11190530000126 Prodi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Bahagia dengan Berbagi
Saya Muhammad Andryan Fitryansyah, peserta dari Beasiswa Cendikia Baznas. Saya mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan program studi Manajemen Dakwah.
Saya ingin sedikit berbagi kisah saya, kebetulan saya mengambil konsentrasi pada ZISWAF, ini membuat saya sering melakukan kegiatan sosial memberdayakan para mustahik disekitaran kampus maupun rumah
"Bu, ini ada titipan sembako dari hamba Allah",
ujarku saat membagikan bingkisan untuk para mustahik disekitar rumah.
"Terimakasih banyak tong, alhamdulillah. Kebetulan ibu sudah tiga hari tidak dagang, jadi tidak ada pemasukan. Ibu pun lagi tidak enak badan. Mau ke dokter tapi takut tong, khawatir terpapar dengan kondisi sekarang",
Kata tetangga ku itu dengan senyum semringah
Ada juga tetangga yang mengungkapkan bahwa semenjak pandemu, gaji suaminya hanya diberikan setengah. Sedangkan tahun ajaran baru sudah mulai, biaya sekolah anak dan membeli seragam tetap harus dibayarkan. Pemasukan dari berjualan tidak sebanyak dari hari biasanya.
Begitulah, beberapa kisah dan ungkapan terimakasih dari tetanggaku yang mengalami kesulitan ekonomi di tengah pandemi. Ada juga para pedagang keliling yang biasa lewat dekat rumah mengeluhkan kondisi sekarang.
Mereka, mau tidak mau tetap harus berjuang diluar rumag. Mengelilingi jalan, berpanas-panasan ditengah terik matahari, bahkan tak jarang berteduh saat hujan. Itulah perjuangan mereka demi bertahan hidup untuk membiayai keluarga.
Aku berpikir, tak banyak yang bisa diberikan. Namun semoga dengan sembako untuk kebutuhan mereka, sudah bisa menyambung hidup untuk beberapa waktu lamanya.
Teman-teman, berbagi itu membahagiakan. Berbagi itu tidak akan mengurangi harta kita. Allah akan balas dengan rasa bahagia. Allah akan memberikan kita ketenangan. Senyum bahagia mereka adalah bukti kasih-Nya melalui kita
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Muhammad Andryan Fitryansyah Mahasiswa progam studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan membahas tentang Dakwah Multikulturalisme
Materi kita menginjak pada dakwah multikulturalisme, Apa sih multikulturalisme itu? Oke, kita ambil kata kuncinya aja deh “multi is banyak - kultural is budaya – isme is anutan atau pemahaman” hehe paham lah yaa. Hhmmmm.. kira-kira strategi dakwah multikulturalisme itu gimana yah?
Sebagaimana obyek multikulturalisme yang komplek, maka konsekuensinya juga membutuhkan langkah dan strategi yang juga komplek. Dakwah di manapun dan lewat madia apapun tujuannya adalah menjadi penyeimbang bagi perkembangan sosial. Maka dakwah multikulturalisme membutuhkan sinergitas antar lembaga dakwah, ormas Islam serta lembaga dakwah di bawah pemerintah dengan memperhatikan:
Pertama, masyarakat multikultural sebagai sasaran dakwah perlu dimaknai sebagai upaya berlapang hati untuk mau menerima perbedaan dengan kelompok lain. Dakwah juga harus menghargai hak asasi manusia. Sehingga penguatan masyarakat multikultural, ditempuh dengan memperkuat ikatan-ikatan sosial berbasis kebebasan beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
Kedua, kelompok penganut agama yang berbeda-beda di lingkungan masyarakat, masing-masing bisa memelihara diri untuk tidak melakukan kegiatan yang bersifat propaganda agama, hubungan personal antar warga harus dibina secara terus-menerus untuk memperkuat kebersamaan dan dalam menangung beban hidup mereka.
Ketiga, lembaga-lembaga dakwah memiliki arti penting dalam penguatan masyarakat multikutur. Sebagai institusi sosial, lembaga dakwah perlu meningkatkan kemampuannya melakukan gerakan untuk pengembangan potensi secara signifikan dalam rangka memperbaiki taraf hidup masyarakat.
Dan keempat, keharmonisan hubungan antar individu dan antar kelompok berbeda agama, serta berbeda latar belakang budaya, etnisitas, harus dipelihara dengan baik, tanpa merasa terpaksa atau dipaksa oleh pihak lain. Dalam konteks demikian, perlu dirumuskan materi dakwah yang mengurai setiap aspek kedakwahan dengan sasaran masyarakat multikultural.
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Muhammad Andryan Fitryansyah Mahasiswa progam studi Manajemen Dakwah semester 3 fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan membahas tentang aliran aliran dalam filsafat dakwah
Pada era globalisasi saat ini, dengan semakin berkembangnya teknologi dan informasi membuat masalah-masalah baru dalam mengkontekstualisasikan agama dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, semua sudah dapat diakses dengan mudah, tidak ada lagi yang dapat disembunyikan termasuk hal-hal yang tabu sekalipun. Para da’i akan ketinggalan zaman apabila tidak dapat beradaptasi dengan kemajuan-kemajuan tersebut.
Sebagai agama dakwah, islam yang mewajibkan pengikutnya untuk ikut andil dalam berdakwah harus berbenah diri. Fenomena maraknya manusia yang semakin menjauh dari ajaran agama saat ini dan tidak bisa hanya menyalahkan kemajuan teknologi dan melemahnya iman masyarakat, tetapi juga harus dipertimbangkan kurang relevannya konsep dakwah yang dipraktikan dalam aktivitas dakwah dalam masyarakat.
1. Dakwah Paradigma Harkat
Gerakan dakwah atau lebih sering dikenal dengan dakwah harakah bermakna dakwah dengan atau melalui sistem pergerakan. Sesuai dengan namanya, aliran dakwah yang satu ini lebih menekankan aspek tindakan (aksi) ketimbang wacana (teoritisasi). Menurut Hasan al-Qattany, yang dimaksud dakwah harakah adalah dakwah yang berorientasi pada pengembangan masyarakat Islam, dengan melakukan reformasi total (islah) terhadap seluruh aspek kehidupan social, baik terkait dengan individu (islah al-fard), keluarga (islah al-usrah), masyarakat (islah al-mujtama‟)hingga Negara (islah al-daulah).
Kata Harakah itu sendiri secara harfiah berarti gerak atau gerakan, merupakan lawan dari diam (al-Harakah Didl al-Sukun). Dikatakan bergerak, bila seorang berpindah atau mengambil posisi baru. Dan makna harfiah ini, dapat dipahami dua makna penting kata harakah. Pertama, harakah, menunjuk pada suatu gerakan yang timbul setelah masa atau kondisi vakum. Kedua, harakah menunjuk pada suatu usaha pembaruan untuk membawa masyarakat kepada kehidupan baru yang lebih baik.
Harakah (movement), menurut Kalim Siddiqui, merupakan watak Islam. Dikatakan bahwa Islam (lahir) menjadi suatu gerakan dan akan selalu menjadi grakan. Gerakan Islam bertujuan mendirikan dan melindungi Negara Islam demi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.
2. Dakwah Paradigma Kultural
Muhammad Arifin (2004: 3) berpendapat bahwa Dakwah kultural adalah dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti budayabudaya kultur masyarakat setempat dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima lingkungan masyarakat. Dakwah kultural juga bisa diartikan sebagai: kegiatan dakwah dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas dalam rangka menghasilkan kultur baru yang bernuansa Islami atau kegiatan dakwah dengan memanfaatkan adat, tradisi, seni, dan budaya lokal dalam proses menuju kehidupan Islami.
Menurut Abdul Munir Mulkham (2013: 71) dakwah kultural adalah dakwah yang berkaitan dengan perbaikan–perbaikan yang ada dalam dimensi budaya masyarakat. Menurutnya persoalan dakwah adalah persoalan sosial-budaya seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan.
Sedangkan Samsul Munir Amin (2009: 109) menjelaskan dakwah kultural adalah pengembangan jalur dakwah memalui jalur kultural, melalui jalur non-formal misalnya melalui pengembangan masyarakat, kebudayaan, sosial, dan bentuk non-formal lainnya. Dakwah harakah adalah dakwah pergerakan, dengan kata lain dakwah ini lebih menekankan pada aspek tindakan atau aksi daripada wacana dan teori. Sedangkan Dakwah kultural adalah kegiatan dakwah yang dilakukan dengan cara memanfaatkan budaya masyarakat setempat sebagai sarana, media dan sasarannya, dengan tujuan agar dakwah dapat bisa diterima dengan mudah dengan memanfaatkan adat, tradisi, seni dan budaya lokal guna menciptakan kultur baru dalam proses menuju kehidupan Islami.
Dari pemaparan tentang aliran-aliran pemikiran dan gerakan dakwah, dengan segala kelebihan dan kekurangannya dipengaruhi oleh latar belakang masing-masing. Pemikiran dan pendekatan yang beraneka ragam itu hendaknya diberdayakan dengan memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing, dan bukannya saling menafikan dan menghancurkan. Pluralitas mazhab dakwah hendaknya dapat dijadikan sebagai alternatif yang memperkaya khazanah keilmuan dakwah. Disamping saling melengkapi dan memberdayakan, mazhab pemikiran dakwah hendaknya terbuka, dan bersedia menerima ide-ide baru dalam pendekatan dakwah agar lebih dinamis dan progresif. Sebagai suatu disiplin keilmuan Islam yang terbilang baru, ilmu dakwah harus siap menghadapi keragaman bentuk mazhab dan pemikiran sebagai konsekuensi logis dari inovasi pemikiran reflektif-filsufis.
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Muhammad Andryan Fitryansyah Mahasiswa progam studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah akan membahas tentang "aliran pemikiran dakwah"
Pemikiran dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, diartikan sebagai cara atau hasil berfikir. Berasal dari kata dasar “pikir”, yang dalam kamus bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan, angan-angan. Dengan mendapatkan imbuhan pe-an dalam tata Bahasa Indonesia menunjukkan suatu atau perbuatan, maka “pemikiran” dapat diartikan cara atau hasil berfikir terhadap sesuatu, sehingga melahirkan gagasan, ideide, atau konsep yang tertuang dalam bentuk tulisan.
Istilah dakwah tidak pernah mendapat definisi yang eksplisit dari Nabi, baik dari perilakunya maupun ucapannya. Hal ini berbeda dengan istilah puasa, haji, dan sholat yang telah dijelaskan Nabi dari arti etimologis menjadi arti sakral yang merefer pada peribadatan dalam Islam. Maka wajar jika kemudian pengikut Nabi mencoba membatasi pengertian dakwah. Mereka berusaha mengidentifikasi tindakantindakan tertentu mana saja yang masuk dalam cakupan makna dakwah. Oleh karena itu, dalam sejarah umat Islam, pengertian dakwah mengalami penyempitan dan perluasan makna. Dalam hal ini, dakwah bisa didefinisikan sebagai ajakan kepada orang lain agar menerima ajaran perorangan atau kelompok yang mengklaim sebagai yang absah menduduki kursi kekhalifahan, karena itu diyakini sebagai bagian dari agama.
Ilyas Ismail mengklasifikasikan paradigma dakwah berdasar gerakan yang dilakukan pelakunya menjadi tiga paradigma, yaitu paradigma tablig, paradigma pengembangan masyarakat, paradigma harakah dan paradigma kultural
Tantangan dakwah di tengah kompleksitas masyarakat. Konsep pemikiran dakwah yang ada selama ini lebih mengarah pada pola positivistik yang kaku, meniadakan dialog serta memposisikan da‟i sebagai manusia super di atas kepasifan mad‟u. Sementara perkembangan jaman yang semakin canggih membuat agama semakin terprivatisasi, menjadikan masyarakat semakin aktif, kritis dan dinamis. Hal ini meniscayakan sebuah konsep dakwah yang humanis, dialogis, mengusung kesetaraan peran antara da‟i dan mad‟u serta tidak memposisikan mad‟u sebagai pihak yang pasif, hanya menerima apa yang disampaikan da‟i.
Sebagai agama dakwah yang menjadi rahmat untuk seluruh alam, dakwah harus segera berbenah diri. Fenomena maraknya manusia yang semakin menjauh dari ajaran agama saat ini tidak bisa hanya menyalahkan kemajuan teknologi dan melemahnya iman masyarakat, tapi juga harus dipertimbangkan kurang relevannya konsep dakwah yang akhirnya dipraktekkan dalam aktifitas dakwah di masyarakat.
Dakwah yang efektif adalah dakwah yang dapat memberikan tidak hanya sebatas keinginan masyarakat, akan tetapi lebih dari itu adalah apa yang menjadi kebutuhan mereka. Untuk itu, khazanah obyektifitas terhadap keadaan masyarakat mutlak diperlukan. Pada kegiatan berikutnya akan diwujudkan dalam bentuk kepercayaan dakwah dalam matriks dakwah yang masing-masing mempunyai titik konsentrasi sendiri-sendiri. Sehingga pada nantinya, dalam tahapan pergerakan dakwah, konsep itu dapat diaktualisasikan sebagaimana kondisi obyektif yang ada di masyarakat.
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Muhammad Andryan Fitryansyah Mahasiswa progam studi Manajemen Dakwah semester 3 fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan membahas tentang "sasaran mad'u metode hikmah"
Mad'u (sasaran dakwah) adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerimah dakwah, baik sebagai indifidu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia , secara keseluruhan.
Mad’u (mitra dakwah) terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri, profesi, ekonomi, dan seterusnya. Penggolongan mad’u tersebut antara lain sebagai berikut:
1.) Dari segi sosologis, masyarakat terasing, pendesaan, perkotaan, kota kecil, serta masyarakat di daerah marjinal dari kota besar.
2.) Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyayi, abangan, dan golongan orang tua.
3.) Dari segi tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja, dan golongan orang tua. Dan sebagainya, Kemudian Hukum Publik antara lain: Hukum pidana, Khilafah (Hukum Negara), Jihad (Hukum Perang dan Damai), dan lain sebagainya.
4.) Akhlak, yaitu meliputi: Akhlak terhadap khaliq, Akhlak terhadap (diri sendiri, tetangan, masyarakat lainya), akhlak terhadap bukan manusia (flora, fauna, dan lain sebagainya).
Metode Dakwah salah satunya adalah metode Hikmah. Kata Al-Hikmah dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali dalam baik dalam bentuk nakiroh atau ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.
Ada banyak pengertian al-hikmah dalam konteks disiplin ilmu tertentu, seperti dalam tarekat hikmah berarti pengetahuan tentang rahasia Allah swt, sedangkan dalam konteks filsafat hikmah berarti mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu.
Sebagai metode dakwah hikah dijadikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih dan menarik perhatian orang kepada agama dan Tuhan.
• Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi, arti hikmah yaitu “dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.”
• Menurut Al-Qathany tiga hal yang menjadi tiang dakwah al-hikmah adalah ilmu, kesantunan dan kedewasaan berpikir.
Metode yang kedua adalah Mauizhah Hasanah. Secara bahasa mauizdah al-hasanah terdiri dari dua kata yaitu, wa’adza -yai’dzu-wa’dzan-idzatan, yang berarti nasihat, bimbingan pendidikan dan peringatan. Sedangkan hasanah merupakan kebaikan lawan keburukan.
Selanjutnya secara terminologi mau’idzatul hasanah dalam perspektif dakwah ada beberapa pendapat:
• Menurut Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi yang dikutip oleh H. Hasanudin: “perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Qur’an”.
• Menurut Abdul Hamid al-Billali: “merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik”.
Jadi, dapat diartikan dan disampulkan bahwa mau’idzatul hasanah bisa dijadikan sebagai sebuah unsur nasihat, bimbingan, pendidikan, peringatan, pesan-pesan positif yang dijadikan pedoman hidup agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Metode selanjutnya adalah Debat yang Terpuji (al-jadal al-husna). Secara bahasa al-mujaddalah berasal dari kata “jadala” yang bermakna memintal atau melilit. Apabila ditambah alif pada jim yang mengikuti wazan faa’ala, “jaadala” dapat diartikan berdebat dan mujadalah adalah perdebatan.
Dari segi istilah ada beberapa pengertian al-mujadalah, yaitu:
• Al-mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.
• Menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.
• Menurut tafsir an-nasafi: berbantahan dengan baik yatiu dengan jalan yang sebaik-baiknya dalam bermujadalah, antara lain dengan perkatan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan mempergunakan suatu (perkataan) yang bisa menyadarkan hati membangunkan jiwa dan menerangi akal pikiran,ini merupakan penolakan bagi orang yang enggan melakukan perdebatan dalam agama.
Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.Dalam ajaran agama Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknyauntuk saling mengingatkan dan mengajak sesamanya dalam rangka menegakkan kebenaran dan kesabaran. QS. An-Nahl: 125, menurut Hamka mengandung ajaran Rasul SAW tentang cara melancarkan dakwah atau seruan terhadap manusia agar mereka berjalan diatas jalan Allah. Merujuk pada QS.An-Nahl:125, menurut Hamka, dalam melakukan dakwah, hendaklah memakai tiga macam cara atau metode, pertama hikmah yaitu dengan secara bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih menarik perhatian orang kepada agama, atau kepada kepercayaan terhadap Tuhan. Hikmah dapat menarik orang yang belum maju kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih pintar.
Mau’izhah hasanah artinya pengajaran yang baik, atau pesan-pesan yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat. Termasuk kategori ini adalah pendidikan ayah bunda dalam rumah tangga kepada anak-anaknya, sehingga menjadi kehidupan mereka pula, pendidikan dan pengajaran dalam perguruan-perguruan.
Jadilhum billati hiya ahsan (bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik). Menurut Hamka, dalam berdebat harus dibedakan pokok soal yang tengah dibicarakan dengan perasaan benci atau sayang kepada pribadi orang yang tengah diajak berbantah. Tentu tujuannya agar objektif terhadap masalah yang diperdebatkan dan yang di ajak berdebat bisa menerima kebenaran yang kita sampaikan.
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Muhammad Andryan Fitryansyah dengan NIM 11190530000126 mahasiswa program studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akan menjelaskan tentang "Klasifikasi Mad'u"
1. Klasifikasi Mad'u
Pengklasifikasikan mad’u memiliki maksud untuk memperoleh pengetahuan tentang karakter-karakter yang khas dimiliki oleh suatu kelompok mad’u tertentu yang tidak terdapat pada lainnya. Pengetahuan ini, secara lebih jauh sangat berguna untuk menentukan kebijakan dakwah tentang bagaimana cara menyikapi dan berinteraksi dengan masing-masing kelompok manusia tersebut. Sekaligus sebagai pengamalan atas hadis Nabi: “khatib al-nas ‘ala qadri uqulihim” yang artinya berkomunikasilah dengan dengan taraf penalaran mereka. Pengklasifikasian mad’u dengan kata lain juga sangat berguna untuk menentukan pilihan metode dakwah yang tepat sasaran (efektif dan efisien). Secara umum mad’u menurut imam habib abdillah haddad dapat di kelompokan dalam delapan delapan kelompok, yaitu : Para ulama, Ahli zuhd dan ahli ibadah, Penguasa dan pemerintah Kelompok ahli perniagaan, industri dan sebagainya, Fakir miskin orang lemah, Anak istri dan kaum hamba sahaya Orang awam yang taat dan yang berbuat maksiat, Orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rosulnya.
2. Klasifikasi Mad’u Menurut Sikapnya Terhadap Dakwah
Pakar dakwah Abdul Karim Zaidan dalam buku ushul al-dakwah, mengelompokan manusia dalam empat kategori berdasarkan sikapnya terhadap dakwah. Empat kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Pertama, al-mala’ (pemuka masyarakat), dalam al-Quran, terminologi al-mala’ digunakan untuk arti kelompok sosial yang berstatus sebagai pemuka masyarakat (asyraf al qaum), pemimpin masyarakat (ru’usahum), atau memiliki wewenang atas masyarakat (sadatuhum). Pakar al-Quran Al-Ashfahany menerjemahkan istilah al-mala sebagai suatu kelompok orang memiliki pengaruh atas pandangan umum baik lantaran kewibaannya maupun besarnya.
Kedua, jumhur al-nas (mayoritas manusia). Dilihat dari segi bahasa, jumhur al-nas berarti kelompok mayoritas, yakni kelompok terbesar dalam masyarakat. Mereka umumnya terdiri dari kaum lemah yang merupakan lapisan terbesar dalam suatu masyarakat. Dalam bahasa Indonesia, term jumhur al-nas setara dengan kata rakyat jelata. Bagi Abdul Karim Zaidan, di antara banyak kategori mad’u, jumhur al-nas, kelompok yang kemudian disebut sebagai mayoritas manusia ini adalah orang-orang yang paling tanggap menerima seruan dan ajakan dakwah.
Ketiga, kelompok munafiqun (orang-orang munafik) adalah tipe kelompok oportunis yang menyembunyikan kekufuran dibalik keIslamannya. Menurut Zaidan, mereka biasanya ditemukan dalam situasi ketika kebenaran telah menjadi opini publik dan ke-Imanan telah menjadi identitas mayoritas.
Keempat, kelompok al-‘usat (para pendurhaka). Kelompok al-usat adalah kategori orang-orang yang masih bimbang dalam menerima kebenaran. Karena itu, keimanan mereka yang tipis dinilai cukup kuat untuk menahannya dari perbuatan-perbuatan maksiat, sekalipun telah menyatakan ke-Islamannya.
3. Pengelompokan Mad’u Berdasarkan Antusiasnya kepada Dakwah
Mengenai sikap mad’u terhadap seruan dakwah, al-Quran menyebutkan tiga kelompok mad’u, yaitu: Pertama, kelompok yang bersegera dalam menerima kebenaran (al-sabiquna bi al-khairat). Menurut pakar tafsir kenamaan Wahbah Al-Zuhayli yaitu golongan mad’u yang cenderung antusias pada kebaikan dan tanggap terhadap seruan-seruan dakwah baik yang sunah apalagi yang wajib. Sebaliknya mereka amat takut mengerjakan hal-hal yang diharamkan agama, disamping berusaha sebisa mungkin menghindari yang dimakruhkan atau malah hal-hal yang masih dibolehkan (mubah).
Kedua, kelompok pertengahan (muqtashid). Kelompok ini merupakan orang-orang yang mengerjakan kewajiban-kewajiban agama dan meninggalkan yang diharamkan. Namun pada waktu yang bersamaan, mereka kerap kali melakukan hal-hal yang dimakruhkan dan kurang tanggap terhadap kebaikan yang dianjurkan. Ketiga, kelompok yang menzalimi diri sendiri (zalim linafsih).Kelompok terakhir ini adalah kelompok yang senang melampaui batasan-batasan agama, cenderung mengabaikan (al-mufrith) kewajiban agama dan kerap melakukan larangan-larangan agama. Menurut Al-Biqa’i, kelompok inilah yang justru paling banyak ditemukan dalam masyarakat.
4. Pengelompokan Mad’u Berdasarkan Kemampuannya Menangkap Pesan Dakwah
Adapun pengelompokan mad’u berdasarkan kemampuannya dalam menangkap pesan dakwah, dalam hal ini terdapat golongan orang yang sering bersinggungan dengan kebenaran dikarenakan pengetahuannya yang mendalam, kelompok ini terdiri dari para sarjana, pemikir, dan ilmuwan.
Dalam kategori ini, mad’u dikelompokan secara hierarkis dari kelompok elite hingga level bawah. Demikian itu, karena kemampuan seseorang untuk menangkap pesan dakwah terkait erat dengan kedalamannya memahami agama serta hakikatnya. Melalui cara pandang ini, filsuf Ibn Rusyd mengkategorikan manusia dalam tige kelompok:
Pertama, Ahl Al-Burhan. Ibn Rusyd menyebut kelompok yang pertama ini sebagai representasi dari pemuka agama yang umum dikenal dengan sebutan ulama atau kaum Burhani yaitu mereka yang dalam menangkap pesan-pesan dakwah didekati dengan mengajukan bukti-bukti demonstratif yang tidak terbantahkan.
Kedua, Ahl Al-Jidal. Kelompok ini adalah kelompok mad’u menengah terkait tingkat pemahaman agamanya. Dalam menerima pesan dakwah mereka belum mampu menyingkap hakikat-hakikat terdalam agama, dan baru cukup didekati dengan dialog (jadal) melalui adu argumentasi.
Ketiga, Ahl Al-Khittab. Kelompok ini adalah kelompok terbanyak dalam masyarakat. Karena tingkat pemahaman agamanya yang rendah, kelompk mad’u ini tidak tertarik kepada pendekatan pendekatan dialektis dan belum mampu memahami hakikat terdalam agama. Untuk itu cara retorik (kitaby) melalui tutur kata dan nasihat yang baik dalam menyampaikan pesan dakwah dipandang sebagai jalan yang paling bijak.
5. Kategori Mad’u Menurut Keyakinannya
Dalam pandangan ini terbagi menjadi dua kelompok, Muslim dan non Muslim. Pada pemaparan 3 kategori mad’u sebelumnya berfokus kepada Muslim, sehingga dalam kategori ini lebih ditekankan kepada mad’u yang non Muslim.
Objek dakwah sebaiknya diklasifikasikan agar memudahkan pelaksanaan dakwah, seperti kelompok awam dan intelektual, kelompok masyarakat kota dan desa, kelompok industri dan pegawai negri, serta kelompok remaja pria dan wanita. Dengan pegelompokan itu diharapkan pelaksanaan dakwah akan lebih intesif dan terkendali. Apabila objek dakwah sudah jelas dari segala aspek, maka pelaku dakwah (da’i) lebih mudah untuk mengenal dan dapat mensinkronkan dengan kegiatan dakwah yang akan diproyeksikan. Kegiatan dakwah yang punya kolerasi dengan permasalahan kehidupan yang dihadapi masyarakat akan menjadikan dakwah lebih berkesan dan menarik untuk diikuti.
Dakwah tidak dapat meniscayakan agama yang beraneka ragam. Karena ada keanekaragaman agama ini, maka ada misi dakwah. Agama yang membawa kebahagiaan memungkinkan menjadi sarang konflik, tatkala tafsiran eksklusif muncul dari masing-masing agama. Mengemukakan perang atas nama agama. Kemerdekaan agama dalam lingkup dakwah jika dilihat dengan jitu, merupakan ajang agama untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (dimensi positif untuk menarik pengikut).
Setiap agama dituntut untuk bersikap dewasa dalam menghadapi segala problem yang berkaitan dengan interaksi antar agama. Pluralisme positif memiliki kaidah bahwa selain agama sendiri masih ada agama lain yang harus dihormati, sikap inilah yang harus dipupuk dan dikembangkan. Kebenaran agama pun tidak ditafsirkan secara Rigid (Kaku). Kebenaran abadi yang universal akan selalu ditemukan dalam setiap agama samawi, walaupun masing-masing tradisi agama memiliki bahasa dan bungkusnya yang berbeda-beda. Karena perbedaan bungkus inilah maka kesulitan, kesalahpahaman dan perselisihan antar pemeluk agama seringkali muncul ke permukaan.
Sebuah paradigma bisa dianggap menawarkan semangat pembebasan jika ia mampu meratakan jalan dan membuka kemungkinan bagi transformasi sosial dalam lingkungan kehidupan di sekitar kita. Paling tidak perubahan pada tingkat kesadaran kita, mesti lebih dahulu diwujudkan.
Agama, pendeknya, boleh menawarkan jalan kebenaran, tapi tidak boleh merasa paling benar. Agama boleh menawarkan kemenangan tapi tidak boleh cenderung ingin menang sendiri. Allah yang memiliki agama itu, boleh bersikap mutlak, tapi bukanlah kita sendiri makhluk dhaif dan tidak mutlak. Nilai toleransi beragama, ditegaskan dalam satu kaidah atau prinsip tidak ada paksaan dalam agama “tiadalah ada paksaan dalam beragama, nyatalah sudah suatu petunjuk dan kebathilan”.
Dakwah diakui sebagai ajakan universal, artinya ajakan dakwah tidak dibatasi hanya kepada kelompok tertentu dan tidak yang lainnya. Terkait dengan aneka ragam keyakinan manusia di muka bumi, dakwah juga memiliki kepentingan untuk menarik orang kejalan kepentingan untuk mrnarik orang kejalan Tuhan. Untuk itu, tentu saja dakwah dituntut untuk menyiapkan sterategi yang berbeda ketika dihadapkan dengan para kelompok mad’u yang beragama Islam dan mad’u yang tidak beragama Islam. Tiga kategori mad’u yang penulis telah paparkan, sebetulnya dimaksud untuk memilih-milih tipe mad’u yang masuk dalam kelompok mad’u muslim. Dalam ruang diskusi ini, secara singkat penulis akan memaparkan mengenai kelompok mad’u yang kedua, yaitu kelompok nonmuslim.
Terkait dengan dakwah, pemaparan mengenai ahl al-kitab kiranya sebagai representatif dari kelompok mad’u nonmuslim, diharapkan mampu memberikan pandangan bijak dalam menyampaikan pesan dakwah. Sebagai objek dakwah, di satu sisi kelompok mad’u boleh dibilang secara instiristik telah memiliki sikap “Islam” (berkebutuhan yang Maha Esa) seperti Tersurat dalam ajaran kitab suci mereka, di sisi yang lain mereka seperti pemaparan agama al-qur’an tidak lepas dasri penyimpangan- penyimpangan pandangan hidup yang benar. Gambaran inilah yang akan menjadi dasar pijakan dalam pilihan metode dakwah terhadap ahl al-kitab.
Dakwah juga tidak menutup mata terhadap kemungkinan kelompok manusia yang gemar mengingkari kebenaran atau malah berusaha melawan kebenaran itu, sukar diajak berdamai atau bekerja sama dan melulu mengingkari kesepakatan. Mereka senantiasa menghalangi kebebasan orang untuk berdakwah dan berusaha menghalang-halangi orang untuk menerima kebenaran. Kelompok mad’u inilah yang disebut sebagai kafir (harbi) yang dapat eksis dalam setiap kelompok/penganut agama. Terhadap mereka itu, da’i tidak dianjurkan untuk menunjukan sikap bersahabat dalam menyampaikan kebenaran. Lebih dari itu, adalah sikap tegas (al-ghilz) dan tegas (tasydid), bukan lagi tabligh dan pertemanan (al-rifq).
Sekian terimakasih
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Muhammad Andryan Fitryansyah dengan NIM 11190530000126 mahasiswa program studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kali ini saya akan membahas tentang "Sentral Dakwah"
A. Mad’u Sebagai Sentral Dakwah
Salah satu sasaran utama yang hendak dicapai melalu dakwah adalah pemberdayaan masyarakat agar menjadi lebih baik dari aspek keimanan dan ibadah semata. Maka kepentingan dakwah itu berpusat kepada apa yang dibutuhkan oleh masyarakat atau komunitas (mad'u), dan bukan kepada apa yang dikehendaki oleh pelaku dakwah (da’i). Untuk mencapai hal tersebut maka seorang da’i perlu mengerti tentang aspek- aspek yang menjadi kebutuhan mad'u dalam suatu komunitas, termasuk tingkat kemampuan intelektual mereka, kondisi psikologis serta problematika yang melingkupi kehidupan masyarakat di tempat dan zaman tempat mereka berada. Aspek ini lah yang yang menjadikan dakwah bukan hanya semata-mata tablig, yaitu kegiatan penyampaian dan transformasi sosial dan kultural melalui rekayasa sosial yang intens. Sementara perubahan dan transformasi sosial ini tidak dapat berlangsung, tanpa memperhatikan kondisi objektif sasaran dakwah (mad'u) dalam semua aspeknya.
Kebanyakan mufasir, baik klasik maupun kotemporer memang mengartikan kata al-lisan sebagai bahasa. Namun demikian pemahaman ini dapat didefinisikan lebih luas lagi. Pengertian al- lisan menurut beberapa ahli tafsir :
1. Abdullah Yusuf Ali
Pengertian lisan itu tidak hanya diartikan sebatas kata- kata, huruf atau abjad sebagai materi inti bahasa. Lebih dari itu, lisan di sini menyangkut problematika kehidupan pada suatu masa, kecenderungan psikologi mereka dan tingkat pemikirannya. Menurut beliau Al-Qur'an memiliki pandangan yang sangat maju dan manusiawi. Didalam dakwah Al- Qur'an hal ini kelihatan sekalu menitik beratkan kepada kapasitas dan penerimaan mad'unya.
2. Menurut M. Quraish Shihab
Menurut beliau al-lisan memang diartikan bahasa, namun pemaknaan ini merupakan simbol dari arti yang lebih luas, yaitu pandangan hidup (pemikiran), psikologi, dan problematika sosial. Demikian itu, karena bahasa selain berfungsi sebagai alat komunikasi, juga merupakan cerminan pemikiran dan pandangan penggunaan bahasa itu.
3. Maha guru tafsir al- Razi
Mengartikan al-lisan sebagai bahasa, namun demikian kata al-Razi, penggunaan redaksi itu hanya sebatas terminologi saja, bukan suatu kemutlakan makna. Jika diperdalam, keterangan al- Razi itu mengisyaratkan bahwa pengutusan setiap rosul dengan lisan kaumnya berarti pula mencakup semua aspek yang terkait dengan kehidupan mereka. Tujuannya agar pesan agama itu lebih mudah ditangkap dan dicerna oleh umat.
Senada dengan al- Razi, Quraish Shihab juga menegaskan bahwa dakwah itu mesti memperhatikan aspek-aspek yang terkait dengan kemanusian mad'u. Karena mad’u sebagai sentral, maka dakwah yang tidak masuk dari aspek-aspek kemanusiaan mad’u tidak akan berkenan dalam hati dan pikiran masyarakat. Untuk memposisikan mad’u sebagai sentral dakwah, maka tiga hal berikut perlu diperhatikan.
• Pertama, dakwah perlu memperhatikan kapasitas pemikiran (tingkat intelektual) suatu masyarakat. Dakwah ber tujuan menyampaikan pesan agama seluas-luasnya kepada umat manusia. Sementara dilain pihak, tingkat pemahaman suatu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya berbeda. Perbedaan ini ditentukan oleh banyak variabel, diantaranya tingkat kemajuan budaya dan peradaban masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang maju sederhana dan bersahaja memahami sesuatu secara mudah (simplikasi) dan apa adanya. Sedangkan masyarakat dengan tingkat budaya dan peradaban yang lebih maju. Dengan tingkat intelektual yang lebih tinggi, masyarakat yang lebih berkebudayaan cenderung lebih tinggi, masyarakatnya cenderung memahami agama secara lebih kompleks.
Disisi lain agama memiliki watak universal ;ia diturunkan sebagai petunjuk bagi semua kelompok masyarakat baik yang sederhana maupun yang berperadaban. Karena itu dakwah harus berwatak fleksibel, maksudnya dakwah itu harus mampu mengakomodasi tingkat pengetahuan atau intelektual umat dimana saja. Bagi masyarakat yang masih sederhana, fokus utama dakwah terutama bagaimana mengembangkan potensi keadaban dan humanitas mereka. Contoh konkret dalam hal ini adalah dakwah Rosulullah terhadap masyarakat Arab. Adapun bagi masyarakat yang sudah maju, fokus utama dakwah adalah mengarahkan kemajuan dan keadaban itu agar selaras dan tetap berpijak pada nilai- nilai agama dan kemanusiaan.
• Kedua, dakwah harus memperhatikan kondisi kejiwaan (suasana psikologi) suatu masyarakat. Kondisi kejiwaan suatu masyarakat memiliki korelasi erat dengan setiap kejadian atau peristiwa yang dialami, baik yang terkait dengan kondisi alam atau sosial. Dampak dari suatu peristiwa tersebut akan terakumulatif dalan tempo yang relatif lama dan membentuk suasana psikologi tersendiri yang mencirikan kekhasan suatu kelompok masyarakat. Karena itu dipandang dari sudut kejiwaanya, maka setiap kelompok masyarakat adalah unik, sehingga dakwah yang manusiawi dan sekaligus komunikatif, adalah dakwah yang dapat memahami keunikan psikologis setiap umat, dan mencarikan jalan keluar yang tepat dan sesuai dengan suasana kebatinan mereka dalam dimensi ruang dan waktu.
Dalam kondisi demikian maka pemilihan materi dakwah menjadi urgen yang perlu dipilirkan dan dipersiapkan sebaik- baiknya. Penyesuain materi dakwah terkait dengan kondisi psikologi suatu ummat tidak hanya dilihat dari sisi benar atau tidak benar, tetapi perlu pula dilihat dari sisi tepat atau tidak tepat. Selain materi pilihan metode yang tepat, juga berperan dalam menentukan leberhasialan dakwah. Materi yang benar tetapi disampaikan dengan metode yang tidak tepat bisa menimbulkan fitnah.
• Ketiga, dakwah perlu memperhatikan problematika kekinian yang dihadapi masyarakat. Risalah islam diturunkan dengan kepentingan merespon masalah- masalah umat manusia dan membantu mencari jalan keluar dengan mengarahkan manusia melalui bimbingan agar lebih berpihak kepada muatan nilai- nilai moral dan ketuhanan. Karena itu maka dalam pelaksanaanya, dakwah haruslah berwatak komunikatif dan interaktif. Komunikatif berarti dakwah harus memahami dan merespons setiap problematika umat. Karena itu, dakwah tidak boleh bungkam ketika dihadapkan kepada persoalan- persoalan kemanusiaan mutakhir semakin kompleks. Dakwah dituntut untuk dapat memberikan pandangannya tentang persoalan- persoalan ini melalui paradigma moralitas dan nilai- nilai illahiah yang dimilikinya. Interaktif, berarti dakwah harus mampu berdialog dengan berbagai pihak dan kelompok kepentingan dalam rangka memcari solusi kreatif dan inovatif dalam memecahkan berbagai problem sosial yang dihadapi umat serta ikut menciptakan minset baru untuk membawa umat menunju perubahan dan kemajuan yang diharapkan.
Dakwah juga mesti berwatak kekinian dan kesinian. Masalah yang dihadapi umat dahulu dan sekarang sudah pasti berbeda sehingga memiliki solusi yang berbeda juga. Karena itu dakwah yang manusia harus menjahui unsur pemaksaan.
Termasuk kedalam pengertian mad'u sebagai sentral dakwah, adalah usaha dakwah yang dinamis dan progresif. Bentuk konkret dari usaha dinamis dan progresif adalah ijtihad, selalu berusaha mencari solusi dan jalan keluar dari problem- problem mutakhir yang dihadapi umat dengan logika baru.
Gagasan dakwah yang menempatkan mad'u sebagai sentral menghendaki dakwah yang empatik, simpati, dan humanitas sekaligus. Empati dan simpati dalam dakwah menghendaki sikap yang mengandaikan da’i dalam posisi mad'u. Adapun dakwah humanis menghendaki pengakuan terhadap sisi kemanusian mad'u secara utuh, baik pemikirannya, kejiwaanya, maupun problematika. Problematika terhadap aspek- aspek tersebut, hampir dapat dipastikan menjadikan dakwah kurang efektif, untuk tidak mengatakan kemubadziran, lantaran tidak dibutuhkan mad'u karena tidak membawa manfaat apa pun. Dakwah seperti ini bukannya membawa kemajuan tetapi justru bisa membawa kerugian.
B. Hak-Hak Mad’u
Dakwah islam condong kepada prinsip humanisme. Logika ini ditarik lebih jauh dikaitkan dengan hak-hak mad’u, maka sesungguhnya bukan lah hal yang lain dari hak-hak madu. Persoalan ditinjau dari dua aspek yaitu hak hubungan sosial antarpribadi dan hak hubungan antar keterkaitan komunikasi. Ada pun hak dalam dua aspek menekankan pola hubungan ketergantungan dan saling respons serta saling pengertian.
Dalam teori ilmu sosial dijelaskan kelanggengan suatu hubungan natural dalam masyarakat terkait suatu kontrak tak tertulis. Suatu hubungan sosial terjalin saat kontrak ini telah disepakati atas dasar ketulusan komitmen masing masing pihak sebagai suatu konsekuensi logis darinya.
Hubungan sehat antar personal ditentukan oleh masing masing pihak mampu menciptakan situasi pergaulan yang akrab dan hangat. Tujuan nya untuk terjalin suatu komunikasi yang terbuka dalam suatu hubungan kesateraan tanpa unsur hierarakris. Hal ini terbillang beberapa pertimbangan.
Pertama, secara pisikologis orang hanya akan mau membuka diri dengan orang yang benar-benar mengetahui latar belakangnya. Kedua, ketiadaan jarak antara hubungan tumbuhnya selera untuk menjalain keakraban dan kedekatan dalam pergaulan. Ketiga, kedekatan atau keakraban adalah implikasi logis yang terlahir dari sikap empatis dan simpatik. Sikap itu untuk memungkinkan kesetaraan hubungan yang mampu menetapkan dari pribadi pada posisi orang lain secara timbal balik.
Dalam prinsip komunikasi dikenal juga kaidah hubungan ketergantungan yang menegaskan pada dasarnya manusia memiliki hak untuk didengar, tetapi disisi lain ia juga memiliki kewajiban untuk mendengarkan orang lain. Keberlanggsungan komunikasi ditentukan oleh sejauh mana kedua belah pihak mampu menenggang dan memberi peluang orang lain untuk mendapatkan haknya. Pada dasarnya komunikasi berlanggsung suatu pola ketergantungan antara partisipasi dan pengertian. Tanpa adanya kesadaran komunikasi akan berakhir, dan itu merupakan sebuah kegagalan dalam proses komunikasi.
Terkait dengan persoalan hak-hak mad’u, maka apa yang dijelaskan melalui teori sosial tentang keharusan hubungan yang kondusif syarat keberlangsungan sebuah kontrak sosial, sangat releven dengan praktik dakwah nabi dengan membentuk piagam tertulis madinah yang menjadikan asas dalam pembentukan masyarakat sipil melalui sebuah kontrak sosial yang mengikuti semua golongan.
Secara adil hak-hak mad’u yang terdiri dari kelompok non muslim ahlul kitab,
1. Memperoleh pengakuan hak-hak asasi mereka selaku manusia seperti kebebasan untuk berkeyakinan dan berpegang pada keyakinanya itu.
2. Hak-hak mereka diakui untuk menuntut kerugian akibat perlakuan yang tidak baik pada mereka dan juga hak-hak asasi manusia pada umumnya.
Penjelasan bahwa pemahaman hak pertama dakwah adalah hak-hak asasi manusia pada umumnya adalah akses menuju hubungan sosial yang kondusif serta mebuka peluang terciptanya kebebasan dalam menyampaikan dakwah itu sendiri. Memberi kebebasan kepada mad’u untuk menerima atau menolak dakwah sesuai prinsip kebebasan agama yang diajarkan oleh islam.
Keakraban dan pergaulan hanya memungkinkan diwujudkan melalui hubungan yang intesif antara da’i dan mad’u pendekatan kearah keintesifnya hubungan ini bisa terjalin bilamana keduanya terkait dalam suatu hubungan sosial. Da’i sebagai pihak yang mengerti arah tujuan dakwah, adalah pihak yang di tuntut untuk lebih aktif dan progresif untuk mempererat hubungan tersebut. Pendekatan dakwah melalui hubungan sosial, demi menghilangkan kecurigaan-kecurigaan tak beralasan. Da’i harus mengerti bahwa madu memiliki hak untuk di datangi, didekati dan diakrabi dengan cara-cara persuasif.
Dari persepektif teori komunikasi tentang kaidah kesalingtergantungan, kesadaran da’i dan hak untuk menyampaikan dakwah bahwa mad’u juga memiliki hak untuk dipahami secara empati dan simpati menjadi suatu kemestian yang mutklak.tujuan yang ingin dicapai dari penunainan hak ini adalah menjaga suasana kejiwaan mad’u agar tetap betah berada di dalam ruang proses komunikasi dakwah untuk tempo yang cukup panjang.
Da’i dituntut untuk mampu menjaga gengsi dan harga diri mad’u, serta dilarang keras berkata-kata yang dapat melukai hati atau merendahkan diri mereka yang dapat menghilangkan selera atau bahkan keberlanggsungan untuk berkomunikasi.
Sekian terimakasih
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Muhammad Andryan Fitryansyah, dengan NIM 11190530000126 mahasiswa program studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pembahasan kali ini tentang "Sasaran Dakwah (Mad'u)" untuk memenuhi tugas harian mata kuliah Filsafat Dakwah.
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama islam dakwah bertujuan meningkatkan kwalitas iman, islam, dan ihsan.
Ajaran islam yang dibawa nabi muhammad SAW sangat luas, mencakup semua bidang kehidupan manusia. Tak hanya soal fikih dan ibadah, namun ajaran islam juga menyangkut kehidupan sosial masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sasaran dakwah untuk menyampaikan ajaran islam pun tak terbatas hanya pada orang-orang yang gemar mendatangi masjid ataupun majelis taklim. Seluruh lapisan masyarakat, termasuk generasi muda yang jarang pergi ke masjid maupun majelis taklim, juga merupakan sasaran dakwah. Mereka membutuhkan pengajaran dan pembinaan yang mampu membimbing langkah maupun pergaulan sehari-hari.
Untuk itu, sebagai seorang juru dakwah, harus ada perubahan mindset mengenai materi dakwah maupun metode dakwahnya. Seorang juru dakwah, harus memikirkan cara pengajaran yang lebih responsible. Selama ini, dakwah kerap dilakukan secara monoton, dengan materi dakwah yang hanya berkutat seputar masalah fikih dan ibadah, seperti mengenai shalat, zakat, maupun haji. Agar tujuan dakwah tercapai, maka juru dakwah harus menjadikan generasi muda yang menjadi sasaran dakwahnya sebagai sahabat maupun kawan.
Mohon maaf atas segala kekurangan
Sekian terimakasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Muhammad Andryan Fitryansyah, dengan NIM 11190530000126 mahasiswa program studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pembahasan kali ini tentang "Visi Da'i sebagai Pengembangan dan Peradaban Islam" untuk memenuhi tugas harian mata kuliah filsafat dakwah
Jika membahas "visi" berarti ialah tujuan dari suatu kegiatan, yang dimana di wujudkan oleh "misi" sebagai langkah langkah agar visi tersebut dapat terwujud secara efektif dan efesien.
Menurut Sayyid Quthub, visi da'i sebagai pengembangan atau pembangunan masyarakat islam. Sedangkan menurut 'Abd Al-Badi, visi da'i bukan hanya sekedat ceramah, namun sudah melaksanakan tugas dakwah yaitu mengubah manusia menjadi kondisi yang lebih baik.
Kompetensi dakwah meliputi kekuatan intelektual dan kekuatan moral da'i. Kekuatan intelektual adalah aktivitas otak manusia yang secara sadar untuk berfikir ilmiah. Dengan berfikir dapat mengamati dan mendalami menemui makna yang tersembunyi dari suatu persoalaan. Sedangkan Moral seorang Da’i harus melakukan tindakan terpuji dan menjauihi tindakan tercela dimanapun dia berada. Da’i memiliki rambu-rambu etis untuk berdakwah yang bersumber dari Al-Qur’an dan telah di contohkon oleh Rasulullah
Seorang da'i pun harus memiliki kekuatan spiritual, agar visi da'i sebagai pengembangan dan peradaban islam berhasil. Menurut ulama besar dunia, Yusuf al-Qaradhawi, kekuatan spiritual manusia bermula dari penanaman (peniupan) roh ketuhanan atau spirit ilahi ke dalam diri manusia (QS Shad [38]: 71-72), yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang unggul dan unik. Firman-Nya, "Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik." (QS Almu'minun [23]: 14).
Cara mengasah dan mempertinggi spiritual yaitu dengan al-iman al-amiq(memperkuat iman kepada Allah dengan mengesakan Allah), al-ittishal al-watsiq(membangun hubungan dan komunikasi yang kuat kepada Allah) dan tathir al-qalb(upaya penyucian diri dari berbagai penyakit hati)
Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf
Sekian terimakasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Muhammad Andryan Fitryansyah (1119053000126) dari kelas Manajemen Dakwah 3 C akan membahas tentang "Hakikat Dakwah"
Sebelum masuk ke materi inti dari Hakikat Dakwah, harus mengetahui terlebih dahulu, makna serta ruang lingkup dari Dakwah itu sendiri
Makna dan lingkup dakwah pada dasarnya mengajak, yakni menyadarkan, mengarahkan, dan membimbing manusia agar berbuat sesuai dangan tujuan ajaran agama Islam tanpa adanya paksaan. Dakwah merupakan kendaraan untuk menyampaikan pesan agama, melingkupi seluruh aspek kehidupan manusia dan mengkonsolidasikannya dalam format kehidupan yang bermoral. Sebagai sesama umat manusia, diwajibkan akan mengingatkan akan hal kebaikan kepada yang lain, atau biasa disebut dengan "amar ma'ruf nahi mungkar"
Hakikat dakwah sendiri sebagai kebutuhan manusia adalah bahwa manusia membawa misi menegakkan sistem Islam dengan menebarkan nilai-nilainya yang luhur di seluruh penjuru dunia. Melalui dakwah, hidup manusia diteguhkan dan dibimbing agar sejalan dengan prinsip Islam, dari iklim hidup yang menyesatkan kepada petunjuk Ilahi yang menyelamatkan.
Tujuan dan orientasi dakwah berorientasi pada Al-Qur'an dan Hadist, tidak lain dari tujuan Islam itu sendiri yakni transformasi sikap kemanusiaan (attitude of humanity transformation). Dalam hal ini agama dihadirkan untuk mempertegas kembali komitmen tauhid tersebut sehingga manusia dapat menjalani hidup dan menyikapinya dengan benar, yaitu dengan ketundukan penuh kepada Allah swt Sang Pencipta. Nabi Muhammad saw.
Hukum dan kewajiban dakwah.
- Pertama, dakwah dihukumi sebagai kewajiban personal (Fard 'ain)
- Kedua, dakwah dihukum sebagai kewajiban kolektif (Fardhu Kifayah)
- Ketiga, dakwahdihukumi wajib individual (Fard 'ain) sekaligus wajib kolektif (Fard Kifayah)
Sehingga dakwah hanya sebagai kewajiban ulama semata (elitis), tetapi juga tidak membenarkan, serta menyerahkan masalah dan tugas dakwahnya hanya kepada masing-masing orang (tugas individual) semata-mata.
Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan, terimakasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Islam sebagai agama dakwah. Hhhmmm, bicara tentang Islam sebagai agama dakwah merupakan bagian dari spirit keberagamaan kaum muslimin yang sekaligus menjadikan mereka da'i ataupun jadi mad'u. Sebab penyebaran Islam tidak lain karena adanya proses dakwah yang dilakukan Rasulullah dilanjutkan kepada pengikutnya hingga sekarang. Dan seiring waktu yang berjalan, dakwah Islam mulai berevolusi dari dakwah melalui media sosial, dakwah melalui qoutes qoutes dsb. Ini lah yg menjadi tantangan dakwah dimasa sekarang ini
Rasulullah Saw dulu ketika ingin berdakwah, sedang dalam perjalanan, ada yang melempari Rasulullah dengan kotoran dan bahkan meludahinya. Setiap Rasulullah melewati jalan tersebut, Rasulullah selalu dilempari kotoran dan diludahi oleh orang tersebut. MasyaAllah nya Rasulullah, Rasulullah sama sekali tidak merasa dendam, malahan Rasulullah tetap sabar dan selalu mendoakan nya.
Pada suatu saat, Rasulullah melewati jalan tersebut, tetapi tidak ada yang melempari kotoran dan meludahinya lagi, Rasulullah mulai mencari tahu tentang kabar orang tersebut, ternyata fulan bin fulan sedang sakit. Rasulullah langsung bergegas menjenguk nya, malahan Rasulullah adalah orang yang pertama menjenguk orang tersebut
MasyaAllah sekali, Rasulullah sama sekali tidak marah ataupun dendam terhadap orang tersebut. Justru Rasulullah malah memaafkan dan menjenguk ia ketika ia sakit. Rasulullah sama sekali tidak memiliki rasa dendam.
Sebaik baiknya Rasulullah pasti ada yang membencinya, dan sejahat jahat nya iblis pasti ada yang mendukungnya
Kita sebagai umat islam, sedang berdakwah dengan mengingatkan untuk mengerjakan hal baik, dan mengingatkan untuk menjauhkan hal yang buruk, seperti yang kita kenal dengan sebutan "amar ma'ruf nahi mungkar". Pasti ada tantangan disetiap langkah kita dalam berdakwah, ketika ada tantangan ataupun masalah, hadapi dan jangan dibawa akan emosi serta rasa dendam... maafkan lah ia lalu mendoakan agar ia segera mendapatkan hidayah dari Allah SWT
Aamiin aamiin yaa rabbal alamin
Sekian terimakasih
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pada tanggal 07 September 2020 di hari Selasa yang cerah ini, dimana mahasiswa mahasiswa baru sudah memulai kuliahnya dan mahasiswa lama khususnya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah mulai aktif, dikarenakan minggu lalu sudah dihitung sebagai minggu pertama yaitu kontrak perkuliahan.
Di awal awal mula seperti ini lah, dimana mahasiswa sudah memulai perjalanan dalam menuntut ilmu di perkuliahan baik mahasiswa baru ataupun mahasiswa lama. Dimana pada saat-saat inilah mahasiswa baru yang mempunyai semangat membara akan bahagianya setelah lulus dari siswa dan telah masuk menjadi mahasiswa.
Tapi, yang lebih miris. Disemangat semangatnya mahasiswa baru yang sedang membara seperti ini, harus di beri cobaan berupa "Serba Online" ... Dimulai dari tes ujian masuk, PBAK, perkuliahan dan lain sebagainya ... Rasanya kurang menarik jika PBAK tersebut menjadi online, hakikat PBAK yang sebenarnya justru menjadi hilang dan tak memiliki kenangan serta makna yang berarti. Ditambah lagi dari segi ekonomi, dimana mereka telah mengeluarkan biaya disaat lulus sekolah untuk ujian dan biaya biaya sebagai nya, ditambah lagi biaya ujian masuk tes, biaya ukt serta biaya internet yang harus dibayarkan untuk keadaan yang serba online ini. Hiks :(
Untuk masalah tersebut, mungkin belum seberapa yang dirasakan bagi mahasiswa yang kuliah di universitas swasta, yang memang bayarannya lebih banyak dibandingkan dengan universitas negeri, seperti biaya bangunan, biaya sks, biaya uts dan uas dan sebagainya.
Belum lagi masalah yang dirasakan lulusan siswa tahun 2020 yang diharuskan kerja, ntah itu kemauannya sendiri atau dipaksa oleh orang tua. Susahnya dalam mencari pekerjaan, ditambah lagi banyak sekali pegawai pegawai yang di phk. Jadi semakin sulit dalam mencari kerjaan untuk menafkahi hidup sendiri maupun keluarga.
Memang, bisa kita liat. Banyak sekali nilai nilai negatif dari "Serba Online" ini, tapi kita sebagai insan yang berakal, cobalah untuk berfikir positif dan mengambil hikmahnya, agar tidak terlalu kecewa akan keadaan seperti sekarang ini.
Sekian terimakasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
0 notes
Text

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hai everybody, Nama saya Muhammaf Andryan Fitryansyah, bisa dipanggil iyan. Dengan NIM 11190530000126, kelas Manajemen Dakwah 3 C.
Di catatan dari tugas mata kuliah Filsafat Dakwah, saya akan membahas tentang problematika atau segala hal yang makna, hakikat dan tantangan dakwah sekarang dan masa depan dalam perspektif saya
Dakwah adalah proses penyampaian atau ajakan manusia supaya masuk ke jalan Allah (sistem Islam) secara kaffah dalam segala aspek kehidupan guna mencari ridha Allah. Cara penyampaian ajaran Islam dari seseorang kepada orang lain atau masyarakat agar Islam menjadi jalan hidup bahagia dunia dan akhirat bagi manusia. Baik formal maupun informal dan individu maupun kelompok. Seperti mengajak atau mengingatkan manusia mengerjakan shalat, puasa, zakat, bersedekah, dan berbuat baik terhadap sesama karena dalam agamalah manusia diperintahkan untuk saling menasehati antara satu dengan yang lainnya.
Hakikat Dakwah adalah mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik dalam aspek ajaran agama Islam. Sebagai contoh Rasulullah telah menyebarluaskan dan menyempurnakan Islam dengan cara berdakwah baik lisan maupun perang, dimulai dari keluarga sehingga Islam berkembang ke seluruh wilayah Mekkah sampai ke Madinah bahkan ke seluruh penjuru dunia. Kita sebagai umat Islam harus mencontoh Rasulullah, karena beliau sebagai seorang teladan yang perlu diteladani. Hakikat dakwah kita dengan melanjutkan perjuangannya Rasulullah Saw dengan berdakwah untuk umat Islam (tidak melenceng dari aqidah dan syariat). Jika tidak ada dakwah, maka bisa hancur aqidah umat Islam sekarang, karna banyak yang tidak mengetahui hal-hal (ilmu) perkara agama yang banyak belum diketahui sebelumnya.
Tantangan dakwah sekarang seperti ketika menjadi pendakwah, banyak orang yg tidak mau mendengarkan dan acuh terhadap dakwah dari para ustadz da'i dan para ulama. Tetapi di masa yg akan datang kita bisa mempersiapkan semua itu dengan berbagai metode dakwah seperti dengan mempelajari manajemen, mempelajari tantangan dakwah yang sebelumnya lalu mencari solusinya. Dakwah di masa depan dapat melalui media sosial, (tidak harus didepan umum) agar bisa tersebar secara keseluruhan apalagi untuk sekarang ini makin canggih ilmu teknologi dan informasi.
Jadi kita harus tetap menyampaikan dan melanjutkan perjuangannya Rasulullah Saw dalam berdakwah dan menyebarkan agama Islam. Dan memperbaiki akidah dan iman serta memantapkan diri dengan iman kita melalui dakwah para ulama.
0 notes
Text
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pada hari ini, hari Kamis tanggal 25 Juni 2020. Kalo menurut saya sih hari ini itu hari yg paling melelahkan semasa korona muncul
Kemarin, saya yang biasanya pagi pagi itu joging, tapi libur dulu, karna saya harus mempersiapkan diri saya untuk persiapan perpisahan (wisuda) ditempat saya mengajar.
Ketika di semprot hand sanitizer, ada ibu ibu ngomong, "guru yaa??", Yaa saya bilang aja guru, emnk faktanya saya guru, eh ada ibu ibu dibelakang ngomong, "itu guru yg make batik trus maskernya pink, imut banget, ganteng lagi, paket komplit ini mah" yaa saya rada ngeflyyy gmn gt wkwkwkkk
Saya balik dari sekolah set1, karna setelah perpisahan, diadakannya rapat terlebih dahulu... selanjutnya saya sebenarnya udh ada janji, eh tiba tiba saya batalin karna baru inget juga ada uas hehe, alhasil langsung aja tuh uas, dan selesainya sampe jam 3, selanjutnya abis itu saya beberes rumah sama masak yaa karna emak ama adek lagi pergi keserang karna adek saya tes sekolah disana, alhasil saya yg ngurus rumah
Setelah itu langsung mandi dan siap siap buat shalat magrib lalu ngajar, abis itu ngaji ama ust saya, pulang pulang jam 11an, gk langsung tidur itu, maen hp dulu sama ngatur tugas dan kerjaan pula
Keesokannya...bangun pagi seperti biasa, niatnya gak mao joging, tapi ya kali gak olah-raga, alhasil saya lebih milih sepedaan aja, pulang pulang langsung makan, eh setelah makan, langsung uas matkul wkwkwkkk uas melee wkwkwkkk...jam 10-11an sebenarnya udh kelar, tinggal ngumpulin doank, tapi karna ketua kelas alhasil nungguin temen temen sekelas ngumpulin, trus juga pada lama banget lagi ngumpulin nya, ditambah lagi mana saya juga harus ngerapihin nama dari file temen temen pula
Setelah itu saya langsung mandi yaa karna dari abis sepedaan belom mandi sih wkwkwkk habisnya gak keburu, abis itu langsung otw ke kampus ngurus permasalahan peminjaman buku, kena denda, padahal kan kemaren gegara kopid, sue emnk, mahal bener dendanya...sampe ashar, abis itu saya harus sidang juga, ada masalah ama murid saya, jadi saya harus nyidang dia, dan jam 5 sore baru kelar
Dilanjut lagi, malem masih bae kerjaan lagi, begitu seterusnya
Mao istirahat aja susah, tapi ttp diselang kesibukan dan pada pandemi gini, ttp harus jaga kesehatan dan selalu beribadah kepada Allah, agar selalu dalam lindungan Nya dari wabah ini
Mohon maaf kalo ada salah
Sangat gak berpaedah yaa, tapi diambil manfaatnya
Terimakasih
0 notes
Text
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pada hari ini, hari kamis tanggal 18 juni 2020, seperti biasa saya menulis catatan harian online untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah pkn.
Kegiatan sehari hari masih seperti biasa, melakukan hal yang sama terus secara berulang-ulang, kadang ampe bosen sih hiks :(
Sudah beberapa hari ini, saya setiap pagi sering joging, ntah keinginan kuat saya ingin berusaha untuk menjadi tinggi (*karna badan saya pendek, malahan pendekan saya daripada adik adik saya) selesai dari situ saya masak lalu sarapan, dan selanjutnya mandi, karna badan juga udh lepek banget...sembari sekalian nyuci baju
Untuk sekarang, profesi guru sedang sibuk sibuknya dalam mengoreksi serta menginput nilai hasil ujian anak muridnya, kemarin saya telah menyelesaikan semua tugas saya mencakup seperti menilai serta menginput nilai siswa disekolah pertama yg saya ajar...untuk hari ini saya mengambil soal buat dikoreksi terlebih dahulu dari sekolah kedua tempat saya mengajar, saya langsung koreksi, tapi belom saya input karna yaa memang waktunya tidak cukup dan saya juga butuh istirahat
Walaupun sibuk dengan urusan dan kegiatan kegiatan yg dilakukan, tetap menjalani protokol psbb dengan selalu memakai masker dan jangan lupa mencuci tangan
Tetap selalu jaga kesehatan dan terus selalu beribadah dan berdoa agar terlindungi dari wabah virus ini
Sekian terimakasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
0 notes
Text
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hari ini, hari kamis, pada tanggal 11 juni 2020... Yaa hari ini seperti hari pada biasanya
Pada malam kamis, kebetulan jadwal saya ngajar juga dipengajian, saya pulang sekitar jam 10an, saya kalo ngaji sekaligus ngajar, gak pernah bawa hp, jadi seketika saya pulang, hp rame udah kaya pasar, dari chatan tersebut, ada dari pihak sekolah tempat saya mengajar, dia mengirimkan file ljk anak anak yg telah mengerjakan ujian mapel saya dan harus segera saya koreksi (*dalam hati "YaAllah, lagi santuy santuy nya malah dapet kerjaan wkwkwkwkk") dibalik itu semua saya masih bersyukur karna masih bisa kerja dan melakukan kegiatan walau dalam pandemi seperti ini.
Sebenarnya udh niat pengen joging pagi nya, tapi badan udh gak kuat, gegara kemarin abis joging juga dan emnk belum terbiasa olahraga selama pandemi gini, alhasil badan pada sakit....dan alhasil lebih milih rebahan yg begitu nikmat "hhhmmm kanee"
Ntah kesambet apaan gt, saya tiba tiba tumben tumbenan saya pagi pagi udh laper wkwkwkk, alhasil saya langsung masak dan sarapan... karna gak ada kerjaan lagi, tidur aja dah bentar
Ketika bangun, kaget ada temen nelpon, emnk sebelum nya udh punya janji, langsung buru buru siap siap nganterin temen memperbaiki nomer sim kartu nya, soalnya hp nya ilang, dan nomernya mau dipulihkan
Nyari nyari sanah sinih, dari sekian banyak toko center, hanya beberapa doank yg masih buka...mungkin karna situasi pandemi seperti ini, tapi Alhamdulillah nya akhirnya dapet juga, dan diperbaiki lah kartunya
Pulang dari sana, saya langsung shalat dan makan siang wkwkwkk namanya juga laper, mau gimana lagi, tapi dibalik kegiatan yg memang ada trus, tetap selalu jaga kesehatan, jangan lupa pakai masker dan selalu cuci tangan, agar kita semua terhindar dari wabah virus Corona saat ini
Sekian terimakasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
0 notes
Text
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pada hari ini, hari kamis tanggal 4 juni 2020, kegiatan keseharian pun masih sama seperti hari hari sebelumnya
Saya baru tidur jam setengah 12 malam, dikarenakan malemnya saya membantu saudara saya yg aqiqah sekaligus walimatul khitan anaknya
Bangun jam 3, emang sebenarnya dari kemarin kemarin udh niat untuk puasa syawal sekaligus puasa senin kamis, mumpung berkat yang semalem masih ada, jadi saya saur memakai berkat itu, padahal biasanya kalo saur saya harus bangun lebih awal dan memasak terlebih dahulu sebelum makan, tetapi pada saat itu, kondisi tubuh saya kurang memadai, tapi tetap saya paksakan puasa, jika kuat sampai maghrib yaa Alhamdulillah, jika tidak yaa mau gimana lagi, lagi kurang fit, terlebih lagi, ini hanya puasa sunnah
Pagi pagi sudah ada yang ngechat dari anak murid, teman dan lain sebagainya, ada anak murid yang mau ngajak jogging pagi hari, cuman dikarenakan kondisi saya tidak memadai, saya tolak. Ada lagi murid yg diminta diarahkan untuk pendaftaran spmb uin jkt, saya sudah arahkan, tapi ia pengen dibimbing ama saya, saya pun udh bilang, kalo mao kerumah, yaa kerumah aja nanti saya arahin. Ada juga temen (guru dari teman sekolah saya mengajar) minta nilai rapot, sedangkan saya belom bikin, alhasil auto bikin karna sebentar lagi adalah pembagian rapot dan ijazah untuk anak kelas 3 smp/sma
Sekitar jam 10an, badan saya udh gak kuat, saya istirahat saja, lalu saya bangun ketika Dzuhur, saya langsung shalat
Walaupun lagi kurang fit, tetap menjalankan ibadah serta kegiatan kegiatan yang emang harus dijalankan gak boleh ditunda
Selagi masih bisa dilakukan, tetap lakukan yang terbaik, karna "sebaik baiknya manusia adalah manusia yang berguna bagi manusia lainnya"
Sekian terimakasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
0 notes