi masalahku.
Dear Mom, Seenggaknya dari semua orang, walaupun Mama perlu berbohong, walaupun aku berpikir begitu, tolong jangan bilang kalau aku ini makhluk gagal.
Jakarta, 2 Oktober 2017.
3 notes
·
View notes
Quote
Mom, I miss you...
Your eldest daughter really need your hug.
0 notes
Conversation
Q: So, It's been 5 years, do you still love him?
A: Well, I hate to admit that. But when I'm trying to think about it, I find it's only the truth that I have to realize. Actually I don't take it as a burden anymore. I'm already cool about it. I mean, what meant to be will be, right?
0 notes
Quote
Benar kalau aku tetap masih merasa 'muda', tapi seringnya aku lupa orangtuaku sudah semakin 'tua'.
Hal pertama yang dipikirkan ketika bangun tidur hari ini.
1 note
·
View note
Text
This!!
RTM : Untuk Terus Mencintainya, Kamu Harus Berjuang.
Catatan ini mungkin lebih khusus ke laki-laki. Sebab nanti, selepas menikah. Mungkin dalam pandangan matamu, istrimu tidak akan secantik-semanis-sebaik-dan sesempurna sewaktu kamu dulu memperjuangkannya. Saat ini, bisa jadi kamu bisa menyangkal. Tapi, nanti selepas menikah dan menjalaninya, kamu mungkin baru akan memahami maksudku ini.
Kamu harus berupaya untuk bisa terus mencintai istrimu. Perasaan itu tidak tumbuh seperti rerumputan yang terkena hujan. Perasaan itu adalah pohon besar dan kamu menanamnya sejak bibit. Kamu harus merawatnya, menyiraminya, melindunginya dari hama, menyiangi rerumputan disekitarnya, dan juga kamu harus selalu waspada agar ketika nanti ia sudah cukup besar, tidak ada orang lain yang tiba-tiba datang dan menebangnya.
Perempuan yang barangkali adalah temanmu, rekan kerjamu, atau orang yang tiba-tiba kamu temui di jalan. Mereka mungkin tidak melakukan apapun, tapi matamu tidak. Matamu bisa membuat apa yang terlihat menjadi beribu kalilipat lebih baik, lebih cantik, dan segala kelebihan lainnya yang mungkin akan menyulut perasaan lainnya. Tantangan. Seperti kala dulu kamu memperjuangkan perempuan yang menjadi istrimu saat ini.
Untuk itu, ingat-ingatlah selalu kebaikan perempuan yang sedang di rumah menunggumu pulang. Siapa orang yang paling khawatir kala kamu sakit. Siapa orang yang bisa menerimamu apa adanya saat kamu bukan siapa-siapa dan tak memiliki apa-apa selain kenekatanmu menikahinya dulu. Siapa orang yang rela bersusah payah mengurus segala keperluanmu, juga keperluan anak-anakmu nanti. Ia bersedia bersusah payah mengandung anakmu sembilan bulan dalam kepayahan yang kamu tidak bisa merasakannya. Anak yang mungkin lebih kamu cintai nantinya daripada istrimu.
Sungguh, untuk terus mencintainya, kamu harus berjuang. Bualanmu tentang cinta saat ini, juga bualanmu tentang segala janji itu bisa aku katakan adalah omong kosong. Sebab nanti, jalan yang amat panjang dan mungkin akan membosankanmu telah menanti. Biar tak bosan, kamu perlu menghidupkan setiap ingatanmu mengapa dulu kamu mau memperjuangkannya, setiap rasa syukurmu, dan iman.
Sebab menikah dengan seseorang yang kamu cintai saat ini bukanlah hadiah, melainkan sebagai ujian baru. Ujian yang hanya bisa kamu jawab ketika kamu menjalaninya, bukan dengan lisan, melainkan perbuatan.
©kurniawangunadi | 10 September 2017
4K notes
·
View notes
Text
Takut
Seseorang yang pemberani bukanlah seseorang yang tidak memiliki rasa takut, tapi berani menghadapi rasa takutnya. Aku punya banyak daftar tentang hal-hal yang kutakuti. Aku takut ikan hidup, darah, kecepatan saat berkendaraan, serangga, dan film thriller. Tapi pada akhirnya aku pergi snorkeling. Pada akhirnya aku pergi donor darah. Pada akhirnya aku membiarkan orang-orang memboncengku dengan kecepatan tinggi. Pada akhirnya aku merasa biasa saja setelah sejam menonton film thriller. Aku selalu tahu, aku hanya akan merasa takut saat aku membiarkan diriku untuk tidak berani menghadapinya. Oh lupa dulu aku juga takut untuk jatuh cinta, aku terlalu takut patah hati. Tapi aku melakukannya: jatuh cinta, dan menghadapinya: patah hati. Mentalku terlalu kuat untuk kalah dengan rasa takutku. Ya begitulah aku dari dulu. Sampai-sampai aku sengaja untuk mengelak menghadapinya karena merasa untuk menjadi normal aku harus tetap memiliki rasa takut. Maksudku bagaimana hidup bisa tetap seru kalau kau terlalu berani menghadapi apapun, ya kan? Dan sekarang yang tersisa hanyalah satu ketakutan yang tak pernah mau aku hadapi. Sampai kapanpun. Aku selalu takut merasa bersalah seumur hidup pada seseorang. Aku selalu takut dengan sengaja membuat orang lain terluka karenaku. Kurasa dari semua ketakutan bahkan takut kehilangan seseorang (yang semua orang pasti takut) cuma ketakutan ini yg mungkin bisa membuatku gagal menghadapinya. Dan semoga aku tak perlu menghadapinya. Semoga tak perlu ada situasi yang membuatku harus seperti itu. Aku mohon. Aamiin.... Nb. Takut sama Allah adalah level yang berbeda yang bahkan tak bisa dimasukkan dalam daftar ini. Semoga untuk takut yang ini kita tetap bisa menjaganya sampai kita tiada nanti. Aamiin.
0 notes