Tumgik
lintangthings · 5 years
Photo
Tumblr media
Narasi Baru Sejarah Islam: Umat dan Kesadaran Sejarah
Oleh: Muhammad Akmal Ashari
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal….” (Yusuf : 111)
Saat ini, sejarah menjadi salah satu hal yang sangat menarik untuk dipelajari dan diambil nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Tidak hanya oleh para peneliti sejarah, kalangan masyarakat yang dari berbagai kalangan pun saat ini mulai tertarik dengan hal-hal yang ‘berbau’ sejarah. Terlebih bagi umat islam dan generasi mudanya, sejarah Islam menjadi  ‘primadona’ untuk dibaca, ditonton, dan didengarkan serta dibagikan berkali-kali yang tentu dengan sumber yang valid dan kredibel, sekalipun masih ada sebagian yang terjebak dalam sumber yang invalid dan tidak kredibel.
Saya rasa ini merupakan bagian dari kesadaran sejarah umat Islam dan generasi mudanya. Tentang perjalanan umat selama hampir 14 abad lamanya. Banyak hal-hal yang tersembunyi namun pada akhirnya terungkap satu persatu ke permukaan dunia. Dengan mengandalkan media sosial, informasi tentang sejarah Islam yang baru terungkap menyebar dengan cepat dan menjadi identitas tersendiri bagi umat Islam. Berbagai macam aspek kehidupan perlahan terungkap ke khalayak dan menjadi pembelajaran tersendiri bagi umat.
Sikap kritis. Kurang lebih itulah yang mendasari mulai banyak dari kalangan umat Islam yang mempelajari sejarah dan mengungkapkannya kepublik. Saya ambil contoh seorang sejarawan sekaligus penulis buku The Lost Islamic History yang bernama Firas Al Khateeb. Dari karyanya menjadi penyegar dan pembuka pintu menuju ‘bagaimana perjalanan umat islam yang sebenarnya’. Karena selama ini kita ketahui sejarah selalu berorientasi pada bangsa-bangsa Eropa. Saya tidak mau mnyebut ‘disembunyikan’ atau ‘dihilangkan’, namun lebih kepada sudut pandang yang bersifat barat-sentris yang dilakukan oleh sejarawan Barat dengan pandangan orientalis. Justru dari tulisan-tulisan karya bangsa barat tersebut, sejarawan-sejarawan muslim mulai bermunculan untuk mengungkap bagaimana perjalanan sesungguhnya umat Islam selama 14 abad. Di Indonesia saja misalnya, ada buku Api Sejarah karya Guru Besar Sejarah Unpad, Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara yang menjelaskan bagaimana peran umat Islam dalam mengawal bangsa Indonesia hingga saat ini. Belum lagi peneliti-peneliti dari Insist (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations) mulai aktif untuk melakukan penelitian dan seminar terkait sejarah Islam, ditopang pula dengan komunitas JIB (Jejak Islam untuk Bangsa) yang seringkali mengadakan seminar dan bedah buku terkait sejarah Islam di Nusantara.
Selain sikap kritis, ada lagi hal yang menjadi perhatian saya. Yakni bagaimana narasi ketika menyampaikan dan mengungkapkan peristiwa sejarah Islam kepublik. Selama ini, saya perhatikan pihak yang mengungkapkannya cenderung melakukan blaming terhadap bangsa barat/ataupun orang-orang yang berpemahaman orientalis dsb. Seperti yang saya sebutkan sebelumya, narasi-narasi seperti ‘pembohongan sejarah’, ‘sejarah yang disembunyikan’, ‘sejarah yang ditutup-tutupi’, seakan menjadi pembenaran bagi peneliti muslim maupun tokoh-tokoh muslim yang mempunyai concern dalam bidang sejarah. Sekali lagi, ini masalah sudut pandang yang dilakukan oleh sejarawan-sejarawan asing terhadap sejarah perkembangan umat Islam.
Baru-baru ini misalnya, saya perhatikan dimedia sosial mulai banyak bermunculan postingan tentang kehidupan muslimah di Nusantara yang ternyata dari arsip dan foto-foto membuktikan bahwa mereka menutup auratnya dengan sempurna. Tapi justru arsip dan file foto-foto tadi malah ditemukan di KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-Land en Volkenkunde) Belanda yang hanya bisa diakses oleh pihak-pihak tertentu (akademisi misal) karena arsip yang begitu tertutup. Ini menjadi angin segar bagi umat Islam di Nusantara bahwa tradisi dan budaya menutup aurat sudah dilakukan oleh pendahulu kita di masa lampau. Ini semua berkat sejarah dan berterima kasihlah kepada sejarawan muslim yang berhasil mengungkapkannya kekhalayak ramai.
Kembali lagi tentang narasi yang cenderung blaming tadi. Saya rasa umat Islam perlu belajar dari bangsa Eropa ketika mereka berupaya menuju renaisans. Abad Kegelapan yang menyiksa akal dan pemikiran bangsa Eropa perlahan mulai mengikis dan perlahan menuju cahaya yang terang akan ilmu pengetahuan. Bangsa Eropa tidak melakukan blaming terhadap bangsa manapun yang peradabannya lebih tinggi daripada mereka (red: Islam), dan justru mereka mengevaluasi diri mereka kenapa tidak mau maju seperti peradaban bangsa Timur. Evaluasi, sikap kritis dan tidak menyalahkan pihak lain atas ‘keterbelakangan’ yang sedang terjadi. Kalau menurut Husein Heriyanto penulis buku Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, kelemahan umat Islam kontemporer adalah tidak memiliki sikap kritis terhadap ilmu pengetahuan dan berbeda dengan para pendahulunya yang memiliki sikap kritis terhadap ilmu pengetahuan hingga mampu ke puncak peradaban saat itu. Dan sekarang kesempatan itu terbuka lebar untuk mengakses segala bentuk informasi ke seluruh dunia, termasuk informasi tentang sejarah perkembangan umat Islam dari masa ke masa. Lalu bagaimana untuk mengetahui sejarah sebuah bangsa? Cari siapa penjajahnya! Karena disitulah informasi bisa didapatkan, seperti informasi muslimah Nusantara yang justru didapat dari Belanda karena Belanda lah yang dahulu menjajah bangsa Indonesia. Begitupun sejarah umat Islam di belahan bumi lainnya, semua bisa diakses dan dicari kebenarannya.
Akhir kata, kesempatan telah terbuka luas. Ilmuwan-ilmuwan muslim sudah melakukan penelitian tentang sejarah Islam dari masa ke masa. Hal-hal yang masih belum terungkap akan segera diungkap asalkan setiap jiwa umat muslim mau mencari jati dirinya dan kebesaran Islam selalu ada sepanjang masa. Ditambah lagi generasi mudanya mau mencari informasi-informasi mengenai sejarah Islam dari berbagai platform yang tersedia. Dimedia sosial misalnya, sudah ada akun-akun yang menyajikan informasi tentang sejarah Islam dengan gaya yang apik dan ciamik tanpa mengesampingkan data dan sumber yang valid serta kredibel. Ini semua demi mendapatkan hikmah, dan menjadi pembelajaran berharga bagi setiap muslim, semakin umat sadar akan sejarah maka akan semakin tinggi rasa bangga umat dengan Islam, karena kisah-kisah mereka (orang terdahulu) terdapat pengajaran bagi orang-orang yang memiliki akal.
Tangerang Selatan, 20 Februari 2019
333 notes · View notes
lintangthings · 5 years
Text
NTMS
Tugas kita adalah berjuang sekeras-kerasnya. Sehebat-hebatnya. Berhasil atau tidak, terserah Allah. Tugas kita adalah menanam dan merawat. Berapa banyak yang akan kita panen, terserah Allah.
2K notes · View notes
lintangthings · 5 years
Text
Khawatirmu Tentang Masa Depan
@edgarhamas
Jujur saja, sebenarnya apa hal yang lebih membuatmu khawatir dibanding ketakutanmu pada masa depan?
Itulah yang membuat manusia yang kamu lihat —dan barangkali kita sendiri— belajar mati-matian demi ijazah, katanya agar di ‘hari depan’ diterima di universitas ternama. Sibuk kuliah dan ingin cepat lulus, demi 'masa depan’ yang cerah di perusahaan besar. Kerja lembur bagai kuda dengan misi menciptakan 'masa depan’ karir yang gemilang.
Kekhawatiran kita akan masa depan itu seperti kita berlari mengejar bayang-bayang kita sendiri. Tak pernah berakhir, dan selalu membuat hati gelisah. Menghidupkan hari ini demi esok hari. Sebuah cara hidup paling menyiksa yang pernah ada. Dibayang-bayangi esok akan jadi apa dan akan makan apa. Cara pandang seperti itulah yang melahirkan hamba dunia.
Untungnya, kita punya iman. Dengan iman, kita seperti punya obor yang menuntun kita menyusuri hari-hari ke depan yang gelap temaram. Iman membuat kita tahu bahwa selalu ada jalan bagi mereka yang yakin bahwa segala sesuatu —rizki, cinta dan pencapaian hidup— ada di tangan Allah. Maka mereka tenang, namun tak juga berpaku tangan. Mereka tenteram, tapi justru berkarya makin melesat!
Perkara rezeki dan karunia di esok hari, Allah bilang padamu dengan terang, “Kamilah yang membagi-bagi penghidupan mereka dalam kehidupan dunia” (Az Zukhruf 32) Semua sudah ada jatahnya, sudah ada pembagian seadil-adilnya.
Allah tak pinta kita untuk sibuk menghabiskan waktu demi karir. Justru Allah ingin karir kita hidup untuk menyelamatkan waktu kita yang sempit ini; menghidupkannya menjadi ibadah yang bernilai berat di timbangan akhirat.
Bahkan sejatinya, kerja kita, belajar kita, kegiatan kita, koneksi yang kita bangun, relasi yang kita kumpulkan; hakikatnya bukan untuk mencari penghidupan, tapi untuk bersyukur pada Allah. Unik kan? Kerja bukan demi rezeki, tapi sebagai tanda syukur.
Tapi memang begitulah aslinya. Dan itulah yang Allah ajarkan pada Nabi Daud dan keluarganya, “Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’ 13)
Dan kamu pasti tahu, keluarga Nabi Daud justru menjadi keluarga paling kaya sepanjang sejarah manusia. Ia menjadi raja dan anaknya menjadi raja. Bukan sembarang raja.
Yang kamu khawatirkan tentang masa depanmu, sudah Allah cover.
Bersyukurlah dengan menjalani hidup yang bermanfaat bagi dakwah dan umat, itulah cara kita mencover waktu menjadi bulir-bulir pahala yang berat di timbangan amal.
3K notes · View notes
lintangthings · 6 years
Text
Amal Sepele
“Sebelum menikah, saya merasa produktif. Saban hari, hak-hak pribadi seperti mengaji, mandi, mencuci pakaian, sudah selesai sebelum matahari terbit.
Solat awal waktu gampang, duha hayuk, mau ziyadah (menambah hafalan) tinggal tentukan jam dan tempat, insya allah bisa nambah signifikan.”
Kami sedang melingkar belajar, kini giliran seorang teman membagikan buah pikirnya. Ia kemudian melanjutkan..
“Entah kenapa setelah menikah, saya sering merasa diri ini kok rasanya begini-begini saja. Dulu terbiasa menggagas sesuatu, berdiskusi dan berkoordinasi dengan banyak orang, rajin menulis karena dituntut peran saat itu, wajar rasanya setelah menikah saya merasa sulit mengapresiasi diri sendiri
“Seharian disibukkan dengan urusan domestik, mengasuh kedua anak yang sedang butuh-butuhnya ditemani diawasi diladeni pertanyaannya.”
Aku membayangkan bocah yang dimaksud dan tersenyum geli. Kalau Bung dan Nona mendapat kesempatan bertemu mereka, Bung dan Nona juga akan mengerti.
“Kadang saya ngerasa.. kok seharian ini kayak ga ngapa-ngapain ya..
Kemudian saya ceritakan keresahan ini kepada suami. Lantas abinya anak-anak bilang:
Zikir. Ingat Allah. tugas kita hidup ‘hanya’ untuk beribadah kok. Di saat solat ada rukunnya, perlu wudhu, ada waktunya. Di saat puasa ada maksimalnya: saum daud. Di saat Quran juga ada maksimalnya: khatam paling cepat 3 hari. Zikir itu ga terbatas. Kapanpun, di manapun, apapun yang sedang kita kerjakan, ga ada batas maksimalnya.
Zikir. Jadikan hati lebih sibuk daripada jasad kita.”
AH, BENAR! Sukak sekali aku berada di tengah teman-teman keren begini!
Sering kita lupa.. Tidak selamanya amal-amal kecil itu nilainya kecil di mata Allah. Karena sungguh tak ada amal sepele, bila kita kuatkan maknawinya.
Berapa kali aktivitas kita diriyadohi dengan takbir tak putus? Berapa kali kita mengepel rumah sambil bertasbih? Berapa banyak istigfar yang dilafalkan sambil menunggu lampu merah? Berapa menit dari 24 jam yang berhasil kita manfaatkan untuk mengingat Allah?
Karena sungguh tak ada amal sepele, bila kita kuatkan maknawinya.
399 notes · View notes
lintangthings · 6 years
Text
Tidak apa-apa…
Jika lelah katakan lelah.
Jika sakit katakan sakit.
Jika terluka katakan bahwa kamu terluka.
Karena semua itu tidak selamanya bisa disembunyikan dibalik sebuah senyuman.
It’s okay not to be okay
40 notes · View notes
lintangthings · 6 years
Text
When you want to correct others, you have to do it gently without being distasteful. Sometimes when you give advice, people become more aggressive & even worse off than they were before you gave them advice because of the way you did it. Choose the kindest words and be sincere!
Mufti Ismail Menk
155 notes · View notes
lintangthings · 6 years
Text
Nasehat-nasehat yang menenangkan hati adalah nasehat yang berasal dari hati, ia menyentuh bagian terlembut penulis sebelum menyentuh hatimu. Syukur itu mudah bagi mereka yang sedang tertimpa musibah, dan susah bagi yang sedang tenggelam dalam kenikmatan. Jika ia mudah bagimu, seharusnya tiap terbuka matamu dari lelapnya tidur, akan ada kalimat hamdalah dan zikir yang terucap, pertanda ada kesyukuran bagi jiwa yang masih bisa beribadah dan bernapas.
Banyaknya kesulitan yang kamu hadapi, seharusnya menjadikanmu semakin ingat denganNya, semakin mensyukuri apa yang masih tersisa dari dunia untukmu. Seorang yang tenggelam dalam lautan kenikmatan, bukan selalu berarti Allah sayang padanya, kadangkala ia adalah bentuk ujian untuk hambanya, lulus atau tidaknya tergantung bagaimana ia menggunakan dan mensyukuri nikmatnya, masih ingat atau sudah terlupa.
Bahagia, sedih, cobaan, tangisan, syukur, tenang, semua akan berada dalam putaran hidupmu. Untuk memilihnya pun tergantung bagaimana hatimu saat dalam susah dan lapang.
Jika datang padamu tentang banyaknya kenikmatan, rajin-rajinlah sedekah, sering-seringlah membantu orang, meski hanya 1 persen dari kenikmatan yang kamu dapat, untuk melatih syukur dan ingat pada tuhanmu. Meski hanya sedikit yang kamu berikan.
Mari berdiskusi pada diri masing-masing, tentang nikmat yang lupa tersyukuri dan sudah sejauh apa kita yang berlari dari tuhan.
Wahai hati, melembutlah.
Note to myself
@jndmmsyhd
489 notes · View notes
lintangthings · 6 years
Text
One day ...
Amsterdam, Netherlands.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
7K notes · View notes
lintangthings · 6 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
rose mood
Huntington Library, Los Angeles
instagram
143K notes · View notes
lintangthings · 6 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
stone cottages in Bibury by  Eduard Militaru
23K notes · View notes
lintangthings · 6 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
9K notes · View notes
lintangthings · 6 years
Photo
Tumblr media
Antara Perbuatan dengan Pelakunya
Setiap perbuatan baik atau buruk pasti ada pelakunya. Namun setiap pelaku, suatu saat akan lepas dan meninggalkan apa yang diperbuatnya. Maka, antara perbuatan dan pelaku adalah hal yang berbeda. Kita tidak bisa menghakimi pelaku dari perbuatannya. Kita juga tidak bisa menyimpulkan perbuatan dari pelakunya.
Bencilah Maksiat, tapi Sayangi Pendosanya
Perbuatan maksiat sudah pasti dibenci Rasulullah SAW dan Allah SWT. Dan kita juga harus turut menjauhinya. Tapi karena antara perbuatan dan pelakunya adalah hal yang berbeda, maka kita harus tetap sayangi pendosanya.
Orang yang melakukan maksiat pasti mendapat dosa. Akan tetapi, pintu taubat selalu terbuka untuknya. Jika dia telah meninggalkan perbuatannya, maka dia adalah bagian dari kita. Jika dia telah memohon ampun kepada-Nya, niscaya hapuslah dosa-dosanya. Sehingga bisa jadi dia lebih mulia daripada kita. Jangan sampai kita lupa, bahwa hanya Allah-lah yang bisa membolak-balikkan hati hamba-Nya.
Janganlah kita menyerah kepada pendosa. Apalagi sampai membantu setan dengan menghinanya dan melaknatinya. Jangan pula kita menghakimi dan mencaci. Karena tugas kita adalah saling mengingatkan antar pribadi. Doakan dia agar kembali ke jalan Illahi. Mintakan kepada Allah SWT agar dosanya diampuni. Ajaklah dia dengan hikmah dengan kelembutan hati. Niscaya akan lebih mudah dalam menerima nasihat dan semakin semangat untuk memperbaiki diri. 
Jika kamu melihat temanmu melakukan dosa jangan engkau malah menjadi teman setan mengalahkan dirinya; maksudnya, kamu katakan ya Allah, hinakanlah dia, laknatilah dia. Namun, mintalah kepada Allah agar dia peroleh ampunan. (Abdullah bin Mas'ud)
Kritiklah Pernyataan, tapi Muliakan Penyampainya
Setiap orang berhak mengutarakan pendapatnya. Tapi tidak setiap dari kita setuju atau suka. Kita tidak bisa memaksa semua orang untuk setuju dengan kita. Adalah hal yang wajar jika kita mempunyai pendapat yang berbeda. Sampaikanlah perbedaan pendapat dengan adab yang mulia. Antara perbuatan dan pelaku adalah hal yang berbeda, begitu pula antara pernyataan dengan penyampainya.  Maka hormatilah penyampainya, karena yang kita tanggapi adalah pernyataannya. Gunakan kritik untuk menanggapi pernyataannya, bukan penyampainya. Selalu ingat bahwa kita tidak selalu benar dan orang lain tidak selalu salah.
Pendapatku ini benar. Tetapi mungkin mengandung kesalahan. Adapun pendapat orang lain itu salah, tetapi bisa jadi mengandung kebenaran. (Imam Asy Syafi'i)
Ada berbagai hikmah dan makna dalam sebuah pernyataan. Ada berbagai sudut pandang dalam sebuah pemikiran. Dan itu semua bisa disampaikan, tanpa memandang siapa yang menyampaikan. Siapapun yang menyampaikan kebaikan, wajib kita terima dan dengarkan. 
Jangan melihat siapa yang bicara tapi lihatlah apa yang dibicarakan. (Ali bin Abi Thalib)
Musuh Kita Adalah Penyakit, dan Bukan Penderitanya
Ibarat penyakit dengan penderitanya. Adalah perumpaan dari perbuatan dengan pelakunya.  Kita membenci penyakit yang ada pada sesorang, tapi kita tidak benci kepada pribadinya. Bisa jadi orang tersebut adalah yang sangat kita cinta. Sehingga jika dia terkena penyakit, apakah dengan sebab penyakit tersebut lantas kita membencinya? Justru kita akan berusaha untuk membantunya, agar lekas sehat seperti sedia kala. Begitu pula antara maksiat dengan pendosa, serta antara pernyataan dengan penyampainya. Itu semua ibarat penyakit dengan penderitanya. Yang kita lakukan adalah membantunya untuk memperbaiki diri. Menolongnya untuk meninggalkan maksiat yang dijalani. Tunjukkan adab yang baik dengan muliakan dan sayangi. Sehingga di saat seperti inilah seharusnya kita menjadi di antara. Penengah ketika yang lain terlalu jauh membenci para pendosa. Penengah sehingga tidak menghakimi sebelum mengetahui kebenaran yang nyata. Semoga kita bisa menjadi perantara bagi kawan yang saat ini masih membutuhkan penunjuk jalan kebaikan. Semoga kita bisa menjadi perantara bagi pendosa untuk bertaubat dari kemaksiatan.
Bencilah maksiat, tapi sayangi pendosanya. Kritiklah pernyataan, tapi muliakan penyampainya. Musuh kita adalah penyakit, dan bukan penderitanya. (Ustadz Salim A. Fillah)
599 notes · View notes
lintangthings · 6 years
Text
Aku takut pembenaran sebuah kekurangan dengan dalih ‘masih belajar’ hanya akan membuatku semakin tidak belajar sama sekali.
— Taufik Aulia
617 notes · View notes
lintangthings · 6 years
Text
“Don’t trust people who tell you other people’s secrets”
— Dan Howell (via perrfectly)
58K notes · View notes
lintangthings · 6 years
Text
Tumblr media
“Jangan beri tahu seseorang tentang sisi baikmu untuk membuat mereka bertahan. Coba beri tahu mereka sisi burukmu, dan lihat siapa yang bertahan.”
.
.
Ada pun kata Ali bin Abi Thalib R.A, “Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.”
634 notes · View notes
lintangthings · 6 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Islamic home & lockscreen wallpapers Although not necessary, a like/reblog would be appreciated if you download
Note : please make sure your phone is locked/screen is dark if you happen to take your phone into a bathroom; these are verses from the Qur’an :)
706 notes · View notes
lintangthings · 6 years
Text
Musibah itu, mengecil jika dirahasiakan. Membesar jika dikeluhkesahkan. Terurai jika diadukan pada Allah. Dan merumit jika diumbar pada manusia.
- salimafillah
Hampir sama seperti rencana besarmu, tidak perlu semua orang tau apa langkah terdepanmu dalam hidup ini, kabarkanlah pada ia yang mau mendoakanmu, bukan untuk dipamerkan agar terlihat orang besar.
Dan kecewamu juga tidak perlu disampaikan pada banyak orang, bukankah kecewa berasal dari meletakkan harapan pada manusia ? Jika ia lillah tak akan ada kecewa karena semua berasal dariNya. Meluruskan niat, mengupayakan apapun yang dikerjakan tujuannya mencari ridho dan keberkahanNya, bukan manusia.
Utamakan Allah pada senang dan sedihmu, utamakan Allah pada lapang dan sempitmu, dan utamakan Allah pada setiap kebahagiaan, bukan hanya datang ketika ada yang hilang.
Meluruskan niat.
@jndmmsyhd
1K notes · View notes