Tumgik
mideoya · 1 month
Text
NTD 3 : AS A WOMAN.
I'm a woman. Yes, i was born as one. Terlepas dari segala perdebatan gender yang ada di zaman ini dengan segala perspektif yang diperjuangkan dan digunjingkan dari berbagai kaum, izinkan gue mendeklarasikan diri sebagai seorang perempuan.
Ugh, i dont know how to started this-not-important-but-i-want-to-write-so-bad-out-of-my-mind post. Semakin bertambah umur buat gue menyatakan diri dengan jelas dan tegas bahwa gue adalah seorang perempuan jadi hal yang ga bisa dianggap enteng atau sepele. I took pride in that statement. Truly.
Supaya tidak salah paham juga gue bukan transgender, bukan juga seorang cis man yang sedang mendeklarasikan diri sebagai seorang perempuan. No offense, I dont have any issues with all of those people in the community. Gue terlahir dari rahim nyokap dengan vagina dan dibesarkan sebagai seorang perempuan serta mengalami hal-hal biologis yang juga dirasakan oleh sebagian besar perempuan diluar sana (having breast development, haid, etc etc).
Tapi, kalau gue boleh re-call masa lalu aka masa kecil dulu sepertinya gue pernah sempat punya moment dimana gue gatau harus kah gue dengan lantang menyebut diri gue sebagai seorang perempuan? Dulu waktu masih kecil, kayaknya sih semenjak masuk TK kali ya gue ga inget jelasnya tapi gue makin punya satu preferensi on how i would like to be dressed by mom. I dont really like skirt, but i dont hate it too. I used to like pink, until suddenly i hate it so much. Gue dari dulu ga pernah nyaman sama pakaian yang menunjukkan bagian dada ke leher terlalu jelas. Setiap kali nyokap beliin baju yang mungkin menurut dia lucu dan bagus untuk anak perempuannya ini tapi gue ga nyaman samsek gunainnya especially ke gereja biasanya gue hanya bisa manyun sepanjang perjalanan berangkat sampai balik lagi ke rumah.
Preferensi barang-barang yang gue pengen pilih dari dulu memang bisa dibilang tidak begitu feminin. Cewek tomboy? Am i different with any normal girls out there? Apakah ada yang salah dengan diri gue? Jujur pertanyaan-pertanyaan yang ga pernah secara eksplisit gue tanyakan ke diri sendiri ini sebenarnya selalu ada di otak gue sampai akhirnya gue masuk kuliah.
Selama kuliah di FISIP, yang dimana pembahasan tentang ilmu-ilmu sosial termasuk tentang sex-gender-sexual orientation cukup kental gue dengarkan on daily basis. Serta bantuan dari diskusi-diskusi online yang membicarakan tentang bagaimana society selalu berusaha membentuk citra dan mengatur gaya hidup perempuan as they please. Akhirnya gue sadar bahwa there is nothing wrong with me. Semua hal yang gue rasakan tentang perbedaan selera dalam berpakaian, memilih sepatu sneakers over flat shoes, tidak menggunakan make up on daily basis, tapi tetap pengen punya rambut indah menjuntai panjang, seharusnya ga jadi faktor yang memberikan definisi apakah gue wanita atau tidak. Apapun yang gue pakai, bagaimana gue mempresentasikan diri gue di depan publik, cara gue berbicara, cara gue berjalan, cara gue berpikir, pilihan dalam kehidupan gue selanjutnya maupun saat ini atau apapun itu bukan faktor utama yang menentukan gue wanita atau bukan.
Once again i told you that i'm a woman. A proud one. Truly.
0 notes
mideoya · 3 months
Text
NTD 2 : YOSHUA.
Am i really write his name that bold? LMAO damnnn. Seems like someone no longer care or had any single interest left in her almost 7 years crush? Jangankan nulis nama dia se-bold ini, dulu setiap kali mau nge-stalk dia di gugel (yes bitch i'm searching his name @ google as if he was a celebs lol) aja overthinkingnya setengah mampus. Mampir ke github or blog-nya dia, cari akun instagrammnya or even ngeliatin DP Line manusia yang nama depannya gue jadiin title ini aja beneran bikin gue se-takut itu. Takut kenapa coba? KETAHUAN wkwk. Padahal kan gue selalu pakai akun anon. Tapi karena dia berkecimpung di bidang IT gue ovt takut dia bakalan nge-track my IP etc etc. WKWKWK si goblok emang. As if i'm that relevant or he is that gabut. Bitch i'm so embarassed of myself but its so funny too at the same time.
"People look so different once you don't care about them anymore. You begin to notice how ordinary they are, how it was your love that made them special..."
Gue gatau siapa yang mencetuskan kalimat diatas, atau dari buku mana dikutip. Tapi satu hal yang gue sangat sadari malam ini secara tiba-tiba adalah kalimat diatas bener banget. Dan gue baru aja merasakannya. Ke siapa? Yes, kepada dia yang pernah ada di dalam keseharian gue dengan nama Yoshua.
Mungkin kalau gue boleh sedikit flashback ya dan cerita tentang gimana awal mulanya gue having crush on that man, kita harus jalan mundur ke era gue baru memulai kegiatan sebagai seorang mahasiswa. Yes, he was one of my friends at college. Ga temen juga sih, lebih ke salah satu anak angkatan aja. Buat gue term "friends" harus ada simbiosis mutualismenya nda bisa sekadar kenal nama doang ga pernah ada komunikasi intens. Lah kok ga ada komunikasi intens bisa tumbuh perasaan sampe hampir 7 tahun? Kan memang pemilik blog ini goblok mampus dan jago banget berfantasi tentang sesuatu WKWK.
Pertama kali ketika kita semua kumpul di 1 ruangan untuk pertemuan matkul wajib jurusan, dari semua lelaki yang ada memang kalau boleh jujur dia ngasih impression agak lebih dibanding yang lainnya. Bukan karena dia ganteng atau apa ya, gatau sih Bapak yang satu itu agak beda aja auranya. Tapi bukan berarti gue langsung nge-crush dia disitu ya. Gue masih bener-bener biasa aja ngeliat dia tapi yaaa ga bohong the possibility was there. Dia bukan tipikal anak yang banyak bacot kayak gue, ga main sirkel-sirkelan juga kayak gue, ga se-goblok gue (he is smart as fuck), dan kayak punya dunia-nya sendiri. Mungkin satu-satunya kesamaan antara dia dan gue, we do really enjoy our own company. Sekalipun gue punya sirkel, ga artinya gue jadi ga nyaman sendirian kemana-mana. Gue tetap seorang introvert yang masih butuh me time for my own sanity.
Akhirnya gue mengakui gue suka sama dia ya tentu saja diawali dengan chaos and hectic event in my life. Lowkey mirip lah sama NTD 1, gue waktu itu capek mampus menghadapi kehidupan magang dan entah kenapa muka dia muncul mulu kalau gue lagi bengong. Perasaannya makin jadi pas doi mengumumkan sesuatu lah. Gue ga akan kasih cerita detailnya karena ini terlalu menjurus wkwk. Jadi lah gue sampai tahun lalu hanya bisa ber-fantasi tentang dirinya.
Yoshua dan SK beneran bedaaaaa banget. Kalau boleh jujur Yoshua memang jauh lebih masuk ke my ideal type. Meanwhile SK on the other hands is those kind of boys that i would never ever want to deal with when it comes to heart matters. Tapi mereka punya 1 kesamaan, sama-sama pinter, cepat tanggap. Memang saya punya kelemahan tersendiri sama manusia-manusia yang menggunakan otaknya dengan maksimal wkwk. Kalau boleh dibandingin sih tetap Yoshua jauh lebih pintar. Oh, ada 1 lagi kesamaannya. Tapi ga deh gausah di mention wkwkwk.
Gue beneran meradang parah dari kemarin gegara si SK banyak tingkah (engga ya cuy lu yang lebay). Karena pengen melakukan pengalihan issue, maka saya berkunjung ke halaman blog Bapak Yoshua untuk melihat apakah ada tulisan baru dari manusia satu itu. Karena ga ada, gue iseng baca ulang salah satu tulisan dia dulu yang membuat gue sangat amat kagum sama dia. Makin parah lah perasaan gue dulu setelah baca tulisannya dia yang satu ini sebelum akhirnya ngubek tulisan lain. Tapi pas baca lagi tadi, gue beneran ngerasain beberapa hal yang gue ga sama sekali rasakan sebelumnya. Gue merasa tulisan itu no longer special at all? Bahkan gue merasa tidak nyaman? Wkwkwk, Seriously, i suddenly realized it doesnt sit right with me at all?
Seems like its over. Really really over. The feelings that i used to cherish on him no longer here in my heart. Terus gue jadi sadar, SK kelihatan menarik, menyenangkan, dan hal-hal lainnya yang bikin gue selalu pengen punya interaksi tiap hari sama dia ya karena fantasi gue. He aint that special. Dan ga ada alasan buat gue galau ga jelas cuman karena pressuring my feelings towards him all this time. Karen a cepat atau lambat, gue akan menyadari bahwa diri gue sendiri yang membuat dia terlihat special. Bukan karena dia beneran special.
Makanya, kalau udah lelah sama lingkungan kantor tuh gercep resign. Ga ada perusahaan lain yang manggil? Cek CV lu, cek skill lu apa yang perlu ditambah dan ditingkatkan asap. Bukan malah cari coping mechanism dari orang lain biar tiap hari lebih senang berangkat kerja ke kantor. Helehhhh.
But still, all the best for you ya Yosh! Gue ga pernah beneran ngobrol proper sama lu padahal gue tau banyak hal bisa gue korek dari isi otak lu yang super itu. Sekalipun fantasi gue sudah selesai, tapi gue tetap berharap yang terbaik buat lu sama seperti ketika fantasi gue masih jalan kemarin-kemarin. Terima kasih udah jadi coping mechanism gue tanpa lu sadari apalagi pas lagi jaman magang. Oh, lu tau ga sih di pertemuan terakhir kita (lebih tepatnya terakhir kali gue bisa lihat lu di kampus), gue dateng cuman buat lihat lu. Gue beneran 2 jam mantengin lu doang dari belakang lol. I wish i could give you some gifts at your graduation tho, if only... hehe sudah sudah. Dulu gue berharap ga pernah dipertemukan sama lu lagi karena gue kira gue akan terus memelihara perasaan gue dan jadinya berpotensi canggung mampus kalau ketemu lagi. Tapi gue harap gue punya kesempatan ketemu lu lagi, and i'll treat you a cup of coffee.
Gue gatau apakah besok hari Senin kalau ngeliat muka SK lagi gue bakalan se-chill ini. Tapi satu hal yang gue harus ketahui gue ga perlu takut semuanya akan kebablasan. Karena again, yang membuat mereka terlihat "bersinar" bukan karena cahaya yang mereka pancarkan sendiri, tapi gue sendiri yang megangin lampu sorot ke arah mereka WKWKWK.
0 notes
mideoya · 3 months
Text
To be loved or loving? Both?
Kantin di lantai dasar siang itu cukup ramai dengan dipenuhinya para pekerja yang harus mengisi perut kosong mereka sebelum melanjutkan kembali pekerjaan mereka yang masih tersisa di hari Jumat itu. Ya, hari memasuki kantor dalam satu minggu. Thanks god it's friday!
Wilona mencoba mempercepat langkah kakinya untuk segera masuk ke dalam antrian dan mengambil makanan yang disediakan oleh kantor sesuai alur yang telah ditentukan. Biasanya selalu seperti ini, lauk-sayur-nasi. Begitu urutannya. Wilona tidak langsung turun kebawah begitu waktu menunjukkan pukul 12 siang. Dia memilih untuk tetap berkutit sedikit lebih lama di depan laptop kerjanya sebelum akhirnya menyadari dirinya sepertinya salah satu dari sedikit karyawan di ruangan yang belum mengambil makanan.
"Ternyata benar adanya. Manusia harus mencintai dan dicintai..."
Wilona tidak sengaja mendengar percakapan dua perempuan yang berjalan berlawanan arah melewatinya. Kupingnya memang cukup tajam untuk mendengarkan hal-hal yang tidak perlu didengarkan sebenarnya. Seperti omongan kedua perempuan tersebut tentunya. Kalimat tersebut berulang-ulang terputar di otaknya. Rasa tidak nyaman itu muncul kembali. Perlahan tapi pasti.
Setengah hatinya ingin berteriak dan menepis pernyataan tersebut, tetapi setengahnya lagi setuju. Wilona percaya bahwa mencintai dan dicintai bukan dua hal yang harus selalu didapatkan dalam waktu yang bersamaan dari orang yang sama pula. Tetapi sepertinya akan tetap sangat menyenangkan bukan apabila seseorang mencintaimu setelah dirimu juga memberikan cinta yang sama besar dan tulusnya? Sialan.
Hari semakin malam dan Wilona sudah sangat lelah dengan segala urusan kerja dalam satu minggu ini. Dia benar-benar seperti tidak bisa bernapas. Pekerjaan datang menghampirinya seperti air bah. Cukup melelahkan tetapi setidaknya membantu Wilona untuk menghindari hal-hal yang tidak ingin ia pikirkan setiap waktu. Seperti seseorang yang entah kenapa selalu berkeliaran di dalam pikirannya. Tidak perduli sekeras apapun ia berusaha merasionalisasi pikiran dan hatinya. Selalu akan ada saat dimana semua itu hancur dan sia-sia ketika sosok itu mendekatinya dan berbicara.
Wilona menyadari di dalam ruangan itu tersisa tinggal beberapa orang lagi. Sudah tidak banyak, dan membuatnya sadar bahwa sosok itu juga masih belum pulang. Tidak turut pergi bersama dengan komunitasnya yang biasanya selalu menemani sosok itu kemanapun dan kapanpun.
Rencananya seperti ini, Wilona akan segera memasukkan seluruh barangnya yang tercecer diatas meja ke dalam tas. Lalu dengan sangat amat perlahan tapi pasti pamit izin hanya dengan orang-orang di sekitarnya setelah itu melipir pergi dari pintu tengah tanpa membuat suara apapun setelahnya. Ia benar-benar sedang tidak ingin membangun komunikasi apapun dengan sosok itu.
Baru selesai memasukkan seluruh barangnya ke dalam tas, memastikan bahwa tidak ada charger barang elektroniknya yang tertinggal di bawah kolong meja lalu mengucapkan pamit kepada orang-orang di sekitarnya,
"Wah, kau sudah mau pulang Wilona? Aku pulang lebih lama dari dirimu? Benar-benar langka."
Sialan. Benar-benar sialan. Sosok itu berjalan kearah tempat Wilona yang sudah beberapa langkah lagi benar-benar dekat dengan pintu tengah. Rencananya hampir berhasil tetapi sekarang semuanya buyar. Wilona melihat ke arah sosok itu, berusaha terlihat normal tentunya. Ia tidak menjawab, tidak memberikan respond juga karena terus memperhatikan sosok itu yang hanya tersenyum bersiap untuk melemparkan beberapa candaan kepada Wilona.
"Kau mau pergi kencan ya?"
Wilona hanya tersenyum kecil, berusaha terlihat normal. Sekali lagi ia harus memastikan dirinya terlihat tenang. Selalu seperti ini setiap ucapan yang terlontar dari sosok itu, akan diproses berbeda di dalam otaknya. Wilona yang biasanya penuh dengan jenaka dan akal untuk membalas ucapan orang lain seketika menjadi manusia paling bodoh untuk berbasa-basi. Dalam ketenangan yang dibuat-buat itu, Wilona menggeleng ke arah sosok itu untuk pertanyaan yang tidak berdasar sama sekali itu.
Kencan? Denganmu? Akan kucoba kalau diberi kesempatan. Bedebah.
Sekarang jaraknya benar-benar sudah sangat dekat. Sembari menahan pintu yang sudah dibuka, Wilona mencoba mengumpulkan akal sehatnya untuk meladeni sosok itu. Alih-alih mencoba memberikan candaan lainnya, Wilona menanyakan hal lain yang berbau kerjaan ke sosok itu. Berusaha untuk terlihat tenang di depan orang yang membuatmu merasa tidak nyaman dengan diri sendiri bukan lah hal yang mudah sama sekali. Perasaan tidak nyaman dan sepercik kebahagiaan yang mulai merekah dalam hatimu ini benar-benar membuat Wilona ingin lari.
Mencintai atau dicintai bukan hal yang penting untuk Wilona. Ia bersedia hidup tanpa melakukan maupun mendapatkan kedua hal itu. Tetapi dirinya masih manusia. Perasaan yang tidak dapat diprediksi ini membuat otaknya bekerja semakin aneh. Dan ia benci itu. Ia hanya ingin hidup tenang tanpa ada gangguan dan ketergantungan dengan manusia lainnya. Terlebih secara emosional.
Wilona membenci semua hal tentang dirinya yang terus menerus meromantisasi segala gerak gerik sosok itu. Berhentilah. Aku butuh ketenangan. Batinnya.
0 notes
mideoya · 3 months
Text
NTD 1 : PIECE OF MIND.
Selamat datang di halaman blog tumblr MIDEOYA.
Mulai sekarang semua hal yang mengganggu pikiran gue selaku pemilik halaman ini, hal-hal yang menjadi keluh kesah gue dan rasanya harus dituangkan dalam bentuk tulisan akan mulai gue sampaikan di sini. Semoga bisa konsisten ya. For my own good sake and sanity. LOL.
Kali ini gue cuman mau cerita tentang gimana serem dan menakutkannya keadaan hati dan pikiran ketika dia ga damai dan tenang sama sekali. Well, gue ga pernah dalam keadaan yang 100% hati dan pikiran selalu tenang. Yes, i'm having lot of anxiety party inside my brain on daily basis. Tapi terkadang kadar kekacauan pikiran dan hati gue beneran se-mengkhawatirkan itu kalau dipikir-pikir lagi.
Jadi ceritanya gue kan kerja udah lumayan lama semenjak lulus kuliah. Selama kerja tentunya ups and down beneran makanan sehari-hari lah dari semenjak hari pertama join. Jadi kalau lagi beneran hectic kerjaan gue tuh bener-bener bikin burn out ga karuan. Siklus menstruasi gue yang sudah berantakan makin hancur karena stress mikirin kerjaan.
Sedikit menjelaskan tentang karakteristik gue dalam bekerja ya. Gue bukan tipikal orang yang perfeksionis at all, tapi gue jelas tidak terbiasa dan mau kerja ngasal. Gue juga gabisa kerja yang beneran tutup mata dan ga perduli sama hal lain diluar kerjaan gue. Ditambah gue punya sifat yang kalau udah ngerasain hal-hal yang kurang menyenangkan gue tidak mau memberikan perlakuan yang sama ke orang lain dengan harapan mereka tidak akan pernah merasakan hal tidak menyenangkan yang gue rasakan. Jadi seringkali, gue menanggung terlalu banyak load kerjaan sendirian dan beban pikirannya juga tentu saja. So many times i'm about to gave up. Tapi keadaan ga mengizinkan. Jadi ya mau ga mau ditelan saja sampai akhirnya gue benar-benar terbiasa dan ga berasa beban lagi. Karena hal-hal ini gue juga sering ngerasa sendirian. Berjuang sendirian, capek sendirian, pusing sendirian, sedih sendirian, semua hal emosi yang ada di muka bumi ini gue rasakan sendirian.
Tahun lalu semuanya terasa berjalan biasa saja dan mulai semakin membosankan sampai akhirnya tiba-tiba ada event di kerjaan yang terjadi dadakan di awal bulan Agustus. Gara-gara event ini kerjaan gue yang tadinya sudah terasa semakin boring tiba-tiba melonjak pesat loadnya dan membuat gue hectic bukan main. Gue beneran sering banget balik kantor jam 10 dan bukan karena sibuk haha hihi sama temen kantor yang shift malem. Tapi ya emang beneran karena kerja mempersiapkan eventnya supaya smooth as fck.
Walaupun capek banget, gue lowkey senang karena jadinya gue tidak ngantukan lagi di kantor out of boredom lol. Sebelum event ini mulai digaungkan, jujur gue makin mempertanyakan sebenarnya gue mau kemana dan ngapain untuk kedepannya. Karena gue semakin sadar bahwa gue jalan di tempat and its felt so boring. I thought i would enjoy it.
Nah karena perasaan capek yang gue sedang rasakan saat itu bercampur dengan ingatan gue akan gundah gulana gue setengah tahun itu, tanpa gue benar-benar sadari sepertinya gue jadi super duper emosional dan mulai butuh alasan untuk tetap semangat kerja di kantor. Disaat seperti ini, datanglah tamu tidak diundang yang akan gue samarkan dengan inisial "SK".
Singkat cerita SK ini after eventnya kelar secara kerjaan jadi punya banyak urusan ke gue. Jadinya you know lah, semakin sering interaksi sama gue, semakin sering bercanda juga tentunya. Becoming more closer in general on daily basis.
Lemme explain a lil bit about him. Kenal sama SK ini udah dari tahun pertama gue kerja tapi ga pernah beneran komunikasi yang gimana banget, sampai akhirnya di tahun ketiga kerja pas covid somehow ada beberapa kali ngobrol dan ternyata orangnya cukup asik seperti yang dikatakan orang lain. But thats all. Sampai akhirnya dia dan gue pindah ke gedung baru dalam 1 ruangan yang sama, tentunya gue semakin sering liat dia juga. Jadi semakin tau apa aja kerjaan yang harus dia handle dan bagaimana dia menjalankan kerjaannya on daily basis. Gue tau dia pekerja yang cukup baik. Until last year, i started to admire him so much. Gue suka cara dia berpikir dalam kerjaannya, gue cukup impressed sama sensitivity yang dia bangun dalam proses kerjanya dengan gue (both profesionally and personally), dan gue juga sangat suka the way he talks about work, tipikal yang tenang tapi jelas dan sistematik.
Ada 1 moment dimana gue agak badmood sama kinerja team dia. Gue tipikal orang yang cukup straightforwards when it comes to work, padahal kalau urusan diri sendiri dan perasaan gue tipikal yang mendem banget wkwk. Akhirnya pas dia kebetulan lagi butuh discuss sesuatu, gue kasih tau kalau gue ga suka sama cara teamnya jawab concern yang gue raise in a forum. And he listen to it very very carefully. Sepertinya dia nangkep kalau api dalam diri gue yang basically ga pernah padam ini agak kebakar dan about to burst lol. Kelar gue "ngomel" dia kasih penjelasan ke gue yang beneran make sense tentang kenapa teamnya harus menjawab issue gue dengan attitude yang sempat tidak bisa gue terima itu. Terlihat jelas dia memang ingin membela teamnya, dan gue bisa memaklumi. Tapi alasan yang dia kasih beneran make sense dan gue paling ga bisa di counter sama hal-hal yang langsung masuk ke logika gue wkwk. BUT at the end, dia mencoba tetap terlihat mau berpihak ke gue dengan memastikan kembali detailnya yang bikin gue bete karena dia paham bahwa cara penyampaian disini juga jadi kunci. Jadi gue nangkepnya dia mungkin mau kasih masukan ke teamnya untuk memperbaiki cara mereka menyampaikan hal-hal ke gue. I remember that moment clearly. Someone tamed my fire.
Paham kan alurnya ini mau gue bawa kemana? wkwkwk.
Lanjut dulu ya, terus kerjaan gue dan SK masing-masing semakin hari semakin mampus banyak dan hecticnya. 1 bulan berasa kayak 2 minggu. Tiba-tiba udah ganti kalender aja. Kerjaan yang melibatkan gue dan SK juga semakin banyak, komunikasi juga tentunya jadi semakin sering. Gue semakin kalut inside, semakin burn out, semakin ga karuan tanpa gue sadari. Tapi dia engga, dia tetap kelihatan enjoy sama dirinya, kehidupannya, dunianya, pacenya. And i started to wondering... How?
Sampai di suatu kejadian, seperti biasa gue sedang diskusi di salah satu forum bersama dengan team yang lainnya. Terus ada beberapa hal yang menurut gue sama sekali ga sesuai dengan rancangan di bulan sebelumnya. Kebetulan karena ngerancangnya ada melibatkan gue tentu saja hal pertama yang dilakukan si bodoh ini adalah meragukan diri sendiri. Gue ragu dan takut kalau ternyata apa yang gue sampaikan selama ini tidak tertangkap dengan baik di SK. Long short story, ternyata ada sedikit misskom antara SK dan teman satu team gue yang juga terlibat. SK dan teamnya sempat adu bacot sama temen gue untuk memastikan bahwa ini skip di temen gue. Dan ya temen gue nih lumayan batu parah, dia juga ngerasa dirinya clear enough seharusnya ga ada kesalahan seperti yang gue temukan tadi. Karena udah buntu dan ga akan selesai juga issuenya hanya dengan debat, SK dan teamnya ngalah dan pergi dalam keadaan super badmood juga wkwk. Mereka beneran ga ngomong ke yang lainnya sampai jam pulang. Ho'oh silent treatment muahaha.
Si goblok ini kan memang senang sekali nge-blaming diri sendiri ya. Dan tadi gue kan tipikal yang terlalu mudah membayangkan diri ini di sepatu orang lain. Gue pun akhirnya ikutan berasa bersalah. Gue ga berani deketin SK hari itu untuk ajak diskusi lebih lanjut. One thing in this world that i could do really well, its reading the room ofc. Gue siap banget menerima konsekuensi dari tragedi ini dia bakalan jadi berubah ke gue dan team gue. Jujur gue belum pernah liat dia kayak gitu sebelumnya. Dan gue punya ekspektasi besoknya pun dia akan tetap badmood or even worse jaga jarak.
Kejadian ini bikin gue kepikiran, gue paham capeknya dia dan masih harus disalahin untuk hal yang mungkin bisa jadi memang teman team gue yang salah. Tapi ternyata besoknya SK masuk dengan keadaan normal, bahkan seharian doi akhirnya pindah meja ke samping gue buat kerja. Gatau kenapa tapi gue impressed beneran sama moment ini. Karena kalau gue jadi dia minimal banget 2 hari gue bakalan ngasih silent treatment lol.
Tapi moment ini juga yang bikin gue tersiksa. Gue mulai menangkap sinyal that i started to... like him? Alarm di otak gue nyala semua. Chaos, kebakaran. Ga mau terima fakta ini dan ga boleh dikembangkan lebih jauh faktanya. Gue beneran panik wkwkwk. He really started to enter my brain like there is no tomorrow. Hal yang paling gue benci di dunia ini adalah ketika gue sedang jatuh cinta. I hate it. Every single time.
Many times i tried to deny it. Sulit beneran sulit. Gue harus stay pro disaat yang bersamaan nekan perasaan supaya ga kesenengan kalau lagi sama SK. Selama sekitar beberapa bulan, nahan perasaan. Gue akhirnya menyadari bahwa ini semua adalah ciptaan otak gue yang lelah.
Gue tanpa sadar melihat SK sebagai diri gue sendiri yang babak belur karena kerjaan tapi tetap kerja. Gue tanpa sadar berharap ada yang mengakui kerja keras gue, dan bersedia untuk memahami rasa sedih-lelah-frustasi gue. Akhirnya apa yang gue rasakan ke SK sebenarnya harapan yang gue rasakan ke diri sendiri. Gue ga pernah benar-benar suka sama SK sebagai seorang manusia dengan karakteristiknya.
Makanya kalau capek ya tidur. Good Night! I'll sleep~ hihi.
0 notes
mideoya · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
this is my workplace. why are you telling me to quit my job?
this is not just an ordinary workplace, this is a bad place.  
what is an ordinary workplace? a company? a government office? it’s all the same. they might all look different, but they all work for their own benefit, not anyone else’s.
119 notes · View notes
mideoya · 5 years
Photo
istg i’m crying a lot while watching this scene. not just because i could relate with hyeja about how bad i want to see aurora one day and i’ll burst into tears too once i could see it with my own eyes, but its also because hyeja really turned joonha so called “error” existences into something beautiful, meaningful, loveable, and the last one is precious. a person like joonha is really need someone like hyeja who knows how to appreciate him to boost his self confidence. to be freakin honest kim hyeja is an amazing female lead character.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
But the thing is, they’re so beautiful.
461 notes · View notes
mideoya · 5 years
Photo
this is literally why i want to protect lee joonha so bad... his character is that kind of character that will touch my softest spot easily 
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
All my life, I’ve moved around a lot. So I didn’t know what it was like to be attached to a place. To be attached to an area, not even a person?
443 notes · View notes
mideoya · 5 years
Quote
Introversion isn’t an illness or weakness. It’s simply a character trait and you don’t need to immitate an extrovert to be “normal”. Just be yourself.
Introvert Lifestyle
(via
introvertlifestyle
)
3K notes · View notes
mideoya · 5 years
Quote
I wish, as well as everybody else, to be perfectly happy; but like everybody else, it must be in my own way.
Jane Austen
(via
introvertlifestyle
)
483 notes · View notes
mideoya · 5 years
Quote
Introverts are often a bit picky when it comes to making friends. But that’s okay - true friendship is a scarce commodity.
Introvert Lifestyle
(via
introvertlifestyle
)
500 notes · View notes
mideoya · 5 years
Quote
Only I can change my life. No one can do it for me.
Carol Burnett
(via
introvertlifestyle
)
505 notes · View notes
mideoya · 5 years
Quote
People inspire you, or they drain you - pick them wisely.
Hans F. Hansen
(via
introvertlifestyle
)
785 notes · View notes
mideoya · 5 years
Photo
Tumblr media
Well, that’s accurate 😂
518 notes · View notes
mideoya · 5 years
Photo
Tumblr media
Yaaaay! ❤️😊
214 notes · View notes
mideoya · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sakaguchi Kentaro - BABA嵐 2018.01.03
348 notes · View notes
mideoya · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
1K notes · View notes
mideoya · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
The STROBOSCORP -『君と100回目の恋』 
3K notes · View notes