Tumgik
langitsore99 · 4 years
Text
15 Desember 2020
Sejak lulus S1, tepatnya setelah wisuda 5 September 2012, aku resmi jadi pengangguran terdidik. Setahun pertama, kuhabiskan waktu untuk mencari pekerjaan. Melamar dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Mengikuti segala Jobfair baik yang gratis maupun bayar. Yaaa.. semua ku lakukan demi bisa kerja. Karena prioritasku saat itu cuma ingin bekerja. Ingin mewujudkan segala mimpi dan impian yg selama ini telah kutulis.
Ntah berapa Bank BUMN yang dilamar, Bank Muamalat, mengikuti segala tes, mulai dari PT. Pegadaian, Jamsostek, BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, OJK, CPNS KEMENKEU 2013, CPNS BPKP 2013, CPNS KEMENKEU 2014. CPNS KEMENKEU 2015 atau 2016 (atau jangan-jangan nggak ada REKRUTMEN CPNS di tahun ini, aku lupa), CPNS KEMENKUMHAM 2017, CPNS KEMENKEU 2017, dan CPNS BPK 2019. Mengapa tidak ikut CPNS 2018? di tahun 2018 aku memutuskan untuk kuliah kembali di kampus yang serba kuning. Sebenarnya nggak ada niat yang gimana2, cuma ingin belajar, nuntut ilmu, nambah wawasan, nambah teman, nambah networking dan memang dari dulu penasaran banget sama kampus serba kuning itu. Jadi di tahun 2018 aku memilih untuk tak mengikuti CPNS karena takut nggak bisa menghandle keduanya. Padahal dalam hati ingin banget ikut dan waktu itu aku juga nggak lagi di daerah asal. Jadi nggak berani ikut, belum kenal banget medannya JABODETABEK.
Balik ke inti, di sini aku cuma ingin menghighlight, bagaimana perasaanku selama melamar kerja, mencari pekerjaan dari satu tempat ke tempat lain. Mencoba dari satu instansi/perusahaan ke instansi/perusahaan lainnya.
Memasukkan CV dan surat lamaran atau administrasi lainnya, lolos, dipanggil mengikuti tes, tes online, tes psikotes, interview, dan seterusnya. Sayangnya, tiap kali mengikuti tes, aku hanya bisa lolos sampai tahap psikotes dan wawancara saja. Belum pernah lolos hingga tahap MCU atau tahap akhir. Sedih??? Pasti!!! Gagal berkali-kali itu menyakitkan bagiku. Meski aku masih tetap mau berusaha dan mengikuti tes-tes lainnya. Masih percaya bahwa Tuhan tidak pernah tidur, bahwa Tuhanku Mahatau, Maha Melihat, dan DIA pasti mendengar segala doa dan pintaku.
Dari sejak masuk kuliah, yang aku inginkan setelah lulus hanya kerja. Nggak pernah kepikiran untuk menikah dengan siapapun. Tapi nggak munafik juga, aku masih tetap demen lakik kok. Masih suka dan naksir cowok ganteng, imut dan unyu2. cowok pintar yang bersih, disiplin, berkacamata, berkumis tipis, alis tebal, berkulit putih, dan pastinya wangi. Aku juga punya pacar saat masih kuliah. Punya gebetan juga sih. Meski rata-rata masih adek2, aka masih di bawahku usianya.
hmm.. balik lagi ke perihal pekerjaan. Sejak September 2012 hingga sekarang 15 Desember 2020, aku merasa hidupku nggak berguna, sia-sia. Tak jarang aku sering berdoa dan meminta kepada-Nya, “Jika memang di dunia ini aku tak memberi atau membawa manfaat untuk ummat, tolong panggil aku Tuhan,, jemput aku. Aku nggak ingin jadi “sampah”, nggak ingin menjadi beban bagi siapapun, nggak ingin hidup terlena, bermalas-malasan, dan nggak tau syukur. Jujur saja frustasi, depresi, khawatir, sedih, selalu menggelayuti pikiran dan perasaanku. Di saat teman-temanku telah menyelesaikan S2nya, sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri sehingga dapat memberikan penghasilannya untuk membantu orang tua dan keluarganya, di saat teman-temanku sudah menikah dan punya anak-anak yang lucu, sholih/sholihah, di mana mereka sudah punya rumah, kendaraan, tabungan, mandiri secara finansial.... sedangkan aku masih saja seperti ini. seperti jalan di tempat.Sedih... pilu.. sesak... itu yang kurasakan. Aku bahkan sudah tak punya semangat lagi untuk berjuang, untuk meneruskan hidup ini, sudah tak punya tujuan yang jelas dan pasti untuk ku wujudkan. Aku sudah tak punya target apapun lagi. Benar-benar ingin mengakhiri semua ini, mengakhiri hidup yang sudah tak berarti lagi.
Aku marah, kecewa, kesal, dan membenci diriku sendiri. Dan aku tidak ingin memaafkan apapun kesalahanku di masa lalu. Aku benar-benar membenci diriku. Seperti seonggok kayu yang tiada arti.
Sudah tak ada yang kuinginkan lagi di dunia ini.
Cuma ingin melihat orang tua bahagia, sehat, dan hidup berkecukupan hingga akhir hayat mereka. Hanya itu.
Dari lubuk hatiku yang terdalam dan dalam keadaan sadar, sebagai anak, aku memohon ampun kepada Tuhanku, meminta maaf kepada kedua orang tuaku, meminta maaf kepada saudara-saudaraku, dan orang-orang yang ku kenal dan mengenalku yang telah kusakiti hatinya, yang mungkin karena perilaku dan ucapanku mereka tersakiti dan kesal... aku benar-benar minta maaf.
Memohon ampun kepada Tuhanku yang selama ini telah kuhiraukan.. karena selama ini telah menjadi hamba-Nya yang durhaka dan nggak tau diri.
Meminta maaf kepada orang tua yang selama ini telah kukecewakan, sedih karena sikap, ucapan, sifat, dan karakterku. aku yang sering durhaka kepada keduanya, aku yang tak tau balas budi, aku yang tak berguna ini.
Biarlah semua rasa sakit, sedih, kecewa, dan marah ini ku bawa hingga akhir hayat.
Aku hanya ingin pergi dengan cara yang baik.
meski rasanya sesak di dada, meski rasanya sedih ini tak berujung.. lagi lagi.. biarlah...
Teruntuk:
2012-2017
2018-2020
Kalian tahun-tahun yang luar biasa bagiku. Struggle.. dan benar-benar menguras jiwa dan ragaku. Nanti, di akhirat, ketika dokumenter hidupku diputar kembali oleh-NYA, aku ingin bilang, “Terima kasih atas pelajaran hidup selama 8 tahun terakhir ini.
1 note · View note
langitsore99 · 4 years
Text
Maafkan.. ikhlaskan.. dan lupakan..
Sejauh apapun melangkah, jika hatimu masih terjerat masa lalu, kamu akan terperangkap pada satu ruang yang tak memiliki pintu dan jendela.
Berdamailah dengan dirimu sendiri.
0 notes
langitsore99 · 4 years
Text
Jiwa yang T’lah Lama Hilang
Juli 2008 adalah saat di mana aku mengawali hidup dengan hal baru yang sebelumnya sangat tidak aku sukai. Lulus di jurusan yang tak pernah menjadi minatku membuat hidupku bak kapal yang hampir oleng di tengah lautan luas. Hampir tak pernah sekalipun aku menikmati dan merasakan bahagia sejak diterima jadi mahasiswa di salah satu PTN ternama di kota ini. Aku tak punya pilihan lain. Saat itu, fokusku hanya satu.. bagaimana caranya aku bisa lulus di kampus negeri.
Tak kusangka, aku terjebak pada pilihanku sendiri. Pilihan yang sekadar asal-asalan karena sudah tak punya semangat untuk memilih jurusan pada jalus SNMPTN saat itu. Sebelumnya aku mengikuti tes SPMB 5 PTN. Namun, gagal. Dari dulu, aku hanya punya cita-cita menjadi seorang dokter. Aku ingin menolong orang-orang yang sakit dan menggratiskan biaya pengobatan bagi semua orang terutama untuk orang-orang yang tidak mampu. Sayangnya, Tuhan tak ingin aku menjadi dokter sepertinya. Dua kali nyoba tes, duaduanya gagal. Jujur, sedih banget kala itu. Sering bertanya dalam hati, apakah niatku salah?
Sejak 2008 hingga saat ini 2020 hampir berakhir, aku t’lah lama kehilangan jiwaku. Aku bahkan kehilangan arah dan tujuan hidupku. Semangatku hilang... aku rapuh.. aku berada dititik terendahku. Aku butuh pertolongan..
1 note · View note