menataawan
menataawan
Menata Awan
96 posts
Nandur Ngunduh, Utang Nyaur
Don't wanna be here? Send us removal request.
menataawan · 4 years ago
Quote
Sempat-Hilang-Harga-Syarat-Sesal
08.07.2021 (7)
1 note · View note
menataawan · 4 years ago
Quote
Jika masih sempat, lantas kenapa harus bersyarat? Apakah harus menunggu sesal kita dapat?
08.09.2021 (6)
0 notes
menataawan · 4 years ago
Quote
Ahh... ternyata harga dari sebuah syarat adalah sesal itu sendiri
08.07.2021 (5)
0 notes
menataawan · 4 years ago
Quote
Jadi berapa harga dari syarat-syarat atas kesempatan yang kita dapat?
08.07.2021 (4)
0 notes
menataawan · 4 years ago
Quote
Maka sempat yang terlewat adalah sesal tak bersyarat
08.07.2021 (3)
0 notes
menataawan · 4 years ago
Quote
Katanya selalu ada harga dalam setiap kesempatan
08.07.2021 (2)
0 notes
menataawan · 4 years ago
Quote
Jika hilang adalah ketiadaan, maka kehilangan adalah kelengahan dalam menghargai kesempatan
08.07.2021 (1)
0 notes
menataawan · 5 years ago
Quote
Khawatir atas perasaan 'paling' / 'lebih' dalam berbagai hal
23.02.21
0 notes
menataawan · 6 years ago
Text
Fase
2 tahun pertama adalah masa taman kanak-kanak. Sebut saja TK A dan TK B. Padanya kita banyak dan memang seharusnya menjalaninya dengan bermain, guna menumbuhkan rasa senang dan nyaman pada bidang hidup yang akan dipilih.
6 tahun berikutnya adalah Dasar. Mari kita mulai segala sesuatunya dengan landasan yang kuat, fondasi yang kokoh sebagai penopang bangunan hidup bersama.
3 taun setelahnya adalah Menengah, suatu titik tengah dari capaian misi hidup. Menjadi pribadi dan keluarga yang sudah menengah. Yang mampu bertahan atas terjangan arus hidup.
3 tahun berikutnya Atas. Tidak banyak mungkin, yang mampu mencapai titik ini. Namun, ibarat memanjat puncak atau atas adalah hal penting untuk di gapai. Kecuali target capaiannya berbeda karena memang hal sangat relatif ketika kita berbicara mengenai target/ tujuan.
Tidak berhenti di atas, perjalanan selanjutnya adalah ke Tinggi. Bedanya? Jika Dasar, Tengah, Atas posisi kita sebagai Siswa, pada Tinggi kita disebut sebagai Maha- baru kemudian diikuti sebagai siswa. Ada kata sakral yang memang tidak seharusnya dipinjam dari pemilik-Nya. Namun untuk menggambarkan bentuk tanggung jawab yang melekat atas gelar tersebut harusnya tidak menjadi masalah. Jadi pada Maha- kita harusnya sudah selesai dg pergulatan diri, berbeda dengan siswa yang masih membutuhkan bimbingan. Maha- sudah bisa dan harus mampu membimbing.
Umunnya setelah Maha- pada disibukkan untuk berprofesi. Seolah lupa bahwa perjalanan kita selama ini adalah rangkaian dari definisi profesi itu sendiri. Dalam Fase, sering kita lupa diri memang ��.
Kranji, 25 yang ke 1
0 notes
menataawan · 8 years ago
Text
Betapa beruntung manusia yang selalu sadar, selalu eling.
Eling akan siapa dirinya,
Eling akan asal muasalnya,
Eling akan tujuan hidupnya.
Dan kesadaran tersebutlah yang dapat memandu nya pada-Nya.
0 notes
menataawan · 8 years ago
Quote
Terbangun oleh catatan-catatan kecil yang tercecer di masa entah kapan, kemudian tersenyum oleh kesadaran bahwa catatanpun memiliki takdir lakunya untuk mengalir menemukan Tuan barunya. Dan yakinku berbisik bahwa bukan dia (si catatan) yang memilih. :)
Laku Ilahi-ah
1 note · View note
menataawan · 8 years ago
Text
Manusia Tidak Bergolong
Kembali, lagi dan lagi. Manusia yang tidak belajar dari sesal yang pernah ia alami sungguh perlu dipertanyakan kewarasan nalurinya. Mengulang kesalahan yang sama, terpuruk dalam sesal, mencoba merangkak untuk bangkit, merakit tembok-tembok pemaafan, dan kembali terperosok ke lubang yang sama. Jika manusia digariskan dengan kelebihan untuk dapat belajar dan ia tidak termasuk kedalam golongan ini? Lantas layak di manakah ia digolongkan? Bahkan hewanpun tidak akan mengulang masuk kedalam lubang yang sama. Jauh sebelum sesal itu datang, selalu diawali dengan kesemberonoan dan kesombongan akan keberadaannya sebagai manusia. Lupa akan apa dan bagaimana seharusnya bersikap dan bertindak, seolah dirinya adalah faktor tunggal dalam kehidupan. Padahal ia salah, salah besar jika mengira dirinya dan apa yang dilakukannya tidak menyebabkan apa-apa bagi diri dan sekitarnya. Bukti nyata adalah kegelisahan yang selalu mengiringi atas kesalahan yang baru saja dilakukan, itupun masih berhasrat menambah kesalahan serupa dengan dalih terlanjur basah. Apa yang kiranya dapat kalian sarankan untuk jenis manusia seperti ini?
1 note · View note
menataawan · 8 years ago
Text
Keluh Kesah
Apa sih yang bisa kita lakukan? Lakukan untuk apa? Apapun yang kita resahkan. Resah atas? Atas apa yang terjadi. Terjadi maka terjadilah. Mboh lah
0 notes
menataawan · 9 years ago
Quote
Jangankan untuk membaca, mengejamu-pun aku tak sanggup
Jupe 07.03.2017
0 notes
menataawan · 9 years ago
Quote
Selamat datang, Mohon maaf jika masih terdapat banyak ketakutan yang belum terselesaikan tercecer di mana-mana. Percayalah aku tengah berupaya merapikannya.
Kuta-Kut
2 notes · View notes
menataawan · 9 years ago
Quote
Perempuan yang duduk termangu menunggu teman prianya datang, Satu, dua, tiga, empat bahkan hanya dengan melihatnya aku turut merasa jemu, Dalam hati ku umpati pria yang tengah ditungguinya datang, Apa yang ada dipikirannya sehingga membuat seorang perempuan harus menunggu? Kemudian aku meraba dan menengok pada tenggat yang kurentang, Bukankah akupun demikian?
Perempuan yang Menunggu
0 notes
menataawan · 9 years ago
Quote
Apapun yang kamu lakukan seharusnya memang merupakan representasi tanggungjawab dan syukur atas nikmat-Nya
Insight
1 note · View note