mahapraja
mahapraja
altair
3 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
mahapraja · 3 years ago
Text
Sebenarnya saya juga nggak paham kenapa saya lebih pilih tinggalin motor saya di sekolah dan berakhir datang menyusuli dia yang kejebak hujan di Matraman. Saya nggak paham itu rasa khawatir apa yang mendadak merasuki saya. Tapi waktu saya lihat wajahnya yang biasanya ceria berubah jadi sendu, saya jadi paham kenapa inisiatif saya ini muncul.
Saya lupa kalau Audinne juga masih anak berseragam putih-biru. Dan kala itu lobi Matraman sedang ramai-ramainya dengan para pengunjung yang sama terjebak hujan seperti dirinya.
Saya ingat bagaimana matanya berbinar senang ketika mendapati saya menyapanya, sekaligus tertawa karena merasa bahwa saya sangat begitu bodoh ketika menghampirinya padahal hujan sedang deras-derasnya.
Awalnya saya hanya punya satu payung, tapi berkat kemurahan hati saya, satu payung lain kini berada di tangan saya. Sengaja saya belikan untuk Audinne. Kemudian setelahnya ia tidak berhenti berucap terimakasih, padahal menurut saya itu biasa saja.
Kami memilih untuk menunggu hujan sedikit mereda. Disepanjang jalan pulang, Audinne bercerita mengenai Satya yang sudah berjanji akan menjemputnya. Tapi menurut saya itu mustahil, sebelumnya saya tau lebih dulu kalau Satya sudah memiliki janji pada seseorang entah siapa. Jadi setelah mendengar melalui cerita Audinne, saya merasa kasihan sedikit. Cewek itu bercerita dengan nadanya yang terpancar aura kekecewaannya.
Saya sebagai teman Satya juga kecewa. Kalau dia tau akan ada acara dari jauh-jauh hari seharusnya ia tidak mengiyakan permintaan adiknya untuk menjemput Audinne. Saya nggak kepikiran hal selanjutnya yang terjadi kalau nggak ada saya yang jemput Audinne.
Jakarta, 25/01/2020 mahapraja.
0 notes
mahapraja · 3 years ago
Text
Did the heavy rain stop her dancing there?
The answer is No.
Hari ini hujan deras, lupa bawa jas hujan, dan naasnya, motor saya mogok. Sebuah kesialan combo. Alhasil saya perlu meneduh sebentar di sebuah ruko terbengkalai. Untungnya saya bukan penakut. Lagipula, daripada basah karena hujan deras, lebih baik saya berdiam di sana. Walau hawa menakutnya terlihat sejelas itu.
Tapi ada hal yang lucu juga hari ini. Saya nggak tau udah berapa lama saya neduh di ruko itu. Mungkin ada sekitar setengah jam lebih karena hujan masih juga belum mau berhenti.
Mata saya menangkap seorang gadis berseragam SMP berjalan di bawah guyuran hujan yang deras. Hanya memasang jas hujan khusus ke tasnya sementara ia membiarkan dirinya, dari atas kepala sampai bawah kaki, dibasahkan oleh hujan.
Bertelanjang kaki, ia menari di bawah hujan. I think this is a strange sight. But, when I realized she was still a child, she deserved to be happy when she was free in the pouring rain.
Enggak apa-apa kehujanan. Because I really understand how I felt before when I was enjoying the rain.
Dulu. Waktu saya seumuran dia. When I was 14 years old; waktu saya belum tau kalau hidup di dunia ini keras; waktu saya belum tau kalau jadi orang dewasa itu nggak semenyenangkan yang saya kira.
Jalanan sepi. Saya jadi merasa sedikit terhibur. Saya seperti melihat diri saya yang dulu di dirinya. Mata berbinar, perasaan bahagia yang membuncah, tersenyum lebar seakan tidak ada satupun kesedihan yang hadir hari ini.
Saya jadi rindu diri saya yang dulu. Tapi sudah cukup terobati.
Lalu entah sejak kapan, saya mulai menuntun motor saya keluar dari atas ruko terbengkalai yang saya singgahi sebentar. Saya seperti tersihir untuk melakukan hal yang sama seperti gadis kecil yang saya liat lakukan tadi.
Saya membiarkan tubuh saya dibasahi oleh hujan. Toh, air hujan juga tidak begitu jahat sehingga harus dihindari.
Gadis kecil itu beberapa langkah jauh di depan saya. Semakin saya perhatikan, semakin saya tau kalau langkahnya bisa saya nilai terlampau berani.
Dia sesekali berputar. Kemudian bergerak kesana-kemari seolah mengikuti irama lagu, padahal hanya gemericik berisik air hujan yang terdengar.
Hebat.
Mungkin kalau dia sudah beranjak dewasa nanti, ia pasti dapat merawat kehidupan dengan baik. Semoga tidak tersesat di jalan yang sama seperti saya. Semoga hal jahat dan sedih tidak terlalu banyak menghampirinya.
Semoga ia hidup bebas selalu.
Jakarta, 08/01/2020 mahapraja.
0 notes
mahapraja · 3 years ago
Text
An Introduction
Hi. It's been a while since I went to my psychiatrist. A lot of things have changed, most for the better, some to become lessons.
Saya awalnya nggak kira kalau saya akan menulis keseharian saya disini. Although not all. Kalau saya ingin, kalau saya ingat, kalau sempat. But I will try this activity. Menulis keseharian saya di web kayak gini, soalnya kalau ditulis di buku, saya yakin, saya nggak akan punya waktu untuk nulis sepanjang yang saya mau.
Oh, iya. An Introduction. Nama saya Mahapraja. My legal name includes ‘Altair’ up front. Tapi entah kenapa kalau disini saya mau orang-orang yang baca tulisan saya ini, kenal saya dengan nama Mahapraja. Even though, friends mostly call me Altair. Some do shout Maha; a nickname i got through my years at 107 Junior High School, Jakarta.
Now, I’m 18 years old. Been living my whole life mostly in Jakarta, Indonesia. Lebih tepatnya karena sejak umur lima tahun saya tinggal di Yogyakarta. Kemudian pindah ke Jakarta ketika kelas empat Sekolah Dasar. Sekarang duduk di kelas 11 IPA, semester dua. Bulan Juli nanti sudah naik ke kelas 12. Kehidupan SMA memang terlampau singkat.
The food that I really like lately is bakso tusuk, punya ibu kantin sekolah saya. Nggak ada yang spesial dari bumbu atau adonannya, tapi yang bisa saya makan kalau perut saya mendadak keroncongan tanpa aba-aba, bakso tusuk kantin selalu jadi jawabannya.
Sahabat saya seadanya saja. Dua orang cukup. Satya dan Eja. Malah saya kira, saya nggak akan punya teman di SMA. Selain sulit membuka diri, saya juga kelewat malas berkenalan dengan orang baru. New people will always be scary at first, right?
Kemudian keluarga saya. Orang tua saya udah nggak ada. Tapi Ayah sama Ibu, Alhamdulillah masih ada sampai sekarang. Abang saya, Hilmira, tahun kemarin baru saja menyelesaikan studinya di Bandung. Harusnya nggak lama lagi ia bakalan balik ke Jakarta (itupun kalau dia kangen sama Ibu lebih tepatnya).
Saya punya kucing putih gemuk, Owi, namanya. Kerjaannya cuman makan-tidur-gerak sedikit-tidur-makan dan terus begitu berulang kali. Anehnya, kalau dia sakit bisa dihitung jari, alias sejarang itu. Ya, saya harap dia selalu panjang umur. Rumah bakalan sepi kalau nggak ada dia soalnya.
Recommended songs for today: Always Begin by Circa Survive.
I don’t expect much this year. I also stopped placing my hopes on everyone. Saya juga nggak berharap kalau saya akan banyak menulis disini. Maybe I want to write, when my day is too complicated. When it’s too hard for me to express how I feel that day.
Seems enough. Nice to meet you, citizen.
Jakarta, 04/01/2020 mahapraja.
2 notes · View notes