light-daybook
light-daybook
light-daybook
71 posts
Hehe.
Don't wanna be here? Send us removal request.
light-daybook · 6 months ago
Text
"6 bulan, ayo dicoba pumping 6 bulan" kataku 6 bulan yang lalu. Menjadi ibu untuk pertama kali. Melahirkan untuk pertama kali. Menyusui untuk pertama kali. 6 bulan lalu semua pengalaman adalah pengalaman untuk yang pertama kali.
Masih teringat jelas, 3 hari di rumah sakit aku dan dipta masing-masing belajar untuk pertama kali bagaimana cara menyusui-disusui yang benar. Posisi yang benar, pelekatan yang benar tapi ternyata tidak semudah itu. Aku pikir fase hamil adalah fase yang berat, ternyata fase menyusui lebih berat lagi, bukan berat sih tapi lebih ke fase dimana aku belajar untuk ikhlas.
Menyusui di rumah setelah dari RS tidaklah lebih mudah. Kami berdua masih sama-sama belajar. Sedikit demi sedikit asi mulai keluar. Walaupun begitu kami berdua masih terkendala dengan pelekatan yang benar. Sedikit berhasilnya, lebih banyak gagalnya.
Lama-lama aku mulai kalut. Kulit dan mata adek kuning. Di tengah-tengah kekalutan itu, untungnya suami masih bisa berpikir jernih dan mengajak untuk periksa ke klinik aja.
Disana semua kondisi adek dicek, pelekatan pun dicek yang ternyata dari dokternya pun kesusahan. Akhirnya melihat kondisi adek yang penurunan BBnya lebih dari batas normal dan kondisi badan yang menguning akhirnya adek disinar. Saat itu juga. Tanpa persiapan apapun, kami menunggu disana.
Dipta diletakkan di box kaca yang ditutup kain hitam dan disinar uv, hanya menggunakan popok dan penutup mata. Hati orang tua mana yang tidak hancur melihat anaknya sakit? Saat itu aku merasa bersalah, merasa gagal, nerasa engga mampu untuk berusaha memberikan yang terbaik. Saat itu aku ditarget tiap 2 jam minimal dapat 40-60ml asi, tapi apa daya asi masih seret sekali pumping cuma dapat 10-20ml. 30ml aja bersyukur. Apa engga tambah stress? Akhirnya karena produksi asiku belum memenuhi target sedangkan adek perlu minum sekitar 60ml, disambung pakai sufor.
Singkat cerita adek disinar 27 jam karena dibeberapa waktu adek rewel dan akhirnya dikeluarkan dari box sementara untuk ditenangkan.
Setelah kejadian itu aku sadar, aku salah karena tetap memaksakan ingin dbf sedangkan kondisi kami berdua belum bisa.
Aku mulai menata pikiran lagi, membulatkan tekad karena yang terpenting saat ini dan selanjutnya adalah nutrisi yang cukup untuk adek. Selain itu pertimbangan waktu cuti yang kudapet cuma satu bulan (adek umur 3 minggu aku udah masuk😞) akhirnya saat itu aku memutuskan untuk memulai hidup menjadi mom eping.
"6 bulan, ayo dicoba pumping 6 bulan. Desember. Check point pertama".
Ternyata sampai juga aku disini🥹
Engga mau bohong, selama proses menjadi mom eping pun beberapa orang ada yang *julid*. Tapi ya belajar untuk cuek dan tetap fokus ke tujuan lagi untuk memberikan nutrisi yang cukup ke adek.
Selama proses mom eping 6 bulan ini pun ada 2x dimana suplai drop. Akhirnya aku belajar lagi, ikut workshop dan ternyata ada banyak hal dan kunci dasar untuk sukses menaikan asi.
Jadi target selanjutnya adalah satu tahun menjadi mom eping.
Semangat mengASIhi ya aku😁 mari kita usahakan asi eksklusif 2 tahun itu..
0 notes
light-daybook · 11 months ago
Text
Tumblr media
Somehow beberapa hari ini selalu mellow kalo lihat muka Dipta malem malem, karena di waktu inilah aku bisa menemani Dipta tidur disela sela jadwal pumping yang padat itu. Kadang pikiran untuk resign dari kerjaan sehingga bisa mendedikasikan waktu untuk membersamai tumbuh kembang Dipta selalu berseliweran, tapi aku sadar masih banyak kebutuhanku, keluarga dan Dipta yang perlu di provide setiap bulannya. Bukan berarti nafkah dari suami kurang, hanya saja ingin memiliki financial freedom walaupun hanya digunakan untuk jajan.
Selama perjalanan menuju 2 bulan dari womanhood ke motherhood tidaklah mudah. Banyak drama yang terjadi selama ini (dan mungkin kedepannya). Hanya saja yang selalu aku pikirkan saat melihat wajah Dipta setiap malam sebelum tidur adalah "apakah aku sudah bisa menjadi ibu yang baik?"
Aku masih ingat jelas keinginanku dulu untuk tidak menikah, menjadi wanita independent, kalaupun menikah lebih memilih childfree. Dulu terdengar sangat keren, tapi sekarang aku hanya tersenyum kecil kalau mengingat keinginan itu karena menikah dan punya anak tidak seburuk itu :) pikiran naif itu muncul karena aku melihat dan merasakan sendiri bagaimana ibu dan bapakku sebagai pasangan suami istri yang sangat banyak ketidakcocokan tapi sebagai orang tua mereka tetap yang terbaik untuk aku.
Mengasuh anak tidaklah mudah. Perlu banyak penyesuaian lagi dan lagi. Setiap minggu, setiap bulan selalu ada adaptasi baru karena ternyata bayi bertambah umur akan selalu ada perubahan. Darisini pun aku juga sadar kalau perjuangan ibu itu sangatlah besar. Hal ini mengingatkanku akan setiap sikap kasarku kepada ibuku, aku anak kurang ajar setiap berani kepada orangtuaku terutama ibu. Apalagi sekarang ibu dan bapakku membantuku untuk mengasuh Dipta, yang mana Dipta adalah cucu pertama mereka. Aku sekarang paham bagaimana beratnya beban mereka menjadi orang tua. Sehingga saat ini mulai aku terapkan pikiran "mereka baru pertama kali menjadi orang tua, saat inipun aku baru pertama kali menjadi orang tua". Ya, menjadi orang tua tidaklah mudah.
Dipta.. banyak orang yang sayang sama kamu nak. Ibu merasa lega, banyak orang yang peduli sama Dipta. Sejujurnya ibu merasa sangat terbantu karena bantuan dari orang tua, mertua, ipar dan juga mbak yang membantu di rumah. Tapi kadang terpikirkan lagi ketakutan itu; kalau Dipta lupa denganku karena aku sedikit menghabiskan waktu dengannya. Akankah hubunganku dengan Dipta akan sedekat itu di masa depan? Melihat waktu yang dihabiskan, dan juga segala hal tentang mengASIhi. Apakah keputusan yang aku ambil sekarang ini akan menjadi trauma kedepannya anakku sendiri?
Hanya tulisan acak, sambil melihat wajah anakku yang masih polos ini
0 notes
light-daybook · 1 year ago
Text
Somehow punya keinginan untuk lanjut S2 planologi. Malah pengennya di UGM lagi. Kapannya semoga ada rejeki beasiswa atau dibiayain dari kerjaan. Aamiin
0 notes
light-daybook · 1 year ago
Text
Tiap ulang tahun kok agendanya nangis
0 notes
light-daybook · 1 year ago
Text
Jadi apa pedulimu?
0 notes
light-daybook · 2 years ago
Text
Kepikiran besok kalau pas dihisab dan ditanya sama Allah "apa yang kamu lakukan sewaktu sodara sodari muslimmu ditindas oleh zionist?"
Beberapa waktu belakangan ini aku bener bener melek matanya terhadap genosida di Gaza yang dilakukan para zionist. Banyak yang bilang "kejadian sejak 7 Oktober" padahal engga, ini sudah terjadi bertahun-tahun lamanya, karena inget banget dulu waktu SMP sewaktu pelajaran review lagu bahasa inggris ada teman yang ambil "We Will Not Go Down". Dulu kecil masih hah hoh hah hoh, sekarang udah paham gimana kejam dan bengisnya para zionist ini.
Ada disuatu waktu aku ngerasa useless sebagai umat islam melihat kondisi saudara saudiri muslim Gaza, bener-bener nangis lihat setiap postingan di twitter. Sempat kebawa mimpi juga, bangun bangun sedih. Seorang yang tidak punya power ini cuma bisa membantu lewat doa, donasi dan juga aktif di media sosial untuk menyebarkan informasi terkait genosida di Gaza, karena apa? Karena banyak juga orang yang bebal. Apalagi orang-orang centang biru yang engga punya otak, selalu membuat post yang isinya berpotensi ramai guna untuk menaikan engagement (biasanya pro israel) biar ada pemasukan dari twitter. Benci banget orang yang begini.
Bener-bener cuma bisa berdoa untuk keselamatan warga Palestina, semoga selalu diberikan kekuatan, kesehatan, selalu dilindungi oleh Allah dimanapun berada, dan bagi orang-orang yang sudah meninggal syahid semoga diampuni kesalahannya, diberikan tempat terbaik surga disana. Untuk para pendukung zionist israel juga tetap kudoakan, semoga diluluhkan hatinya, dibuka akal pikiran jernihnya.
Karena kepikiran besok kalau pas dihisab dan ditanya sama Allah "apa yang kamu lakukan sewaktu sodara sodari muslimmu ditindas oleh zionist?"
Bener bener cuma itu yang bisa aku lakuin untuk saat ini; berdoa, berdoa dan berdoa.
Bukan hanya tentang agama, tapi juga tentang kemanusiaan.
0 notes
light-daybook · 2 years ago
Text
Been the fan of Deft and have new interest in league of legend for awhile. And the idea of progamer going to retire (mostly bcs of military) is saddening. I just can't imagine how will i feel if there's no specific name in the league anymore. I don't blame the military because i don't have any rights to judge about that. What i know is going military is everyone man duty as SK citizen. What mad me really sad is the retirement itself.
In drx interview, they said Deft officially delayed his military to March 2024. It means this 2023 is the last season he will play as progamer, right? So i just have less than a year to follow his step in league, unless he will join Asian Games and win which people said if someone win they will be excluded from military, and it means deft can prolong his career as progamer.
I am sad, i didn't have any interest in league back than😭 because if i did, i would not feel this devastated because i could follow Deft's journey a little bit longer.
But wherever path he will choose for the next, i will support him no matter what and keep following his journey ahead.
This is the first time i feel this down because being someone fan. I'm an army, and the members went to army didn't really make me this sad because there's still other members who doing their solo activites and after they finish their military they will comeback as one and active as a singer again. And the bitter truth, it's really different than retired progamer. How can we "meet" again?
Hope he still want continue his journey as progamer even after finished his duty as SK citizen🙏
0 notes
light-daybook · 3 years ago
Text
Hipnoterapi
“Dalam hitungan 10 sampai 1, Lita akan merasa lebih rileks dan lebih rileks lagi”
24 Desember 2022
Hari ini jadwal padat dari pagi tidak ada air hingga harus mandi di Bandongan, datang ke acara pernikahan Tya, muter-muter Superindo sambil cerita, makan bakso di Pakelan, sampai pada akhirnya ke tujuan awalku membuat janji bersama Ima hari ini yaitu untuk menjadi assessment Ima untuk melengkapi syarat profesinya sebagai profesional hipnoterapi.
Minggu lalu merupakan hari yang berat untukku karena begitu banyak kejadian yang terjadi di hari Sabtu dan Minggu. Merasa marah, merasa kecewa tapi saat itu hanya bisa kupendam. Hingga kuberanikan diri untuk bertanya ke Ima tentang distraksi yang bisa kulakukan untuk meghadapi permasalah itu. Sangat tidak disangka Ima menawarkanku untuk menjadi “subjek” tugas Ima dimana dia sedang mengambil profesi sebagai ahli hipnoterapi. Awalnya ragu untuk mengiyakan karena aku ragu apakah aku masih memiliki emosi yang sama saat aku diterapi minggu depan, dan aku belum pernah mencoba untuk datang ke profesional untuk permasalahan selain fisik. Akhirnya setelah dijelaskan apa itu hipnosis dan metode yang digunakan aku mengiyakan tawaran Ima, selain itu membantu Ima dalam memenuhi tugasnya, itu pasti akan bermanfaat untuk aku kedepannya.
Jadi hari ini setelah muter-muter kami naik ke kamar Ima untuk memulai assessment yang ditemani dengan piscok ala ibuknya ima dan chitato rasa indomie. Menurut aku dari mata orang biasa, hipnoterapi ini bisa dibagi jadi tiga tahap: pra, inti, hingga pasca. Sebenarnya ada bahasa ilmiahnya, tapi aku belum tau (coba mari tunggu hasil assessment Ima besok), jadi untuk saat ini pakai bahasa yang tadi saja ya
Tahap Pra Hipnoterapi
Pada tahap ini Ima menyiapkan segala perlengkapan berupa alat tulis, buku, laptop dan juga modul pembelajaran Ima. Kemudian sesi dimulai dengan menanyakan data diriku. Setelah itu Ima menanyakan beberapa hal yang saling berkaitan satu sama lain. Tiga pertanyaan utama yang ditanyakan adalah tentang kebahagiaan utama, masalah utama, dan output harapan setelah mengikuti hipnoterapi ini, lalu kemudian barulah pertanyaan yang mulai bervariasi itu muncul. Pertanyaan ini sebenarnya membantu aku dan Ima untuk mengetahui sumber titik permasalahan yang sedang ingin aku “sembuhkan” dan peran Ima disini membantu untuk aku paham dengan permasalahan yang sedang aku jelaskan karena kadang bahasaku belibet dan muter-muter, Ima yang menginterpretasikan dengan bahasa yang lebih singkat dan mudah dimengerti kedua belah pihak. Pertanyaan beragam dari sejak kapan perasaan ini muncul, mengapa muncul, apa yang dirasakan saat perasaan ini muncul, kenapa dirasakan terus menerus, kalau perasaan ini muncul tetapi aku sudah legowo sesuai dengan tujuan bagaimana rasanya (secara visual, kinetik, audio dll), apa usaha yang telah dilakukan dan masih banyak lainnya. Dan akhirnya disimpulkan permasalahan utamaku pada sesi ini adalah perasaan takut kehilangan, takut ditinggalkan sehingga memunculkan tindakanku untuk selalu mendahulukan orang lain tanpa melihat kemampuanku sendiri.
Tahap Inti Hipnoterapi
1. Membayangkan aku disuatu tempat yang membuatku nyaman, rileks, tenang. Tempat yang aku bayangkan saat merupakan tempat dimana langit dan laut bertemu. Laut yang hanya setinggi mata kakiku, dan di atas air itu ada tempat tidur berselimut sutera putih dan ada pohon berbunga putih di sebelahnya, seperti pohon tabebuya. Suasana tenang, kubayangkan ada suara gemericik air laut dan angin yang sepoi sepoi. Malam hari dan ada bulan purnama bersinar terang di atasnya.
Ima menyediakan bantal dan tempat yang nyaman untuk aku memposisikan diri senyaman mungkin. Aku memilih duduk bersandar, kaki lurus, tangan di atas perut. Sambil aku menyesuaikan kondisi ini, Ima menilai metode apa yang sesuai dengan kondisiku saat ini. Ima menguji tingkat hipnoku yang akhirnya menunjukkan aku memiliki kemampuan cukup tinggi untuk di hipnoterapi. Akhirnya ima memutuskan untuk menggunakan metode relaksasi dan metode sugesti(?) karena dianggap sebenarnya aku sudah tau apa yang harus aku lakukan cuma kurang yakin.
Hipnoterapi pun dimulai, Ima memintaku untuk menutup mata dan menemukan posisi ternyaman. Setelah itu melakukan instruksi Ima untuk rileks, rileks, rileks dan rileks. Pengulangan instruksi Ima diulang sampai 3 kali putaran hingga Ima menilai aku sudah masuk ke tahap alam bawah sadar. Disini aku diminta untuk membayangkan aku disuatu tempat yang membuatku rileks, tenang dan bisa fokus kepada diri sendiri.
Setelah Ima melihat aku masuk masa “trance” yang katanya ditandai dari gerak bola mata dan nelen ludah berkali-kali, barulah Ima mencoba untuk aku memvisualisasi kejadian itu di pikiranku. Jadi kalau dituliskan mungkin tahapannya seperti ini:
2. Setelah itu ima "membawa" diriku untuk membayangkan aku bertemu dengan orang-orang yang pernah membuatku marah, kecewa, rasakan emosinya. Di fase ini aku membayangkan semua temanku datang berbaris menggunakan baju putih berdiri di depanku. Aku marah, aku sedih jadi secara sadar aku meneteskan air mata (yang kata ima sangat banyak sampai aku sesenggukan dikit)
3. Ima menginstruksikan untuk aku bicara kepada mereka, katakan apa yang aku rasakan dari perasaan marah, perasaan kecewa, perasaan sayang hingga takut kehilangan. Disini semua orang hanya terfokus kepadaku, fokus mendengarkan tidak ada yang men-judge. Ima memberi waktu untuk aku mengutarakan itu semua (yang aku lakukan dalam hati dan pikiran/imajinasiku), cukup lama karena banyak yang aku katakan ke mereka. Bayanganku disini aku datang ke mereka, berbicara satu-satu kepada mereka. Aku ungkapkan semuanya.
4. Setelah aku merasa cukup, Ima menarikku kembali ke tempat nyaman, rileks dan tenang itu lagi. Sendirian lagi tanpa orang lain. Di fase ini Ima mulai memasukan sugesti-sugesti yang awalnya sudah dikatakan selama tahap pra hipnoterapi. Untuk memvalidasi perasaan, untuk menerima, untuk paham dengan keadaan kalau tidak ada yang abadi, dan sugesti untuk tetap semangat, bahagia dan bisa mementingkan diri sendiri terlebih dahulu. Sugesti ini tentunya diulang-ulang terus.
5. Kemudian Ima mencoba menyuruhku untuk membayangkan orang-orang tadi datang lagi ke tempat itu. Disini aku sudah mulai legowo, mulai menerima. Menerima sosok mereka, menerima sikap dan sifat mereka, menerima setiap ada pertemuan ada perpisahaan, setiap orang selalu memberikan pembelajaran baik kepadaku, dan ada saatnya aku berpisah kepada mereka. Aku mencoba memvisualisasikan kejadian perpisahan itu dan ternyata tidak seberat apa yang aku rasakan. Aku mengucapkan terima kasih kepada mereka semua, aku tertawa bersama mereka sambil aku genggam erat tangan mereka hingga saatnya mereka harus pergi. Pergi satu-satu sambil melambaikan tangan dengan perasaan gembira, mereka ada untuk memberi warna di kehidupanku. Aku tidak menangis karena sedih lagi, aku menangis terharu, aku bahagia, aku merasa tenang dan senang atas kehadiran mereka di hidupku hingga di tempat itu hanya tinggal aku sendiri, menatap keheningan malam.
Tahap Pasca Hipnoterapi
Tahap ini Ima menginstruksikan aku untuk mengembalikan kesadaran lagi secara perlahan. Perlahan aku gerakan jari-jari tanganku tetapi karena aku bingung akhirnya aku terlalu cepat untuk membuka mata (yang efeknya aku cukup pusing setelah sesi, seperti terlalu tidur lama). Setelah bangun Ima bertanya tentang kondisiku, apa yang aku rasakan dan pada saat itu aku merasa bersemangat, banyak energi positif di dalam diriku, aku siap untuk bertemu orang-orang baru lagi. Ima berharap dari sugesti-sugesti yang sudah “ditanamkan” dari ima dan juga dari diriku sendiri, jika kemudian hari aku mengalami hal yang sama, alam bawah sadar akan merespon kejadian itu dengan hasil hipnoterapi tapi. Sangat menakjubkan bukan ilmu hipnoterapi ini?
0 notes
light-daybook · 3 years ago
Text
PMS?
bukan rasa sakit atau tidak nyaman yang dirasakan sebelum haid ya, tapi ini istilah yang dipakai anak-anak unyil kalau sudah mendekati akhir tahun karena akhir tahun adalah waktunya untuk Musang, jadi PMS yang dimaksud adalah Pra Musang Syndrome dimana kondisi ini adalah kondisi pusing-pusingnya para PH untuk menyusun segala pertanggung jawaban kinerja selama satu tahun yang harus disampaikan kepada seluruh anggota. Mumet? Pasti haha
Selama minggu ke 2 di bulan Desember ini grup kamar dipenuhi jarkom tentang muyawarah anggota (musang). Jadi teringat selama 4 tahun di unyil yang berarti aku sudah mengikuti musang 4x semua memiliki suasana berbeda-beda.
2017
Tahun pertama mengikuti musang sebagai anggota aktif unyil. Kepanitiaan musang tahun 2017 dipegang oleh diklatku sendiri. Yang aku ingat dari musang tahun 2017 ini diadakan di Kaliurang, dimana PH Mbak Fia yang menyampaikan pertanggung jawabannya. Saat itu diklat 27 hanya aku, Nita dan Mas Bram yang hadir dari awal hingga akhir. Selama musang tahun ini kami yang masih “piyik” mengamati dan mempelajari bagaimana cara musang berjalan. Setiap harinya dimulai pukul 7 pagi hingga malam sekitar jam 10 atau 11. Pembahasan cukup pelik karena anggota kami sangat kritis dalam membaca setiap pertanggung jawaban setiap PH. HIngga di akhir acara terpilihlah Mas Didiet sebagai ketua periode selanjutnya. Ternyata tidak selesai sampai sini, masih ada sesi dimana setiap diklat berkumpul sendiri-sendiri dan menentukan susunan rancangan PH yang nantinya dapat menjadi masukan Mas Didiet untuk mengatur PH nya.
2018
Tahun kedua ikut musang unyil, di tahun ini aku sudah duduk di kursi sebrang anggota lainnya yang berarti tahun ini aku ikut menyampaikan hasil kerjaku selama satu tahun sebagai sekretaris. Tahun ini aku tidak terlalu merasakan PMS, 2 minggu sebelum acara laporan dan lampiran sudah tersusun. Beberapa hari sebelum musang PH kami mengadakan final checking untuk laporan dan lampiran yang akan disampaikan. Final checking ini dilaksanakan sampai malam sekali, seingatku jam 3 baru selesai untuk semuanya.
Tidak banyak hal yang aku ingat saat musang tahun ini. Yang aku ingat hanya pikiran “bagaimana kalau aku jadi ketua unyil?” pikiran itu sebenarnya sudah nangkring sejak awal November karena Mas Bram sudah mengajakku untuk berbicara empat mata kalau dia tidak mau menjadi ketua, karena ada sesuatu yang lebih bermanfaat untuk dia ambil. Sedangkan tahun 2019 adalah giliran diklatku yang memimpin sedangkan 5 orang sudah di masa akhir perkuliahan tinggal sidang, 1 orang akan berangkat ekspedisi, tinggal 4 orang termasuk aku. Sampai pada akhirnya pemilihan ketua dan benar ternyata aku yang terpilih. Sesi dilanjutkan untuk diskusi diklat memberikan usulan nama PH yang nantinya dapat aku jadikan pertimbangan dalam melobby PH. Yak perjalanan PHku mulai dari sini yang tentunya banyak naik turun selama menjabat di tahun 2019 :)
2019
Tahun ketiga musang unyil. Tahun terberat, musang terberat karena tahun ini akulah yang bertanggung jawab atas kinerja PH ku kepada seluruh anggota. PMS tahun ini mulai muncul sejak Oktober dimana di bulan itu ada pergantian PH Pengembangan. Cukup ketar ketir untuk transfer ilmu dan mengejar ketertinggalan program yang sudah disetujui saat Muker 2 lalu. Takut? Iya. Cemas? Iya. Tapi aku percaya teman-teman PHku sudah sangat hebat dalam menjalankan programnya dari awal hingga akhir, adanya kekurangan tentunya itu adalah suatu hal yang wajar terjadi. Dipertengahan acara cukup ada kerisuhan karena 1 PH ku tidak kunjung datang, hingga akhirnya dia datang dengan diantar ayahnya. Terima kasih sha...
Hingga akhirnya LPJ kami diterima bersyarat, dan akhirnya sampailah di waktu untuk pemberhentian Ketua dan PH. Saat itu aku merasa beban di pundakku diangkat semuanya. Semuanya sudah berakhir. Akan ada awal baru, PH baru yang lebih kuat untuk melanjutkan kapal unyil untuk berlayar.
2020
Tahun keempat musang unyil dimana aku menjadi BPO. PMS tidak terasa di tahun ini karena BPO ini aku tidak bekerja sendirian, ada teman-teman lainnya yang ikut berperan dalam memberikan pengawasan dan pertimbangan kepada Ketua. Sangat terbantu. Musang tahun ini aku ikut secara virtual karena aku sudah bekerja dan kadang hari Sabtu pun aku masih ada kegiatan lapangan. Penyampaian pertanggung jawaban dilakukan oleh Nita, Fay dan Yose. Setelah itu selesailah sudah pengabdianku ke unyil selama 4 tahun ini
0 notes
light-daybook · 3 years ago
Text
Finally it's time to let go this thin thread rather than holding up until it gets tangled and i have to cut it off in the end
But why everytime i try to let go they always come back and that thin thread securely tied again in my hand.
They really want to see me suffer.
0 notes
light-daybook · 3 years ago
Text
Tumblr media
"Kamu bisa ya gitu? Nyaman? Kerja tp gak akrab sama rekan kerjanya"
Kalimat yang langsung menusuk sampai ke hati. Bener-bener nusuk sampai nangis karena dari awal November mikir ini terus.
Alasannya kenapa aku bisa tetep kerja walaupun engga akrab sama rekan kerja. Jawabannya adalah takut. Takut ketika sudah akrab nanti diakhir aku yang tidak bisa melepas mereka.
Setiap bertemu rekan kerja baru dimana waktu bersamanya cukup singkat secara sadar aku sudah memberi batas sampai mana tingkat ke akraban aku dengan orang-orang ini, karena kalau tidak begitu diakhir kegiatan pasti aku yang menanggung rasa kehilangan itu. Tapi apa daya kalau ternyata teman-teman baru ini bisa membuatku nyaman dan senang, batas yang sudah kubuat lama-kelamaan akan kuabaikan sendiri.
Orang bilang "it is just a job, not your life" itu tidak berlaku untukku, karena selama ini selalu dipertemukan dengan orang-orang baik walaupun hanya rekan kerja mereka bagian dari hidupku. Sebagai anak tunggal bisa punya temen/rekan kerja banyak, klik dan sefrekuensi, apa apa bareng gitu sangat berarti untuk aku. Tapi kembali ke realita, people come and people go, mereka punya tujuan dan jalan hidup masing-masing.
0 notes
light-daybook · 3 years ago
Text
How could they already showed me their vulnerable side even though we have just met? Do they really trust me that much? Or am i the one who is afraid to open up?
I'm scared they will turned their head once i showed my flaws.
0 notes
light-daybook · 3 years ago
Text
"No one understand"
Kalimat itu yang selalu ada dipikiranku kalau sudah mentok dengan suatu pemikiran. Tapi aku sadar itu salah. Karena pasti masih ada orang-orang yang akan memahami perasaanku, walaupun terkadang tidak sesuai apa yang aku maksud setidaknya mereka berusaha untuk memahami pola pikirku.
"No one understand"
Kalimat itu keluar karena aku hanya berdiam, belum mencoba untuk membuka pembicaraan ke orang lain. Jadinya sudah "prejudice" atau berprasangka terlebih dahulu kalau semua orang tidak akan mengerti apa yang aku rasakan. Padahal sebenarnya tidak juga
"No one understand, except them"
Iya, mereka. Mereka yang mau mendengarkan hingga selesai tanpa menghakimi, mereka yang mau bersimpati ataupun berempati dari apa yang aku alami, mereka yang selalu memberikan pandangan secara netral dan juga logis agar bisa membantuku untuk berpikir rasional, dan mereka yang selalu ada disaat aku membutuhkan mereka. Itu suatu hal yang harus aku syukuri sampai saat ini.
0 notes
light-daybook · 3 years ago
Text
Kepikiran udah 2 orang yang bilang ke aku kalau aku terlalu sering minta maaf, walaupun itu hal kecil dan bukan suatu kesalahan juga. Tapi memang iya. Setiap ada situasi dimana ada yang tidak berjalan baik aku langsung minta maaf, saat dirasa guyonanku terlalu kelewat dan bahasa lawan bicara yang singkat aku minta maaf (yang sebenernya mereka-mereka ini tidak marah).
Aku mencoba mengingat lagi alasan "kenapa? Kok bisa?" dan teringat suatu hal yang dulu pernah dialami secara berulang-ulang. Konflik setiap hari, terlalu sering dipojokkan, setiap ada masalah tidak pernah diselesaikan dengan baik-baik dan berakhir dengan silent treatment berhari-hari dari orang yang aku anggap "spesial". Sehingga secara tidak sadar sampai saat ini punya ketakutan kalau kejadian itu bakal terulang jadilah ada kebiasaan untuk selalu minta maaf untuk hal-hal kecil sekalipun yang kadang membuat teman temanku gemas mendengar kata maafku.
Tidak menyalahkan seseorang, hanya baru sadar ternyata ketakutan itu masih terbawa sampai sekarang.
0 notes
light-daybook · 3 years ago
Text
10 November 2022
Saat itu cuaca sore hujan deras. Sampai rumah sudah capek tapi masih harus beberes dan bersih-bersih karena tadi ada kegiatan lapangan.
Sudah sholat ashar, tinggal menunggu maghrib aku putuskan untuk main game sebentar sambil mendengarkan musik. Beberapa saat kemudian christmas tree nya V keputer. Sampai reff pertama selesai mulai kerasa ada sesuatu yang salah, mulai curiga ini pasti kumpulan emosiku dan udah sampai puncaknya. Dan kebetulan playlist ada lagu Downpour, dan benar langsung saja aku sesenggukan sewaktu “nekat” baca liriknya.
I’m getting all wet right now
I don’t even have the strength to open an umbrella
But we know
Let me just cry for a moment
As I lean on the rain
So you won’t see our sad tears
Now goodbye
Aku nangis pun sambil mikir triggernya kenapa kok bisa sampai nangis kejer gini. Sampe ditanya ibuk “kenapa?”, cuma kujawab “sedih”. Untungnya ibuku paham jadinya dibiarin sendiri dulu dan engga ditanyain macem-macem. Asli bingung triggernya apa kok sampe segitunya.
Kok ya ngepas hari itu ditelfon kerjaan padahal biasanya engga pernah, kelabakan. Semoga tidak kedengeran suaranya kaya bebek wkwk
0 notes
light-daybook · 3 years ago
Text
Tumblr media
Tempat yang sama, teman yang berbeda
A little moments with the team i worked with actually means a lot to me.
Sejak ajulas, unyil, tim ss 2021, sampai tim ukur 2022 ini. Seneng bisa kerja bareng sama kalian, panas hujan bareng, ketawa spaneng bareng, semua selalu dikerjain bareng, cuma pasti sedihnya kalau udah dipenghujung acara.
Terima kasih sudah mampir dan memberi warna di kehidupan monotonku, semoga bahagia selalu dimanapun kalian berada😊
0 notes
light-daybook · 3 years ago
Text
Tumblr media
1 note · View note