mi-jupiter
mi-jupiter
Page Turned,
13 posts
It shows how much page we've shared. Every month, I will try to write it down. Little by little.
Don't wanna be here? Send us removal request.
mi-jupiter · 1 month ago
Text
Fifteen, The Twelfth
Chapter 12
Aku berdiri menghadap ke hamparan langit malam, di beberapa malam sebelum hari besar kita. Memandang langit yang minim bintang malam itu. Memikirkan segala kemungkinan yang terjadi menjelang hari pernikahan kita. Klise, memang, sebagai pemikir sepertiku ini. Aku hanya memikirkan kekhawatiran yang sebetulnya pun tidak akan terjadi. Tapi satu hal yang aku pahami, entah apapun yang akan terjadi kedepannya, aku akan punya kamu sebagai suporterku satu-satunya.
Ku langkahkan kedua kaki yang enggan beranjak dari tempatnya berdiri, kembali memasuki mobil yang seringkali menjadi tempat kita bercengkrama setelah melewati hari yang panjang. Ponselku pun ku keluarkan dari dalam saku. Entah mengapa, malam itu aku ingin menuliskan sesuatu untuk kekasih kecil yang sedang menungguku pulang di rumah.
Maka kubukua aplikasi catatan untuk menyimpan apa yang ingin ku tulis di suratku nantinya.
Hello, sayang. Jupiterku sayang...
Gak terasa, ya? Ternyata kita udah punya hubungan selama ini... satu tahun bukanlah waktu yang sebentar, terlebih untuk mengenal satu sama lain. Rasanya masih seperti kemarin aku bertekad untuk memantapkan hari ke kamu. Rasanya masih seperti kemarin aku terpukau dengan sosok laki-laki manis yang umurnya memang jauh di bawahku. Rasanya masih seperti kemarin aku diragukan oleh satu dunia karena pilihanku.
Seperti banyak sekali pertanyaan yang terdengar di belakang telingaku. 'Apakah ini pelarian?' tidak. 'Apakah aku sudah beralih sepenuhnya dari masa laluku?' iya. 'Apakah aku bisa menerima kamu apa adanya, dengan mengetahui semua yang kamu punya?' bisa. Sebetulnya, ingin sekali aku menjawab semua pertanyaan mereka ini, yang sering kali berperan seperti mereka tahu semua aku. Aku juga sempat ingin bertanya ke mereka, 'Memangnya kalian ini siapa sampai sampai berani mengatur hidupku segininya?'
Tapi aku memilih untuk tidak menjawab maupun melakukan apapun, yang hanya bisa ku lakukan hanyalah membuktikan kepada dunia bahwa kamu ini bukan pelarianku, bahwa kamu bawa aku lari dari masa laluku yang buruk, bahwa aku bisa menerima kamu dan semua sisi yang kamu miliki, bahwa aku ini mampu untuk membahagiakanku dengan apa yang aku punya. Terlebih, aku punya kamu yang sungguh hebat dan keren karena senantiasa mendukungku dengan segala pilihanku... terima kasih untuk selalu percaya dan gak pernah nyerah sama aku ya, sayangku?
Kalau kamu bertanya apa alasanku mau menikah sama kamu... mungkin salah satu alasannya ini, sayang. Karena sedari awal, kamu tidak pernah menunjukkan keraguan sedikitpun sama aku... orang yang notabene baru kamu kenal beberapa minggu dan langsung mendekati kamu dengan ugal-ugalan. Kamu juga enggak pernah memaksakan kehendakmu selama kita pacaran, sangat sangat mengerti akan semua pekerjaan dan kesibukanku. Setelah hari yang panjang dan melelahkan, kamu selalu menyambutku dengan senyuman dan pelukan yang hangat. Hal ini yang membuatku ingin selalu pulang ke kamu dan yang membuatku yakin kalau rumahku di dunia itu kamu.
Aku pernah baca di situs internet, kalau pernikahan itu sejatinya bukan akhir dari sebuah kisah dua insan. Tapi merupakan awal dari sebuah cerita yang berkepanjangan dan kekal, sifatnya. Menikah tidak kenal batas waktu, tidak kenal batas usia, tidak kenal aku dan kamu, melainkan kita. Pernikahan itu bagaimana kita bekerja sama satu sama lain, untuk mewujudkan sebuah rumah tangga yang harmonis dan lingkungan yang sehat untuk keluarga kecil kita kelak (bersama para anabul kesayangan kita) ((kalau kamu mau pelihara babi, gak apa, aku ayo aja)).
We've spent 366 days together and I can't wait to spend my forever with you, baby. I love you, I love you more, I love you most, husband.
Jarinya berhenti di kaliman terakhir dan ia memutuskan untuk menyudahi catatan itu. Kaivan menyandarkan punggungnya ke kursi mobil, mengulas senyum tipis pada bibirnya tatkala ponselnya bergetar dan menampilkan nama yang sedang ia rindukan. Dalam satu gerakan, ia mengangkat telepon itu dan mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Halo, ada apa, sayang?"
"Kamu dimana... kok belum pulang? Aku kangen, koko."
Kekehan terdengar dari mulut Kaivan, ia mulai menyalakan mesin mobilnya dan memakai safety-beltnya. "Ini aku mau pulang, love. Maaf tadi habis mengerjakan sesuatu."
"Okay, hati-hati koko. Sesuatu apaan, tuh?" tanya Jupiter dari seberang sana.
"Ada deh, nanti kamu tau, kalau udah saatnya. Hahaha. Aku jalan pulang dulu ya, sayang. Aku sayang sekali sama kamu. See you at home, baby." ucap Kaivan sebelum mematikan sambungan telepon dan menaruh ponselnya lagi. Ia mulai melajukan mobilnya ke arah pulang.
Bagi Kaivan, hidupnya sudah jauh dari kata sempurna, semenjak ia memiliki Jupiter di hidupnya. Ia tidak akan meminta lebih dari ini, karena baginya semua ini sudah lebih dari cukup.
Warmest,
Your K.
0 notes
mi-jupiter · 2 months ago
Text
Fifteen, The Eleventh
Chapter 11
This is author's note.
Terhitung sudah lebih dari enam jam aku berhenti di layar putih sebelum menuliskan kalimat ini. Aku hanya bingung ingin menulis sebagai siapa... karena sebagai Kaivan, rasanya, aku sudah menuliskan apa yang dia rasakan bersama Jupiter sampai saat ini. Rasa syukur, rasa cinta yang kian tumbuh setiap harinya. Seperti belum ada cerita baru dari kisah mereka berdua, atau aku lupa? *nyengir*
Semenjak kesepakatan kita untuk bertemu di bulan Maret itu, rasanya semua berbeda (in a positive way). Bagaimana aku melihatmu untuk pertama kalinya, merasakan debaran yang tak biasa ku rasakan saat akan ke Dufan (bukan karena wahana, ya), senyum yang tidak kian luntur dari wajahku, rasa grogi yang terus menggerogotiku sejak malam. Rencana pertemuan itu singkat, spontan dan terkesan impulsif. Tapi aku tidak pernah menyesal untuk ketemu sama kamu, sayang.
Sejujurnya, tidak pernah terlintas di dalam benakku, kalau ternyata hubungan Kaivan dan Jupiter bisa kita bawa ke dunia nyata. Semenjak pertemuan pertama itu, rasa ingin bertemu denganmu lagi dan lagi kian tumbuh dan berkembang. Rasanya enggak untuk tidak bertemu denganmu, walaupun kala itu aku masih sering berkecamuk dengan batinku sendiri. Mereka bilang, ini sebuah proses dari penerimaan, bukan? Aku sedang menikmati proses ini, bertahap dan perlahan. Beruntungnya aku memilikimu yang mau menuntunku untuk jalan perlahan. Kita masih punya banyak waktu untuk bersama kan, sayang?
Aku bersyukur bisa ketemu sama kamu, yang selalu memujiku dengan berbagai macam pujian yang jarang aku dengar. Rasanya untuk mendengar kata 'itu' pun masih asing di telingaku. Tapi entah sudah berapa kali kamu meyakinkan bahwa aku ini seperti yang kamu gambarkan. Terima kasih banyak ya, sayang?
Terima kasih kamu masih mau sama aku, setelah kamu sudah lihat aku dan semua yang aku punya. Terima kasih sudah sayang sama aku sampai aku masih terpikir, aku habis berbuat kebaikan apa sampai dapat sebesar ini cinta dari kamu, yaa? Hehe.
Sayang, aku nggak bisa menjamin kalau hubungan ini akan lebih mudah dibandingkan hubungan Kaivan dan Jupiter... dunia mungkin nggak akan selalu baik sama kita. Tapi aku mau berproses sama kamu, mau menjalani semuanya sama kamu. Terima kasih sayang, untuk enggak bawa aku lari dan bantu aku supaya lebih pelan pelan dalam mengambil langkah.
Selamat sebelas bulan sama aku, sayang. Aku sayang kamu. Aku cinta kamu. Apapun yang terjadi, aku akan selalu sayang sama kamu. Terima kasih banyak ya, sayang? One more month to go, for our anniversary! Hehehe. Nggak kerasa, beneran. Semua kayak terjadi dalam sekejap...
Harapanku akan selalu sama, sayang. Semoga bisa bertemu di bulan selanjutnya sama aku, yaa? Aku sayang kamuuu! Semoga kita selalu bisa jadi versi terbaik dari masing-masing, setiap harinya.
Warmest love,
Your K.
P.S. I found this song while writing this letter...
0 notes
mi-jupiter · 3 months ago
Text
Fifteen, The Tenth
Chapter 10
Belakangan suasana dingin menyelimuti hati pemuda yang lebih tua, gemuruh badai seperti enggan untuk berhenti, derasnya hujan seringkali membuat yang lebih tua sulit untuk berpikir jernih. Namun, dingin itu tak bersangsur lama, ketika kehadiran sang matahari kecil yang kerapkali menyinari dunia yang lebih tua itu.
Sinarnya mampu menghangatkan setiap permukaan yang terpancar, membuat hatinya menghangat dan merasa aman. Seperti terlindung dari dinginnnya dunia luar yang seringkali membuat jantungnya berdegup kencang. Konstan, sinar hangat itu konstan menyinari permukaan dunianya yang kian hari kian menghangat. Perlahan namun pasti, badai itu berlalu dan tergantikan dengan sinar mentari cerah.
Matahari kecilnya pun terbangun dari tidurnya, mengerjapkan mata indah itu beberapa kali sebelum membuka ranumnya untuk memutus hening yang tercipta, "Good morning, sayang..." ucapnya dengan suara serak, khas seperti orang baru bangun dari tidur lelap.
"Good morning, love. How was your sleep, sayang?" balas yang lebih tua sambil merengkuh kembali pinggang ramping itu untuk lebih mendekat kepadanya. Hangat. Nyaman. Aman. Rasa itu adalah rasa yang selalu ia rasakan setiap berasa di sebelah kecilnya. Dibelai sayang punggung yang lebih kecil dari atas ke bawah, tatapannya tidak lepas dari kedua manik si kecil sampai empunya terkekeh kecil.
Alisnya sedikit tertaut mendengar kekehan itu dan ikut mengeluarkan kekehan kecil. "Haha, kenapa ketawa gitu, sayang?"
"Kamu lucu, pagi-pagi sudah clingy... ada apa, sayangku? Mimpinya nggak bagus, yaa?" tanyanya sambil mengulurkan satu tangannya untuk menangkup sebelah pipi yang lebih tua. Gelengan kepala diberikan sebagai jawaban, jawaban yang bohong, sebetulnya. Karena yang tua tidak ingin si kecil khawatir, toh itu semua hanya mimpi. Bahkan, ia berharap bahwa semua kejadian jelek belakangan ini hanya mimpi buruk yang sedang dialaminya.
"Enggak ada apa-apa, sayang. Aku pengen aja nempel sama kamu... enggak bisa sekarang, kalau nggak ada kamu..."
---
Sayang, nggak kerasa, ya? Rasanya tuh baru banget kemarin aku betul-betul udah nggak mau nyoba pacaran lagi. Rasanya buka hati pun enggan karena udah semuak itu sama cinta. Efek habis kena mental mungkin, ya? Tapi tau-tau sekarang sama kamu udah 10 bulan... nggak kerasa banget sumpah, sayang. It feels so unreal even until now gitu loh, sayang. Kayak nggak nyata banget, soalnya hubungan ini tuh bener-bener diisi sama ketawa dan bahagia aja setiap harinya sama kamu.
Aku nggak pernah gak bersyukur asli, punya kamu di hidup aku... melalui berbagai rintangan dalam hidupku. Mungkin satu bulan ke belakang ini bukan bulan yang mudah buat aku. Aku juga enggak tau kenapa bulan Februari sampai Maret ini diisi dengan huru hara yang nggak ada berhentinya, asli. Aku sampai bingung sendiri, sayang. Hahaha haa... tapi aku bersyukur banget ada kamu... kamu nggak ngejudge aku sama sekali, kamu selalu kasih aku waktu buat tenang dulu, nggak bikin aku makin mumet sama situasi yang ada, tapi kamu justru bisa nenangin aku yang deg-degannya udah setengah mati.
Kamu selalu validasi semua hal yang aku rasain... bantu aku cari cari psikolog yang bagus. Feels like you have and give everything I need tau, sayang. Tanpa aku minta pun, kayaknya kamu tau aku butuhnya apa, aku pengennya apa. Aku sangat amat berterima kasih sekali sama kamu, akan hal ini... nggak pernah sekalipun aku gak bersyukur nggak punya kamu di hidupku, cinta. Aku pokoknya mau terus sama kamu, mau terus dicintai dan disayangi sama kamu. Apapun yang terjadi, aku mau sama kamu, enggak mau kalau bukan sama kamu...
And I also believe dan we can face anything together, baby. As long as we both want to fight.
Sayang, entah kenapa surat-suratku ini semakin lama jadi semakin pendek dan monoton... rasanya seperti kaset rusak mungkin bagimu karena aku betul-betul sudah di tahap bingung ingin menulis apa... aku selalu sayang sama kamu, dari hari pertama sampai sekarang. Bahkan rasa sayang itu kian tumbuh besar setiap harinya, aku senang sekali setiap hari kini terasa berwarna semenjak kehadiran kamu di hidupku. Suaramu yang bisa membuat aku tersenyum dari telinga kanan sampai telinga kiri (lebay). Hehe, tapi betulan loh, sayang. Aku betulan senang sekali bisa dengar suara kamu yang lucu dan menggemaskan itu...
Harapanku masih sama, semoga kita bisa bertemu di bulan berikutnya. Semoga cinta kita tetap bertumbuh dengan subur setiap harinya. Semoga semua hal yang kita semogakan, satu persatu dapat tercapai ya, sayangku?
Aku sayang sekali sama kamu.
Aku cinta sekali sama kamu.
Kalau bukan kamu, aku nggak mau.
Warmest,
Your K.
0 notes
mi-jupiter · 4 months ago
Text
Fifteen, The Ninth
Chapter 9
This is author's note
Bayangan tentang masa depan sedikit menakutkan, membuatku kadang enggan membuka mata dan menghadapi kenyataan yang seringkali tidak sesuai dengan ekspektasi. Betul, masa depan memang tidak terprediksi. Tapi begitu kamu datang, sayangku, aku merasa bahwa aku bisa melewati apapun yang terjadi.
Sepenggal lirik dari lagu Bercinta Lewat Kata, sedikit mengusik pikiranku belakangan ini. "Apakah cinta masih sama jika kau tahu ujungnya?" Aku sering menanyakan ini kepada diriku sendiri. Apa pada akhirnya, semua akan berujung sama? Mungkin...? Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, kan? Tapi sayang, aku betul betul mau berjuang untuk mempertahankan hubungan ini sama kamu.
It's just... you... my perfect match... aku rasa, nggak ada lagi yang bisa ngertiin aku kayak kamu, nggak ada lagi yang bener bener klop sama aku dari segi apapun. For the first time in forever, I'm having a healthy relationship with so much ease... aku nggak perlu menahan diri untuk mengekspresikan dirku di depan kamu, nggak perlu ragu untuk menceritakan apapun sama kamu, nggak perlu menahan perasaan jelekku di depan kamu. Kamu tampung semuanya, kamu dengar semuanya dan kamu selalu memberikan rasa nyaman yang aku butuhkan.
Sayang, cerita kita mungkin terkesan seperti karangan belaka. Siapa yang bisa sangka, kalau cerita selama sembilan bulan ini tidak pernah diisi dengan pertengkaran serius? Hanya diisi dengan candaan khas anak muda, saling menggoda dan membuat geli hati satu sama lain. Mungkin bagi sebagian orang, kisah kita ini agak cringe, ya, sayang? Hahaha, tapi buat aku, enggak sama sekali. Hubungan kita ini adalah hubungan yang selalu aku dambakan dan aku impikan. Mempunyai hubungan yang stabil dan dewasa, tidak terlalu monoton pun tidak terlalu dinamis. Rasanya, semua hal yang terjadi dihubungan ini adalah semua bayanganku selama ini, jadi kenyataan.
Mungkin bagi lagu itu, cerita kita seperti di layar-layar kaca, sayang. Gemas, romantis dan masuk logika. Tapi kita juga selalu saling mengerti hanya lewat bicara atau tanpa bicarapun rasanya kamu sudah tau apa yang aku rasakan. Ikatan batinnya mulai terbentuk, ya, sayangku? Hahaha.
Seperti apa yang selalu aku bilang, kita nggak akan pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan. Jadi, kita nikmati momen yang ada sekarang, semaksimal mungkin ya, sayangku? I wanna live in the moment with you, create more happy memories, spending more time with you, with the love of my life. I always hope the world would be kind to us and give the forever we wanted.
Rasanya aku sudah semakin payah dalam menuangkan perasaanku ke dalam tulisan, karena apa yang aku rasakan di setiap bulannya masih sama. Bukannya berkurang atau konstan, justru rasa sayangku kian besar untukmu. Aku baru kali ini merasakan perasaan sayang ke orang lain sebesar dan sedahsyat ini.
Aku kian terbuai dalam caramu mencinta, lewat segala hal yang kamu berikan ke aku, atas hal kecil sekecil apapun itu, aku bersyukur akan segalanya. Sayang, hubungan ini memang tidak menggebu-gebu. Aku harap, kamu selalu mersaa nyaman di dalam rumah yang sudah kita bangun bersama ini. Perlahan, kita tambahkan isinya satu persatu, ya? Selama kita melalui semuanya bersama, aku rasa mendaki gunung tertinggi di Indonesia pun terasa mudah dan menyenangkan.
Aku sayang kamu, Jupiterku. Let's continue this story until we can't write anymore, ya? I wanna write another hundred, another thousand, million, billion chapters with you, baby.
Until next month, love.
I love you.
I really do love you, Jupiter.
Warmest,
Your K
0 notes
mi-jupiter · 5 months ago
Text
Fifteen, The Eighth
Chapter 8.
Aroma kopi yang menyeruak masuk ke indra penciuman bagi siapa saja yang memijakkan langkah pertama masuk ke kedai tersebut. Kedai yang bisa dibilang tidak besar, namun juga tidak terlalu kecil yang terletak di kawasan Depok, Jawa Barat. Terdengar suara bel kecil yang menandakan bahwa ada pelanggan yang baru datang.
"Selamat datang di kedaiku, Pitey." Suara baritone itu lebih cepat dibanding sapaan dari barista yang sudah berjaga di balik meja kasir. Aku sedikit bergeser ke samping untuk mempersilakan kamu masuk terlebih dahulu. Sebuah kode aku berikat ke baristaku untuk melipir dari tempat berjaganya. Ku lihat kepalamu yang menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengobservasi tempat yang baru saja kamu kunjungi.
Aku membawamu duduk di kursi depan meja barista, lalu memberikan segelas air mineral sebagai peneman untukmu sambil menunggu makanan yang ku buat. "Kamu tunggu sini dulu, yaa? Aku siapin menu terbaik buat kamu."
"Iya, koko. Take your time aja, ya? Thank you for this..." ucapmu pelan, merasa canggung dengan lingkungan barumu. Ku lihat gerakan kikukmu dalam mengambil segelas air mineral di hadapanmu dan meminumnya perlahan sambil melempar pandang ke seluruh penjuru kedai. Senyum yang sedari tadi bertengger di wajahku kian melebar, menahan gemas.
Selang beberapa menit, ku hidangkan satu makanan dan minuman khusus untukmu. Matamu berbinar menatap sajian yang dihidangkan di hadapanmu. Aku terkekeh sekilas, menatapmu sambil mengelap meja bar sebelum melepas celemekku. "Kenapa diilihat aja, yaa? Dimakan loh itu, nanti kalau sudah dingin malah nggak enak."
Tatapanmu beralih ke arahku, melihatku sambil sedikit memajukan bibirmu. "Koko di sini... temenin aku makaaan." Ucapmu sambil menepuk-nepuk permukaan kursi di sampingmu. Tuhan, jika saja saat itu aku tidak kuat iman, mungkin aku sudah meraup ranum merahmu itu yang sedang merajuk. Gemas sekali... segera ku langkahkan kaki ini buru-buru berjalan ke kursi sebelahmu.
"Kamu ini... gemas sekali, sih?" Ucapku seraya mengulurkan satu tanganku ke atas kepalamu, mengusak rambutmu gemas. "Sudah ditemani ini, dedek. Makan dulu, yaa? Cobain. Hehe, semoga kamu suka masakan aku." Timpalku sambil menekuk satu lengan untuk dijadikan tumpuan kepala. Melihatmu mengambil suapan pertama dan langsung menolehkan wajah ke hadapanku dengan tatapan berbinar itu lagi. Senyumanku semakin lebar dibuatmu.
"Enak... koko, ini enak sekali!" Pujimu bertubi-tubi sembari mencerna makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutmu. Aku terkekeh perlahan sambil memandangimu dalam diam, menikmati bagaimana kamu menghabiskan makanan yang ku sajikan khusus untukmu itu. Ah, ternyata aku sudah jatuh sedalam ini, sudah tidak ada ruang untukku berlari dari perasaan ini.
Sejak saat itu, kamu selalu memuji semua hal yang aku sajikan untukmu. Bahkan sesederhana susu hangat yang seringkali kamu minum di pagi hari. Pujian-pujianmu itu membuatku semakin semangat dan percaya diri atas semua yang aku kerjakan. Terlebih, sifat suportifmu yang membuatku semakin jatuh cinta setiap harinya.
---
Hello, sayangku, cintaku, pacarku, calon suamiku, duniaku, gantengku, cakepku, pao telur asinku, segalanya aku... hehe, sudah delapan bulan, ya, sama aku? Gimana, sayang? Masih betah sama ke-randoman aku nggak, sayangku? Semoga betah terus ya, sayaang.
Sayang, terima kasih, ya? Buat segala bentuk support dari kamu, baik secara moral ataupun materi... aku gak pernah bohong soal gimana aku merasa seberuntung itu punya kamu di hidup aku... aku merasa banget gimana kamu berusaha nenangin aku kemarin atau di setiap saat saat aku feeling uneasy. Kamu selalu punya caramu tersendiri yang bikin aku tenang... I feel secured whenever you're around, sayang...
Bener kata kamu, dunia ini terasa bisa dilewati karena ada kamu, cinta. Terima kasih karena nggak pernah capek sama aku dan semua kelakuanku ya, love. Aku sayang sekali sama kamu, aku bener bener sesayang itu ARGH belek lah dadaku ini, isinya cuma kamu doang tau (maaf kalau terdengar seperti Vicky Prasetyo).
Rasanya semua hal-hal yang aku khawatirkan tuh gak pernah jadi masalah besar buat kita. Kayak semuanya gak ada yang terjadi, aku bener bener seneng banget ada di hubungan ini, sama kamu. Selama sama kamu, aku merasa punya pasangan yang bener-bener paham sama luar dalamnya aku, aku merasa punya pasangan yang bener bener ngertiin aku banget, ngutamain aku dibanding perasaanmu sendiri. Tapi jangan terus-terusan ya, cintaku? Aku mau kamu juga tetep prioritasin diri kamu hehe.
Harapanku masih sama, sayang. Semoga kita bisa bertemu lagi di bulan berikutnya, yaa? Semoga kita makin bahagia dan jadi versi terbaik dari diri masing-masing. Terima kasih sayang, sudah mengajarkan aku cara memandang dunia dari sudut pandang yang berbeda.
My world once dark and messy road, now it become so beautiful and full of butterflies.
Thank you for showing me how beautiful love could be, baby.
Aku cinta sekali sama kamuuu!
Warmest,
Your K.
0 notes
mi-jupiter · 6 months ago
Text
Fifteen, The Seventh
Chapter 7.
Kuperhatikan tarik dan hembusan napasmu yang sangat tertatur. Bagaimana pasokan oksigen itu berlomba untuk masuk dan keluar sebagai karbon dioksida. Satu tangan kuulur untuk membelai rambutmu lembut dengan penuh kasih sayang, seolah dirimu adalah sebuah kaca yang sangat rapuh. Dadamu yang bergerak statis naik turun dan dengkuran kecilmu yang mulai terdengar.
Wajah tidurmu menjadi salah satu pemandangan yang membuatku terpana. Bagaimana wajah kecil ini bisa menampung semua kecantikan dunia menjadi satu. Matamu yang bersinar saat menatapku, hidung mancungmu yang seringkali tergesek saat bibir kita saling beradu, bagaimana kedua pipi yang bersemu merah ketika aku menggodamu, bibir yang seringkali menjadi santapanku disaat aku lapar akan presensimu.
Disaat seperti ini, kamu betul-betul seperti anak kucing yang sangat menempel pada induknya, mencari kehangatan saat tidur. Disaat seperti ini, seluruh pertahananmu sedang istirahat dari kejamnya dunia. Ku belai lembut suraimu ke belakang telinga, menempelkan telapak tangan besarku yang mampu menampung sebagian wajahmu. Kuusapkan ibu jarimu melingkar membelai pipimu. Kamu cantik sekali, sayang.
Malam ini, di maalam pergantian hari 200 ini, aku memberanikan diri untuk menulis surat yang sudah kusimpan lekat-lekat. Dengusan kecil tercipta begitu aku mengingat bagaimana aku menulis surat itu diam-diam tanpa sepengetahuanmu, tapi ketika sedang bersamamu. Ku letakkan surat kecil itu bersamaan dengan satu kotak cincin di atasnya. Cincin yang waktu itu ku beli saat ingin menjemputmu pulang dari kampus, satu minggu yang lalu.
Saat melewati toko emas di dekat kedai, entah mengapa rasanya mataku tertuju pada satu cincin yang membuatku selalu ingat denganmu, sayang. Mungkin, Kaivan di tahun lalu sekarang sedang menertawakan aku. Kaivan tahun lalu tidak pernah terbesit untuk menjalankan hubungan yang seserius ini. Tapi entah mengapa, semenjak kehadiran remaja dewasa berumur 20 tahun ini, Kaivan yang sekarang berumur 33 tahun ingin cepat-cepat mempersunting kekasihnya itu. Lucu, bukan? Bagaimana kamu dengan perlahan tapi pasti mengubah sudut pandangku.
Pernikahan merupakan sebuah jenjang yang lebih serius, lebih sakral, lebih suci, lebih melekat, lebih mengikat. Aku tau, begitu banyak hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan sebuah pernikahan. Pertama, dari diri kita masing-masing yang tentunya sudah harus siap menikah. Bukan secara finansial dan fisik saja, tetapi pun mental. Begitu banyak yang harus dipertimbangkan sampai sampai aku tidak memikirkan itu semua semenjak sama kamu, sayang. Rasanya, mau kehidupan kita sedang dilanda masalah seberat dan sebesar apapun, semua akan terasa ringan dan menyenangkan. Selama sama kamu.
Di malam ini, sayang, aku memberanikan diri untuk mengesampingkan semua takutku, untuk mempersuntingmu menjadi calon suamiku, tunanganku. Wajahku mendekat, mendaratkan sebuah kecupan ringan dan hangat pada keningmu, perlahan turun ke kedua kelopak matamu, lalu hidung dan kedua pipimu. Diakhiri dengan kecupan lembut di permukaan bibirmu. Aku hanya bisa berharap, besok, saat kamu membuka mata, hal pertama yang kamu katakan adalah iya, kamu bersedia.
---
Sayang, selamat datang di bulan ketujuh, ya? Nggak kerasa, tau-tau udah tujuh bulan aja, tau... kok cepet banget ya, sayang? Kayak kemarin baru aja kita pendekatan jalur bawah tanah, tapi taunya sekarang udah ada di tahap ini. Di tahap yang mana kita sudah jadi tunangan. Time flies so fast when we're together, ya?
Nggak sabar tapi aku, ngelewatin hari-hari penting lainnya sama kamu... Natal, tahun baru, imlek, lebaran, ulang tahun kita, hari perayaan kita yang ke satu tahun... it feels so unreal until this time, tau. Dicintai sama kamu kadang bikin aku suka lupa napak tanah HAHA. Asli, deh. Bener bener kerasa besaaar sekali cintamu, tuh. Sampai-sampai aku pun harus sadar kalau aku juga harus memberikan cinta yang sama besarnya ke kamu. Aku harap rasa cintaku ke kamu juga sampai ya, sayang?
Nggak terasa juga, ya... bulan terberat bagi aku lewat juga. Bulan dimana aku kayaknya jaraaang sekali ada buat kamu, tapi kamu selalu paham dan ngertiin segala kesibukan aku dan pekerjaanku... terima kasih banyak ya, sayangku? Aku juga selalu mau jadi orang yang paling bisa ngertiin kamu dan segala keadaanmu. Aku mau jadi orang pertama yang kamu cari buat pulang.
Harapanku masih selalu sama seperti bulan-bulan sebelumnya. Semoga kita tetap dan selalu jadi kita, semoga kita jadi pribadi yang lebih baik lagi, di versi masing-masing untuk kita. Semoga kita juga tetap bisa bareng terus kedepannya, berdua, saling berpegangan tangan satu sama lain. Semoga kita senantiasa diberikan berkat dan perlindungan dariNya dan juga kebahagiaan senantiasa ada di dalam hubungan kita ya, sayang?
Aku sayang banget sama kamu, Jupiterku. Kamu jadi alasan kenapa aku bisa jadi aku yang sekarang, sayang. Terima kasih karena perlahan sudah membawaku menjadi pribadi yang tidak mudah marah dan jadi penyabar ini, ya? Hehe.
Aku cinta kamu sekali, tunanganku.
Terima kasih telah lahir ke dunia dan hadir jadi calon suamiku ya, sayang?
Thank you for existing, baby.
I love you, the most.
Warmest,
Your K.
0 notes
mi-jupiter · 7 months ago
Text
Fifteen, The Sixth
Chapter 6.
This is author's note.
Hello, my love. Di tulisan kali ini, akan sedikit berbeda dengan tulisan sebelumnya. Tulisan kali ini tidak akan ada POV dari aku, melainkan hanya ada catatan dariku.
Sayang, selama enam bulan ini, aku hanya merasakan emosi bahagia bersama kamu. Entah kenapa, semua terasa begitu ringan, walaupun sebesar apapun masalah yang sedang aku hadapi. Tetapi sekalinya aku pulang ke kamu, kamu selalu menyambutku dengan senyuman dan dekapan yang hangat. You're more than enough for me.
Kehadiranmu di hidupku, lambat laun merubah apa yang sudah menjadi kebiasaan buruk kini semakin berkurang. Kehadiranmu di hidupku, lambat laun merubah aku yang dulunya emosian, menjadi pribadi yang penyabar. Mungkin benar kata orang banyak, ya? Semakin lama kita berada dalam satu lingkungan dengan orang lain, lambat laun sifat kita akan sama dengan orang tersebut. Dan aku sangat bersyukur, kamulah orangnya.
Kalau bukan kamu, mungkin aku masih merasakan stress berat akan tekanan dari segala arah. Aku nggak bisa memungkiri untuk membandingkan kamu dengan semua orang yang pernah bersamaku, dulu... bagaimana kenangan buruk bersama mereka justru menjadi kenangan yang baik bersama kamu. You replaced my bad memories with a good one, every single time. You turns my trauma into butterflies, baby.
Somehow, I can't keep myself from thinking, "Ah, you're the answer for everything." Kayaknya betulan setelah perjalanan panjang dari aku hidup sampai sekarang, ketemu sama kamu tuh kayak sebuah pencapaian yang ingin sekali aku banggakan ke seluruh dunia. Bahkan, teman-temanku yang melihatku sekarang bisa merasakan bagaimana auraku lebih hidup, semenjak sama kamu.
Aku mau minta maaf walaupun pasti kamu pasti bilang gak perlu minta maaf, hahaha. Aku mau minta maaf, belakangan ini aku agak cranky dan banyak hilangnya ya, sayang? Maaf kalau aku ngeluh capek terus, karena kerjaan yang aku cari sendiri... maaf juga aku jarang bisa manjain kamu lebih lama akhir-akhir ini. Aku pengeeeen banget habisin waktu yang lama, berduaan aja sama kamu. Pengen nikmatin waktu kita yang banyak lagi berduaan. Aku cuma bisa berharap waktu itu segera tiba... KANGEN BANGET SAMPAI MAU BUGIL RASANYA SETIAP HARI YA, SAYANG.
Pas nulis tulisan ini ya, aku wondering loh... kok bisa ya waktu 6 bulan berlalu begitu cepet? Kayak... perasaan baru kemarin aku modus modus ke kamu, ngajak jalan dan ngajak kesana kesini hehehe. Kalau diinget-inget dulu lucu banget ya, sayang... masih malu malu, gemes. Sekarang aku jauh lebih bahagia sama kamu, bisa ngelakuin semuanya sama kamu! Bisa manjain kamu, ciumin kamu, pelukin kamu, unyelin kamu, sama ituin kamu. :p
Sayang, terima kasih, ya? Sudah mau menjalani hari-hari kamu sama aku, walaupun banyak monotonnya... aku berharap, kedepannya kita bisa lebih nempel lagi satu sama lain. Aku juga mau sama kamu terus, selama yang aku bisa. Aku mau di sini, buat kamu, buat kita. Terima kasih karena kamu gak pernah nyerah sama aku, apapun kondisinya. Aku sayang kamu, Jupiter.
Aku cinta kamu, Jupiter.
Aku cinta sekali sama kamu.
Warmest,
Your K.
0 notes
mi-jupiter · 8 months ago
Text
Fifteen, The Fifth
Chapter 5.
Tak terasa sudah beberapa bulan hari-hariku ditemani dengan kehadiranmu. Seperti rumah yang kosong, perlahan mulai terasa hangat dan nyaman untuk dihuni. Satu persatu kamu benahi, mulai dari rasa takut, rasa trauma, rasa ragu yang ku punya. Semua emosi negatif yang seringakali ku rasakan di hubunganku sebelumnya pun semua sirna oleh sinar terangmu.
Energi positifmu yang membuat seisi rumah ini terasa terang, cahaya masuk dari segala sudut rumah membuat rumah ini terkesan lebih hidup daripada sebelum kamu datang. Hari demi hari terlewati, ternyata sudah lima bulan kamu menjadi penghuni rumah ini, ya? Rumah yang sejatinya hanya tempatku untuk istirahat sejenak sebelum disibukkan dengan urusan kerjaan, kini menjadi rumah yang membuatku tak sabar untuk segera pulang, karena aku tau ada kamu di dalam rumah itu.
"Welcome home, sayang." Sebuah kalimat sederhana, mungkin, untuk sebagian orang. Tapi bagiku, bagi aku yang hampir tidak pernah disambut saat pulang oleh keluargaku dulu, bagi aku yang sudah tinggal sendiri selama kurang lebih 10 tahun, menjadi kalimat yang sungguh membuat hatiku hangat. Kamu dengan senyum indah dan tatapan teduhmu itu mampu membuat rasa lelahku dari bekerja seharian menguap.
"Thank you, love." for everything you've done for me, for every good morning and good night, for every prayer.
Keseharian kita begitu sederhana, dari bangun pagi sampai tidur malam. Bagaikan dua insan yang tidak mengenal waktu dan dunia luar, seharian menghabiskan waktu di dalam rumah dengan saling menempel satu sama lain pun bisa kita lakukan berdua. Dari kegiatan yang ringan sampai kegiatan intim kita, aku sangat menikmati dan merekam semua itu baik-baik dalam ingatanku.
Babak demi babak bersamamu, terasa begitu ringan dan sangat mudah untuk dilalui. Entah mengapa, entah apa yang membuatku berani untuk merasa bahwa apapun yang akan terjadi kedepannya, hal sebesar apapun, pasti kita akan baik-baik saja. Semua hal yang akan terjadi, pasti akan kita lalui dengan usapan di punggung masing-masing, dengan ucapan bahwa semuanya akan baik-baik saja, dengan kata penenang yang selalu kita lontarkan satu sama lain.
Entah sejak kapan terakhir kali aku merasakan seperti ini, merasa disayang sampai sebesar ini oleh orang lain. Perasaan ini tumbuh dari sebatas ketertarikan biasa, merambat ke rasa sayang yang perlahan membesar dan membuncah. Aku tidak bisa meredakan euforia yang ku rasakan dari sejak awal kita bertukar sapa, dari ungkapan sayang pertama kali yang terlontar, dari pengakuan cinta yang terjadi begitu saja.
Dari sekian banyak insan di dunia, ternyata kamu orangnya.
---
Sayang, sangking banyaknya tulisan tentang kamu yang mau aku tulis, aku sampai bingung mau tulis apa... hahaha. Rasanya semua hal yang ingin aku sampaikan ke kamu tuh udah aku sampaikan setiap hari. Hehe.
Gak terasa, ya? Tau-tau udah lima bulan aja kita... bentar lagi 1 tahun, terus tiba-tiba punya anak #eh. BERCANDA. Tapi betul-betul gak berasa, sayang. Rasanya tuh setiap hari berjalan dengan sangat cepat sama kamu. Dari pagi ke malam, dari Senin ke Minggu. Waktu betul-betul berjalan kayak dikali dua speednya.
But still, I enjoyed every moment with you, my love. Aku selalu senang sama semua hal yang sudah kita lakukan dan kita lalui. Atas smeua emosi yang sudah kita rasakan bersama. Atas semua hal yang terjadi di kehidupan kita masing-masing and how did we cope with that. I'm still falling in love with you, everyday. It's just... you just know how to 'wow' me everyday, sayang...
Ah... intinya halaman ini akan berisi sama dengan halaman-halaman sebelumnya, tentang bagaimana aku selalu merasa bersyukur udah punya kamu di hidup aku.
Sayang, tunggu aku, ya? Tunggu aku bawa hantaran lamaran ke depan rumah kamu HEHE. Saatnya ketemu papa sama mama aku, then?
I love you, Jupiterku.
I truly do love you.
I really do.
Aku cinta kamu, sayangku.
Warmest,
Your K.
1 note · View note
mi-jupiter · 9 months ago
Text
Fifteen, The Fourth
Chapter 4.
"I will be back after a night, love." Ucapku seraya melingkarkan kedua lengan ke tubuhmu. Membawamu ke dalam sebuah pelukan hangat, rutinitas yang selalu kita lakukan sebelum tidur.
"Tapi, satu malam gak ada koko rasanya kayak seminggu..." Aku terkekeh perlahan dan membawa satu tanganku untuk membelai rambutmu lembut dari atas ke bawah, seperti memberikan isyarat bahwa kamu akan baik-baik saja. Kita akan baik-baik saja.
"Maaf, ya, sayangku... aku juga maunya bawa kamu kali ini, tapi kayaknya nggak bisa, sayang." Terdengar suara helaan napas dari kita berdua. Pasangan yang tak pernah terpisahkan dari hari pertama, kini harus dipisahkan satu malam karena kegiatan yang tak bisa aku tinggalkan itu.
Rasanya berat sekali, semalam sebelum berangkat itu, ku rengkuh tubuhmu lebih erat daripada sebelumnya. Ku hujani pucuk kepalamu dengan kecupan yang banyak sebelum wangimu perlahan sirna dari indra penciumanku nantinya. Malam itu, rasanya aku ingin berdoa kepada Sang Pencipta untuk memperlambat waktu, malam ini saja.
Tapi, fajar pun tiba. Rasanya sangat enggan sekali untuk meninggalkanmu yang masih lelap dalam tidurmu. Setelah semua barang siap untuk dibawa, aku melangkah mendekat ke kasur, mendudukan diri perlahan di sisimu. Ku perhatikan lekat-lekat wajah yang selama ini selalu menemaniku tidur sedang terlelap. Indah, kamu ini sangat indah. Wajah damaimu yang kamu perlihatkan subuh itu, sangatlah indah. Wajahku mendekat ke arahmu, ku curi satu kecupan lembut di bibirmu yang selalu ku dambakan itu.
"Dedek, sayang, koko pergi dulu, ya? See you tomorrow, sayang. I will come home, to you." Ku kecup keningmu perlahan sebelum menjauhkan diri dari tubuhmu dan membenarkan selimut yang menutupi tubuhmu itu. Setelah puas memandangi wajah tidur kamu, barulah aku berangkat.
Hari berlalu dengan lambat, sialnya doaku terkabul dengan sangat meleset. Entah mengapa, waktu di hari itu berjalan sangat lambat. Rasanya satu hari itu punya 48 jam, padahal kegiatan yang ada sangatlah padat untuk aku ikuti. Apakah ini efek dari pacarku yang sedang merindukanku di sebrang sana? Atau justru, aku yang rindu setengah mati? Jawaban yang kedua itu, memang sudah pasti. Aku sudah merindukan kamu dari waktu perjalanan. Rasanya aku ingin sekali membalikan stir mobil san balik pulang ke kamu. Tapi sayangnya tidak bisa.
Pasrah. Ku jalani hari yang lambat itu dengan harapan bahwa hari cepat berlalu. Malam mulai tiba, rasanya malam ini sangat dingin sekali. Aku terus-terusan melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiriku, waktu hanya bertambah 5 menit, 5 menit, dan 5 menit. ARGH! Lama sekali ini waktu! Berada di pedalaman membuatku susah untuk sekadar menghubungimu. Akhirnya, karena tidak tahan lagi dan jiwa pengecutku seakan hilang. Aku berjalan menyusuri tangga dan jembatan yang gelap, mendaki sedikit untuk mencari jaringan.
Setidaknya, aku harus mengabarimu bahwa jaringanku di sini sangatlah buruk dan aku sangat amat teramat merindukanmu. Disaat aku mendapatkan jaringan, muncul serentetan pesan darimu yang sangat aku rindukan. Ah... bayiku sudah makan. Ah... bayiku menjalani harinya dengan baik, syukurlah. Ah... bayiku lucu sekali, dia juga merindukanku. Aku sedikit terkekeh kecil saat membaca beberapa pesan darimu dan langsung membalasnya dengan permintaan maaf. Entah kenapa, hanya ada rasa bersalah saat itu karena telah meninggalkanmu di rumah sendirian.
Ku putuskan untuk mengirimimu beberapa rentet pesan sebelum kembali ke tempat kumpul. Malam itu, aku hanya bisa berharap bahwa waktu segera berlalu. Tapi nyatanya, waktu berjalan dua kali lebih lambat di sini. Sial, rasanya aku hanya ingin cepat-cepat pulang dan kembali memelukmu dengan erat. Ternyata merindukanmu seberat ini, ya, sayang? Benar kata Dilan, rindu itu berat, tau gitu aku biarkan dia saja yang menanggung seluruh beban rindu yang ada di dunia ini. Pikiranku ini sudah terlalu ngelindur, ada baiknya aku memejamkan mataku dengan erat sambil berharap bahwa fajar segera tiba.
---
Sayang, empat bulan sudah terlewat. Bagaimana perasaanmu, menghabiskan hari-harimu selama 4 bulan ini bersamaku? Aku hanya bisa berdoa dan berharap setiap harinya, kamu masih bahagia dan masih ingin bersamaku di keesokan harinya.
Kalau dijabarkan dengan kata-kata, agaknya mau aku tuangkan dalam satu buku sekalipun, nggak pernah bisa merasa cukup untuk menjabarkan bagaimana rasa sayangku ke kamu, Jupiter.
Apalagi setelah empat bulan ini, aku justru merasa ikatan kita kini kian kuat dan merekat. Seperti sudah tidak ada celah lagi untuk apapun ada di antara kita. Rasanya, ini adalah hubungan yang paling aku dambakan selama ini.
Kamu masih ingat, kan? Beberapa hari lalu, aku sempat bilang, bahwa aku tidak hanya sayang padamu, tapi aku pun sudah sayang dengan hubungan ini. Rasanya, hubungan kita ini betul-betul harmonis dan sangat sehat. Bagaimana kita yang selalu berusaha untuk menjaga 'kita', bagaimana kita yang selalu berusaha untuk mengerti 'kita', bagaimana kita yang selalu mengutamakan 'kita'.
With you, I feel at ease.
With you, I feel the happiest.
With you, I feel so loved.
Doaku selalu dan akan selalu sama, aku hanya bisa mendoakan kebahagiaan, kesehatan dan kelancaran untuk kamu. Aku selalu berdoa semoga kamu masih mau sama aku di keesokan harinya. Aku berdoa semoga kamu selalu sayang sama diri kamu sendiri dan sayang sama aku hehe. Semoga doa-doa kita ini senantiasa didengar oleh Sang Pengcipta.
Sayang, terima kasih karena sudah selalu sabar dengan segala sikapku ini yang kadang kekanakan. Aku gak bisa menjamin kedepannya kita tidak dihadapkan oleh cobaan, tapi aku hanya bisa berharap bahwa apapun yang terjadi kedepannya, kita bisa melewati itu semua, berdua. Terima kasih juga kamu sudah selalu memberikan aku tempat untuk bercerita dan selalu peka dengan semua yang aku rasakan. For sure, I couldn't ask for more, it's more than enough for me. Your existence itself has already a blessing for me, sayang.
Aku sayang sekali sama kamu, Jupiter Hui.
Thank you for being the greatest present God ever sent me.
Warmest,
Your K.
0 notes
mi-jupiter · 10 months ago
Text
Fifteen, The Third
Chapter 3.
"Welcome home, sayang." Itulah kalimat pertama yang ku ucapkan begitu tungkaimu melangkah masuk ke dalam rumahku. Ku lihat dari belakang, bagaimana bahasa tubuhmu yang mulai memproses tata letak dari rumah kecil itu. Bagaimana aku memilih warna netral untuk seisi rumah. Tidak ada furniture yang berlebihan, diusahakan se-minimalis mungkin.
Pada awalnya, aku berpikir bahwa rumah ini hanya akan ada diriku yang menempatinya. Tidak pernah terbesit dalam benakku untuk membawa orang lain masuk dan tinggal di dalamnya. Rumah ini adalah salah setu bentuk pelarianku, dari rumah masa kecilku itu. Rumah ini, sebetulnya, adalah salah satu bentuk kebebasanku.
Rumah kecil ini hanya sebagai tempat transitku dari kejamnya dunia. Mungkin dalam sebulan, hanya bisa dihitung jari berapa kali aku pulang ke rumah ini dang menghabiskan waktu seharian di dalamnya. Seringkali, rumah ini hanya sebagai tempat istirahat dikala malam dan menjadi kosong dikala sang fajar sudah menunjukkan taringnya.
Setelah beberapa hari melakukan banyak kegiatan di rumah ini sama kamu, aku mulai merasakan bahwa rumah kecil ini, bisa terasa sangat nyaman dan aman. Terbukti dari bagaimana aku masih betah bermalas-malasan di kasur sampai siang sebelum kamu merengek untuk dibuatkan makanan tatkala lapar melanda. Maka di sinilah kita, di salah satu bagian favoritku dalam rumah setelah kamar, yakni dapur.
"Feels like home, koko. Your home, feels like home." Senyum tulus mulai terukir di bibir indahmu itu, membuatku tidak tahan untuk menghamburkan diri untuk melingkarkan kedua lenganku dari belakang untuk memeluk pinggang mungilmu. Ku sandarkan dagu ke bahu sebelah kananmu dan mulai menggoyangkan sedikit badan kita kenan dan ke kiri.
"Feels like home, ya? Padahal sudah lama tidak berpenghuni. Tapi iya, begitu aku masuk sama kamu, suasananya langsung beda, sayang. Rumah yang tadinya aku pakai hanya untuk tidur aja, sekarang rasanya lebih hidup. Ini mah, karena orangnya gak, sih?" Ujarku sambil masih memeluk tubuhmu dari belakang.
"Hahaha, gombal, ah! Itu masakanmu loh, sayang. Gosong!" Gelak tawa terdengar dari ranummu itu, membuatku ikut terkekeh.
---
Sayang, jujur aku nggak tau lagi mau ngomong apa selain aku sayang banget sama kamu. Aku sesayang itu sama kamu. Mungkin isi tulisan ini hanya tentang betapa aku bersyukurnya punya kamu di hidupku, betapa aku menyayangi kamu, betapa aku menghargai adanya presensi kamu di sini.
Tiga bulan ini adalah tiga bulan paling bahagia yang pernah aku lalui selama tahun 2024 ini, sayang. Aku nggak pernah ngerasain sedih yang gimana selama sama kamu, walaupun aku menghadapi kelamnya dunia, tapi setiap aku cerita ke kamu, aku selalu bisa menghadapi semuanya dengan baik. Aku... argh buset dah, aku sayang sekali sama kamu, cinta.
Banyak sekali mitor tentang kutukan 3 bulan pertama, katanya pasangan akan sering berantem karena masa penyesuaian atau apapun itu... tapi nyatanya... kita... lovey dovey setiap hari. Hehe.
Sayang, terima kasih ya? Thank you for making my sorrow into joy. Terima kasih karena kamu selalu validasi semua perasaan aku. Terima kasih karena kamu selalu re-assure semua kekhawatiran aku dan hal-hal yang aku takutkan. Terima kasih kamu selalu ngeyakinin aku kalau semua yang aku rasakan di hubungan aku yang lalu itu nggak akan terjadi di hubungan kita, dan benar. Kamu membuktikan itu semua, sayang.
Aku selalu merasa disayang sama kamu dan gak pernah mempertanyakan perasaanku ke kamu. Karena kamu pun selalu menerima rasa sayangku dengan sangat baik... terima kasih ya, sayang? Aku betul-betul merasa bersyukuuuur sekali bisa ketemu, kenal, temenan, sampai pacaran sama kamu ini.
Terima kasih juga, kamu nggak terpengaruh sama perkataan orang lain tentang aku, tapi kamu percaya sama aku. Padahal aku ini hitungannya orang yang baru kamu kenal, waktu itu. Thank you for putting that much faith in me, sayangku.
My love, now our love has grown so much more than I could expect. Apapun yang terjadi kedepannya nanti, aku percaya kita akan selalu bisa melewatinya berdua, karena aku punya kamu, dan kamu punya aku.
I love you so much, baby.
I love you, really, with everything I have.
P.S. Click this for claiming your gift
Warmest,
Your K.
0 notes
mi-jupiter · 1 year ago
Text
Fifteen, The Second
Chapter 2.
P.S. Listen to Bad by Waves to Earth while reading this for better experience, okay?
Selepas kejadian makan dimsum di hari itu, rasanya hariku tidak akan terasa lengkap tanpa adanya hadirmu. Maka dari itu, saat dimana kita dapat kesempatan untuk pulang kedua kalinya, aku memberanikan diri untuk mengajakmu pulang bersama dan mampir ke kedai kecilku.
Terlalu banyak yang aku khawatirkan saat itu. Apakah kamu akan nyaman duduk di mobilku? Apakah bantalan kursinya masih empuk? Apakah pendingin mobilku masih bekerja degan baik? Kenyamananmu sudah menjadi prioritasku. Aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman, barang sedikitpun.
"Koko, boleh kita dengar lagu?" Tanyamu ketika perjalanan sudah berjalan setengahnya.
Aku yang masih sibuk dengan pikiranku pun langsung ditarik kembali ke kenyataan, bahwa ada sosok lelaki mungil yang sering menjadi alasan di balik senyumku akhir-akhir ini. "Eh? Iya, boleh... kamu play aja."
Seketika, lagu yang cukup familiar di telingaku mulai terdengar. Kamu sempat memintaku untuk bernyanyi dan akhirnya aku mulai menyanyikan sepenggal dari bait lagu tersebut. Lagu Bad dari Waves to Earth yang sering aku dengarkan juga.
"Lately life's so boring, I've been watching Netflix all day long..." lalu dilanjutkan dengan suaramu yang mulai bernyanyi sesuai alunan lagu.
---
Singkat cerita, lagu yang kita dengarkan bersama untuk pertama kali itu, lagu yang masih menjadi peganganku hingga saat ini.
How could my day be bad when I'm with you? You're the only one who makes me laugh.
Hari-hari yang aku lalui kini tidak pernah terasa berat, sejak hadirnya dirimu di keseharianku. Dimulai dari kebiasaan kita menghabiskan malam bersama dengan saling merengkuh satu sama lain di Petropolis. Kebiasaan kecil ini membuat kita tidak bisa tidur tanpa hadirnya satu sama lain. Kesepakatan untuk tidur tinggal bersama secara nomaden ini sangat lucu, untukku.
"Sayang, minggu ini di rumah aku, minggu depan di rumah kamu. Tapi, papa gimana?"
"Tenang aja, koko. Papa gak se-strict itu, kok. Kamu nggak akan direbus."
"Heh, bukan begitu maksudku!"
Gelak tawamu terdengar, menelisik masuk ke dalam telingaku dengan sempurna. Ah... sungguh, kamu ini, indah sekali. Rasanya tak pernah seharipun aku tidak menganggapmu indah. Sudah banyak sekali kosa kata pujian untuk memujimu secara fisik. Ganteng, cakep, cantik, tapi rasanya tidak ada yang tepat. Kini aku menemukannya, kamu ini indah.
Melihat senyummu di setiap pagi ku membuka mata, di setiap pulang ku ke rumah sehabis seharian bekerja, di setiap obrolan kita yang kadang terselip semburat merah muda di kedua pipimu. Kalau boleh aku teriak di hadapan seluruh dunia, aku rasanya ingin teriak.
PACARKU ADALAH MANUSIA PALING INDAH DI BUMI!!!
Masa bodo dengan manusia lain yang tidak setuju, aku akan melakukan hal itu jika aku diberikan kesempatan untuk beteriak di hadapan seluruh penduduk muka bumi.
---
Tak terasa, hubungan kita sekarang sudah menginjak umur 2 bulan. Mungkin, bagi sebagian orang, ini terkesan alay dan lebay. Karena, baru juga dua bulan? Tapi bagiku, 2 bulan ini, rasanya seperti di surga.
Aku selalu merasa bahagia setiap harinya, memulai hari dengan sangat senang karena aku tahu, aku akan bertemu dan menjalani hariku dengan kamu. Gak ada alasan lain bagi aku untuk menjalani hariku selain ada kamu di dalamnya. Kalau gak ada kamu, aku pasti langsung letih, lesu, lunglai, lemas, love you.
Terima kasih untuk segala rasa bahagia, rasa aman, rasa nyaman, dan rasa utuh yang selalu kamu berikan untukkku. Terima kasih karena selalu peka dengan keadaanku dan memastikan bahwa kamu di sampingku dan itu benar-benar membuatku tidak pernah merasa sendiri. Terima kasih karena sudah mau menghabiskan banyak waktu bersamaku, sayang.
Seperti katamu, cinta adalah kata yang cukup berat untuk kita berdua. Tapi bagiku, setelah menjalani hari-hari selama dua bulan ini bersama kamu, aku merasakan sebuah perasaan yang lebih dari perasaan sayang. Hal ini yang membuatku berpikir, "Ah... jadi ini namanya cinta?"
Cinta adalah sebuah kata yang butuh banyak energi dan afirmasi untuk merasakan makna sebenarnya bagiku. Cinta memang terkesan rumit dan berat. Tapi sama kamu, cinta terasa menyenangkan dan sangat ringan untuk diucapkan. Bukannya ini terasa cetek, tetapi cinta terasa sangat ringan karena kita pikul bersama sejauh ini.
Maka dari itu, aku mencintaimu, Jupiter.
Aku cinta kamu.
Mencintaimu adalah hal paling indah yang pernah ku lakukan.
Warmest,
Your K.
0 notes
mi-jupiter · 1 year ago
Text
Fifteen, The First
Chapter 1.
What does usually writer write in the first chapter? Yes, it's all about the character.
Cerita ini akan memuat tentang kamu, yang entah sejak kapan masuk ke dalam duniaku dan sudah menjadi bagian hidupku selama satu bulan penuh.
Sedari awal, aku selalu dibuat kagum oleh semua sifat yang kamu miliki. Semua orang bilang kalau kamu ini sama cerahnya dengan 'sunshine' and I guess that's true. Aku sangat setuju sampai sampai tangan yang aku angkat sedari tadi tidak kunjung turun. It's just how you talk with people, how you treat those around you with love and kindess, how you always radiance bright and warm energies.
Just for your information, sebagian temanku itu cukup lega disaat mereka tau kalau aku kembali berlabuhnya sama kamu. Well, some of them are still surprised though, but as time goes by, they understand why did I fell so fast. Semua itu karena kamu, karena kamu orangnya. Gak ada alasan lain yang bisa menjelaskan kenapa aku bisa jatuh cinta secepat itu, yang bahkan diriku sendiri pun sempat heran dan bertanya-tanya.
Tapi, menyimpan rasa yang begitu besar untukmu, bukanlah perkara yang mudah. Satu hal yang selalu aku kagumi dari kamu adalah, kamu selalu menghargai lawan bicaramu. Kamu nggak pernah bertanya terlalu jauh tentang apa yang aku tidak ceritakan, kamu bisa memberikan aku hal yang aku butuhkan bahkan disaat aku tidak memintanya. You never asked in detail about anything, yet you still understand me wholeheartedly.
Satu bulan ke belakang ini, mungkin bisa dibilang adalah bulan terbahagiaku di tahun 2024. Menjalani hari-hari denganmu terasa sangat menyenangkan, rasanya aku menjadi utuh dan lengkap. Kamu betulan menyempurnakan diriku yang sudah banyak kosongnya karena satu dan lain hal.
Kamu yang suka jajan sate padang, mochi dan makan bakmi di hari Minggu. Kamu yang suka main HP sambil mandi. Kamu yang nggak pernah makan bumbu siomay pakai nasi panas. Kamu yang suka bilang belum ngantuk tapi nggak lama pules bobonya. Kamu yang paling hobi lupa isi form dan absen kalau lagi ada kegiatan. Kamu yang penyayang dan sangat disayang sama keluargamu. Kamu yang sayang sama anak-anak bulumu (Lee Ahn, Agus dan Kentut). Kamu yang jarang minum kopi, kebailkan sama aku. Semua fakta baru tentang kamu ini, sudah aku rekam dengan baik di otakku, maaf jika ada yang terlewat, namanya juga... (isi sendiri).
Aku selalu bersyukur dan berterima kasih atas eksistensimu di dunia ini, atas segala hal yang udah kamu berikan ke aku. Rasa sayangmu begitu berlimpah dan selalu terasa sama aku setiap harinya, gak ada hari tanpa aku merasa jadi orang paling beruntung di dunia ini selama sama kamu.
Maaf, aku masih nggak peka sama perasaan kamu... maaf juga, aku sering hilang perkara kerjaan, apalagi kalau sudah event begitu. Aku akan berusaha dan belajar jadi pacar yang lebih baik lagi untuk kamu. Terima kasih sudah mengajarkan aku banyak hal, ya, sayang.
Aku sayang sekali sama kamu! Aku sayang kamu dan semua wujudmu apa adanya, dengan semua wujudku. HAHAHA.
Semoga tetap ada kita di bulan depan, ya? Ketemu aku lagi di sini, okay?
I love you, Jupiter Hui. I love you with my all.
Happy first month, baby.
Warmest,
Your K.
0 notes
mi-jupiter · 1 year ago
Text
Fiftteen, The Zero
Prolog.
— How beautiful it is, to fall in love in the fall season. . .
Petropolis - Autumn. Tak pernah terbesit dalam benakku, bahwa musim gugur berarti aku juga gugur. Gugur dalam artian, pertahananku. Pertahanan yang sengaja aku bangun, agar tidak ada lagi celah yang bisa dimasuki oleh orang lain, karena lelah yang menyerangku kemarin itu bukan main main.
Terlalu fokus pada pintu depan yang aku ketatkan pertahanannya, ternyata aku lupa menutup pintu belakang, yang secara tidak sadar aku buka begitu kamu masuk. Kamu dengan keramahan dan ketulusanmu, membantuku membersihkan, membereskan, hingga menata ulang apa yang sudah sangat berantakan di tempat itu. Kamu dengan sukarela dan tanpa meminta imbalan, membantuku keluar dari rumah gelap itu setelah selesai dirapikan. Membawaku masuk ke dalam rumahmu yang sudah kuduga, nyaman dan aman. 
Mengenalmu lebih dalam, dari mulai kebiasaanmu yang suka mengelak kalau diledek, si pemakan sayur yang tidak suka sayur pahit seperti pare dan daun pepaya, si anak paling gen Z dengan segala kamus bahasa gaulnya itu, si paling peduli terhadap sekitarnya apalagi orang yang dia sayang (maklum, people pleaser). Dari hal-hal kecil itu, secara perlahan namun pasti, bisa ku pastikan, bahwa aku sudah jatuh. 
Aku jatuh tepat disaat aku melihat senyum kamu, kala itu. Tidak akan aku sebut kapan, agar kamu penasaran (hehe). Seringkali mengelak dari perasaanku, muncul berbagai pertanyaan retoris. Ya, aku sudah tau jawabannya. Sekali lagi aku pastikan, bahwa aku sudah jatuh. 
Menjalani hari hari denganmu, membuatku merasa utuh. Menghabiskan waktu denganmu, membuatku terasa penuh. Presensimu membawa pengaruh besar dalam kehidupanku, yang tak ku sadari mulai sejak kapan. Perlahan namun pasti, dirimu sudah menjadi bagian dari hidupku yang tak bisa aku lewatkan barangkali satu hari pun. Rasanya, aku tidak tau bagaimana akan jadinya apabila hari esok tidak bersamamu. Lagi-lagi aku pastikan, bahwa aku sudah jatuh. 
Jatuh cinta tidak pernah terasa seindah dan segila ini, sebelumnya. Aku berani jamin, bahwa aku adalah orang paling bahagia di muka bumi ini jika aku bersamamu. Terima kasih karena telah memberikan aku keyakinan bahwa cinta itu indah dan menenangkan. Terima kasih karena telah memberikan aku pengertian bahwa perasaan dan usahaku cukup. Terima kasih karena telah memberikan aku kesempatan untuk merasa disayang tanpa pamrih. Terima kasih karena selalu mengutamakan kenyamananku, terlihat dari tutur kata dan bagaimana perlakuanmu terhadapku.
Aku pernah bilang kalau aku mau menjalani ini perlahan, sama kamu. Tapi rasanya, lambat laun mengenalmu, aku semakin tidak bisa menahan rasa ini. 
Maka dari itu, Jupiter Hui, 
I want to protect you with my all
I want to be the one you lean on when you’re tired with world
I want to be the your number one supporter
I want to be by your side, walking hands in hands, showing the world that you’re mine
So, would you?
Would you be my partner in everything?
The one people called as. . .
Boyfriend. 
1 note · View note