Tumgik
Tempelan cerita tercerabut dan memburai. Bau pertemuan. Usang kepergian.
Tumblr media
0 notes
Menunggu pesan, bukan diri. Terlalu limbung untuk mengingat sebuah tubuh yang bergerak mendekat dan menjauh.
0 notes
Catatan Malam Hari Tanpa Hujan
Gelegar tawa manusia menemani mimpi gelap yang basah
Tubuh menunggu cinta esok hari, harap-harap cemas
Kesunyian berlatar siaran orang tidur
Rembulan cuma nama
Tak bisa dibuktikan di keramaian pasar tengah malam lewat sedikit
Orang melaju, merangkul, dan menonton
Genggaman tangan itu tak jadi, jemputan tiba jam 1 malam
Panas di kamar mandi, keramas di jalanan, muntah di warung nasi
Ada yang menunggu pagi untuk bisa menunggu malam
Tak ada berhenti, jalan di tempat
Titip rindu pada bioskop berdiskon yang tak bisa mendudukkan dua buah tiket dalam satu bangku tontonan 60 menit
Ada yang menunggu,
Esok
24/02/2018
0 notes
Kau menyusuri jalur kepergian untuk menemukan kepulangan. Terlalu jauh mengatakan perpisahan adalah intimidasi jarak, dia melekat pada satu tubuh. Setiap mengantarkan, satu tubuh telah dibiarkan untuk memperpanjang kerinduan. Tapi waktu selalu menyediakan kesakitan untuk melengkapinya. Di saat itu juga, kepergian untuk membuat pertemuan pada sesuatu yang lain di ujung sana.
Mata kosong di bawah kolong
0 notes
Kau berhenti di stasiun kereta untuk menyaksian kepergian dan pertemuan. Betapa diantara itu menjadi sangat sakit, mengobati rindu sekaligus mengiris luka
0 notes
Limitasi menjadi tanda keberadaan gerak untuk merasakan kebebasan. Sebuah personalitasku untuk bisa menyampaikan perasaan mencintaimu. Terlalu kompleks untuk mencapai kebebasan berbahasa untuk sampai padamu sebuah pesan kasih yang bisa kau balas dengan penolakan ataupun menyepakai pergulatan rasa. Jika pesan itu benar-benar sampai, sudah tidak ada lagi hasrat untuk bisa merasakan rindu. Rindulah batas itu. Ia bisa menjadikan nalar fiksi untuk tetap hidup, dirasai dan dibayangkan menjadi kedekatan-kedekatan batin. Fisik terlalu mudah digambarkan. Aku mencintaimu dan kamu mencintaiku. Tapi teka teki tidak seperti itu. Ia harus berkutat menjadi labirin yang semakin mengular, spiral, dan berputar-putar. Pusaran gelombangnya menghanyutkan hormon perasaan menjadi lebih peka dan pasti menyayat. Teka-teki itu, aku mencintaimu dan kamu tak tau bahwa aku mencintaimu dan kamu bisa saja mencintai orang lain. Aku selalu dekat denganmu tanpa batas kasih sayang yang harus selalu mengasihi dan menyuguhkan sayang. Limitasi itu juga ada pada kasih sayang dalam kungkungan bernama ikatan cinta. Karena aku sangat mencintaimu, dan bisa merasakan perjuangan rindu. Dengan janji yang sangat tulus, tak akan menikahimu. Itu adalah noda. Hamparan mengimajinasikan personalitas rupa, gerak, tubuh, kerinduan dan rasa pada diri yang elok nan membekas, tak akan dipersempit dengan penyatuan.
1 note View note