Tumgik
muhammad-jabar · 3 years
Text
~ Menjabarkan Buku
Resensi Buku Obituari Puisi
Tumblr media
Sastra tidak bisa dipisahkan dengan puisi, mungkin nama-nama seperti Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, M. Aan Mansyur sudah akrab di telinga kita sebagai pembaca buku puisi. Tapi ketiga sastrawan yang saya sebutkan tadi adalah seorang laki-laki? Bagaimana dengan seorang perempuan? Adakah perempuan yang menjadi seorang sastrawan penulis puisi? Tentulah jawabannya ialah banyak. Pernah mendengar nama Ni Made Purnama Sari, Theorecia Rumte, Lucia Priandarini, Gratiastuti Chananya Rompas. Ya, beberapa sastrawan yang baru saja saya sebutkan tadi adalah seorang perempuan.
Tapi, sastrawan (atau mungkin sastrawati 😃) yang saya sebutkan tadi adalah nama-nama yang karyanya sudah masuk ke jajaran penulis utama. Buku-bukunya diterbitkan oleh penerbit arus utama. Lalu bagaimana dengan sastrawan daerah? Yang mungkin terus menggaungkan suaranya melalui bait-bait puisi di tiap lembar bukunya. Hanya saja tidak menerbitkan bukunya di penerbit arus utama?
Itulah yang saya jumpai saat saya berkunjung ke Rengganis Rumah Buku & Kopi di Kota Cirebon. Banyak buku yang dijual di sana. Salah satunya adalah buku puisi yang ditulis oleh pemilik dari tempat tersebut. Yakni Nissa Rengganis. Seorang penyair dari Kota Cirebon. Mungkin namanya belum terlalu terkenal seperti penyair-penyair saya sebutkan sebelumnya. Tapi saat saya membawa pulang buku ini dan membaca bukunya di rumah. Saya merasa bahwa ada keunikan atau ciri khas tersendiri yang berhasil membuat saya tidak berhenti saat membaca buku puisi karyanya.
Nama Buku: Obituari Puisi
Penulis: Nissa Rengganis
Penerbit: Gambang Buku Budaya
Tahun Terbit: 2019
Jumlah Halaman: 56 Halaman
Dalam buku ini, saya melihat bahwa penyair bisa menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan, menyampaikan keadaan-keadaan sosial yang terjadi pada saat itu, mampu mengoyak hati pembaca di setiap bait-bait puisinya. Karena buku ini terbit di Tahun 2019, beberapa isu sosial yang diangkat adalah kasus para pengungsi Rohingya. Dalam sub bab Suara dari Pengungsian. Penyair menyuguhkan 4 judul puisi yang sama, yakni Kabar dari Rohingya. Hal ini seakan mempertegas bahwa penyair sangat menyoroti isu kemanusiaan tersebut.
Tumblr media
Dalam salah satu puisinya. Kabar dari Rohingya (2) kita diajak memutar kembali sejarah. Mengingatkan akan kasus Aung San Suu Kyi yang dulu sangat menyita perhatian karena berhasil menyabet nobel perdamaian. Padahal, entahlah perdamaian apa yang telah ia perbuat 😯. Meskipun puisi ini mengangkat isu sosial yang sudah terlewat beberapa tahun yang lalu. Tapi saya rasa puisi-puisi dalam buku ini masih sangat relevan untuk dibaca. Karena sebuah puisi tidak memiliki masa kadaluarsa. Namun ia akan terus menggaungkan apa yang ingin digaungkannya.
Dalam buku puisi ini, ada 3 sub bab yakni Suara dari Pengungsian, Ziarah, dan Obituari Puisi. Di setiap lembarnya selalu membuat kita berpikir dan mengingat akan masa-masa itu.
Tumblr media
Saya juga setuju dengan epilog Joko Pinurbo dalam buku ini terhadap sajak di atas. Di mana keraguan terhadap kesakitan puisi muncul dalam sebuah sajak yang sarat dengan parodi, sekaligus getir dan jenaka. bahwa penyair bisa menarasikan berbagai kejahatan dan kekejaman manusia terhadap manusia lain yang telah mempertajam pertanyaan. Apa sih arti puisi? Apa sih yang bisa diperbuat puisi ketika keindahan hanya menjadi selubung kesakitan?
Secara keseluruhan. Meskipun buku puisi ini tipis. Tapi saya rasa buku ini memiliki banyak sekali pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Bahkan saya merasa sangat cepat untuk membaca buku ini. Karena gaya bahasanya juga tidak terlalu susah untuk dipahami. Sangat direkomendasikan untuk kalian membaca buku ini juga. Apalagi kalau kalian penyuka buku puisi yang mengangkat tema isu-isu sosial.
Rate: 4,5/5
9 notes · View notes
muhammad-jabar · 3 years
Text
Resensi Buku
Tumblr media
Judul : Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini
Penulis dan Ilustrator : Marchella FP
Tebal : 200 halaman
Terbit : Cetakan Pertama - Oktober 2018
Penerbit : POP Publisher ( Imprint KPG)
Kategori Buku : Self Improvement
Harga : Rp. 125.000 ( P. Jawa)
Sebenarnya. Aku ingin mengulas buku ini sudah dari lama. Sudah bertahun tahun yang lalu mungkin. Tapi karena selalu diundur undur. Akhirnya tersingkirkan atau mungkin terlupakan untuk diulas. Apalagi setelah vakum meresensi. Dan sekarang baru aktif lagi. Dan mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mengulas buku ini.
Bagi kalian yang mungkin suka buku buku dengan genre self improvement. Mungkin akan suka dengan buku ini. Buku ini sangatlah ringan tapi penuh makna dan tidak menggurui. Terdiri atas kalimat kalimat yang menyejukkan hati dan membuat merenung di setiap lembarnya. Ditambah ilustrasi tangan yang simpel namun penuh makna membuat buku ini sangat layak untuk dibaca. Dengan ilustrasi itu juga membuat pembaca tidak cepat merasa bosan dan jenuh saat membaca. Bahkan, secara refleks kita akan berhenti cukup lama di setiap lembarnya. Merenung dan berpikir sejenak arti dari setiap kalimat yang disuguhkan sambil mengamati gambar gambar tangan yang menawan. Ditambah warna warna yang digunakan pun sangat pas dan menyejukkan membuat pembaca tidak mau terburu buru untuk menutup dan menyelesaikan buku ini.
Tumblr media
Dari segi isi. Buku ini terdiri atas empat bab yang semuanya diberi nama sesuai waktu dalam sehari semalam.
Bab 1 : Pagi
Bab 2 : Siang
Bab 3 : Sore
Bab 4 : Malam
Ada banyak cerita cerita dan kata kata yang disampaikan di setiap babnya. Di sini saya merasa seperti mempunyai teman yang mampu mengerti perasaan dalam diri saya tanpa harus saya cerita padanya. Di setiap lembar buku ini. Saya tidak hanya diajak untuk sekadar merenung. Tapi saya merasakan lebih daripada itu. Saya merasa menyelam lebih dalam dalam kata katanya. bahkan kadang sampai terbawa emosi. Saya juga yakin bahwa kata kata yang ditulis Marchella dalam buku ini penuh dengan makna dan bisa direfleksikan dalam kehidupan kita.
Sebagai contohnya. Saya akan mengambil sedikit quotes dari bab pagi yang menurut saya sangat relate dengan kehidupan di zaman sekarang ini.
Tumblr media
Kalau nanti ambisi jadi nomer satu, semoga bukan karena nyaman lihat yang lain dari atas.
Tapi...
Karena mau ajak yang lain ke atas.
Quotes ini sangat menarik bagi saya. Ya, karena saya merasa di zaman sekarang ini. Mungkin banyak dari kita yang berambisi ingin menjadi nomor satu. Ingin menjadi yang paling hebat dari semua orang. Ingin menjadi terhormat, ambisi untuk menjadi nomor satu itu menurut saya itu tidaklah salah. Yang salah adalah cara kita mencapainya dan saat kita sudah berada di posisi itu. Seringkali. Saat kita ingin menjadi yang nomor satu. Kita malah menjatuhkan orang lain. Menjelekkan orang lain demi ambisi kita. Saat kita sudah di ataspun. Kadang kita tidak mau turun lagi dari sana. Kita sudah nyaman dengan keadaan. Ini membuat kita serakah . Kita tidak ingin ada teman kita yang memiliki posisi sama dengan kita. Bisa jadi kita malah mempersulit mereka. Bahkan kita kadang tertawa senang melihat orang orang yang berada di bawah kita. Itulah ego manusia yang memang sudah tertanam sejak lahir pada diri manusia.
Saya sangat menikmati membaca buku ini. Bahkan sudah saya baca ulang beberapa kali karena saking menariknya. Dengan membaca buku ini. Kita diajak menjelajah tentang memori, gagal, tumbuh, patah, bangun, hilang, menunggu, bertahan, berubah, dan semua ketakutan manusia lada umumnya.
Oh ya. NKCTHI sendiri mempunyai akun instagram yang bisa teman teman ikuti. Di sana, seringkali tim NKCTHI memberikan quotes quotes inspiratif setiap harinya
Itu saja ulasan dari saya. Semoga teman teman suka dengan ulasan saya. dan semoga teman teman yang belum membaca buku ini. Dapat segera untuk membacanya. Sampai jumpa di ulasan selanjutnya 😊
0 notes
muhammad-jabar · 3 years
Text
RESENSI BUKU ISLAM, OTORITARIANISME, DAN KETERTINGGALAN
Tumblr media
Judul buku : Islam, otoritarianisme dan ketertinggalan
Penulis : Ahmet T. Kuru
Penerbit : KPG : Desember 2020
Tebal Halaman : 486 Halaman
Harga P. Jawa : Rp. 120.000
-SINOPSIS-
Mengapa negara-negara berpenduduk mayoritas muslim menunjukkan tingkat otoritarianisme yang tinggi dan tingkat pembangunan sosioekonomi yang rendah dibandingkan dengan rata-rata dunia? Ahmet. T. Kuru mengkritik penjelasan-penjelasan yang menunjuk agama islam sebagai penyebab perbedaan itu, karena dalam bidang filsafat dan sosioekonomi, dunia muslim sempat lebih maju dari Eropa Barat antara abad ke-9 dan abad ke-12 masehi. Kolonialisme barat juga bukan penyebabnya. Dunia muslim sudah menderita masalah politik dan sosio ekonomi ketika kolonisasi bermula.
Kuru menunjukkan bahwa dunia muslim sudah memiliki pemikir-pemikir dan pedagang-pedagang berpengaruh pada awal sejarahnya. Ketika ortodoksi agama dan kekuasaan militer masih marak di Eropa. Namun. Pada Abad Ke-11. Peesekutuan antara ulama ortodoks islam dan negara-negara militer mulai bermunculan. Persekutuan itu sedikit demi sedikit menghalangi kreativitas intelektual dan borjuis di dunia muslim. Studi penting ini menghubungkan penjelasan sejarah dengan politil masa kini dengan memperlihatkan bahwa sampai sekarang. Aliansi ulama-negara tetap mempersulit kreativitas dan kompetisi di negara-negara muslim.
-SHORT REVIEW-
Tumblr media
Terdiri atas dua bagian besar. Buku ini menjelaskan tentang jalan terjal membangun peradaban dunia Islam yang lebih baik. Ahmet T. Kuru menemukan fakta bahwa kemunduran kualitas dan kuantitas peradaban di dunia Muslim telah terjadi. Kemunduran ditandai dengan krisis sosio-ekonomi, kolonialisasi Barat, kekerasan domestik, terorisme dan redupnya tradisi intelektual. Menariknya justru bukan disebabkan oleh agama Islam. Kuru membantah tesis kaum esensialis. Ia mengajukan bukti periode emas dunia Islam abad ke-8 hingga ke-11. Dimana Islam selaras dengan aktivitas perdagangan dan budaya intelektual. Berbeda dengan Eropa Barat. Pada waktu itu. Umat muslim sudah memiliki pemikir hebat dan pedagang-pedagang berpengaruh, yang menjadi motor dinamika intelektual dan sosial masyarakat. Kuru menunjukkan adanya kaitan historis dan sosiologis antara konteks kebebasan berpikir dan berdagang dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan hebat seperti Farabi, Biruni, dan Ibnu Sina.
Menurut Ahmet T. Kuru. Salah satu faktor yang menjelaskan hal tersebut adalah Karena pada waktu itu. Umat islam memiliki kebebasan berpikir. Pada awal sejarah Islam, kemerdekaan para sarjana Islam dari negara. Dan adanya pengaruh ekonomi para pedagang memungkinkan kemerdekaan berpikir dapat dinikmati para filsuf. Para filsuf adalah suatu kelompok multikultural yang bukan hanya meliputi Muslim Sunni dan Syiah. Melainkan juga orang Kristen, Yahudi, bahkan agnostik.
Kuru melihat para ulama mulai berjarak dengan otoritas negara pada abad ke-7, kala Dinasti Umayyah membangun kekuasaan dengan mempersekusi semua lawan politiknya dengan kekerasan. Konsolidasi kekuasaan dan kekerasan membuat para sarjana Islam kecewa dengan otoritas politik. Sikap ini terus berlanjut hingga abad ke-9 ketika Dinasti Abbasiyah mengambil alih kuasa. Selama periode itu, empat mazhab Sunni utama dalam ilmu fiqh didirikan oleh para sarjana independen – Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal – di mana mereka semua menolak menjadi abdi negara. Jarak dari otoritas politik, independensi aktivitas intelektual, kemerdekaan berpikir, dan kebijakan negara yang ramah terhadap pedagang dan industri. Menurut Kuru, adalah sebab-sebab historis dan sosiologis bagi periode emas dunia Islam.
Namun semua berubah setelah abad ke-11 tiba. Proses pembalikan bertahap dalam tingkat perkembangan keilmuan dan sosio-ekonomi dimulai antara dunia Muslim dan Eropa Barat. Kuru menyajikan data bagaimana sejak saat itu, secara bertahap, dunia Barat menjadi lebih bebas secara intelektual dan ekonomi dagang, sementara dunia Muslim semakin membatasi gerak intelektual dan pedagang. Terutama pada abad ke-16 hingga ke-18 Eropa Barat mengalami banyak kemajuan sementara dunia Muslim menjadi mandek dan tertinggal di belakang.
Selanjutnya. Di buku ini Kuru juga menjelaskan tentang sebab-sebab kemunduran Islam. Dimulai dari dibatasinya pergerakan kelas intelektual dan pedagang oleh aliansi ulama ortodoks dengan penguasa militer. Melemahnya rezim ekonomi lama yang bergantung pada ekonomi moneter dan dagang. Menguatnya rezim ekonomi baru. Feodalisme hingga ortodoksi Sunni dijelaskan secara gamblang. Detail. Dan jelas oleh Ahmet T. Kuru
Segala macam teori yang dikeluarkannya selalu dilengkapi dengan data dan fakta sehingga sulit untuk dibantah. Salah satu bacaan wajib bagi kalian penyuka sejarah dan religi islam
Rate : ⭐⭐⭐⭐⭐/5
*Hasil diskusi peresensi dengan para pembaca lain dan beberapa blog.
0 notes
muhammad-jabar · 3 years
Text
[Short Review]
Judul Buku : Kokokan mencari arumbawangi
Penulis : Cyntha Hariadi
Penerbit : GPU : 2020
Buku yang dicap sebagai dongeng anak² ini menurut saya lebih dari sekadar dongeng anak². Tetapi sebuah dongeng yang patut dibaca oleh semua usia dan kalangan karena menceritakan realita kehidupan yang bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari hari.
Novel ini menggunakan latar tempat Bali sehingga sangat kental dengan kebudayaan² khas Bali. Penulis menggunakan banyak majas² yang puitis namun mudah dipahami sehingga membuat para pembaca terhanyut dalam setiap barisnya. Gaya bahasanya yang sederhana dan nampak memperhatikan detail narasi, membuat prosa ini tampak seperti kisah dongeng bahkan buku anak.
Meskipun namanya novel atau bahkan buku anak. Isi dari buku ini tidaklah biasa seperti novel² pada umumnya. Banyak pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Ada beragam kritik terhadap sikap toleransi. Tanah dan lingkungan. Serta feminisme juga tercampur baik di dalam novel ini. Tak ayal jika novel ini termasuk dalam daftar panjang buku rekomendasi Tempo.
Ok. Sekarang kita masuk sedikit ke ceritanya. Buku ini diawali dengan kejadian yang benar² tidak terduga oleh saya. sepasang kakak beradik menguburkan sendiri ibu mereka yang telah meninggal. Untuk mengetahui alasan tersebut. Maka kita akan diajak penulis untuk mundur ke belakang.
Menceritakan kehidupan seorang wanita yang bernama Nanamama dan anaknya bernama Kakaputu. Nanamama ingin sekali memberikan adik kepada Kakaputu. Tapi itu adalah suatu kemustahilan karena dia sekarang sudah tidak mempunyai suami. Sampai ketika . Pada sore hari. Segerombolan kokokan datang ke daerah persawahan mereka. Dan anehnya di dalam paruh seekor kokokan. Terdapat seorang bayi kecil yg sangat lucu. Tidak terduga. Ternyata kokokan itu menjatuhkan anak perempuan kecil tersebut ke di depan rumah Nanamama. Kakaputu merasa kegirangan dan meminta Nanamama untuk mengadopsinya dan menjadikannya adiknya. Nanamama pun menyetujuinya. Sebenarnya Nanamama merasa khawatir. Dia berpikir Bagaimana orang² akan berpikir tentang anak perempuan ini? Seorang anak yang entah darimana asalnya. Dibawa oleh kokokan. Dan sekarang diadopsinya. Pikiran berkecamuk dalam benaknya karena peristiwa ganjil tersebut. Namun dia melawan segala rasa khawatir tersebut. Dan menganggap anak perempuan itu merupakan pemberian Tuhan dari hasil doa²nya selama ini dan harus dia jaga dengan sebaik mungkin
Namun ternyata. Kekhawatiran Nanamama itu benar adanya . Konflik mulai terjadi. Masyarakat sekitar mulai melakukan diskriminasi terhadap keluarga Nanamama yang dianggap tidak segolongan, atau melakukan fitnah tanpa didasari bukti yang benar-benar kuat pada sesama penduduk. Apalagi di dalam novel ini diceritakan bahwa Nanamama sangat dibenci oleh masyarakat sekitar karena tidak mau menjual sawahnya kepada kontraktor. Padahal Nanamama mempunyai alasan tersendiri. Dia mengatakan bahwa
"Aku bisa mendengar denyut nadiku dan anak-anakku dalam tanah yang kami olah dan sayangi setiap hari. Sebagai balasan, tanah ini memberi kami hidup. Apa jadinya kalau kemudian mesin-mesin itu datang, mengebor, dan menancapkan beton dan besi menembus kulit ke dalam daging sampai jantungku? Tanah ini akan mati. Kami semua." -hal 15
Oleh karena itulah. Di dalam novel ini kita juga akan diajak menyaksikan keteguhan hati seorang perempuan yang menghadapi diskriminasi warga sekampung demi mempertahankan tanah leluhurnya.
Selain itu . Novel ini juga mengajarkan kita bahwa rasa kekeluargaan tidak selalu ditumbuhkan karena hubungan darah semata, tapi juga karena rasa kemanusiaan dan kasih sayang yang masih dimiliki manusia.
Gaya bercerita yang indah namun tetap dibumbuhi percakapan yang ringan dan jenaka membuat buku ini sangat memikat dan dengan mudah kita akan terhanyut dalam emosi tokoh-tokohnya. Saya sendiri suka pada penuturan tentang alam, tentang adat dan permainan anak-anak, dan pada prinsip hidup Nanamama yang sederhana, yang selalu bersyukur akan segala pemberian alam. Walau semua itu pada akhirnya dikalahkan oleh kekejaman, kebencian, dan keserakahan manusia
Buku ini sangat direkomendasikan bagi kalian yang ingin membaca novel ringan tapi penuh dengan makna.
Rate : ⭐⭐⭐⭐/5
1 note · View note