Tapi Rindu, Apa Kabar?
Tidurku masih memutar film pembunuhan
Bukan dengan belati karena jiwa yang mati
Aku tak mau simpan cerita yang mungkin orang lain tak sanggup rasa
Aku ini pendrama
Jangan kau buat aku telanjang dengan mata sembab dan rambut berantakan
Aku dan kamu seharusnya berharga
Tapi Rindu apa kabar?
Masihkah mulutmu menyimpan caci dan tanganmu kananmu memegang batu?
Yang belakangan aku tahu memang kau sediakan untuk mengusir kami yang kau sebut petaka
Dari yang aku hitung, sudah ada tujuh
Yang di panggil sayang lalu jika bosan kau labeli pengganggu
Mari berdamai
Bukan untuk saling menikam lagi
Atau mungkin bukan saling
Karena kaum kami hanya berani berteriak
Entah ada yang iba
Atau justru tertawa menghakimi
Tapi Rindu, apa kabar?
Jangan jawab jika hanya iseng iseng berhadiah
0 notes
0 notes
Pagi ini, di Omatha Village, di temani buku dari Gobind Vasdev yang belakangan memberi banyak pencerahan, saya belajar; bahwa mencapai, meraih, mendapatkan sesuatu mutlak butuh usaha dan tenaga, lalu bukankah hal yang wajar jika melepaskan, merelakan, mengikhlaskan juga butuh usaha dan tenaga?
0 notes
Gambar
Ia terdidik sempurna untuk marah saat sesuatu tak sejalan dengan pikirnya
Terlatih untuk cepat merespon caci
Egonya besar, sebesar kebaikan hatinya yang suka membagi yang ia punya
Jalannya cepat seakan waktunya juga akan habis cepat
Ia tak aneh, tak juga wajar
Matanya terpaut sedih, tapi tawanya berbahak bahak
Jangan sakiti dia, dia hafal betul rasanya menangis tanpa suara
Sejak kecil ibunya tak memangkunya.
Menuju dewasa ayahnya pergi untuk kirimkan emas
Kamu tak tahu yang kamu perbuat, hey anak beruntung yang tak tahu untung
Yang kamu lakukan berdampak bagi dirinya
Paginya lesu dan malamnya ia takut
Jangan beri cerita sempurnamu, Ia tak lagi kuat untuk tahu
Egonya besar, deritanya melebar, hey anak beruntung tak tahu untung
Pergilah. Isengi yang lain yang lebih kuat
0 notes
"Saya hanya boleh mengaku dewasa, saat saya sudah bisa bertanggung jawab atas semua emosi yang saya keluarkan"
0 notes
Deklarasi
Saya, kepunyaan Tuhan, tidak akan membiarkan siapapun mengeintervensi kehidupan saya. Kebahagiaan dan kesedihan saya mutlak ada di tangan saya sendiri.
Saya, kesayangan Tuhan, berkuasa penuh atas keputusan yang saya ambil, tidak ada seorangpun yang boleh datang seenaknya dan membuat saya merubah rencana saya dalam hidup.
Saya, yang berharga di mata Tuhan, berhak untuk mencintai dan dicintai dengan baik hati oleh manusia pilihan Tuhan.
Saya, manusia yang hidup dengan kemurahan Tuhan, tidak lagi akan membiarkan manusia lain menghancurkan apa yang saya coba bangun di dalam roh dan jiwa saya di dalam kebaikan.
Saya, dengan segala kekurangan dan kelemahan saya bersaksi, bahwa doa adalah nafas hidup bagi manusia.
0 notes
Kata logika pada rindu; Istirahatlah jika lelah, beberapa tidak harus dimengerti, tapi untuk diterima
0 notes
Sweetest Messages From Mira Henstin
Dear Stephanie, don’t be a fool.
I know how it feels. you’re not Iustitia who blind herself for a justice, you’re a girl, there’s a mind and physical you need to love.
yea I know I can’t force you, and I’m not going to tell you “come on phanie, move on” no, I’m not that type of friend.
I thank you for the chance you given to me so I can be that part of your life, now let me tell you a few things from my point of view.
first; breath dear, you’re precious.
move on is not ‘have a new one’ concept, ok maybe they help, cause I know deep inside you is still breaking into pieces. so, look at yourself;
breath phanie, let go of the negativity around you.
you’re hurt inside, maybe so many times feel like you lost, somewhere.
breath phanie, find your way back.
healing is not just about physical, it’s about your heart and mind too.
be good to yourself, phanie.
love yourself.
29th December, 2017, 4:34 am (she sent this for me via LINE after we went to Saga at GWK Bali. I am sure she wrote this while she was on her way to home. She is good, her heart is pure. I thank my God everyday for sending me good people, a full time lover-friends. Thank you Mira, you know me well
0 notes
Mantra
Dari mulut si pintar keluar kalimat,
Dimintanya aku tuk mengulang tiap malam
Sehari 3 kali kalau ingin mujarab
Tapi tangan sudah terbaca oleh peramal,
Katanya bak menebar garam di lautan.
Di kamar, semalam, kubuka kitab suci yang memang sering dibaca belakangan,
Tapi masih tetap tidak temukan jawaban
Aku tidur dengan kecewa,
Berharap mantra membawa sedikit perubahan esoknya
Berapa banyak beras yang ditukar dengan air yang katanya menyembuhkan?
Atau berapa lembar yang sudah terbakar yang justru ikut membakar jiwa?
Aku sakit.
Hampir 50 kali purnama masih belum juga pulih
Diberi racun, sekarat, dan sebelum mati diberi penawar. Selalu dibuat tak jadi mati.
Aku bangun terlalu pagi
Meski tahu, si sempurna tidak akan pernah terpaut
Aku lari sekuat hati, berusaha tak menoleh karena resikonya mati
Aku masih berlari, tapi mantra tak kubawa pergi
Kini aku hanya bayangan,
Kakiku lelah karena berlari,
Aku butuh cahaya untuk membuatku hidup kembali. Dan pulang.
0 notes
Satu hari saya sepakat dengan jiwa, bahwa harus ada ketakutan yang dipaksa lepas meninggalkan raga.
Mari kita lakukan dengan berlindung dibalik “semua terjadi karena takdir”
Anggap saja ini tidak direncanakan. Saya sungguh tak mau dianggap gampangan.
Lalu mata, bibir, tangan, dan semua anggota tubuh saling bantu agar tidak terlihat pengecut.
Ayo, kita bisa, begitu kurang lebih kata mereka.
Saat kita sudah enak dan lelah, paksa mata terpejam dan mulut berhenti berbincang, kita harus bangun nanti pagi untuk saling berpamitan.
Lalu, setelahnya, kita hanya perlu meyakini diri, bahwa Tuhan akan berbaik hati mempertemukan kita kembali.
(foto ini ikut diposting sebagai reminder jika tulisan ini dibuat untuk merayakan pagi itu)
0 notes
Hey, B.
Lately, I've been doing a lot of mental struggle. Especially when I must dealing with my brokenness.
And I am writing to freeze the memories. Especially today's memories. Our first, like really first.
First thing I need to say would be THANK YOU. I find myself wondering how happy I am when I was with you, as we met LESS THAN HALF DAY (and you definitely a stranger of mine).
Second thing would be SORRY. For this, I have no idea why I need to say sorry.
Should we continue this kind of fun, or should we extremely tend and ignore it?
I don't want you to get the wrong speculation and ended up misjudge me or me ended up misjudge you.
We trully had a very good fun today, we did it for the first time, that's why it felt really good. The other reason could be because we did it without heart, that also could be the matter of this. No pressure, we did it naturally.
Thank you a lot, dear B. Hope you doing good.
ps: this writing posted on 20/12/2017, but it was written on Nov, 12/ 2017
0 notes