livelaughtale
livelaughtale
Illyria Verity
4 posts
The 2nd Year Student of Strauss-Kahn Academy.
Don't wanna be here? Send us removal request.
livelaughtale · 6 months ago
Text
Tumblr media
₊˚ ໑ 🌷 : ILLYRIA.
Full Name:
Illyria Vertis
Nickname:
Illy, Lyra, Lily
Place of Birth:
Damxung, Tibet, China
Date of Birth:
18 February 2007
House:
Lavaux
Height:
172 cm
Weight:
59 kg
0 notes
livelaughtale · 6 months ago
Text
₊˚ ໑ 🌷 : PERSONALITY
Sosok yang dapat memandang dan memahami dari berbagai sisi pada tiap kesempatan serta tidak menelan mentah-mentah segala perlakuan buruk dan baik. Ia bukanlah sosok yang naif, bukan pula sebaliknya. Ia adalah penjembatan dari berbagai macam sifat alami manusia, menjadikannya sosok bijaksana dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan.
Pemaaf. Menyimpan dendam atau mengingat keburukan orang lain tidak ada di dalam kamusnya. Jika ada pun, Illy akan mengingat kebaikan dari orang tersebut pula.
Tipe yang mudah bergaul apabila orang tersebut memberikan impresi yang baik atas keberadaan Illyria.
0 notes
livelaughtale · 6 months ago
Text
₊˚ ໑ 🌷 : TALE OF ILLYRIA
Ruh dalam tubuhku pernah kurenggut secara paksa olehku seorang diri.
Ruh dalam tubuhku pernah kukembalikan secara paksa pula olehku sendiri.
Greetings, the name is Illyria Vertis: sosok yang pernah selamat dari ‘surga’ dan ‘neraka’ di saat yang bersamaan.
ACT 1: The Big Eyed Yingyue
Mari kembali ke 17 tahun lalu, ketika lampion dan berbagai hiasan bertemakan babi emas menghiasi perkampungan kecil di elevasi empat kilometer di atas permukaan laut, Damxung County, Tibet. Sepasang orang tua menemukan bayi di kaki gunung dengan rasa penuh suka cita, bahwasannya Tuhan telah mengirimkan anak untuk mereka di usia yang senja. Tak tahu apa yang akan terjadi dengan bayi bertubuh penuh dengan semburat merah beberapa tahun ke depan.
Bayi perempuan itu diberi nama Li Yingyue–refleksi dari bulan. Saat Yingyue ditemukan, bulan bersinar sangat cerah dan menunjukkan keberadaan Yingyue dengan mudah. Yingyue tidak menangis di tengah cuaca dingin, seolah lelah menaruh harapan pada yang masih hidup.
Meski lahir dalam keadaan tak diinginkan, nyatanya Yingyue memiliki kehidupan yang tidak jauh berbeda. Saat ia membuka mata, warnanya bagaikan penampakan pegunungan himalaya di bawah langit biru: biru keabuan. Saat rambutnya tumbuh, warnanya bukanlah hitam, melainkan warna cokelat tua. Pasangan Tua Li tentu saja menyambut bahagia fakta tersebut, tapi tidak dengan masyarakat di sekitar. Ada yang bergunjing di belakang bahwa Yingyue adalah titisan iblis gunung karena warna matanya, bahkan ada yang beberapa kali hendak memasukkan berbagai macam benda asing ke mata Yingyue kecil.
“Kenapa kamu memelototiku? Mau ngajak ribut, ya?”
“Jika matamu luka, apa akan berwarna merah?”
“Bagaimana kalau dituangkan bubuk cabai saja?”
“Kau anak yang dibuang oleh pendaki berhidung besar itu, ya? Kalian sedikit mirip.”
Fisik yang begitu gamblang perbedaannya di tengah homogenitas Desa Damxung bagaikan setitik racun dalam sungai susu: merusak segalanya. Sepuluh jari bahkan tidak dapat dipakai seluruhnya untuk menghitung orang-orang yang baik kepadanya: orang tuanya hanya terhitung dua, satu untuk biksu baik hati, dan lima orang pendaki gunung yang mampir ke desa. Total hanya delapan orang yang begitu memperhatikan Yingyue. Tentu, Yingyue sangat ingin bergelinding ke bawah supaya dirinya tak lagi menghadapi orang-orang yang menganggapnya rendah.
Namun, bagaimana dengan Pasangan Tua Li? Bagaimana dengan bisnis penginapan untuk para pendaki gunung yang dimiliki Pasangan Tua Li? Meski badan Yingyue kecil dan ringkih, keberadaan anak dengan paras khas negara barat cukup membuat pendaki yang datang merasa senang.
Nyatanya, Pasangan Tua Li memang sudah terlalu renta. Hidup bersama hingga usia nyaris mencapai satu abad membuat mereka harus pergi dari dunia di saat yang hampir bersamaan pula. Nenek Tua Li meninggal terlebih dahulu, sementara Kakek Tua Li meninggal tiga hari kemudian. Jasad mereka ditutupi kain putih selama beberapa hari sembari para biksu memberikan berbagai macam doa. Yingyue memperhatikan upacara pemakaman itu dengan saksama. Pasangan Tua Li ditaruh di atas gunung. Biksu berkata, hal inilah yang dinamakan memberi sedekah kepada burung. Jika burung memakan bangkai mayat, maka jiwa dari mayat tersebut akan bereinkarnasi.
ACT 2: Resurrection Drug
Pemakaman usai, Pasangan Tua Li yang melindunginya sudah tiada. Penginapan yang dimiliki Pasangan Tua Li pun beralih pemilik ke adik laki-laki Kakek Li. Yingyue si mata besar tentu tidak diterima oleh mereka. Saat Yingyue memiliki rencana gila untuk meminum dua jenis tanaman racun sekaligus, seorang pria berusia tiga puluhan bernama John mencegah hal tersebut.
Siapa sangka, pria itu menjadi pendengar baik Yingyue. Seluruh cerita Yingyue sudah didengarkan oleh John, begitu sebaliknya. John dan istrinya tidak memiliki anak dan John berpikir bahwa mengadopsi Yingyue adalah keputusan yang tepat–daripada harus membiarkan Yingyue di tempat terpencil di mana tidak ada orang yang berpihak kepada Yingyue.
Bagi Yingyue sendiri, John merupakan sosok yang meyakinkan Yingyue untuk tidak menaruh dendam atas perilaku yang menimpa Yingyue selama di Damxung. Dalam hatinya, Yingyue juga tidak merasakan hal demikian. Pasangan Tua Li juga tidak pernah menunjukkan emosi negatif seperti amarah dan dendam. Karena dapat melihat Pasangan Tua Li dari sosok John, Yingyue tidak masalah untuk menjadi anak angkat dari John.
Yingyue pun menjelaskan pada John, bahwa ia tidak berniat ‘bunuh diri’ dengan meminum dua racun sekaligus. Dibandingkan racun, sebenarnya ramuan tersebut lebih seperti resurrection drug. Jantungnya memang akan berhenti sejenak, begitu pula napasnya. Yingyue berkata, apabila rencana ini berhasil, John harus membawanya pergi dari Damxung dan mengangkatnya menjadi anak. John tentu saja ragu dengan rencana gila tersebut walau akhirnya menyetujuinya karena Yingyue bersikeras.
John masih berusaha mencegah Yingyue ‘bunuh diri’ dengan bertanya, “Kenapa kamu perlu repot-repot melakukannya? Kenapa tidak langsung kabur saja?”
“Aku tidak mau mengotori nama baik Pasangan Tua Li dengan menjadi pengecut. Lebih baik aku dianggap tiada sampai akhirnya benar-benar ‘pergi’.”
“Bukankah sama saja? Mereka pasti akan senang jika kamu pergi.”
Yingyue tersenyum mendengar pertanyaan John.
Yingyue pun meminum ramuan yang ia buat dari tanaman berdaun putih yang tumbuh di ladang serta biji matang dari tanaman berbunga biru merambat. Rasanya sangat tidak enak. Supaya orang lain segera menyadari bahwa Yingyue telah ‘tiada’, Yingyue sengaja menjatuhkan berbagai macam barang berat sebelum akhirnya kehilangan kesadaran.
Tidak seperti dugaan John, kerabat Kakek Li yang menguasai penginapan menangis histeris dan bergetar hebat setelah membaca surat wasiat dari Li Yingyue. Kabar kematian Li Yingyue menyebar cepat dan disambut dengan tangisan, melebihi saat Pasangan Tua Li meninggal. Seluruh orang diliputi rasa bersalah yang sebetulnya terkesan terlalu berlebihan. Rumah Yingyue dipenuhi dengan pelayat dan biksu seolah mereka benar-benar berduka, tanpa mereka ketahui bahwa mayat yang ditutupi hanyalah boneka dengan diberikan pemberat.
Yingyue benar-benar terbangun.
John yang membawa ‘mayat’ Yingyue dan menukar mayatnya dengan boneka pun merasa bersyukur bahwa Yingyue tidak benar-benar meninggal. John kini sedang mengendalikan setir kemudi, membawa mobil offroad sewaan keluar dari ‘neraka’ bagi Yingyue. Satu kalimat yang pertama kali ditanyakan John adalah, “tampaknya mereka semua menyesali perbuatan padamu, ya? Mereka terlihat menangis sampai meraung-raung.”
Yingyue tertawa, “sebenarnya….”
Surat wasiat yang dituliskan Yingyue memiliki isi sebagai berikut:
Aku akan pergi dari sini dan kembali ke surga. Tuhan mengirimkanku dan memberikanku penampilan yang berbeda dengan kalian adalah untuk mengetes iman kalian. ‘Apakah kalian akan memperlakukanku yang berbeda ini dengan baik?’ Nyatanya tidak. Kalianlah yang membunuhku karena tanaman racun yang kuminum ditanam di pekarangan rumah kalian.
Baiknya, Tuhan masih memberi kesempatan kedua: jika kalian menangisi kepergianku dan melakukan hal yang kuinginkan, Tuhan akan mengampuni kalian. Setelah tubuhku ditutupi kain putih, bawa aku ke atas gunung tanpa menyentuh tubuhku. Hanya tandu yang dapat bersinggungan langsung dengan tubuhku.
Tertanda, Li Yingyue, Srikandi Taman Bahagia.
ACT 3: The Verity
Usai mengarungi lautan dan daratan menggunakan benda raksasa seperti burung, Yingyue tiba di daerah yang begitu panas. Wanita berparas anggun nan muda ada di hadapannya. Tatapannya sarat akan ketidaksukaan pada Yingyue. John pun menjelaskan bahwa ia akan mengangkat Yingyue menjadi anak. Entah apa yang dikatakan John setelahnya, tapi Ariadne, sang wanita anggun tersebut pun setuju setelah beberapa saat.
“Aku belum menerima 100% kalau kamu anakku!” Ariadne mendengus. “Aku hanya ingin memiliki anak yang pintar dan dapat melanjutkan ‘darah murni’ kami sebagai alumni The Strauss-Kahn Academy.”
The Strauss-Kahn Academy. Yingyue tahu betul akan eksistensi sekolah itu. Selama di Damxung, John menceritakan bahwa di belahan dunia lain terdapat akademi yang terletak di pegunungan, sama seperti tempat Yingyue tinggal sejak lahir. Kehidupan di sana sangat mendukung akademik, seni, olahraga, dan kreativitas. Bukan tidak mungkin bagi Yingyue untuk mempelajari hal yang digemarinya (tanaman) di sini. Apalagi, Yingyue yang saat itu berusia sembilan tahun sangat penasaran dengan bagaimana rasanya bersekolah di asrama sekaligus pegunungan. John juga memberitahu akan banyak pelajar dari berbagai belahan dunia di akademi tersebut.
Di lain sisi, ia ingin membuktikan pada Ariadne bahwa ia pasti bisa dianggap sebagai anak yang membanggakan. Untuk mencapai itu, Ariadne perlu menjalani berbagai pendidikan terlebih dahulu di California. Tentu saja Yingyue perlu terlahir kembali dengan nama baru: Illyria adalah nama yang ia pilih. Illyria Verity.
Selama enam tahun menerima pendidikan formal, Illyria semakin mengetahui keunggulannya dalam bidang diplomatik, yang nyatanya sangat sesuai dengan asrama yang mempertemukan Ariadne dan John: Lavaux. Illyria pun berencana untuk benar-benar mewarisi garis keturunan yang tidak terikat oleh darah tersebut dengan menjadi bagian Lavaux ketika sudah berada di The Strauss-Kahn Academy.
0 notes
livelaughtale · 6 months ago
Text
₊˚ ໑ 🌷 : TRIVIA
Punya ketertarikan yang mendekati obsesi terhadap tanaman obat dan tanaman beracun.
Memiliki skill hospitality yang baik karena dibesarkan di penginapan.
Menguasai beberapa bahasa di dunia karena sering berbincang dengan pendaki yang berkunjung ke penginapan.
Kadang suka tidak menengok saat ada yang memanggil namanya.
0 notes