Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
DAY 2: Movie Review Milly & Mamet – Semuanya Terasa ‘Passs’ #30HariBercerita
[SPOILER CONTENT]
Pembaca direkomendasikan menonton filmnya terlebih dahulu, lalu baca review ini untuk saling sharing tentang Milly Mamet.

Sesuai judul review kali ini, Milly & Mamet terasa pas dalam segala bagian. Gaada yang berlebihan atau dipaksakan. Film besutan Sutradara Ernest Prakasa bergenre Comedy-Romance ini menyuguhkan cerita yang sederhana dengan problem yang cukup mainstream di kalangan keluarga muda namun dikemas dengan apik dan manis. Jempol buat Ernest!
Awal cerita dimulai saat Geng Cinta, yaitu Maura (Titi Kamal), Karmen (Adinia Wirasti), Milly (Sissy Prescillia), dan Cinta (Dian Sastrowardoyo) sedang hangout dan bertemu dengan Mamet (Dennis Adiswara), jadi agak nostalgia tentang cerita-cerita semasa SMA. Sissy yang saat itu sudah punya pacar ga menyangka bakal tertarik sampai akhirnya menikah sama Mamet yang di cap “culun”. Disini jujur aku cukup khawatir karena dialognya Milly dan Mametnya masih sekaku itu, Milly yang diceritakan agak “bolot” juga kurang diinformasikan jadi ketika banyak scene Milly agak susah nyambung ngobrolnya, buat yang udah nonton AADC bakal ngerti, tapi kalo yang belum nonton bisa jadi gemes sendiri hehe Tapi setelah Milly dan Mamet menikah chemistry nya sudah mulai terbangun.
Singkat cerita, Mamet ini suka banget bahkan merasa masak adalah passionnya, jadi dia yang bertanggung jawab atas perut-perut keluarga di rumahnya. Mamet kini bekerja jadi kepala perusahaan konveksi milik ayahnya Milly, sementara Milly yang sebelumnya sebagai wanita karir yang sudah beberapa tahun kerja di bank, sekarang menjadi full time mother. Suatu hari, Alex (Jullie Estelle) yaitu sahabat Mamet semasa kuliah Tataboga kembali hadir ke kehidupan Mamet untuk menawarkan kerjasama dengan Mamet untuk membuta restoran makanan sehat, yang sedari dulu menjadi cita-cita mereka berdua. Pas Alex muncul memang agak membuat penonton mencurigai jadi sumber konflik keluarga Milly & Mamet ini. Beberapa jokes yang dilempar juga hampir semuanya “mashoook”, penonton dibuat ngakak (laughing out loud, bukan cuma giggling) di beberapa scene. Ada 2 scene terngakak favoritku di film ini, pertama pas moment ultah Mamet di kantor sama Milly Mamet makan bareng Alex dan Milly sok-sok an review makanan restorannya. Harus langsung nonton sih biar ngakaknya maksimal hehe
Selain kental dengan unsur komedi, film ini jadi membawa atmosphere yang warm banget buat penonton karena gesture dan chemistry Milly dan Mamet yang sweet dan natural, ga banyak dibuat-buat. Penokohan si Mamet ini juga menurut aku bagus banget sih, dia jadi sosok yang lembut, pengertian, tapi juga tegas dan bisa ambil keputusan saat merasa ada something’s wrong, bikin jadi pengen punya suami kaya Mamet hahaha
Buat penonton yang suka konflik yang intense sih siap-siap aja untuk tidak berekspektasi terlalu tinggi. Konfliknya terhitung ringan (meskipun ga sedikit) dan bener-bener kaya konflik keluarga di dunia nyata, ada cemburu sedikit-sedikit, cekcok sama mertua, kurangnya komunikasi antar pasangan, dll.
Adanya penampilan Isyana juga bikin cerita makin berwarna dengan kerandoman-nya, cukup membuat penonton ketawa. Cocok banget sih Isyana meranin peran tersebut, Good Job!
So, over all aku suka banget sih sama cerita Milly & Mamet, cocok banget buat nonton santai sama keluarga, temen, dan pasangan. After effectnya bikin aku senyam-senyum dari mulai keluar bioskop sampe nyampe rumah. Aku kasih rating 8/10 untuk film ini. Mantap sih Ernest Prakasa makin hari makin handal bikin film. Mulai suka sama film-film Ernest semenjak dia bikin film Cek Toko Sebelah. Ditunggu karya-karya lainnya di 2019 ya, Nest (sok kenal hahaha).
Sukses terus perfilman Indonesia!
0 notes
Text
Day 1 : The Beginning
#30HariBercerita
Hai, tulisan ini tidak akan ada kalau aku ga ngeliat postingan dari temen zumbaku dulu, Zelin. Thanks Zelll :*
Dia ngeposting untuk melakukan Challenge 30 Hari Bercerita gitu, which is (biar kek anak Jaksel) challenge ini bukan sesuatu yang baru buat aku. Sebetulnya pada saat aku baca sih cuma selewat aja dan berpikiran “oh..jadi pengen bikin, tapi males ah” wkwkwk disclaimer aku emang semales itu orangnya. Tapi perjalanan seharian ini yang membuat aku komitmen buat coba ikutan 30 hari bercerita ini (maap maap nih mulai dari tanggal 2, januari sampe 31 kan? Jadi pas lah ya 30 hari hahahaha)
Disclaimer lagi: aku gasuka baca, jangankan baca buku, baca artikel aja males hahaha aku anaknya visual banget jadi lebih suka nonton daripada baca, jadilah aku juga bukan orang yang pandai menulis (mungkin karena gapunya banyak referensi kata dan vocabulary, so i wanna say sorry if my story not interesting for you guys, maklum lagi belajar. Dan hal ini yang menjadi salah satu motivasiku untuk merutinkan membuat tulisan.
Singkat cerita hari ini kumulai bangun tidur dengan rasa feeling gulity karena niatnya di hari libur kemarin mau menyibukkan diri dengan banyak belajar hal-hal baru yang berbau pekerjaanku sekarang, yaitu sebagai Brand Communication. Tapi apa daya dan upaya ternyata tangaal 1 itu keluarga masih pada ngumpul dan masak-masak yang menyebabkan aku skip gitu buat belajar hal-hal berfaedah ini hahaha
Sambil siap-siap ke kantor, biasanya kebiasaan aku adalah muterin youtube dengan berbagai konten sesuka hati, semaunya aja, kadang ceramah (biasanya aku muterin ceramah Ustadz Khalid dan apapun yang temanya lagi dibutuhkan), kadang makeup, sampai serandom itu buka apapun yang terlihat seru di homepage aku. Tadi pagi di homepage aku muncul BukaTalks yang materinya tentang mengubah kebiasaan dan pola hidup yang seimbang. Kebetulan aku lagi bermasalah banget dengan habit aku saat ini yang malesan jadi sangat tertarik dengan tema tersebut, akhirnya aku coba nonton.
First think first dia nyeritain kehidupan dia selama ini (khususnya sebelum menikah) dia tumbuh dan berkembang di lingkungan (yang aku simpulkan) berada karena dia cerita bahwa selama ini kehidupan dia full services sama bibi (alias pembantu yang ngerjain semua) dan dia juga tinggal di rumah seluas 2000 m2 di Kota Bandung. Semuanya dimulai saat dia harus menetap di Jakarta dan tinggal di apartement yang sebenernya punya 2 (atau 3 yak lupa) ruangan. Menurut dia itu sempit banget, seketika bingung harus gimana karena yaaa ga terbiasa yang asalnya dari rumah segede apa tau jadi harus tinggal di tempat kecil. Puncaknya adalah saat dia menikah, dia dan suami ngekost. Dia lebih terkejut lagi karena luas kostannya itu tidak lebih besar dari kamar mandi rumah dia.
Akhirnya setelah dia coba merenung hal apa yang harus diubah, hal pertama yang dia lakukan adalah bertanya pada dirinya sendiri tentang apa sih yang dia mau? Kedepannya habit apa sih yang mau diubah? Akhirnya setelah melakukan brainstorming dengan dirinya sendiri dia dan suami memutuskan untuk membuat (dengan cara mencicil) rumah yang ia design sendiri (kebetulan mbaknya adalah arsitek). Rumahnya itu kaya gini (minimalis dan no sekat) dengan luas rumah sekitar 30m2 aja. Waaaaawwww!!!
Minimalis disini dalam artian dia bener-bener selektif dalam memilih barang apa aja yang harus ada dirumahnya, kalo dirasa gaperlu yaudah gausah dipake lagi (barangnya bisa disumbangkan ke orang yang lebih membutuhkan). Dan kenapa dia gapake sekat? Biar gaada alesan buat ga rapih dan bersih. Kadang-kadang dengan adanya sekat atau ruang-ruang tertutup lainnya jadi sarang kita buat numpuk-numpuk barang. Bener juga dipikir-pikir.
Dari sini aku sadar bahwa ketika kita dibenturkan dengan suatu keadaan yang cenderung membuat kita kaget atau kurang nyaman, jangan terburu-buru untuk menyalahkan keadaan, tapi kita introspeksi dulu diri sendiri apakah ada yang salah atau adakah yang bisa kita ubah agar lebih optimal dalam mencari solusi dari masalah tersebut. Dan yang paling penting adalah belajar untuk Qanaah atau merasa cukup dengan apa yang dipunyai. Oke ini baru satu bagian cerita aja udah panjang yah hahaha
Berlanjut ke kantor, pagi-pagi aku langsung dikasih task untuk membuat konten publikasi dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh Halofina (startup - tempat kerjaku) untuk di linkedin. Dasarnya gabisa nulis, hampir seharian aku bikin ini dan ngerasa ga optimal banget waktu kerjanya. Dari sini aku berniat untuk banyak-banyakin baca buku, baca artikel, dan coba buat menulis, minimal keluar dulu lah sense of writing-nya hehe
Another disclaimer, aku tuh kalo ngomong atau nulis ceritanya suka loncat-loncat gitu, menurut kalian apakah itu efek dari jarang baca dan nulis? Jadi pemikirannya tidak terstruktur? Hehehe
Hari sudah beranjak menuju malan. oke, hari ini aku pengen cepet pulang kantor karena mau ketemuan sama Moneja (geng sedari kuliah) yang biasanya jadi charger aku kalo lagi lelah. Btw mau cerita agak panjang nih tentang masing-masing dari anggota Moneja ini:
1. Ghanis : Si bungsu yang tidak terlihat bungsu, kelahiran 1995 yang paling bongsor diantara kami. Kalau sama ghanis ini kita pernah sekantor bareng di Urbanindo jadi lebih banyak inner circle yang sama.
2. Evi: Evi paling sering pulang bareng diantara yang lain karena searah sihh, jadi kalo abis main seringnya pulang bareng sambil curhat-curhat gitu. Dia juga yang paling banyak update-an cerita saat ketem, mungkin karena hidup aku dan Ghanis cukup flat hahaha
3. Icut: Kalo sama Icut kami LDR-an karena dia tinggal di Tasik. Icut adalah sosok terwoles dalam menjalani lika liku kehidupan ini hahaha jaman kuliah kosan icut yang dijadikan basecamp buat nungguin matkul selanjutnya dan saat mager titip absen. Bahkan kita sempet duplikat kunci kosannya. Memang daebak hahaha
Oke kembali ke topik sebelumnya, dan bener aja banyak hal-hal yang bisa aku utarain sama mereka – yang gabisa aku utarain ke yang lain. Aku sih ngerasanya meskipun temen kita gabisa kasih solusi terhadap masalah yang kita rasakan, tapi dengan ada “pendengar” yang baik dan ikut berempati udah cukup buat aku “agak” lega.
Nah...long story short kami (aku dan ghanis tepatnya) punya kenalan salah satu ex-Urbanindo yang rutin bikin Digital Marketing Training (karena dia pakarnya) dan berkeinginan buat ikut training tersebut yang bakal diselenggarakan sabtu ini. Sebelumnya sempet kepo gitu harganya ternyata (untukku) itu mahal banget sampe sejuta lebih sehari omaygatttt!!! Tapi ya worth it sih karena acaranya bagus dan pengisi materinya juga kece-kece punya. Ini lebih ke akunya aja yang belum spend budget sebesar itu buat training, so aku dan Ghanis mengurungkan niat untuk ikutan. Dan........... tiba-tiba dikabarin gitu kalo aku dan Ghanis dapat free ticket untuk ikutan acaranya!! Monangis ga siiih :’’’’ terharu aku tuh banyak orang baik di sekitarn aku yang ngebuat aku ga berhentinya bersyukur. Semoga kebaikanmu digantikan dengan yang lebih........lebih.......lebih........ ya Mas!!!
Karena banyak hal yang aku bisa ambil, jadilah ini yang memotivasi aku juga untuk memulai menulis. Biasanya orang nulis fiksi atau cerita dulu-dulu yaaah. Aku sih karena pelupa jadi berencana hanya akan bercerita pengalaman yang dirasakan setiap harinya. Doakan aku istiqomah yaa hehe please gimme any advices to improve my writing skill.
See you tomorrow!
1 note
·
View note