mayabty
mayabty
Dreamland
2K posts
Mencoba menorehkan segala isi pikiran yang absurd.
Don't wanna be here? Send us removal request.
mayabty · 3 years ago
Text
Ketika beberapa negara barat melakukan diskriminasi terhadap muslim, islamophobia. Melarang pemakaian atribut keislaman, dari cara halus hingga kasar. Apakah yang dilakukan negara muslim yakni dengan teguh terhadap keyakinannya menolak hadirnya atribut pelangi, sama saja seperti apa yang dilakukan barat? Homophobia katanya. Tentu tidak.
Mengapa?
sebab diskriminasi terhadap muslim adalah diskriminasi agama, diskriminasi terhadap sesuatu yang universal, sesuatu yang seluruh manusia menyepakatinya sebagai hak hidup, sama seperti hak berbangsa dan bersuku. Berbeda dengan LGBT, pemikiran LGBT adalah pemikiran yang belakangan hadir dan hanya dimiliki segelintir orang dan diyakini sebagian kecil orang namun dipaksakan untuk diterima oleh semua orang, lebih sering lagi justru bersifat politis. Bahkan mayoritas manusia dari agama dan bangsa manapun merasa jijik terhadap perilaku LGBT, dan sepakat bahwa hal tersebut jelas jelas bertentangan dengan moral. Perilaku tersebut menyimpang dari ajaran agama manapun yang secara universal diterima oleh masyarakat dunia.
Hal seperti ini sama dengan analogi, apabila ada segelintir orang yang berpaham terorisme, lalu mereka memaksa masyarakat dunia sepakat dengan mereka lalu menganggap ketidaksepakatan terhadap pemikiran tersebut adalah diskriminasi. Tentu hal tersebut tidak bisa dibenarkan bukan? Mereka jelas jelas salah.
Menolak penyimpangan dan kesalahan karena keyakinan yang di anut adalah justru bagian dari hak asasi manusia.
40 notes · View notes
mayabty · 3 years ago
Text
“You must tell yourself, “No matter how hard it gets, I’m going to make it.””
— Unknown
392 notes · View notes
mayabty · 5 years ago
Text
Terima Kasih, Aku.
Terima kasih untuk usaha selama ini. Terima kasih atas segala pengorbanan yang telah dilakukan. Terima kasih sudah mau bertahan sesulit apapun keadaannya.
Terima kasih sudah mau berbesar hati menerima apa yang terjadi, sekalipun tak selalu sesuai harapan. Terima kasih sudah mau bersabar menjalani apa yang telah digariskan, walaupun penyesalan terkadang hinggap, namun tak pernah sekalipun menyalahkan Tuhan. Bukankah itu sulit?
Terima kasih telah memilih untuk tegar, walaupun tangis masih sering mengiringi. Setidaknya dirimu telah berusaha untuk kuat di tengah badai yang menerjang. Terima kasih sudah merasa ikhlas atas semua hal yang mungkin saja sebenarnya menyakiti hati, tetapi kelapangan dirimu rupanya dapat meredamnya.
Terima kasih telah berjuang sedemikian rupa, meskipun godaan untuk menyerah seringkali tiba.
Terima kasih, Aku.
@shafiranoorlatifah | 6 Januari 2020
375 notes · View notes
mayabty · 5 years ago
Text
// Bukan Rakaat Terakhir //
Waktu-waktu berlalu
Di hiruk-pikuk jalanan yang berdebu
Angan menjadi ingin
Ingin menjadi angan
Kata-kata belum selesai dieja
Buku-buku belum tuntas dibaca
Kita berlari
Lalu sejenak berhenti
Kemudian berlari kembali
Di tengah kota yang ramai ini
Kita merasa sendiri
Bukan narapidana tapi terpenjara
Dalam kotak-kotak beton yang menjulang tinggi
Menyerahkan diri setiap pagi
Untuk kemudian pulang malam hari
Sementara itu
Di sudut kota Jogja
Seorang lelaki sedang mengipas-ngipas satai kambing andalannya
Dibakarnya daging satai itu,
Dipuaskannya perut pelancong dari Jakarta,
Orang-orang yang bekerja delapan jam sehari
Entah bagaimana,
Hidup mempertemukan mereka
Sebagai orang yang sama-sama bekerja
Tak ada yang lebih mulia atau lebih hina,
Karena semua yang bekerja,
Menjuangkan pengharapan,
Untuk keluarga dan orang yang dicinta,
Mereka mulia dengan kerja kerasnya.
Hidup-hidupilah hidupmu.
Taklukkan hari-harimu.
Untuk semua yang sudah bekerja keras,
Bilangan tahun belum selesai,
Kemarin bukan rakaat terakhir
Bersiaplah kembali untuk rakaat yang lebih panjang.
31//12//2019
Taufik Aulia
460 notes · View notes
mayabty · 5 years ago
Text
Tumblr media
1K notes · View notes
mayabty · 5 years ago
Photo
Tumblr media
2K notes · View notes
mayabty · 5 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Begone, foul responsibilities, there’s a protective chair here! I wanted to draw a lighthearted comic with some small kittens. : D
Chibird 2020 Calendar | Patreon | Webtoon
5K notes · View notes
mayabty · 5 years ago
Text
“I think every girl needs to love herself, regardless of anything. Like if you’re having a bad day, if you don’t like your hair, if you don’t have the best family situation, whatever, you have to love yourself and you can’t do anything until you love yourself first.”
— self love is so important :)
28K notes · View notes
mayabty · 5 years ago
Text
Lalu aku memahami, ada yang lebih manis untuk dipintakan, yaitu kesabaran yang tiada berbatas. Saat diri sudah lelah dengan harapan yang berkali - kali patah.
Ada hati yang perlu disembuhkan dari luka pengharapan yang tumbuh tidak pada waktunya. Ada kesadaran yang perlu dibangunkan dari mimpi kegagalan - kegagalan sebelumnya.
Ditepian, aku menabur harap. Untuk tetap bertahan, untuk tidak patah, untuk tidak redup. Walau seringkali kenyataan memberhentikan.
677 notes · View notes
mayabty · 5 years ago
Text
Tulisan : Membicarakan Kebesaran-NYA
Bapak pengemudi taksi online yang kunaiki beberapa minggu lalu memberikan pembelajaran berharga. Siang yang terik kala itu menjadi jalan cerita yang masih terekam jelas hingga saat ini. Siang itu, selepas pulang dari lokasi proyek dengan segudang keluh kesah, tugas, dan tenggak waktu bebeberapa pekerjaan. Aku mendapatkan secercah kebaikan yang masih terngiang-ngiang.
Beliau bernama pak Yanto, berusia 54 tahun. Bertubuh besar dan proporsional. Sewaktu datang dengan city car mungil, aku melihat seolah mobil itu sama-sekali tidak cocok dengan ukuran badannya. Benar saja, waktu berada di dalam kemudi, setir mobil nyaris menyentuh pahanya.
Pembicaraan mengalir melalui basa basi. Nama siapa, bekerja dimana, tinggal dimana. Siang itu, jalanan di kota jakarta cukup padat. Aku hendak ke Bandara, mengejar pesawat jam 16.00. Berjaga-jaga dengan pergi empat jam sebelum jadwal, sesuatu yang tidak kulakukan di Yogyakarta. Di ibukota, sulit ditebak keadaan lalu-lintasnya.
“Nak, bapak ini pekerjaan berdakwah.” jawabanya ketika kutanya beliau bekerja sehari-hari dimana.
“Dulu bapak mengetuk pintu rumah atau mushala untuk berdakwah, mendatanginya satu per satu. Kini, dengan aplikasi seperti ini, justru bapak yang didatangi. Alhamdulillah, dan Nak ini adalah orang pertama yang bapak temui hari ini. Jadi bapak akan berdakwah kepada Nak.” ujarnya, aku menyimak, merasa risih. Mungkin karena baru kali mendapat pengemudi seperti ini.
Karena penasaran, aku berusaha menanggapinya. Bertanya tentang apa yang sering beliau sampaikan ke penumpang-penumpangnya.
“Bapak ini tidak akan pernah membicarakan tentang halal dan haram. Tapi, bapak akan membicarakan tentang kebesaran Tuhan. Kita sama-sama membicarakan kebesaran Allah. Kalau manusia itu menyadari kebesaran Tuhannya, maka akan ada tumbuh iman di dalam hatinya. Kalau sudah ada iman di hatinya, tidak perlulah kita bicarakan ini boleh ini tidak, dengan sendirinya orang itu akan bertakwa kepada Tuhannya, karena imannya.” jawabanya.
Aku tertegun dengan itu. Dan selepas itu, kami berbicara tentang banyak kebesaran Allah sepanjang kurang lebih satu setengah jam perjalanan. Dari mulai hal-hal sehari-hari, kenikmatan, hikmah kejadian, perjalanan hidup, dsb. Hal-hal yang membuatku menyadari keberadaanNya dengan lebih baik, menyadari keberadaanNya dan keterlibatanNya dalam setiap urusan.
Siang itu menjadi siang yang menyejukkan ditengah teriknya matahari.
“Nak, jika ingin berdakwah dengan lembut dan kamu tidak cukup ilmu tentang hukum-hukum halal dan haram, fiqih, muamalah, dan lain-lain. Cukup bicarakan kebesaran Allah dimanapun dengan siapapun. Agar imanmu dan imannya tumbuh. Itu adalah modal ketaatan seorang manusia.”
©kurniawangunai | rumah, 25 Desember 2019
1K notes · View notes
mayabty · 6 years ago
Text
Doa-doa di Ujung Langit
Sejak awal tahun, atau bahkan lebih lama lagi, apakah kamu punya doa-doa yg terus kamu rapal setiap hari? Yup, setiap hari! Seperti kaset rusak, doa-doa itu selalu berisi pinta yg sama setiap harinya. Itu-itu lagi! Bosan dan malu tersebab terus meminta memang pernah datang, tapi keduanya kalah dgn kebutuhan jiwa utk terus meminta kepada-Nya. Alhamdulillah, Rabb kita tak seperti manusia, yg akan geram jika terus mendengar kalimat yg sama, dari orang yg sama, di sepanjang waktu yg berbeda-beda.
Setiap ada kesempatan baik, kita selalu mengulang doa yg sama: saat berpuasa, saat bersujud di rakaat terakhir, saat hujan turun, saat sepertiga malam, saat safar, dst. Seraya berdoa, tak lupa kita pun menggenapkannya dgn upaya, bukan utk mendikte hasil akhir, namun agar sekecil apapun upaya dapat menjadi sesuatu yg bernilai di hadapan-Nya.
Bukan tak lelah, berkali-kali kita gagal hingga rasanya ingin berhenti saja, termasuk berhenti merapal doa-doa yg sama: menghentikan kaset rusak berputar dari putarannya. Tapi, ada sesuatu yg selalu menggagalkan pemberhentian itu, yaitu sikap percaya bahwa jawaban doa selalu iya: iya boleh, iya nanti, atau iya tapi yg lebih baik. Maka, kita pun berdoa lagi, doa yg sama.
Bukan mudah, berkali-kali kita pun kehilangan kata-kata. Kalimat-kalimat yg sebelumnya tersusun seolah hilang begitu saja. Satu-satunya yg keluar dari lisan hanyalah, “Ya Allah …” kemudian hening, berganti tangis-tangis tanpa suara yg tak jarang lama redanya. Namun kita yakin, dikatakan atau tidak dikatakan, doa tetaplah menjadi doa.
Tumblr media
Kita tidak tahu, barangkali kesempatan utk terus berdoa adalah jawaban dari doa itu sendiri. Jika doa-doa itu belum bertemu dgn jawabannya, tak mengapa. Jika Dia memberikan yg sebaliknya, tak mengapa. Sebab, boleh jadi tidak atau belum dikabulkannya doa adalah ladang dimana pahala sabar dapat kita raup sebanyak-banyaknya.
Jadi, bagaimana jika kita berdoa sekali lagi, lagi dan lagi? Bukankah Dia suka jika kita terus meminta?
___
Picture: Pinterest
1K notes · View notes
mayabty · 6 years ago
Text
What do you want?
I don't know.
0 notes
mayabty · 6 years ago
Text
It’s not stupid. I promise. It’s not stupid to turn into your 5 year old self and get happy beyond measure for the little things. It’s not stupid to be proud of yourself for completing a load of laundry and washing the dishes. You aren’t lame for patting yourself on the back when you chose a salad over a burger. You’re taking care of yourself and each victory - no matter how small - is worth celebrating. 
125K notes · View notes
mayabty · 6 years ago
Text
Dua hal.
Dua hal yang mesti sekali lagi, dan terus diperbarui dalam hidup :
1. Quwwatu Sillah Billah (Menguatkan hubungan dengan Allah)
2. Quwwatul Asbab (Menguatkan sebab-sebab --pada hal-hal yang ingin kita capai--)
Kadang-kadang, ga ding, seringkali saya sadar. Saya kehilangan keberuntungan, dan hal-hal yang rasanya (dulu) mudah saya dapatkan, (hanya) karena menjauh dari dua hal tsb. Saya mau dapat nilai 10, usaha cuma 5. Saya sering sadar, dan mengubah "kadar" usahanya pun ternyata sulit. Subhanallaah.
Semoga dimudahkan oleh Allah. Rasanya rindu, pada kondisi jiwa yang dulu. Hehe. Tapi, alhamdulillah masih dikasih perasaan rindu. Walau seperti layaknya masa lalu, rasanya sulit sekali kembali ke masa-masa yang dirindukan.
Semoga Allah mampukan. Kangen jadi makhluk yang sedikit lebih santuyy, produktif tapi ga kebanyakan panik. Saya yakin, kuncinya ada di dua hal tsb. Insyaa Allaah..
:)
490 notes · View notes
mayabty · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Source: mihrab, via IslamicArtDB
124 notes · View notes
mayabty · 6 years ago
Text
6 Questions to Ask Yourself
1. Will it really matter in a year? Or in six months?
2. Is this helping me to grow and become a better person?
3. Why does their opinion or approval matter to me?
4. Am I acting on my feelings? Am I likely to regret this?
5. What if I decided to do things differently?
6. What if I decided to write a choose who I will be instead of letting others decide my life for me?
1K notes · View notes
mayabty · 6 years ago
Text
“Ibrahim (as) was thrown into fire. God willing none of us will ever face such a trial in this life. But there is not a person who won’t get thrown into some sort of emotional, psychological or social fires in their life. And don’t think for a moment that God cannot make those fires cool for us.”
— Yasmin Mogahed
284 notes · View notes