langitsore03
langitsore03
5 posts
Menyukai tulisan, namun tak pandai membuat tulisan.
Don't wanna be here? Send us removal request.
langitsore03 · 4 years ago
Text
Lelah ya, di paksa kuat oleh sebuah keadaan. Menerima semua yang sudah di takdirkan. Mengikhlaskan apa yang hilang dan pergi. Terkadang, dewasa serumit itu. Bukan soal berapa usiamu, tapi bagaimana memanusiakan manusia yang lainnya.
Aku ini lelah, sayap ku berulang kali patah. Tak ada pundak untukku bersandar sebentar. Karena pundak itu (ayah) hilang begitu saja meninggalkanku sendiri di keramaian dunia ini.
Aku ini patah, aku ini lelah. Aku butuh pundak mu ayah.
Terkadang iri, melihat mereka yang bisa berlari sambil di iringi. Sedangkan aku? Yang berlari sambil mengiringi doa.
Sudah berapa kali aku kehilangan dan di patahkan oleh kecewa. Dan aku tidak memiliki seseorang untuk di jadikan penopang.
Sejauh ini aku terbiasa tumbuh sendiri. Tanpa pundak dan pelukan hangat ketika tubuh sedang tidak baik-baik saja. Semesta terlalu jahat, dia menambah luka, padahal luka sebelumnya belum mengering.
Ini memang tidak mudah. Menyusuri jalanan dunia dengan tak memiliki penopang. Tak memiliki pundak untuk sandaran dan mengeluhkan bagaimana pelik nya hidup di dunia ini.
Dunia tak boleh tau jika aku ini sedang bersedih karena kehilangan pundak (ayah). Biarkan semesta menjadi saksi bahwa aku ini kuat. Bahwa aku juga masih bisa berlari mengejar mereka. Walau nyatanya, aku hanya di iri dengan doa.
-riaapriliani
92 notes · View notes
langitsore03 · 4 years ago
Text
Tumblr media
Salah satu gambaran betapa orang-orang islam terdahulu sangat menaati perintah Allah dan Rosul-Nya. Ketika dikatakan mengenai suatu larangan, maka dengan cepat mereka menghindari hal tersebut tanpa banyak bertanya, apalagi sampai mengatakan “Urus aja dirimu sendiri”
3 notes · View notes
langitsore03 · 5 years ago
Text
Tumblr media
Sedikit cerita. Tadi sepulang dari kampus, saya berniat untuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk sedikit menghilangkan penat. Kebetulan, jarak dari kampus ke pusat perbelanjaan cukup dekat. Sehingga, saya memutuskan untuk berjalan kaki. Di tengah perjalanan, saat pandangan saya fokus ke depan, terdengar suara lirih dari arah kanan “Neng.. Boleh minta uang 2rb gak?" Begitu kiranya yang saya dengar. Sontak saja, saya menoleh ke sumber suara. Dan benar, terlihat seorang bapak-bapak yang sedang duduk dipinggiran toko sembari memegang perutnya, terdapat beberapa robekan pada bajunya, dihadapannya terdapat gerobak yang berisi sedikit barang bekas. Umurnya kira² 60tahunan, seumuran almarhum bapak saya. Langsung saja saat itu juga saya menghampirinya, begini kira² percakapannya :
“Uang 2rb nya buat apa pak?”
“Buat makan, neng. Saya belum makan dari pagi”
“2rb emang cukup pak?”
“Cukup neng, nanti bisa beli nasinya aja sedikit”
“Bapak tinggalnya dimana?”
“Jauh neng, di manonjaya”
“Jalan kaki kesini?”
“Iya. Jalan kaki”
“Terus ini barang bekasnya mau bapak jual?”
“Iya, mau saya jual tapi dapetnya baru sedikit. Ini gak sampe 5ribu. Saya biasa kerumah bawa uang 10rb”
Saya.. Tersenyum getir. Sekuat mungkin saya tahan tangis. Melihat pemandangan seperti ini selalu membuat saya teringat almarhum bapak.
Tanpa tanya lagi, saya menyelipkan sedikit uang, berharap bisa sedikit membantu meringankan beban bapaknya hariini. Kejadian hari ini, seolah menampar saya. Disaat orang lain sulit untuk bisa makan, bahkan bisa makan nasi sesuap pun sudah bersyukur tapi dilain sisi saya seringkali bermalas-malasan untuk makan jika lauknya tak sesuai dengan yang saya inginkan. Mungkin, ini cara Allah untuk menegur saya yang seringkali lalai dan sedikit bersyukur atas segala nikmat-Nya. Astagfirullah..
3 notes · View notes
langitsore03 · 5 years ago
Text
Kata orang, ”anak pertama merupakan anak yang menanggung beban berat dan seolah berbagi tanggungan bersama dengan orang tua, di keluarga” atau.. Ada yang beranggapan bahwa anak bungsu/ anak terakhir merupakan anak kecil yg selalu dimanjakan oleh orangtua dan seolah tak mempunyai beban pikiran apapun. Entah mengapa, Se dewasa apapun anak bungsu selalu dianggap anak kecil. Padahal faktanya, ada beberapa anak bungsu yang menanggung beban yang hampir sama dengan orangtuanya, terlebih saat kakak-kakaknya tak ada yang sepemikiran dengan orangtua. Terpaksa si anak bungsu yang harus maju, anak bungsu yang ngalah dan merelakan suatu yg berharga demi sesuatu lain yang lebih berharga. Dari beberapa hal yang saya pelajari, ada satu hal yang sampai saat ini sangat saya pahami. Setelah kepergian bapak, hal yang seringkali membuat ibu berurai air mata adalah saat ibu merasa tak ada lagi sesesorang yang bisa sepemikiran dengannya. Saat ibu merasa semuanya ditanggung sendiri. Dan sebagai anak bungsu, saya sebisa mungkin harus bisa membuat ibu tak lagi merasakan hal tersebut. Meski, saya harus kehilangan sesuatu yg berharga sekalipun.
3 notes · View notes
langitsore03 · 5 years ago
Text
Tumblr media
Satu pemandangan hariini yang cukup mengesankan. Terlihat dua orang anak yang sangat menikmati buku bacaannya, duduk bersila di pojokan dengan tatapan yang berbinar. Nampaknya, buku bacaannya telah berhasil mengambil seluruh perhatiannya, hingga mereka tak sadar ada kamera yang telah membidik mereka berdua. Tentu saja, itu aku yang tak kuasa menahan gemas dengan tingkah mereka sampai² sulit rasanya menahan diri untuk tak mengabadikannya dengan kamera ponsel.
Sekian menit berlalu, mereka beranjak dari tempat duduknya lalu pergi mencari buku lain untuk dibaca. Pun diriku, yang melanjutkan aktivitas mencari buku yang lain. Hingga tak berselang lama, saat mata ini asik menelisik dalam rak² buku, terdengar suara bisik2 dari arah kanan. Dan ternyata itu mereka! Dua orang anak yang sempat mengalihkan perhatianku. “Ini harganya 10rb!” ujar salah satu anak yang memakai peci berwarna hitam. Tanpa sadar, aku terdiam mendengar percakapan mereka berdua. Kulihat, seorang anak merogoh sakunya lalu menghitung uang yang telah ia keluarkan “Tapi uangnya cuma ada 5rb”. Jelas, terlihat uang yg ia keluarkan hanyalah pecahan uang koin seribuan. Tak sampai hati, melihat pemandangan tersebut membuat diri ini mengurungkan niat untuk membeli satu buku, ingin rasanya membelikan mereka masing-masing satu buku.. Pastilah terpancar kebahagiaan pada diri mereka berdua. Namun sayang, selang beberapa menit saat niat ini muncul mereka berdua tak terlihat lagi. Mungkin, telah berlalu ke luar lebih dulu.. Rasanyaa.. Sedikit menyesal tak cepat² menawarkan mereka buku. Bisa² nya diri ini kehilangan jejak dua anak kecil.
“Adek-adek, semoga kita bisa kembali dipertemukan”
4 notes · View notes